HALUSINASI
A. MASALAH UTAMA
Perubahan proses sensori: Halusinasi
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya control
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak bayi
(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak
percaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimiaseperti
Buffofenon dan Dimetytransferase (DMP). Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat
demi masa depannya.Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan
lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.Hasil studi
menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
1) Rangsangan dari lingkungan seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada
di lingkungannya dan sauna sepia tau terisolasi.
2) Perilaku
a) Dapat berupa rasa curiga, takut tidak aman, gelisah dan
bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan
keadaan nyata dan tidak nyata.
b) Makhluk yang dibangun atas dasar unsure bio-psiko-sosio-
spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi
yaitu:
Dimensi Fisik
Kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.
Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena masalah yang tidak
dapat diatasi, halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan, klien tidak sanggup menentang perintah tersebut
sehingga berbuat sesuatu terhadap ketakutannya.
Dimensi Intelektual
Terjadi penurunan fungsi ego. Usaha ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien
dan tidak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
Dimensi Sosial
Kecenderungan untuk menyendiri, klien menganggap bahwa
hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.
Dimensi Spiritual
Adanya kehampaan hidup, dan tidak jelas tujuan hidupnya,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan
jarang berupaya secara spiritual untuk mensucikan diri.
3. Patofisiologi
Menurut Stuart dan Sundeen, 2005 ada dua teori yang menjelaskan tentang
halusinasi, yaitu:
a. Teori Biokimia
Terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stress yang
mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neurotic (buffofenon dan
dimethytransferase).
b. Teori Psikoanalisis
Merupakan respons pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari
luar yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar.
4. Klasifikasi Halusinasi
a. Halusinasi Dengar
Data Subjektif Data Objektif
Mendengar suara yang mengajak Bicara atau tertawa sendiri
bercakap-cakap Marah-marah tanpa sebab
Mendengar suara melakukan Menutup telinga
sesuatu yang berbahaya Mendekatkan telinga kea rah
Mendengar suara-suara atau tertentu
kegaduhan Ada gerakan tangan
Mendengar seseorang yang sudah Mulut komat-kamit
meninggal
b. Halusinasi Penglihatan
Data Subjektif Data Objektif
Melihat bayangan, sinar, bentuk Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu
geometris, kartun, melihat hantu atau Ketakutan pada sesuatu yang
monster tidak jelas
Tatapan mata pada temoat tertentu
c. Halusinasi Penciuman
Data Subjektif Data Objektif
Membaui bau-bauan seperti bau darah, Mengedus-endus seperti mencium
urine, feses, dan terkadang bau tersebut sesuatu
menyenangkan bagi klien Menutup hidung
d. Halusinasi Pengecapan
Data Subjektif Data Objektif
Merasakan sesuatu atau mengunyah Sering meludah
sesuatu Muntah
e. Halusinasi Perabaan
Data Subjektif Data Objektif
Merasa seperti tersengat listrik, Menggaruk-garuk permukaan kulit
mengatakan ada serangga dipermukaan
kulit
5. Tahapan Halusinasi
a. Tahap I (Non-Psikotik)
Halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang.Tahap ini halusinasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien.
Karakteristik:
1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
kecemasan.
3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control
kesadaran.
Perilaku yang muncul:
1) Tersenyum atau tertawa sendiri
2) Menggerakkan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi.
b. Tahap II (Non-Psikotik)
Klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan
berat.Halusinasi dapat menyebabkan antisipasi.
Karakteristik:
1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh
pengalaman tersebut.
2) Mulai merasa kehilangan kontrol
3) Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul:
1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
2) Perhatikan terhadap lingkungan menurun.
3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun.
c. Tahap III (Psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat
kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik:
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.
2) Isi halusinasinya menjadi atraktif
3) Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir.
Perilaku yang muncul:
1) Klien menuruti perintah halusinasi
2) Sulit berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian terhadap lingkungan sedikit/ sesaat
4) Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
5) Klien tampak tremor dan berkeringat
d. Tahap IV (Psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
panik.
Perilaku yang muncul:
1) Risiko tinggi menciderai
2) Agitasi/ kataton
3) Tidak mampu merespons rangsangan yang ada
Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi biasanya diawali
dengan menarik diri, halusinasi lihat dan dengar/ salah satunya yang
menyuruh pada kejelekan, maka akan berisiko terhadap perilaku
kekerasan.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Psikofarmakologi
Pengobatan pada pasien halusinasi, yaitu:
1) Chlorpromazine (CPZ) adalah derivat yang mempunyai khasiat dan
bekerja pada Susunan Saraf Pusat (SSP) dengan mendepresi sub
kortikal SSP yang menimbulkan efek psikotropik, sedasi, anti
emetic dan dapat menekan refleks batuk. Efek samping: pusing,
pingsan, hipotensi, orthostatik, palpitasi, takikardi, pandangan
kabur, konstipasi, dan lain-lain.
2) Haloperidol (HLP) adalah derivat yang khasiatnya hampir sama
dengan derivat fenotiazin (CPZ). Efek samping: gelisah, ataksia,
mulut kering, konstipasi (diare), urine diaphoresis (berlebihan),
anemia, dan lain-lain.
3) Trihexyphenidil (THP) yaitu untuk merelaksasi otot polos dan
sposmodik. Efek samping: mulut kering, pusing, pandangan kabur,
mual, mengantuk, bingung, dan lain-lain.
b. Terapi kejang listrik/ elektro compulsive teraphy (ECT)
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
C. POHON MASALAH
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perubahan sensori perseptual : halusinasi
2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
H. STRATEGI PELAKSANAAN
SP I
- Mendiskusikan jenis halusinasi px
- Mendiskusikan isi halusinasi px
- Mendiskusikan waktu halusinasi px
- Mendiskusikan frekuensi halusinasi px
- Mendiskusikan situasi yang menimbulkan halusinasi
- Mendiskusikan respon px terhadap halusinasi
- Melatih px mengontrol halusinasi: menghadik halusinasi
- Menganjurkan px memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwak
kegiatan harian
SP II
- Mengevaluasi kemampuan px dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik
- Melatih px mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
- Menganjurkan px memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III
- Mengevaluasi kemampuan px dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain
- Melatih px mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan)
- Menganjurkan px memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
- Mengevaluasi kemampuan px dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain dan kegiatan teratur
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat seara teratur
- Menganjurkan px memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, (2003). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo
Keliat Budi Ana, (2004) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC
Stuart GW, Sundeen, (2005) Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC