Diskusi I - Hiv Aids
Diskusi I - Hiv Aids
OLEH :
FAKULTAS FARMASI
KOALISI KESEHATAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
I. DEFINISI HIV / AIDS
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Penyebaran HIV ini
berkembang dengan cepat dan mengenai wanita dan anak-anak. Acquired
immunodeficiency syndrome menyebabkan kematian lebih dari 20 juta orang setahun.
Saat ini di seluruh dunia kira-kira 40 juta orang dewasa berusia 15-45 tahun yang hidup
dengan infeksi HIV. Tahun 2003 diperkirakan 700.000 bayi baru lahir terinfeksi HIV.
Angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh HIV semakin meningkat dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh dunia.
Hingga saat ini belum ditemukan imunisasi profilaksis atau pengobatan AIDS,
meskipun demikian terapi antiretrovirus seperti highly active antiretroviral therapy
(HAART) tetap dikembangkan. Penggunaan obat antivirus dan persalinan berencana
dengan seksio sesaria telah menurunkan angka transmisi perinatal penyakit ini dari 30%
menjadi 20%. AIDS dikarakteristikkan sebagai penyakit imunosupresif berat yang
sering dikaitkan dengan infeksi oportunistik dan tumor ganas serta degenerasi susunan
saraf pusat. HIV menimbulkan infeksi berbagai macam sistem sel imun, termasuk CD4 +
, makrofag, dan sel dendrit.
Partikel HIV adalah virus RNA yang ber-envelop, berbentuk bulat sferis
dengan diameter 80-120 nm. Partikel yang infeksius terdiri dari dua untai single
stranded RNA positif yang berada di dalam inti protein virus (ribonukleoprotein) dan
dikelilingi oleh lapisan envelope fosfolipid yang ditancapi oleh 72 buah tonjolan
(spikes)glikoprotein (Gambar 1).
II. PENATALAKSANAAN
Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien perlu dirujuk ke layanan PDP
untuk menjalankan serangkaian layanan yang meliputi penilaian stadium klinis,
penilaian imunologis dan penilaian virologi. Hal tersebut dilakukan untuk:
1) menentukan apakah pasien sudah memenuhi syarat untuk terapi antiretroviral;
2) menilai status supresi imun pasien (pemeriksaan CD4) ;
3) menentukan infeksi oportunistik yang pernah dan sedang terjadi; dan
4) menentukan paduan obat ARV yang sesuai.
ODHA yang akan memulai terapi ARV dengan CD4 di bawah 200 sel/mm3; dianjurkan
untuk memberikan kotrimoksasol 2 minggu sebelum ARV. Hal tersebut berguna untuk 1)
mengkaji kepatuhan pasien dalam minum obat dan 2) menyingkirkan efek samping yang
tumpang tindih antara kotrimoksasol dengan obat ARV, mengingat bahwa banyak obat
ARV mempunyai efek samping yang sama dengan efek samping kotrimoksasol.
Desensitisasi Kotrimoksasol :
DalamkeadaanterjadireaksihipersensitivitasterhadapKotrimoksasoldankemudianakan
memulailagimakaperludilakukandesensitisasiobat.
Angkakeberhasilandesensitisasikotrimoksasolcukuptinggiyaitu 70% dari ODHA yang
pernahmengalamireaksialergi yang ringanhinggasedang.Desensitisasijangandicobakanpada
ODHA denganriwayatmengalamireaksialergi yang beratberarti ODHA
tidakmemperolehterapiprofilaksis.Untukituperlupengawasanketatsebelumtimbulinfeksioportu
nistikterkaitdanmulaipemberian ARV untukmencegahpasienmasukdalamfaselanjut.
Protokoldesensitisasikotrimoksasol :
Langkah Dosis
Hari 1 80 mg SMX + 16 mg TMP (2 ml sirup)
Hari 2 160 mg SMX + 32 mg TMP (4 ml sirup)
Hari 3 240 mg SMX + 48 mg TMP (6 ml sirup)
Hari 4 320 mg SMX + 64 mg TMP (8 ml sirup)
Hari 5 1 tablet dewasa SMX - TMP (400 mg SMX +
80 mg TMP)
Hari 6 2 tablet dewasa SMX - TMP atau 1 tablet forte
(800 mg SMX + 160 mg TMP
Keterangan:
Setiap 5 ml sirupKotrimoksasolmengandung 200 mg SMX +
40 mgTMP
PRINSIP ARV
Tujuan Pengobatan ARV :
1) Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat
2) Memulihkan dan/atau memelihara fungsi imunologis (stabilisasi/ peningkatan sel
CD4)
3) Menurunkan komplikasi akibat HIV
4) Memperbaiki kualitas hidup ODHA
5) Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus menerus
6) Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV
Manfaat ART
1) Menurunkan morbiditas dan mortalitas
2) Pasien dengan ARV tetap produktif
3) Memulihkan sistem kekebalan tubuh sehingga kebutuhan profilaksis infeksi
oportunistik berkurang atau tidak perlu lagi
4) Mengurangi penularan karena viral load menjadi rendah atau tidak terdeteksi,
namun ODHA dengan viral load tidak terdeteksi, namun harus dipandang tetap
menular
5) Mengurangi biaya rawat inap dan terjadinya yatim piatu
6) Mendorong ODHA untuk meminta tes HIV atau mengungkapkan status HIV-nya
secara sukarela
FARMAKOLOGI ARV
1) Tigagolonganutama ARV :
A. Penghambat masuknya virus;enfuvirtid
B. Penghambat reverse transcriptaseenzyme
1. Analog nukleosida/nukleotida(NRTI/NtRTI)
analognukleosida
analog thymin:zidovudin (ZDV/AZT)dan stavudin(d4T)
analog cytosin : lamivudin (3TC) dan zalcitabin(ddC)
analog adenin : didanosine(ddI)
analog guanin :abacavir(ABC)
analog nukleotida analog adenosin monofosfat:tenofovir
2. Nonnukleosida(NNRTI)
nevirapin(NVP)
efavirenz(EFV)
C. Penghambat enzim protease (PI) ritonavir(RTV)
saquinavir(SQV)
indinavir (IDV) dan nelfinavir(NFV)
3) Farmakokinetik ARV :
400(1)
3 Lamivudin 0,002 – 15 86 1,3 5 23,1 150(2) 7,5/0,22
300(1)
300(2)
B NNRTI
C PI
1250(3)
4 Saquinavir 0,001 – 0,03 12 10 3 80 1200(3) 0,4/0,15
Keterangantabel :
a. IV :in vitro
b. F :bioavaibilitas
c. Vd :volumedistribusi
d. T1/2 :waktu paruheliminasi
e. Cl/F :clearence/bioavaibilitas
f. Cmax/Cmin:konsentrasi maksimal/konsentrasi minimal diplasma.
g. MIC50 :konsentrasi hambatan minimum untuk menghambatpertumbuhan
50% virus
4) Efek Samping Umum ARV :
gejalahilang.
✓ NVP
harusdistop
2 Pankreatitisakut ddl, d4T Mual, ✓ Monito
muntahdannyeriperut r amilase
pankreatik
✓ Stop
ARV,
tukardenganobatb
aru
3 Laktatasidosis Semua Lelahdanlemahmenyeluru ✓ StopARV
NRTI h, gejala GIT, ✓ Beri
hepatomegali, anoreksia, kan
turunberatbadan, terapipenunjang
gejalapernafasan ✓ Tukarobatbaru
4 Reaksihipersensiti ABC ABC : demam, lelah, ✓ Stop ARV
vitas mialgia, gejala GIT, sampai
faringitis, batuk, dispnea gejalahilang,
(denganatautanpa jangandiberi ABC
ruam) atau NVP
NVP NVP:gejalasistemik,
✓ Bilagejalahila
demammialgia, atralgia,
ng,
hepatitis,
segeramulaidenga
eosinofiliadenganatautan
n ARVbaru
paruam
5 Neuropatiperiferbe ddl,d4T, Nyeri, kesemutan, ✓ Stop
rat 3TC tangandan kaki kebal, NRTI yang
bagianujungtubuhhilang dicurigai,gantiden
rasa, lemahotot, gan NRTI lain
tidakadareflex yangtidak
menyebabkanneur
otoksisitasmisalny
a ZDV, ABC
✓ Gejalau
mumnyahilangdala
mwaktu 2-3
minggisetelahpem
utusanobat
6) Interaksi ARV dengan Obat Lain
TATALAKSANA PEMBERIANARV
1) Rejimen ARV Lini Pertama bagi ODHA dewasa
Rejimen ARV Lini-Pertama bagi ODHA dewasa sebagai berikut :
ZDV + 3TC + NVP
Toksisitas utama yang dapat terjadi pada pemberian rejimen ARV lini-pertama ini
adalah: intoleransi gastrointestinal dari ZDV, anemia,netropenia; hepatotoksisitas
NVP, dan ruam kulit berat.
2) Rejimen ARV Lini-Kedua
Rejimen ARV lini-kedua bagi ODHA dewasa/remaja diberikan pada kegagalan
terapipada rejimen lini-pertama, sebagai berikut :
TDF atau ABC + ddl + LPV/r atau SQV/r
Catatan :
a. Dosis ddl harus dikurangi menjadi 250 mg bila diberikan bersama TDF.
b. LPV/r dan SQV/r memerlukan cold chain (Cold chain adalah semacam container
untuk membawa obat/vaksin yang harus dalam keadaan suhu sekitar 50 C)
D. Gangguan Pernapasan
E. Gejala dan Tanda Neurologis
Keterangan :
Meningitis TB: OAT dengan paduan 2SHREZ/7RH
Meningitis bakterial: Injeksi Ceftriaxone 2-4 g