Anda di halaman 1dari 119

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. G.G.

W
DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERCULOSIS PARU
DI RUANGAN PERAWATAN KHUSUS
RSUD ENDE

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

OLEH
MEGA DAHLIA
NIM. PO.530320217. 504

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN ENDE
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. G.G.W

DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERCULOSIS PARU

DI RUANGAN PERAWATAN KHUSUS

RSUD ENDE

OLEH

MEGA DAHLIA
PO530320217504

Hasil Studi Kasus Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui


Oleh Pembimbing Untuk Di Ujikan
Ende,

Pembimbing

Irwan Budiana, M. Kep


NIP : 198906272019021001

Mengetahui

Ketua Program Studi D III Keperawatan Ende

iii
Aris Wawomeo, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom
NIP : 196601141991021001

LEMBAR PENGESAHAN

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. G.G.W

DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERCULOSIS PARU

DI RUANGAN PERAWATAN KHUSUS

RSUD ENDE

MEGA DAHLIA
PO530320217504

Hasil studi kasus ini telah di ujikan dan dipertanggung jawabkan


Pada tanggal

Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota

Stanislaus Nong Selung, S. Pd.,M.Kes Irwan Budiana, M.Kep


NIP: 195603311980091001 NIP: 198906272019021001

Disahkan oleh :
Ketua Program Studi D III Keperawatan Ende

iv
Aris Wawomeo, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom
NIP : 196601141991021001

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Mega Dahlia

NIM : PO. 530320217504

Program Studi : D-III Keperawatan Ende Judul Karya Tulis :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. G.G.W

DENGAN DIAGNOSA MEDIS

TUBERCULOSIS PARU DI RUANGAN

PERAWATAN BEDAH RSUD ENDE

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Studi Kasus yang saya susun ini benar –

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di

kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Studi Kasus ini adalah hasil jiblakan, maka

saya akan bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Ende, 03 April 2020

Yang membuat pernyataan

v
MEGA DAHLIA

NIM. PO. 530320217 50

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Tn. G.G.W dengan Diagnosa

Medis Tuberculosis Paru di Ruangan Perawatan Khusus RSUD Ende”

Tanggal 24 Februari s/d 26 Februari 2020. Dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini, tidak lepas dari campur tangan berbagai pihak, sehingga Laporan Studi

Kasus ini selesai tepat waktunya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Ragu Harming Kristina, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kupang yang telah mengijinkan penulis menimba ilmu

di instansi ini.

2. Bapak Aris Wawomeo, M.Kep.,Ns.M.Kes, selaku ketua Program Studi D-III

Keperawatan Ende, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menimba ilmu di lembaga ini.

3. dr. Aries Dwi Lestari Sp.Pd.FINACIM selaku direktur RSUD Ende yang telah

memberikan ijin dan lokasi pada penulis untuk melaksanakan studi kasus.

vi
4. Bapak Irwan Budiana, M.Kep, selaku pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

5. Bapak Stanislaus Nong Selung, S.Pd, M.Kes, selaku penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan agar Karya Tulis

Ilmiah ini menjadi lebih baik.

6. Ibu Maria Goreti M, S.Kep.Ns, selaku Kepala Ruangan Perawatan Khusus

RSUD Ende yang telah memberikan ijin kepada penulis dalam melaksanakan

studi kasus di Ruangan Perawatan Khusus RSUD Ende.

7. Klien Tn. G.G.W dan keluarga yang telah memberikan banyak informasi serta

dukungan kepada penulis.

8. Kedua orang tua dan kakak kandung tercinta berserta seluruh keluarga yang

banyak memberikan dukungan kepada penulis baik secara materi maupun non

materi sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.Semoga

kalian semua mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga penulis sangat membutuhkan masukan dan koreksi yang

bersifat membantu demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis

mengucapkan limpah terima kasih dan berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Ende, 03 April 2019

vii
Penulis

ABSTRAK
Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. G.G.W Dengan Diagnosa Medis
Tuberculosis Paru Di Ruangan Perawatan Khusus RSUD Ende

Mega Dahlia(1)
Irwan Budiana, M.Kep(2)

Latar belakang : Tuberculosis merupakan suatu penyakit menular yang


disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis ( Kemenkes, 2018 ).
Berdasarkan data rekam medic yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah
Ende khususnya Ruang Perawatan Khusus, jumlah penderita TB di tahun 2019
sebanyak 20 orang terhitung dari bulan Januari – September 2019. Tujuan :
dilakukan studi kasus ini menjelaskan tentang Tuberkulosis yang meliputi
pengertian, penyebab, penanganan serta dampak dari penyakit tuberculosis dan
melakukan asuhan keperawatan kepada klien Tn. G.G.W dengan diagnosa medis
tuberkulosis di Ruangan Perawatan Khusus RSUD Ende dengan menggunakan 5
proses keperawatan. Metode : yang digunakan adalah metode observasi dan
wawancara yang melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan.
Hasil studi kasus : Pada pengkajian di temukan data klien batuk, sesak
nafas, lender kuning, ronchi (+), nyeri punggung belakang, tampak lemah, tidak
dapat berkativitas, cepah lelah, aktivitas dibantu sebagian seperti makan dan
minum, klien bingung tentang penyakit TB dan di tetapkan diagnosa keperawatan
yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, intoleransi aktivitas dan kurang
pengetahuan. Pada klien Tn. G.G.W telah dilakukan intervensi keperawatan yaitu
observasi tanda – tanda vital, auskultasi suara nafas tambahan, ajarkan klien
teknik batuk efektif, bantu klien beraktivitas, jelaskan informasi penyakit yang di
derita klien, layani terapi medis, semua implementasi dikerjakan sesuai intervensi
dengan harapan pada evaluasi keperawatan masalah dapat teratasi, maka dari itu
perlunya saran bagi klien untuk menjaga kesehatan, mengatur pola hidup sehat
dan mengontrol kesehatannya di pelayanan kesehatan. Kesimpulannya : hasil
Studi Kasus Tn. G.G.W dilaksanakan berdasarkan 5 proses keperawatan.

viii
Kepustakaan : 10 buah ( 2008 – 2019 )
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Tuberculosis paru
Keterangan :
(1) Mahasiswa Program Studi Keperawatan Ende
(2) Dosen Program Studi Keperawatan Ende
ABSTRACT

Nursing care for client Mr. G.G.W With Medical Diagnosis of Tuberculosis
in the Special Care Room of Ende Hospital

Mega Dahlia(1)
Irwan Budiana, M.Kep(2)

Background:Tuberculosis is an infectious disease caused by


mycobacterium tuberculosis ( Kemenkes, 2018 ). Based on medical record data
obtained from Ende hospital especially the Special Care Room, the number of
patient with tuberculosis in 2019 was 20 people counted from January –
September 2019. Purpose : of the case study is to explain about tuberculosis
which includes the understanding, causes, treatment and impact of tuberculosis
and to conduct nursing care. Methods : used are the method of observation and
interviews through the nursing process approach which includes nursing
assessments, nursing diagnoses, nursing interventions, nursing implementation,
nursing evaluation.
Case study result : In the study found client data coughing, shortness of
breath, yellow mucus, ronchi (+), back pain, looking weak, unable to move,
quickly tired, partially assited activities such as eating and drinking, the client is
confused about tuberculosis and nursing diagnoses are established ineffective
airway clearance, activity intolerance and lack of knowledge. To the client Tn.
G.G.W has performed nursing interventions, namely observation of vital signs,
auscultation of additional breath sounds, tech clients effective coughing
techniques, help clients to move, explain disease information suffered by the
client, serve medical therapy, all implementations are carried out according to the
intervention in the hope of evaluating nursing problems can be overcome, and
therefore the need for advice for clients to maintain health, manage healthy
lifestyles and control their health in health service. The conclusion : case study
result Tn. G.G.W is carried out based on five nursing processes.

Literature : 10 pieces ( 2008 – 2019 )

ix
Keywords : Nursing, Pulmonary Tuberculosis
Information :
(1) Ende Nursing Study Program Students
(2) Ende Nursing Study Program Lecturer

DAFTAR ISI

JUDUL STUDI KASUS...................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................. iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
ABSTRAK INDONESIA...................................................................................vii
ABSTRACT ENGLISH......................................................................................viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan.................................................................................... 4
E. Metode Penulisan..................................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan.............................................................................. 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................

A. Konsep Teoritis........................................................................................ 6
B. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................12

BAB III : METODE STUDI KASUS..................................................................

A. Desain Studi Kasus..................................................................................32


B. Subyek Studi Kasus.................................................................................32
C. Batasan Istilah .........................................................................................32
D. Lokasi dan Waktu Studi Kasus................................................................33
E. Prosedur Studi Kasus...............................................................................33
F. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................33
G. Instrumen Pengumpulan Data..................................................................34
H. Keabsahan Data.......................................................................................34
I. Analisis Data............................................................................................34

x
BAB IV : HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN................................

A. Hasil Studi Kasus.....................................................................................36


B. Pembahasan..............................................................................................56

BAB V : PENUTUP ............................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................66
B. Saran........................................................................................................68

Daftar Pustaka......................................................................................................70

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 intervensi keperawatan

Tabel 2.2 evaluasi keperawatan

Tabel 4.1 analisa data

Tabel 4.2 intervensi keperawatan

Tabel 4.3 implementasi keperawatan

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Format Pengkajian

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes, 2018). Tuberkulosis adalah

penyakit langsung yang mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh basil

mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis mengenai

paru tapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Brunner & Suddarth,

2001). Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis. Hingga saat ini, tuberculosis masih menjadi

penyakit infeksi menular yang paling berbahaya di dunia (WHO, 2015).

Secara global pervalensi tuberculosis pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta

kasus insiden TBC (CI 8,8 – 12 juta) yang setara dengan 120 kasus per

100,000 penduduk. Lima Negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu india,

Indonesia, china, philipina dan Pakistan. Di Indonesia jumlah kasus baru TB

paru Basil Tahan Asam (BTA) positif mengalami penurunan, namun masih

pada angka yang sangat tinggi pada 3 tahun terakhir yaitu 2015-2017

( Kemenkes, RI, 2016,2017,2018). Menurut Dinkes Provinsi NTT jumlah

kasus baru TB paru BTA positif tahun 2016 sempat menurun. Namun, jumlah

tersebut meningkat hamper 5 kalinya di tahun 2017. Jumlah penderita

Tuberkulosis di Kabupaten Ende pada tahun 2010 mencapai kurang lebih 1280

orang per tahun atau 1-2% kasus tuberculosis tiap tahun (Dinkes Ende, 2010).

1
2

Jumlah penderita TB di Kabupaten Ende pada tahun 2011 berdasarkan data

dari RSUD Ende adalah sebanyak 50 orang, Berdasarkan data rekam medic

yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Ende khususnya Ruang

Perawatan Khusus, jumlah penderita TB di tahun 2019 sebanyak 20 orang

terhitung dari bulan Januari – September 2019 (Profil BLUD RSUD Ende,

2019)

Tingginya kasus tuberculosis ini salah satunya dipicu oleh rendahnya

kepedulian masyarakat dalam mengatasi berbagai factor risiko yang dapat

menimbulkan tuberculosis, salah satu faktornya adalah pengetahuan,

pendidikan, social budaya (perilaku), ekonomi, lingkungan dan lain

sebagainya (Kaget, 2010). Menurut Tjandra Yoga (2007), kesenjangan

lingkungan dapat mengakibatkan penyakit TB, tuberkulosis paru mudah

menular pada mereka yang tinggal di perumahan padat, kurang/sinar matahari

dan sirkulasi udaranya buruk/pengab, namun jika ada cukup cahaya dan

sirkulasi, maka kuman TB hanya bertahan selama 1-2 jam.

Upaya penanggulangan penderita TB harus melakukan pemeriksaan rutin

dengan minum obat secara lengkap dan teratur, obat disediakan oleh

pemerintah secara gratis di sarana pelayanan kesehatan yang telah menerapkan

strategi Dots (Directly Observed Treatment Short Course) seperti di

Puskesmas, Balai pengobatan penyakit paru dan beberapa rumah sakit

(Tjandra Yoga, 2007). Perbaikan sosial ekonomi, peningkatan taraf hidup dan

lingkungan serta kemajuan teknologi banyak membawa perubahan. Di Negara


3

– Negara maju, jauh sebelum ditemukan obat anti TB berkat perbaikan sosial

ekonomi, jumlah penderita menurun 10 – 15% per tahun (Ahmad, 2008)

Solusi bagi penderita TB harus melalukan pemeriksaan rutin, minum obat

secara rutin, perbanyak makanan seperti sayuran, buah – buahan, biji – bijian,

lemak sehat, dan protein. Bagi keluarga klien ketahui riwayat kesehatan dalam

keluarga dengan memeriksa kesehatan di puskesmas terdekat atau rumah sakit

karena penyakit TB paru merupakan penyakit menular, bagi tenaga kesehatan

berikan pendidikan kesehatan yang kontribusi meningkatkan pengetahuan

klien dan keluarga tentang Tuberkulosis sehingga setelah pulang dari rumah

sakit, klien dan keluarga dapat melakukan pencegahan agar tidak terjadi

tuberculosis yang berdampak lebih parah dari sebelumnya.

Dari beberapa hal dan data – data di atas, maka penulis tertarik untuk

mengangkat kasus tuberculosis paru sebagai Karya Tulis Ilmiah studi kasus

dengan judul “ Asuhan keperawatan pada Klien Tn. G.G.W dengan Diagnosa

Medis Tuberkulosis Paru di Ruangan Perawatan Khusus RSUD Ende “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah studi kasus tentang “

bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien Tn. G.G.W dengan diagnosa

medis Tuberkulosis Paru di Ruangan Perawatan Khusus RSUD Ende “

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
4

Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa dapat melaksanakan

asuhan keperawatan pada klien Tn. G.G.W dengan diagnosa medis

tuberculosis paru di Ruangan Perawatan Khusus RSUD Ende.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan tentang Tuberkulosis yang meliputi pengertian,

penyebab, penanganan serta dampak dari penyakit tuberculosis

b. Mampu melakukan asuhan keperawatan kepada klien Tn. G.G.W

dengan diagnosa medis tuberkulosis di Ruangan Perawatan Khusus

RSUD Ende dengan menggunakan 5 proses keperawatan yang

meliputi :

1) Mampu melakukan pengkajian keperawatan

2) Mampu menegakan diagnosa keperawatan

3) Mampu menetapkan intervensi keperawatan

4) Mampu melakukan implementasi keperawatan

5) Mampu melakukan evaluasi keperawatan dan dokumentasi

keperawatan

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dengan adanya studi kasus ini, institusi Poltekkes Kemenkes Kupang

Jurusan Prodi Keperawatan Ende dapat mengevaluasi kemampuan penulis

dalam memahami asuhan keperawatan kepada klien dengan masalah

tuberkulosis.

2. Bagi Penulis
5

Karya Tulis Ilmiah ini menambah pengetahuan dan pemahaman kepada

penulis dalam mengidentifikasi dan mengetahui asuhan keperawatan

kepada klien dengan masalah tuberkulosis di Ruangan Perawatan Khusus

RSUD Ende.

E. Metode Studi Kasus

Dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis

menggunakan metode observasi dan wawancara yang melalui pendekatan

proses keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi

keperawatan.

F. Sistematika Penulisan

Studi Kasus ini terdiri dari 5 bab yang meliputi BAB I Pendahuluan yang

berisi : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika

Penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka yang berisi : A. Konsep Dasar Teoritis

dan B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan. BAB III Metode Studi Kasus

BAB IV Hasil studi kasus yang berisi Hasil Studi Kasus dan Pembahasan.

BAB V Penutup yang berisi : A. Kesimpulan dan B. Saran


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teoritis Tuberkulosis

1. Defenisi

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Myrcobacterium Tuberkulosis Paru dengan gejala yang sangat bervariasi.

(Arief Mansjoer dkk, 2008). Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang

terutama menyerang parenkim paru.Tuberkulosis Paru dapat juga di tularkan

ke bagian tubuh lainya termasuk ginjal, tulang, nodus, limfe dan lain-

lain.Agens infeksius utama Mycrobakterium Tuberkulosis Paru adalah batang

aerobic tahan asam dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet.(Brunner

dan Suddart, 2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberkulosis yang dapat menyerang semua

alat tubuh, yang tersering ialah paru dan jantung. (Ahmad, 2008).

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes, 2018). Tuberkulosis adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Hingga saat ini,

tuberculosis masih menjadi penyakit infeksi menular yang paling berbahaya di

dunia (WHO, 2015).

2. Etiologi

Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Basil

Mikrobakterium Tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk

6
2

batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar

kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang menyebabkan kuman

tahan asam.sehingga basil ini digolongkan menjadi Basil tahan Asam (BTA)

maksudnya bila basil ini di warnai, maka warna ini tidak akan luntur

walaupun pada bahan kimia yang tahan asam. (Tjandra Yoga Aditama, 2010).

Basil Mykrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran

napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon)

selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah

primer kompleks (ranke).keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang

dalam perjalanannya. sebagian besar akan mengalami penyembuhan.

Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai

kekebalan spesifik terhadap basil mykrobakterium Tuberkulosis yang

kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut

tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru karena

terjadi penularan ulang yang mana didalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik

terhadap basil tersebut

3. Patofisiologi

Kuman Mikrobacterium Tuberkulosis Paru masuk kedalam tubuh melalui

saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit,

kebanyakan infeksi Tuberkulosis Paru terjadi melalui udara (air borne), yaitu

melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang

berasal dari orang yang terinfeksi (Bahar, 2008). Basil Tuberkel yang

mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu sampai tiga
3

gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan

cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam

ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atau paru-paru, atau dibagian

atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi

peradangan.Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan

memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah

hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag.Alveoli yang terserang

akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia

seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang

tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit

atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening

menuju ke kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi

menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel

epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu

10 sampai 20 hari (Bahar, 2008).


4

Pathway

Mycobactrium tuberculosis

Airbone/inhalasi/droplet

Saluran pernafasan

Saluran pernapasan atas Saluran pernapasam bawah

Bakteri yang besar paru - paru


bertahan di bronkus
alveolus
Peradangan bronkus Nyeri
Penumpukan sekret terjadi peradangan
penyebaran bakteri sel limfahematogen
Tidak efektif Efektif mempengaruhi termoregulasi
Sekret sulit dikeluarkan Sekret keluar saat batuk Keletihan
akumulasi sekret Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Sesak nafas Batuk terus menerus Hipertermi
Pola nafas tidak efektif terhisap orang sehat
Resiko penyebaran infeksi
Intoleransi aktivitas
alveolus mengalami konsolidasi

Gangguan pertukaran gas

( Price and Wilson, 2006 )


5

4. Manifestasi Klinik

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit

yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga

memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita

gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadangkadang

asimtomatik. Gambaran klinik TBC Paru antara lain:

a. Demam 40 – 410c serta ada batuk/batuk darah

b. Sesak napas dan nyeri dada

c. Malaise, keringat malam

d. Suara khas pasa perkusi dada, bunyi napas

e. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit

f. Pada anak :

1) Berkurangnya BB 2 bulan berturut – turut tanpa sebab yang jelas atau

gagal tumbuh

2) Demam tanpa sebab jelas dengan atau tanpa wheeze

3) Batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze

4) Riwayat kontak dengan klien TB paru dewasa

(Amin, H. 2015)

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto thorax dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan

radiology standar. Karakteristik radiology yang menunjang

diagnostik antara lain :

1) Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.


6

2) Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)

3) Adanya kapias, tunggal atau ganda.

4) Adanya klasifikasi.

5) Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat dilapangan atas paru.

6) Bayangan yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu.

7) Bayangan bilier.

b. Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum),ditemukannya kuman

Mycrobakterium Tuberkulosis dari dahak penderita memastikan

Diagnosis Tuberkulosis Paru. Pengambilan dahak yang benar

sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-

baiknya.Pada pemeriksaan pertama.sebaiknya 3 kali

pemeriksaan dahak.Uji resistensi harus dilakukan apabila ada

dugaan resistensi terhadap pengobatan.Pemeriksaan sputum

adalah diagnostik yang terpenting dalam program

pemberantasan TBC Paru di Indonesia. (Rustam, 2008)

6. Komplikasi ( Depkes, RI. 2002 ).

a. Hemoptosis Berat ( Perdarahan dari saluran nafas bawah ) yang

dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau

tersumbatnya jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

c. Bronkietaksis ( pelebaran bronkus setempat ) dan fibrosis

( pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif )

pada paru.
7

d. Pneumotorak ( adanya udara di dalam rongga pleura ) spontan :

kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan

sebagainya.

f. Insufisiensi Kardio Pulmoner ( Cardio Pulmonary Insuffciency ).

7. Penatalaksanaan Medik

Pemberian Obat Anti TBC (OAT). OAT harus di kombinasi sedikitnya 2

obat yang bersifat Bakteroid dengan tujuan:

a. Membuat sputum positif menjadi Negatif

b. Mencegah kekambuhan dengan kegiatan sterilisasi

c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya

tahan imunologi.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Identitas klien penyakit Tuberkulosis dapat menyerang manusia mulai dari

usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara

laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada

pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi, sehingga

masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim (Wahid &

Suprapto, 2013).

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama
8

Tuberkulosis dijuluki the great imitator, suatu penyakit yang

mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga

memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah

pasien yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-

kadang asimptomatik (Muttaqin, 2008) Keluhan yang sering

menyebabkan pasien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim

kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu (Muttaqin, 2008)

a) Keluhan Respiratori, meliputi :

(1) Batuk

(2) Batuk Darah

(3) Sesak Nafas

(4) Nyeri Dada

b) Keluhan Sistemis, meliputi :

(1) Demam

(2) Keluhan Sistemis lain

Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,

penurunan berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan

biasanya bersifat bersifat gradual muncul dalam beberapa

minggu bulan. Akan tetapi penanmpilan akut dengan batuk,

panas, dan sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul

menyerupai gejala pneumonia (Muttaqin, 2008).

c. Riwayat Penyakit Dahulu


9

Menurut (Muttaqin, 2008) pengkajian yang mendukung adalah dengan

mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan

batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran

getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti

diabetes melitus.

d. Riwayat Penyakit Sekarang

meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang

dirasakan saat ini. Dengan adanya sesak nafas, batuk berdahak, nyeri dada,

keringat pada malam hari, nafsu makan menurun dan suhu badan

meningkat.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat menanykan

apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai

faktor predisposisi penularan didalam rumah (Muttaqin, 2008).

f. Riwayat Psiko – Sosio – Spritual

Pada kondisi klinis, pasien dengan Tuberkulosis sering mengalami

kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya. Perawat

juga perlu menanyakan kondisi pemukiman pasien bertempat tinggal. Hal

ini penting, mengngat TB paru sangat rentan dialami oleh mereka yang

bertempat tinggal dipemukiman padat dan kumuh karena populasi bakteri

TB paru lebih mudah hidup ditempat kumuh dengan ventilasi dan

pencahayaan sinar matahari yang kurang.

g. Pola Kesehatan
10

1) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan

penggunaan obat-obatan steroid bisa menjadi faktor resiko timbulnya

penyakit (Doenges, 2000). TB juga mudah menular pada mereka yang

tinggal di perumahan padat, kurang sinar matahari dan sirkulasi

udaranya buruk/pengap, namun jika ada cukup cahaya dan sirkulasi,

maka kuman TB hanya bisa bertahan selama 1-2 jam (Tjandra

Yoga,2007).

2) Pola Nutrisi dan Metabolik Pasien dengan tuberkulosis paru biasanya

kehilangan nafsu makan (Doenges, 2000). Pada pola nutrisi, pasien TB

paru akan mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan

penurunan berat badan (Muttaqin, 2008).

3) Pola Eliminasi

Dapat ditemukan adanya oliguria. Karena keadaan umum pasien yang

lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan

konstipasi (Doenges, 2000). Pada saat BAK warna urine pasien akan

berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal

masih normal jika pasien TB sudah mendapatkan OAT (Muttaqin,

2008).

4) Pola Aktivitas dan Latihan

Pasien dapat mengalami kelemahan umum, napas pendek karena kerja,

takikaria, takipnea atau dispnea pada kerja, kelemahan otot dan nyeri

(Doenges, 2000). Menjelaskan bahwa gejala yang muncul antara lain


11

kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal

olahraga yang tidak teratur (Muttaqin,2008).

5) Pola sensori dan Kognitif

Dalam keadaan kronis perubahan mental (bingung) mungkin dapat

terjadi (Doenges, 2000). Menjelaskan bahwa Pasien dengan TB paru

kebanyakan berpendidikan rendah, akibatnya mereka sering kali tidak

menyadari bahwa penyembuhan penyakit dan kesehatan merupakan

hal yang sangat penting ( Muttaqin, 2008).

6) Pola Tidur dan Istirahat

Klien yang mengalami TB paru harus banyak tirah baring dan

membatasi aktivitas (Doenges, 2000).

7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Perlu dikaji tentang persepsi pasien terhadap penyakitnya. Persepsi

yang salah dapat menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara

memandang diri yang salah juga akan menjadi stressor dalam

kehidupan pasien ( Muttaqin, 2008 ).

8) Pola Hubungan dan Peran

Gangguan pada pernapasan sangat membatasi pasien untuk menjalani

kehidupan secra normal. Pasien perlu menyesuaikan kondisinya

dengan hubungan dan peran pasien, baik dilingkungan rumah tangga,

masyarakat ataupun lingkungan kerja serta perubahan peran yang

terjadi setelah pasien mengalami gangguan pernapasan (Muttaqin,

2008).
12

9) Pola Reproduksi Seksual

Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse

akan terganggu karena pasien mengalami ketidakmampuan umum

(Doenges, 2000). Menjelaskan bahwa pada penderita TB Paru akan

mengalami perubahan pola reproduksi dan seksual karena kelemahan

dan nyeri dada ( Efendi,2009).

10) Pola Penanggulangan Stress

Pada pasien dapat ditemukan banyak stessor. Perlu dikaji penyebab

terjadinya stress, frekuensi dan pengaruh stress terhadap kehidupan

pasien serta cara penanggulangan terhadap stressor (Doenges, 2000).

11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia di percaya dapat

meningkatkan kekuatan pasien. Keyakinan pasien terhadap Tuhan dan

mendekatkan diri Kepada-Nya merupakan metode penanggulangan

stress yang konstruktif (Muttaqin, 2008). Karena mengalami sesak

nafas dan nyeri dada biasanya penderita TB Paru sering terganggu

ibadahnya (Efendi, 2009).

h. Pemeriksaan Persistem

1) Sistem Pernafasan B1 (Breathing)

Pemeriksaan fisik pada pasien TB paru merupakan pemeriksaan fokus

yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi (Muttaqin, 2008)

a) Palpasi
13

Palpasitrakea. Adanya pergeseran trakea menunjukkan

meskipuntetapi tidak spesifik-penyakit dari lobus atas paru. Pada

Tb paru disertai adanya efusi pleura masif dan pneumothoraks

akan mendorong posisi trakea ke arah berlawanan dari sisi sakit.

b) Perkusi

Pada pasien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi,

biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh

lapang paru. Pada pasien dengan TB paru yang disertai

komplikasi seperti efusi pleura akan di dapatkan bunyi redup

sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi

cairan dirongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks, maka di

dapatkan bunyi hiperresonan terutama jika pneumothoraks ventil

yang mendorong posisi paru ke sisi yang sehat (Muttaqin, 2008).

c) Auskultasi

Pada pasiien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan

(ronchi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa

untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana di

dapatkan bunyi ronchi. Bunyi yang terdengar melalaui stetoskop

ketika klien berbicara disebut sebagai resonan vokal. Pasien

dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura dan

pneumothoraks akan didapatkan penurunan resonan vokal pada

sisi yang sakit (Muttaqin, 2008).

2) Sistem Kardiovaskular B2 (Blood)


14

Pada pasien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:

a) Inspeksi

Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.

b) Palpasi

Denyut nadi perifer melemah.

c) Perkusi

Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi

pleura massif mendorong ke sisi sehat.

d) Auskultasi

Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan

biasanya tidak didapatkan (Muttaqin, 2008).

3) Sistem Persyarafan B3 (Brain)

Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis perifer

apabila gangguan perfusi jaringat berat. Pada pengkajian objektif,

pasien tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih, meregang

dan menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya

didapatkan adanya konjungtiva anemis pada TB paru dengan

hemoptoe masif dan kronis, dan sklera ikterik pada TB paru dengan

gangguan fungsi hati (Muttaqin, 2008).

4) Sistem Genitourinaria B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.

Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal

tersebut merupakan tanda awal dari syok. Pasien diinformasikan agar


15

terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang

menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena

meminum OAT terutaman Rifampisin (Muttaqin, 2008).

5) Sistem Pencernaan B5 (Bowel))

Kaji pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu

makan, dan penurunan berat badan (Muttaqin, 2008).

6) Sistem Muskuloskeletal B6 (Bone)

Aktivitas sehari-hari berkuarang banyak pada klien TB paru. Gejala

yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup

menetep dan jadwal olahraga menjadi tak teratur (Muttaqin, 2008).

7) Sistem Intergumen Kuku dan Imunitas (Muttaqin, 2008).

a) Inspeksi

Kaji warna kulit, edema/tidak, eritmea.

b) Palpasi

Kaji CRT normal/tidak, perubahan akral, turgor kulit, nyeri

tekan, clubbing finger.

8) Sistem Endokrin

Kaji terjadinya pembesaran kelenjar thyroid, palpitasi, exopthalmmus,

neuropati, retinopati (Muttaqin, 2008).

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Menurut PPNI,(2016) menjelaskan kemungkinan diagnosa keperawatan

yang muncul pada klien TB paru diantaranya, sebagai berikut :


16

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan yang ditandai dengan :

DS : sesak napas, batuk

DO : batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi, ronchi wheezing,

frekuensi napas berubah, pola napas berubah.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan,

hambatan upaya napas, penurunan energy,kecemasan ditandai dengan :

DS : dispnea, ortopnea

DO : penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas abnormal,

pernapasan cuping hidung, kapasitas vital menurun, tekanan

ekspirasi/inspirasi menurun.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolar – kapiler yang ditandai

dengan :

DS : dispnea. pusing, penglihatan kabur

DO : PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, bunyi

napas tambahan, sianosis, gelisah, pola napas abnormal, warna

kulit abnormal, kesadaran menurun

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi ( inflamasi, iskemia,

neoplasma ) ditandai dengan :

DS : mengeluh nyeri
17

DO : wajah tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi

nadi meningkat, sulit tidur, Td meningkat, pola napas berubah,

nafsu makan berubah, diaphoresis

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen, kelemahan yang ditandai dengan :

DS : Mengeluh lelah, lemah

DO : Frekuensi jantung meningkat, Td berubah, sianosis

f. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ( infeksi paru ) yang

ditandai dengan :

DS :-

DO : suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardia,

takipnea, kulit terasa hangat

g. Defisit pengetahuan mengenai kondisi yang berhubungan kurang

terpaparnya informasi yang ditandai dengan :

DS : menanyakan masalah yang dihadapi

DO : menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan persepsi

yang keliru terhadap masalah


1

h. Rencana Asuhan Keperawatan


Menurut PPNI,(2016), Nanda NIC NOC rencana asuhan keperawatan pada klien TB paru antara lain :
Tabel 2.1 intervensi keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan &Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan NIC : 1. untuk membantu klien bernapas lebih
tidakefektif berhubungan keperawatan diharapkan jalan -Respiratory monitoring baik mengurangi sesak napas
dengan sekresi yang tertahan napas bersih dan efektif : 1. Berikan O2 2. Napas dalam dapat akan memfasilitasi
yang ditandai dengan : NOC: 2. Anjurkan klien untuk pengembangan maksimum paru-paru.
DS: sesak napas, batuk - Respiratory status ventilation istirahat dan napas dalam 3. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi
DO: batuk tidak efektif, - Respiratory status airway 3. Posisikan klien untuk paru dan menurunkan upaya
sputum berlebih, mengi, patency memaksimalkan ventilasi pernafasan.Ventilasimaksimal membuka area
ronchi,wheezing,frekuensi Dengan kriteria hasil : 4. Keluarkan sekret dengan atelaktasis dan meningkatkan gerakan secret ke
napas berubah, pola napas 1. Mampu mendemonstrasikan batuk, ajarkan batuk efektif dalam jalan nafas besar untuk di keluarkan.
berubah. batuk efektif 5. Lakukan fisioterapi dada 4. Dengan batuk efektif sekret membantu
2. Menunjukan jalan napas yang 6. Auskultasi suara napas sekret untuk keluar.
paten (klien tidak merasa ,catat adanya suara napas 5. Meningkatkan drainase agar eliminasi
tercekik,irama tambahan sekret lebih mudah di keluarkan
napas,frekuensi napas dalam 7. Kolaborasi pemberian 6. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan
rentang normal, tidak ada terapi seperti berikan atelaktasis, ronchi, mengi menunjukan
suara napas abnormal) bronkodilator(Nebulizer) akumulasi secret/ ketidakmampuan untuk
3. Mampu mengidentifikasi dan membersihkan jalan nafas yang dapat
mencegah factor penyebab menimbulkan penggunaan otot aksesori
4. Saturasi O2 dalam batas pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.
normal 6.Bronkodilator meningkatkan ukuran humen
2

percabangan trakeobronkial sehingga


2. menurunkan tahanan terhadap aliran udara

Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan dengan depresi yang dilakukan diharapkan 1. Monitor TTV 1.Untuk mengetahui keadaan umum klien.
pusat pernapasan, hambatan klien menunjukan kefektifan 2. Posisikan klien untuk
upaya napas, pola panas. memaksimalkan ventilasi 2. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi
penurunanenergy,kecemasan NOC: (posisi semi fowler) paru dan menurunkan upaya
ditandai dengan - Respiratory status :ventilation 3. Auskultasi suara napas, pernafasan.Ventilasimaksimal membuka area
DS : dispnea, ortopnea - Respiratory aiway patency catat adanya suara napas atelaktasis dan meningkatkan gerakan secret
DO : penggunaan otot bantu - Vital sign status tambahan ke dalam jalan nafas besar untuk di
pernapasan, pola napas Dengan kriteria hasil 4. Keluarkan sekret dengan keluarkan.
abnormal, pernapasan cuping 1. Mampu bernapas dengan baik batuk atau suction serta
hidung, kapasitas vital 2. Menunjukan jalan napas yang kaji sputum, warna, bau 3. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan
menurun, tekanan paten dan konsitensi atelaktasis, ronchi, mengi menunjukan
ekspirasi/inspirasi menurun. 3. Tanda–tanda vital dalam akumulasi secret/ ketidakmampuan untuk
rentang normal membersihkan jalan nafas yang dapat
menimbulkan penggunaan otot aksesori
pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.

4. Adanya sputum yang tebal, kental berdarah


atau purulen diduga terjadi sebagai masalah
sekunder.
3

3.

Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan NIC 1. Untuk mengetahui keadaan umum klien.
berhubungan dengan keperawatan diharapkan klien -Respiratory monitoring 2. TB paru menyebabkan efek luas pada paru
ketidakseimbangan ventilasi- dapat gangguan pertukaran gas -Airway management dari bagian kecil bronkopneumonia sampai
perfusi, perubahan membrane klien teratasi. 1. Monitor TTV inflamasi difusi luas nekrosis effuse pleural
alveolar – kapiler yang ditandai NOC : 2. Monitor pola napas : untuk fibrosis luas. Efek pernafasan dapat
dengan : - Respiratory status : gas bradipnea,takipnea,kussma dari ringan sampai dispnea berat sampai
DS: dispnea, pusing, penglihanexchange ul,hiperventilas, cheyne distress pernafasan.
kabur - Respiratory status : Ventilation stokes. 3. Akumulasi secret/pengaruh jalan nafas dapat
DO:PCO2meningkat/menurun, - Vital sign status 3. Observasi sianosis mengganggu oksigenasi organ vital dan
PO2 menurun, takikardia, bunyiDengan kriteria hasil : khususnya membrane jaringan.
napas tambahan, sianosis,1. Mendemonstrasikan mukosa 4. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan
gelisah, pola napas abnormal, peningkatan ventilasi dan 4. Auskultasi suara napas, atelaktasis, ronchi, mengi menunjukan
warna kulit abnormal, oksigenasi yang adekuat catat area penurunan/tidak akumulasi secret/ ketidakmampuan untuk
kesadaran menurun 2. Memilihara kebersihan paru adanya suara tambahan membersihkan jalan nafas yang dapat
dan bebas dari tanda – tanda menimbulkan penggunaan otot aksesori
distress pernapasan pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan
3. TTV dalam rentang normal
4

4.

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC ; 1. Untuk mengetahui keadaan umum klien
dengan agen cedera fisiologi keperawatan diharapkan nyeri 1. Monitor TTV 2. Mengetahui keefektifan
( inflamasi, iskemia, neoplasma klien berkurang. 2. Lakukan pengkajian nyeri pengobatan,perubahan karakteristik nyeri
) ditandai dengan : NOC; secara komprehensif menunjukan adanya peradangan pada
DO : mengeluh nyeri - Pain level PQRST bronkus dan alveolus
DO : wajah tampak- Pain control 3. Observasi reaksi nonverbal 3. Mengidentifikasi tingkat nyeri
meringis,bersikap - Comfort level dari ketidaknyamanan 4. Untuk mengurangi nyeri
protektif,gelisah, frekuensi nadi Dengan kriteria hasil : 4. Ajarkan tentang teknik non 5. Untuk memfasilitasi manajemen nyeri
meningkat, Td meningkat, pola 1. Mampu mengontrol farmakologi : napas dalam, 6. Menghilangkan nyeri dengan terapi
napas berubah, nafsu makan nyeri relaksasi, distraksi. farmakologi
berubah, diaphoresis. 2. Melaporkan bahwa 5. Tingkatkan istirahat
nyeri berkurang 6. Kolaborasi pemberian
3. Mampu mengenali analgetik
nyeri(skala,intensitas,frekuens
i dan tanda nyeri)
5

4. Menyatakan rasa
5. nyaman setelah nyeri
berkurang.
5. TTV dalam rentang
normal

Intoleransi aktivitas NIC : 1. Menetapkan kemampuan kebutuhan


berhubungan dengan 1. Monitor respon klien klien dan memudahkan pilihan
ketidakseimbangan antara terhadap aktivitas 2. Menurunkan stress dan rangsangan
suplai dan oksigen, kelemahan Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan lingkungan yang berlebihan, meningkatkan istirahat
yang ditandai dengan : keperawatan diharapkan tenang dan dibatasi 3. Tirah baring selama fase akut untuk
DS : mengeluh lelah, lemah masalah intoleransi aktivitas pengunjung selama fase menurunkan kebutuhan metabolic,
DO : Frekuensi jantung dapat teratasi. akut sesuai indikasi menghemat energy untuk penyembuhan
meningkat, Td berubah, NOC : 3. Jelaskan pentingnya 4. Memberikan kenyaman pada klien
sianosis - Self care : ADLs istirahat dalam rencana
- Toleransi activity pengobatan dan perlunya
- Konservasi energy keseimbangan aktivitas
Dengan kriteria hasil : istirahat
6

1. Klien mampu melakukan 4. Bantu klien posisi yang


6. ADLnya secara mandiri nyaman untuk istirahat
2. Tidak ada kelemahan dan
kelelahan saat beraktitivitas

Hipertermi berhubungan NIC : 1. Mengetahui penyebab hipertermi karena


dengan proses penyakit -Fever treatment penambahan pakaian/selimut dapat
( infeksi paru ) yang ditandai -Temperature regulation menghambat penurunan suhu tubuh
dengan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya hipertermi 2. Penyediaan udara yang bersih
DS : - keperawatan diharapkan panas 2.Tingkatkan sirkulasi udara 3. Proses hilangnya panas akan terhalangi
DO : suhu tubuh diatas nilai badan klien berkurang 3.Anjurkan klien memakai oleh pakaian yang tebal dan tidak dapat
normal, kulit merah, kejang, NOC : pakaian yang tipis menyerap keringat
takikardia, takipnea, kulit - Thermoregulation 4. Monitor Td, nadi, 4. Pemantaaun tanda-tanda vital yang teratur
terasa hangat Dengan kriteria hasil : pernapasan, suhu minimal 2 dapat menentukan perkembangan
7

1. Suhu tubuh dalam rentang jam kepeawatan selanjutnya


7. normal 5. Beri minum yang cukup 5. Kebutuhan cairan karena penguapan tubuh
2. Nadi dan pernapasan dalam 6. Kolaborasi pemberian obat meningkat
rentang normal antipiuretik 6. Obat antipiuretik untuk menurunkan
3. Tidak ada perubahan warna demam
kulit

Defisit pengetahuan NIC : 1. Pengetahuan dapat menurunkan resiko


berhubungan dengan kurang 1. Kaji tingkat pengetahuan penularan atau reaktivitas ulang juga
terpaparnya informasi yang klien dan keluarga komperkasi sehubungan dengan
ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan 2. Sediakan informasi pada penyakitnya
DS: menanyakan masalah keperawatan diharapkan klien klien tentang kondisi klien 2. Untuk memberitahukan kondisi klien pada
yang dihadapi menunjukan pengetahuan dengan tepat keluarga
8

DO: menunjukan perilaku tentang proses penyakit. 3. Jelaskan tentang dosis 3. Meningkatkan partisipasi klien dalam
tidak sesuai anjuran, NOC : obat,frekuensi pemberian, program pengobatan dan mencegah putus
menunjukan persepsi yang - Knowledge : disease process kerja yang diharapkan dan obat karena membaiknya kondisi fisik
keliru terhadap masalah - Knowledge : health behavior alasan mengapa pengobatan klien sebelum jadwal terapi selesai
Dengan kriteria hasil : Tb berlangsung dalam
1. Klien dan keluarga waktu lama (diskusikan
menyatakan pemahaman pilihan terapi atau
tentang penyakit, kondisi. penanganan)
2. Klien dan keluarga mampu
melaksanakan kembali
prosedur yang dijelaskan
secara benar
3. Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan
lainnya.
1

i. Evaluasi Keperawatan
Tabel 2.2 Evaluasi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif 1. Mampu mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
berhubungan dengan penumpukan sekret napas bersih
2. Menunjukan jalan napas yang paten ( klien tidak merasa
tercekik, frekuensi napas dalam batas normal ).
3. Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor penyebab
4. Saturasi O2 dalam batas normal

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan 1. Mampu bernapas dengan baik
depresi pusat pernapasan, hambatan upaya 2. Menunjukan jalan napas yang paten
napas, penuruna nenergy,kecemasan 3. Tanda–tanda vital dalam rentang normal.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan 1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi


dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, yang adekuat
perubahan membrane alveolar – kapiler 2. Memilihara kebersihan paru dan bebas dari tanda – tanda
distress pernapasan
3. TTV dalam rentang normal

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera 1. Mampu mengontrol nyeri


fisiologi ( inflamasi, iskemia, neoplasma ) 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
2

3. Mampu mengenali nyeri(skala,intensitas,frekuensi dan


tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
5. TTV dalam rentang normal

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 1. Klien mampu melakukan ADLnya secara mandiri
ketidakseimbangan antara suplai dan oksigen, 2. Tidak adanya kelemahan dan kelelahan saat beraktivitas
kelemahan
6. Hipertermi berhubungan dengan proses 1. Suhu tubuh dalam rentang normal
penyakit (infeksi paru) 2. Nadi dan pernapasan dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit

7. Defisit pengetahuan berhubungan dengan 1. Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
kurang terpaparnya informasi penyakit, kondisi.
2. Klien dan keluarga mampu melaksanakan kembali
prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
3
BAB III

METODE PENULISAN

STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi

Kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit

penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas

atau institusi ( Nursalam, 2008 ).

Studi Kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan dengan diagnose medis tuberculosis paru di Rumah Sakit Umum

Ende.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus sejumlah satu orang klien ( individu ) yang diamati

secara mendalam. Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah satu

orang klien ( 1 kasus ) dengan masalah keperawatan tuberculosis paru dimana

perawat yang memberikan asuhan keperawatan serta keluarga yang dominan

mendampingi klien di ruangan perawatan khusus, serta semua kolaborasi

perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.

C. Batasan Istilah

Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang

parenkim paru.Tuberkulosis Paru dapat juga di tularkan ke bagian tubuh

lainya termasuk ginjal, tulang, nodus, limfe dan lain-lain.Agens infeksius

1
2

utama Mycrobakterium Tuberkulosis Paru adalah batang aerobic tahan asam

dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet.(Brunner dan Suddart, 2010)

D. Lokasi dan waktu studi kasus

Studi kasus ini adalah studi kasus individu ( di rumah sakit ) yang

dilakukan di Rumah Sakit Umum Ende dan dilakukan pada tanggal 25

Februari 2020 dengan lama waktu penelitian sejak klien pertama masuk rumah

sakit sampai pulang

E. Prosedur Studi Kasus

Prosedur yang digunakan pada studi kasus adalah prosedur asuhan

keperawatan. Proses Asuhan Keperawatan yang dilakukan peneliti adalah :

1. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden/keluarga menggunakan

metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik.

2. Peneliti merumuskan diagnosis keperawatan yang muncul pada responden.

3. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan

kepada responden.

4. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden.

5. Peneliti mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada

responden.

6. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang telah

diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian sampai pada

evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :


3

1. Wawancara

a. Menanyakan Identitas

b. Menanyakan keluhan utama

c. Menanyakan riwayat penyakit

d. Menanyakan informasi tentang klien kepada keluarga

2. Observasi/Memonitor

3. Pemeriksaan Fisik ( inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi )

4. Dokumentasi laporan asuhan keperawatan dan hasil pemeriksaan

Laboratorium

G. Instrumen Pengumpulan Data

Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam studi kasus adalah format

pengkajian, alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensimeter, thermometer,

stetoskop.

H. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau

informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.

Pada penelitian ini di uji keabsahan data dilakukan dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan dan tindakan

2. Sumber informasi tambahan dari tiga sumber data utama yaitu klien,

perawat, dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

I. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di rumah sakit, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Teknik analisis


4

digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan sudi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan

dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

intervensi. Urutan dalam analisis data pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Pengumpulan data

Data di kumpulkan dari hasil wawancara, observasi,dokumentasi.

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, data yang dikumpulkan

terkait dengan data pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan

keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokan menjadi data

subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostic kemudian dibandingkan dengan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dilakukan dengan tabel, bagan maupun teks naratif.

4. Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.


BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran lokasi studi kasus

Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Ende merupakan RS tipe C

milik pemerintah daerah Kabupaten Ende. Terdiri daei unir rawat inap unit

rawat jalan. Ruangan rawat inap terdiri dari Ruangan Penyakit Dalam

( RPD ), Ruangan Perawatan Bedah ( RPB ), Ruangan Perawatan Anak

( RPA ), Ruangan Kebidanan dan Kandungan ( RKK ), Ruangan Intensif

Care Unit ( ICU ), Ruangan Perawatan Khusus ( RPK ) ruang perawatan

untuk merawat klien dengan penyakit menular, Ruangan Perinatal dan

Ruangan Paviliun. Sedangkan rawat jalan terdiri dari Poli penyakit dalam,

Poli bedah, Poli kandungan, Poli anak, Poli rehabilitasi, Poli saraf, Poli

gigi, Poli mata, Poli tumbang, Poli vicity, Pojok laktasi, Poli umum.

Sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan, RSUD Ende telah

melengkapi diri dengan berbagai fasilitas pelayanan guna pelayanan untuk

masyarakat seperti instalasi gawat darurat, farmasi, radiologi, laboratorium

untuk pemeriksaan diagnostic, elektromedis dan palang merah Indonesia

(PMI). Sedangkan unit penunjang non medis terdiri dari administrasi,

keuangan, pelayanan medis, pemeliharaan sarana dan prasarana rumah

sakit. Adapun Visi dan Misi BLUD RSUD Ende :

36
2

Visi BLUD RSUD Ende “ Menjadi Rumah Sakit Rujukan dan Pendidikan

Terbaik di Flores “ Misi BLUD RSUD Ende

a. Meningkatkan kualitas pelayanan yang terjangkau oleh masyarakat

dengan di landasi etik profesi.

b. Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan.

c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana.

d. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

Dengan Moto “ Fonga Sama Melayani dengan Hati dan Senyum “ Batas –

batas wilayah RSUD ENDE sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Jln. Sam Ratulangi

b. Sebelah Timur : Pemukiman Penduduk

c. Sebelah Selatan : Jln. Prof. W.Z. Yohanes

d. Sebelah Barat : Selokan

Jumlah tenaga medis di BLUD RSUD Ende terdiri dari : Dokter bedah 2

orang, dokter penyakit dalam 2 orang, dokter obgyn 1 orang, tenaga

keperawatan 184 orang, tenaga bidan 58 orang, tenaga perkarya 4 orang,

tenaga farmasi 16 orang, tenaga kesehatan lingkungan 2 orang, tenaga gizi

2 orang, Fisioterapi 4 orang, tenaga teknis medis 46 orang, tenaga non

keperawatan 21 orang. Jumlah ketenagaan di Ruangan Perawatan Khusus

BLUD RSUD Ende sebanyak 15 orang dengan rincian S1 sebanyak 1

orang, D-III sebanyak 12 orang, administrasi 1 orang, Cleaning service

sebanyak 1 orang.
3

2. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 Februari 2020 di Ruangan

Perawatan Khusus pada kamar matahari RSUD Ende :

a. Identitas Klien

Nama : Tn. G.G.W

Jenis kelamin : Laki - laki

Umur : 72 tahun

Agama : Katolik

Pendidikan : SD

Alamat : Jln. wolowona

Tgl MRS : 24 Februari 2020

No. Reg : 106816

Dx Medik : TB paru

b. Keluhan Utama

Klien masuk dengan keluhan batuk – batuk, lendir, sesak nafas, nyeri

punggung belakang, klien tampak lemah.

c. Keadaan umum

Klien tampak sakit sedang, penulis melakukan penilaian kesadaran

dengan memberikan rangsangan terhadap klien, saat penulis

berkomunikasi dengan klien dapat menjawab dengan baik, klien

mampu mengikuti perintah seperti arahan dari penulis untuk coba

mengangkat kedua tangan, jadi kesadaran klien composmentis,

kuantitatifnya respon motorik 6 (mengikuti perintah), respon bicara 5


4

(orientasi baik), membuka mata 4 ( membuka secara spontan ),

jumlah 15 sehingga kesimpulannya klien sadar penuh, hasil

pengukuran tanda – tanda vital di ketahui bahwa tekanan darah

110/80 mmHg sehingga MAP diketahui berjumlah 90 mmHg

( normalnya : 80 – 120 mmHg ) dapat disimpulkan bahwa perfusi

darah ke ginjal klien memadai, nadi 78 kali permenit, pernapasan 25

kali permenit, suhu 370C di ukur pada axila.

d. Pengkajian pola kesehatan

1) Persepsi kesehatan – pola pemeliharaan kesehatan

Kebiasaan sehari – hari : klien beranggapan bahwa kesehatan itu

penting, jika dirinya ataupun anggota keluarga yang sakit selalu di

bawah ke fasilitas kesehatan seperti ke klinik dokter., Keadaan

saat ini : klien menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan perlu

mendapatkan perawatan serta pengobatan agar segera sembuh.

2) Pola Nutrisi metabolic

Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan makan 3x1 sehari

dengan menu makan nasi, sayur, tahu dan tempe, ikan, porsi

makanan di habiskan dan tidak ada makanan pantangan untuk

klien, Keadaan saat ini : klien mengatakan makan 3x sehari , ½

porsi makanan di habiskan.

3) Pola Eliminasi

Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan BAB 2 kali sehari dan

BAK kurang lebih 8 kali dalam sehari, Keadaan saat ini : klien
5

mengatakan sudah 1 minggu belum BAB, BAK kurang lebih 4

kali sehari.

4) Pola Istirahat – tidur

Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan sering terjaga hingga

jauh malam, jumlah jam tidur malam berkisar 4 – 5 jam selalu

membagi waktu untuk bekerja dan beristirahat selama melakukan

pekerjaan sehari – hari, Keadaan saat ini : klien mengatakan

waktu untuk tidur malam selalu terganggu karena batuk, waktu

efektif untuk tidur sekitar 4 – 5 jam.

5) Pola Aktivitas – Latihan

Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan hanya bisa bekerja

pekerjaan yang ringan di rumah karena cepat cape dan merasa

lemah, Keadaan saat ini : klien tidak bisa bekerja/beraktivitas,

karena cepat lelah dan cape, sesak nafas, aktivitas klien sebagian

dibantu.

6) Pola Kognitif dan Persepsi sensori

Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan bahwa dirinya baik –

baik saja tetapi mata klien sudah agar kabur, Keadaan saat ini :

klien mengatakan indra penglihatannya ( mata ) sudah agar kabur

dank lien mengeluh nyeri pada saat batuk, nyeri seperti ditusuk –

tusuk, pada saat di kaji skala nyeri 4 ( 1-10 ) nyeri sedang,

ekspresi wajah meringis.

7) Pola Persepsi dan Konsep diri


6

a) Gambaran diri : klien mengatakan klien belum pernah

mengalami sakit seperti ini sebelumnya dan masih dapat

melakukan aktivitasnya secara normal

b) Identitas diri : klien mengatakan ia seorang petani, suami

sekaligus bapak dari anak – anaknya

c) Ideal diri : klien berharap setelah mendapatkan pengobatan di

rumah sakit, klien dapat sembuh dan melakukan aktivitasnya

secara normal dan mandiri

d) Citra diri : klien mengatakan menyukai seluruh bagian

anggota tubuhnya tetapi saat ini klien merasa sangat tak

berdaya dikarenakan sakit yang di derita klien

e) Peran diri : klien mengatakan ia seorang petani, dan sebagai

bapak harus menjalankan kewajibannya untuk menasihati

anak – anaknya dan selalu ada saat anak – anaknya

membutuhkan bantuan.

8) Pola Reproduksi seksual : klien mengatakan tidak ada masalah

pada dengan reproduksinya.

9) Pola Peran dan hubungan

Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan memiliki hubungan

yang baik dengan tetangga dan keluarganya , klien menyadari ia

seorang kepala keluarga, Keadaan saat ini : klien mengatakan

tetap menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarganya.


7

10) Pola Mekanisme dan toleransi terhadap stress, Kebiasaan sehari –

hari : klien tidak pernah mengalami stress pada saat menghadapi

suatu masalah dalam keluarga, Keadaan saat ini : klien merasa

cemas dengan penyakitnya,

11) Pola Sistem Nilai Kepercayaan, Kebiasaan sehari – hari : klien

mengatakan klien beragam katolik dan selalu melaksanakan

ibadah, Keadaan saat ini : klien selalu berdoa pada saat minum

obat, makan dan saat merasa cemas, klien selalu menyebut nama

tuhan.

e. Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik mendapatkan hasil sebagai berikut :

1) Tanda – tanda vital : Tekanan darah : 110/80 mmHg, Suhu : 36 0

C, Respirasi : 25x/mnit, Nadi : 84x/mnit

2) Pemeriksaan head to toe

a) Kepala :

I : Bentuk simettis, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan

P : Tidak ada benjolan

b) Mata :

I : Sclera putih, pupil isokor, reflex cahaya +/+,

konjungtiva tidak anemis

P : Tidak ada benjolan


8

c) Hidung :

I : Bentuk simetris, tidak ada luka dan polip, terpasang

oksigen nasal kanul 2 tpm

P : Tidak ada kelainan dan benjolan

d) Mulut :

I : Mukosa bibir kering, tonsil tidak membersar, gigi

tidak lengkap, tidak ada caries pada gigi

e) Telinga :

I : Bentuk simetris, bersih

P : Tidak ada nyeri tekan

f) Leher :

I : Tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, tidak ada luka

P : Tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan tidak

ada nyeri tekan pada saat menelan

g) Dada :

I : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pernapasan

25x/menit,

P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema

A : Suara paru sonor, bunyi suara nafas ronchi

h) Abdomen :

I : Bentuk supel, tidak ada luka

A : Bising usus 18x/menit

P : Bunyi timpani
9

P :Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat massa

i) Genetalia :

I : Tidak terpasang kateter

j) Eksternitas atas

I : Tidak ada kelainan, jari – jari lengkap, terpasang

infuse nacl 0,9% 20 tpm pada tangan kiri

k) Ekstermitas bawah

I : Tidak ada kelainan, jari – jari lengkap, tidak ada

edema.

f. Analisa Data
Tabel 4.1 analisa data
No Sign/symptom Etiologi Problem
1 DS : Klien mengatakan Invasi bakteri TB Bersihan jalan
batuk, lender kuning, sesak napas tidak
nafas Infeksi Primer efektif
DO : Batuk, lender kuning,
ronchi (+), sesak nafas, RR : Bakteri dorma
25x/menit terpasang O2 nasal
kanul 3 lpm Bakteri muncul beberapa
tahun kemudian

Reaksi infeksi merusak


parenkim

Penumpukan sekret

2 DS : Klien mengatakan lemah Gangguan neuromuscular Intoleransi


dan tidak bisa beraktivitas aktivitas
DO : Aktivitas klien di bantu Penurunan kekuatan
sebagian seperti makan dan
minum Kelemahan fisik
10

3 DS : Klien mengatakan tidak Usia,factor pendidikan, Defisit


begitu paham dengan penyakit lingkungan pengetahuan
Tb paru
DO : Klien terlihat bingung Tidak memahami kondisi,
tentang penyakit Tb paru penyebab penyakit dan gaya
hidup

Kurang terpaparnya informasi

3. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian dan analisa data maka ditemukan diagnosa

keperawatan sebagai berikut ( PPNI,2016 ) :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekret yang ditandai dengan :

DS : Klien mengatakan batuk, lender kuning, sesak nafas

DO : Batuk, lender kuning, ronchi (+), sesak nafas, RR :

25x/menit terpasang O2 nasal kanul 3 lpm,

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan :

DS : Klien mengatakan lemah dan tidak bisa beraktivitas

DO : Aktivitas klien di bantu sebagian seperti makan dan

minum

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya

informasi yang di tandai dengan :

DS : Klien mengatakan tidak begitu paham dengan penyakit Tb

paru
11

DO : Klien terlihat bingung tentang penyakit Tb paru.


