A. Definisi
Gagal ginjal kronis adalah ditandai dengan kerusakan fungsi ginjal
secara progresif dan irreversibel dalam berbagai periode waktu, dari
beberapa bulan hingga beberapa dekade. Gagal ginjal kronis terjadi karena
sejumlah keadaan nefron yang tidak berfungsi secara permanen dan
penurunan laju filtrasi glumerulus (GFR) (Esther Chang el al., 2010).
Pengertian penyakit ginjal kronik menurut beberapa ahli adalah:
Penyakit ginjal kronik (CKD) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang
terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration
rate/GFR) dengan manifestasi kelainan patologis atau terdapat tanda-tanda
kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi kimia darah, atau urin,
atau kelainan radiologis (Wibowo,2010).
B. Etiologi
Etiologi gagal ginjal kronik pada masa kanak-kanak berkorelasi erat
dengan umur penderita pada saat pertama kali gagal ginjal tersebut
terdeteksi. Gagal ginjal kronik dibawah 5 tahun biasanya akibat kelainan
anatomis (hipoplasdia, displadia, obstruksi dan malformasi), sedangkan
setelah usia 5 tahun yang dominan adalah penyakit glomerolus didapat
(glomerolusnefritis, sindrom hemolitik uremik, atau gangguan herediter).
Menurut Stein (2001), penyebab gagal ginjal yang sering ditemui pada
anak-anak antara lain : penyakit glomerulonefritis, penyakit glomerulus
yang disertai dengan penyakit sistemik, penyakit tubulointerstisial,
penyakit renovaskuler, penyakit tromboembolitik, sumbatan saluran
kemih, nefrosklerosis hipertensif, nefropati diabetes dan penyakit bawaan
lain.
1
2
D. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-
gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80 – 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun
sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu (C Long, 1996).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis (Brunner & Suddarth, 2001: 1448).
3
Pathway
↓ jumlah nefron fungsional
4
adaptasi
90 % nefron hancur 75% nefron hancur
Nefron hipertropi
Tidak dapat mengkompensasi GFR ↓
(ketidakseimbangan cairan BUN dan kreatinine ↑
elektrolit ) ↑kecepatan filtrasi ,
↑beban solute, ↑reabsorbsi
Adaptasi
Gagal ginjal
Penumpukan kristal
urea dikulit
Intoleransi
↓ eritopoetin di aktivitas
ginjal
Proritus
SDM ↓
Gangguan
integritas kulit
Pucat, fatique,
malaise, anemia
10. Kulit
6
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody
(kehilangan protein dan immunoglobulin) Pemeriksaan Urin Warna,
PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton,
SDP, TKK/CCT. Pada kasus CKD biasanya hasil dari Kreatinin dan
Ureum meningkat.
Analisis Wanita Pria
Kreatinin 0.5 – 1.1 0.6 – 1. 2
Ureum 8 – 20 6 - 20
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,
aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
G. Penatalaksanaan
Rencana penatalaksanaan penyakit ginjal kronik antara lain :
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
akutyang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang.
Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan
caiarn, protein dannatrium dapat dikonsumsi secara bebas;
7
adekuat
Ket :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan
2. Ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan - Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari keperawatan selama 1 x 1 jam makanan
kebutuhan tubuh b.d diharapkan masalah teratasi. - Kolaborasi dengan ahli
anoreksia, mual dan Kriteria hasil : Nutritional gizi untuk menentukan
muntah, pembatasan Management jumlah kalori dan
diet, dan perubahan Indikator IR ER nutrisi yang dibutuhkan
membran mukosa Adanya pasien.
mulut peningkatan berat - Anjurkan pasien untuk
badan sesuai meningkatkan intake
dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
Berat badan ideal
meningkatkan protein
sesuai dengan tinggi
dan vitamin C
badan
Mampu - Berikan substansi gula
mengidentifikasi - Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
Tidak ada tanda tinggi serat untuk
tanda malnutrisi mencegah konstipasi
Tidak terjadi
- Berikan makanan yang
penurunan berat
terpilih (sudah
badan yang berarti
Ket : dikonsultasikan dengan
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
3. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan - Anjurkan pasien untuk
kulit b.d pruritas, keperawatan selama 1 x 1 jam menggunakan pakaian
gangguan status diharapkan masalah teratasi. yang longgar
metabolic sekunder Kriteria hasil : Skin and mucous - Hindari kerutan pada
membranes tempat tidur
Indikator IR ER - Jaga kebersihan kulit
Integritas kulit yang agar tetap bersih dan
baik bisa kering
dipertahankan - Mobilisasi pasien (ubah
(sensasi, elastisitas, posisi) setiap 2 jam
temperatur, hidrasi, sekali
pigmentasi) - Oleskan lotion atau
Perfusi jaringan
minyak pada daerah
baik
Menunjukan yang tertekan
pemahaman dalam - Monitor aktivitas dan
proses perbaikan mobilisasi pasien
kulit dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
Ket :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan
11
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mutaqqin & Kumala. 2011. Asuhan keperawatan pada pasien gangguan
sistem perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Esther chang, John Daly, Doug Elliott. 2010. Patofisiologi : Aplikasi pada
praktek keperawatan Ahli Bahasa : Andry Hartono, Jakarta : EGC 2010.
KDIGO,2012.Clinical Pratice Guideline the Evaluation & Management of
Chronic Kidney Disease. Kid Int Supplements (3) : 18-27.
Syafuddin, 2009. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Nur Arif & Kusuma. 2014. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
dan NANDA NIC NOC. Jilid 2. MedAction.