1

1. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan pada klien Tn. G.G.W dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru,
maka intervensi yang dilakukan sebagai berikut ( NANDA NIC NOC ) :
Tabel 4.2 intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan NIC :
efektif berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam 1. Auskultasi suara nafas 1. Penurunan bunyi nafas
penumpukan sekret yang diharapkan jalan napas bersih dan tambahan dapat menunjukan
ditandai dengan : efektif : 2. Ajarkan klien teknik batuk atelaktasis, ronchi, mengi
DS : klien mengatakan NOC: efektif menunjukan akumulasi
batuk, lendir kuning, sesak - Respiratory status ventilation 3. Berikan O2 secret/ ketidakmampuan
napas - Respiratory status airway 4. Lakukan fisioterapi dada untuk membersihkan jalan
DO : batuk, lender kuning, patency 5. Atur posisi fowler atau nafas yang dapat
ronchi (+), sesak nafas, RR : Dengan kriteria hasil : semi fowler menimbulkan penggunaan
25x/menit terpasang O2 1. Mampu mendemonstrasikan 6. Kolaborasi pemberian otot aksesori pernafasan
nasal kanul 3 lpm batuk efektif terapi obat (bronkodilator ) dan peningkatan kerja
2. Menunjukan jalan napas yang pernafasan
paten (klien tidak merasa 2. Dengan batuk efektif sekret
tercekik,irama napas,frekuensi membantu sekret untuk
napas dalam rentang normal, keluar
tidak ada suara napas abnormal) 3. untuk membantu klien
3. Mampu mengidentifikasi dan bernapas lebih baik
mencegah factor penyebab mengurangi sesak napas
2

4. Saturasi O2 dalam batas normal 4. Meningkatkan drainase


agar eliminasi sekret lebih
mudah di keluarkan
drainase
5. Bronkodilator
meningkatkan ukuran
humen percabangan
trakeobronkial sehingga
menurunkan tahanan
terhadap aliran udara
3

2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam kien 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui keadaan
kelemahan fisik yang menunjukan aktivitas kembali 2. Anjurkan untuk aktivitas umum klien
ditandai dengan : efektif yang ringan 2. Mengurangi peningkatan
DS : Klien mengatakan NOC : 3. Bantu klien beraktivitas tanda vital yang abnormal
lemah dan tidak bisa - Self care : ADLs 3. Memberikan kenyamanan
beraktivitas - Toleransi activity pada klien
DO : Aktivitas klien di bantu - Konservasi energy
sebagian seperti makan dan Dengan kriteria hasil :
minum 1. Klien mampu melakukan
ADLnya secara mandiri
2. Tidak ada kelemahan dan
kelelahan saat beraktitivitas
4

3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan NIC : 1. Pengetahuan dapat


berhubungan dengan kurang keperawatan 3 x 24 jam 1. Kaji tingkat pengetahuan menurunkan resiko
terpaparnya informasi yang diharapkan klien menunjukan klien dan keluarga penularan atau reaktivitas
ditandai dengan : pengetahuan tentang proses 2. Sediakan informasi pada ulang juga komperkasi
DS : Klien mengatakan tidak penyakit. klien dan keluarga tentang sehubungan dengan
begitu paham dengan NOC : kondisi klien dengan cara penyakitnya
penyakit Tb paru - Knowledge : disease process yang tepat 2. Untuk memberitahukan
DO : Klien terlihat - Knowledge : health behavior 3. Jelaskan informasi penyakit kondisi klien pada
bingung tentang penyakit Dengan kriteria hasil : yang di derita klien. keluarga
Tb paru 1. Klien dan keluarga 3. Menambah pengetahuan
menyatakan pemahaman klien tentang penyakit yag
tentang penyakit, kondisi. diderita
2. Klien dan keluarga mampu
melaksanakan kembali
prosedur yang dijelaskan
5

secara benar
3. Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.
1

2. Implementasi Keperawatan
Penatalaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan sesuai dengan tujuan yang ditemukan oleh perawat.
Implementasi hari senin 24 - 25 februari 2020 :
Tabel 4.3 implementasi keperawatan
No Hari/Tanggal DX Jam Implementasi Evaluasi
1. Senin, 24 Februari I 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital 19.00
2020 TD : 110/80 mmHg S : klien mengatakan batuk,
N:73x/menit sesak napas, lemah, lendir
RR: 25x/menit kuning
S : 370C O : batuk, tampak sesak napas,
14.30 Memberikan O2 3 lpm lender kuning, Rr:25x/menit,
15.00 Memposisikan klien untuk terpasang nasal kanul 3 lpm,
memaksimalkan ventilasi ronchi(+)
15.30 Menganjarkan klien batuk efektif A : masalah bersihan jalan
15.40 Melakukan fisioterapi dada pada napas tidak efektif belum
klien teratasi
16.00 Melayani injeksi ceftriaxone P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
17.00 Mengauskultasi suara napas
2

19.00
II 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan mudah
TD : 110/80 mmHg lelah jika bergerak
N:73x/menit memiringkan badan ke kiri dan
RR: 25x/menit ke kanan, lemah, sulit
S : 370C beraktivitas
15.15 Membantu aktivitas klien seperti O : klien tampak lemah, sulit
miring kanan dan miring kiri beraktivitas,TD:110/80mmHg,
16.15 Mengobservasi adanya N:73x/menit,RR: 25x/menit,
pembatasan klien dalam S : 370C
melakukan aktivitas A : masalah intoleransi aktivitas
17.30 Membantu mobilisasi klien belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,3,4,5
3

19.00
III 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan sudah
TD : 110/80 mmHg sedikit paham dengan
N:73x/menit penjelasan dari perawat
RR: 25x/menit O : klien dan keluarga tampak
S : 370C mengerti dengan penjelasan
15.30 Mengkaji tingkat pengetahuan perawat dan menerima dengan
klien dan keluarga tentang baik penjelasan perawat
penyakit yang diderita A: masalah defisit pengetahuan
16.30 Menjelaskan informasi penyakit teratasi sebagian
kepada klien dan keluarga P : lanjutkan intervensi 1 dan 3
17.35 Menyediakan informasi pada
klien tentang kondisi klien
dengan cara yang tepat
4

19.00
2. Selasa, 25 Februari I 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan masih
2020 TD : 120/80 mmHg batuk, sesak napas berkurang,
N: 80x/menit masih lemah, lendir berkurang,
RR: 20x/menit O : batuk sesekali, tampak
S: 36,80C sesak napas, lendir berkurang,
15.00 Memposisikan klien untuk Rr:20x/menit, terpasang nasal
memaksimalkan ventilasi kanul 3 lpm, ronchi(+)
16.00 Melayani injeksi ceftriaxone A : masalah bersihan jalan
17.00 Mengauskultasi suara napas dan napas teratasi sebagian.
mencatat adanya suara napas P : lanjutkan intervensi 1,2,3,5
tambahan
5

19.00
II 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan masih
TD : 120/80 mmHg lemah jika bergerak miring kiri
N: 80x/menit dan miring kanan.
RR: 20x/menit O : klien tampak lemah, sulit
S: 36,80C beraktivitas,TD:110/80mmHg,
15.30 Melatih klien untu mengangkat N:73x/menit,RR: 25x/menit,
tangan kiri dan tangan kanan S : 370C
16.30 Membantu aktivitas klien seperti A : masalah intoleransi aktivitas
miring kiri dan miring kanan belum teratasi
17.15 Mengobservasi adanya P : lanjutkan intervensi 1,3,4,5
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
6

18.00
III 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan sudah
TD : 120/80 mmHg mengerti dengan penjelasan
N: 80x/menit perawat,
RR: 20x/menit O :klien dan keluarga mengerti
S: 36,80C dan dapat mengulangi kembali
16.00 Menjelaskan tentang penyebab penjelasan yang telah dijelaskan
dan pencegahan penularan perawat
penyakit Tb pada klien dan A : masalah deficit pengetahuan
keluarga teratasi
7

16.30 Mengkaji kembali tingkat P : intervensi dihentikan


pengetahuan klien dan
keluarganya tentang penyakitnya
17.00 Menyediakan informasi pada
klien tentang kondisi klien.
1

B. Pembahasan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa

medis Tuberculosis Paru menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan

keperawatan dan evaluasi keperawatan. Dalam pembahasan akan dilihat

adanya kesenjangan antara teori, studi kasus terdahulu dan hasil studi kasus

saya.

1. Interpretasi dan Diskusi hasil

a. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian pada studi kasus nyata Tn.G.G.W saat

dilakukan pengkajian ditemukan data – data sebagai berikut : Batuk –

batuk, lendir, sesak nafas, nyeri dada, nyeri punggung belakang,

lemah, aktivitas dibantu, tirah baring, sedangkan pengkajian menurut

Muttaqin, 2008 ditemukan data yang harus ada pada klien dengan

Tuberculosis paru sebagai berikut : Batuk, batuk berdarah, lemah,

sesak napas, keringat pada malam hari, malaise, demam, mual,

muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan,oliguria,

kelemahan, kelelahan, insomnia, mengalami tirah baring, meringis,

konjungtiva anemis, hal ini menunjukan adanya kesenjangan antara

teori dan kasus nyata, dimana pada kasus nyata, dimana pada kasus

nyata klien tidak mengalami keluhan batuk berdarah dikarenakan tidak

terjadi suatu aneurisma arteri paru, dan tidak terjadi vaskularisasi

tinggi pada jaringan granulasi terletak ditepi kavitas, klien tb paru


2

mengalami mual, muntah karena reaksi obat yang dikonsumsi, pada

Tn. G.G.W tidak terjadi mual, muntah dikarenakan klien belum

mengkonsumsi obat – obat untuk terapi pasien tb paru.

Menurut studi kasus peneliti Dita Pramasari, 2019 (Asuhan

keperawatan pada klien Ny.S dengan diagnosa medis tuberculosis di

Ruangan Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda) terdapat

pengkajian yaitu klien mengeluh batuk berdarah, sesak napas, hal ini

menunjukan adanya kesenjangan dengan studi kasus nyata, dimana

pada kasus Tn. G.G.W tidak mengalami batuk berdarah dikarenakan

tidak terjadi suatu aneurisma arteri paru, dan tidak terjadi vaskularisasi

tinggi pada jaringan granulasi terletak ditepi kavitas.

b. Diagnosa Keperawatan

Menurut PPNI,2016 pada diagnosa keperawatan yang ditemukan

ada 7 diagnosa tuberculosis paru sebagai berikut yaitu :

1) Bersihan jalan napas tidak efektif, Pola napas tidak efektif,

Gangguan pertukaran gas, Nyeri akut, Intoleransi aktivitas,

Hipertermi, Defisit pengetahuan.

Hal ini menunjukan adanya kesenjangan antara teori dan

kasus nyata, dimana pada kasus Tn.G.G.W terdapat 3 diagnosa

keperawatan yaitu : Bersihan jalan napas tidak efektif, intoleransi

aktivitas, defisit pengetahuan, ada 4 diagnosa keperawatan yang

tidak terdapat pada kasus nyata yaitu : Pola napas tidak efektif,

Gangguan pertukaran gas, Nyeri, Hipertermi. Tidak terjadinya Pola


3

napas tidak efektif dikarenakan tidak ada data yang mendukung

untuk di angkat diagnosa tersebut, seperti tidak ada penggunaan

otot bantu pernapasan, gagal napas, tidak terjadinya gangguan

pertukaran gas dikarenakan tidak ada data yang mendukung untuk

diangkat diagnosa tersebut seperti tanda warna kulit abnormal

( pucat ), AGD abnormal, tidak terjadi hipertermi dikarenakan

tidak ada data yang mendukung diagnosa tersebut seperti >37,8 0C,

kulit hangat, kulit kemerahan, menggigil, tidak terjadi nyeri pada

saat klien batuk.

Menurut studi kasus peneliti Dita Pramasari, 2019 (Asuhan

keperawatan pada klien Ny.S dengan diagnosa medis tuberculosis

di Ruangan Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda)

terdapat diagnosa yaitu pola napas tidak efektif,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

hipertermi, hal ini menunjukan adanya kesenjangan antara studi

kasus peneliti dan studi kasus nyata, dimana studi kasus nyata tidak

terdapat diagnosa pola napas tidak efektif dikarenakan tidak ada

gejala yang jelas dan nampak pada Tn.G.G.W seperti tidak ada

penggunaan otot bantu pernapasan, gagal napas, tidak adanya

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada

Tn.G.G.W dikarenakan asupan makanan klien baik tidak ada gejala

yang terlihat, tidak terjadi hipertermi dikarenakan tidak ada gejala


4

yang nampak pada Tn. G.G.W seperti >37,80C, kulit hangat, kulit

kemerahan, menggigil.

c. Intervensi Keperawatan

Intervensi dibuat berdasarkan prioritas masalah sesuai dengan

kondisi klien, intervensi keperawatan pada Tn. G.G.W disusun

berdasarkan teori dengan masalah keperawatan :

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekret: a) Berikan O2, b) Anjurkan klien untuk istirahat dan napas

dalam, c) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi, d)

Keluarkan sekret dengan batuk, ajarkan batuk efektif, e) Lakukan

fisioterapi dada, f)Auskultasi suara napas ,catat adanya suara napas

tambahan, g) Kolaborasi pemberian terapi seperti Berikan

bronkodilator(Nebulizer) terdapat kesenjangan intervensi teori dan

kasus nyata dimana intervensi yang tidak direncanakan pada kasus

nyata yaitu : anjurkan klien untuk istirahat dan napas dalam

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dengan

intervensi : a)Monitor respon klien terhadap aktivitas, b)Berikan

lingkungan yang tenang dan dibatasi pengungjung selama fase akut

sesuai indikasi, c)Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana

pengobatan dan perlu keseimbangan, d)Bantu klien posisi yang

nyaman untuk istirahat, terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

nyata dimana intervensi yang tidak direncanakan pada kasus nyata

yaitu : berikan lingkungan yang tenang dan dibatasi pengungjung


5

selama fase akut sesuai indikasi dan jelaskan pentingnya istirahat

dalam rencana pengobatan dan perlu keseimbangan,

3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya

informasi dengan intervensi: a)Kaji tingkat pengetahuan klien dan

keluarga, b)Sediakan informasi pada klien dan keluarga tentang

kondisi klien dengan cara yang tepat, c)Jelaskan informasi penyakit

yang diderita klien, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus nyata dimana semua intervensi pada teori direncanakan pada

kasus nyata.

Menurut studi kasus peneliti Dita Pramasari, 2019 (Asuhan

keperawatan pada klien Ny.S dengan diagnosa medis tuberculosis

di Ruangan Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda) pada

diagnosa pertama pola napas tidak efektif dengan intervensi:

(1)Monitor frekuensi, irama kedalaman dan upaya kedalaman

napas, (2)Monitor adanya retensi sputum, (3)Posisikan semi fowler

atau fowler, (4)Auskultasi suara napas, (5)Lakukan fisioterapi

dada, (6)Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif, (7)Berikan

oksigen bila perlu, (8)Kolaborasi pemberian mukolitik atau

ekspetoran, diagnosa kedua ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh dengan intervensi : (1)Identifikasi status nutrisi,

(2)Identifikasi alergi dan intoleransi makanan, (3)Monitor asupan

makanan, (4)Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein,

(5)Anjurkan klien untuk menghabiskan porsi makan, diagnosa


6

ketiga hipertermi dengan intervensi : (1)Identifikasi penyebab

hipertermia, (2)Monitor suhu tubuh, (3)Monitor haluaran urine,

(4)Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena. Tidak ada

kesenjangan antara intervensi kasus nyata dan intervensi menurut

Dita Pramasari dikarenakan masalah keperawatan yang terjadi pada

kasus Dita pramasari tidak terdapat pada kasus nyata.

d. Implementasi Keperawatan

Semua tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan

yang ada pada teori tanpa modifikasi, dilakukan tindakan keperawatan

diagnosa keperawatan pertama : Bersihan jalan napas tidak efektif

pada jam pukul (14.10) Mengobservasi tanda – tanda vital Td : 120/80

mmHg, nadi : 80x/menit, Rr: 24x/menit, suhu : 36,80C,

(15.00)Memposisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi (16.00)

Melayani injeksi ceftriaxone (17.00)Mengauskultasi suara napas dan

mencatat adanya suara napas tambahan, diagnosa keperawatan kedua :

Intoleransi aktivitas pada jam (14.10)Mengobservasi tanda – tanda

vital Td : 120/80 mmHg, nadi : 80x/menit, Rr: 24x/menit, suhu:

36,80C, (15.30)Melatih klien untu mengangkat tangan kiri dan tangan

kanan, (16.30)Membantu aktivitas klien seperti miring kiri dan miring

kanan, (17.15)Mengobservasi adanya pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas, diagnosa keperawatan ketiga : Defisit

pengetahuan pada jam (14.10) Mengobservasi tanda – tanda vital Td :

120/80 mmHg, nadi : 80x/menit, Rr: 24x/menit, suhu : 36,8 0C,


7

(16.00)Menjelaskan tentang penyebab dan pencegahan penularan

penyakit Tb pada klien dan keluarga, (16.30)Mengkaji kembali tingkat

pengetahuan klien dan keluarganya tentang penyakitnya,

(17.00)Menyediakan informasi pada klien tentang kondisi klien.

Menurut Dita Pramasari implementasi yang dilakukan diagnosa

pertama masalah pola nafas tidak efektif pada jam

(16.20)Mengidentifikasi kemampuan batuk, (16.22)Memantau adanya

retensi sputum, (16.24)Memberikan minum air hangat, (17.00)Monitor

batuk efektif, diagnosa keperawatan kedua jam

(17.30)Mengidentifikasi status nutrisi, (17.40)Memantau asupan

makanan klien, (18.00)Memberikan klien makanan tinggi kalori tinggi

protein, (18.10)Menganjurkan klien untuk menghabiskan makanan,

diagnosa keperawatan ketiga pada jam (18.20)Mengidentifikasi

penyebab panas, (18.30)Memonitor suhu tubuh klien,

(18.40)Memberikan obat golongan antipiuretik, Tidak ada kesenjangan

antara implementasi kasus nyata dan implementasi kasus Dita

Pramasari dikarenakan masalah keperawatan yang terjadi pada kasus

dita tidak terdapat pada kasus nyata.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi perbandingan keberhasilan asuhan keperawatan menurut

Muttaqin,2008 dengan studi kasus nyata berdasarkan tujuan yang telah

ditetapkan dengan diagnosa keperawatan pertama masalah bersihan

jalan napas tidak efektif dapat teratasi dengan hasil klien mampu
8

mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas bersih, menunjukan

jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, frekuensi napas

dalam batas normal) dapat disimpulkan diagnosa pertama evaluasi

pada teori dan kasus nyata sudah dapat tercapai. Pada diagnosa

keperawatan kedua intoleransi aktivitas belum tertatasi dengan hasil

klien mengatakan masih lemah jika bergerak miring kiri dan miring

kanan, sulit beraktivitas, dapat disimpulkan bahwa diagnosa kedua

evaluasi pada teori dan kasus nyata belum dapat tercapai. Pada

diagnosa ketiga defisit pengetahuan dengan hasil klien dan keluarga

menyatakan pemahaman tentang penyakit klien dan dapat

melaksanakan kembali prosedur yang telah dijelaskan serta dapat

mengulangi kembali informasi yang telah didapat dari perawat, dapat

disimpulkan bahwa diagnosa ketiga evaluasi pada teori dan kasus

nyata dapat tercapai.

2. Keterbatasan studi kasus

Dalam studi kasus ini, terdapat hal – hal yang menghambat

jalannya studi kasus antara lain : waktu yang terbatas dalam membuat

studi kasus, kesulitan untuk mencari referensi sebagai acuan dalam

teori dan sulit untuk berkonsultasi tatap muka secara langsung dengan

dosen pembimbing dikarenakan masalah yang sedang dihadapi

sekarang.
9

3. Implikasi untuk keperawatan

Terdapat beberapa peran perawat yang ditemukan dalam studi

kasus ini, antara lain :

a. Sebagai pendidik

Peran perawat sebagai pendidik yaitu memberikan informasi

berupa pengajaran mengenai pengetahuan dan keterampilan dasar,

pada studi kasus nyata ini ditemukan perawat menjelaskan apa

yang kurang dimengerti klien dari segi fasilitas maupun lainnya.

b. Sebagai advokat

Peran perawat sebagai advokad yaitu tindakan perawat dalam

mencapai suatu untuk kepentingan klien atau bertindak untuk

mencegah kesalahan yang tidak diinginkan ketika klien sedang

menjalani pengobatan, pada studi kasus nyata ini ditemukan peran

perawat sebagai advokad adalah perawat selalu mendampingi klien

apabila klien mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan.

c. Sebagai pemberi perawatan

Peran perawat sebagai pemberi perawatan secara langsung pada

individu, keluarga atau kelompok, pada studi kasus nyata ini

ditemukan perawat melalukan asuhan keperawatan langsung

kepada klien Tn.G.G.W


10
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab I sampai dengan bab IV dapat

disimpulkan bahwa asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.

G.G.W telah dilaksanakan berdasarkan 5 proses keperawatan antarai lain

1. Pengkajian

Hasil pengkajian menemukan data – data sebagai berikut : klien masuk

dengan keluhan batuk – batuk, lendir, sesak nafas, ronchi(+), nyeri

punggung belakang, klien tampak lemah, klien bingung dengan

penyakit Tb paru, TD: 110/80 mmHg, nadi : 73x/menit, suhu : 37 0C,

RR : 25x/menit, terpasang infus Nacl 0,9% 20 tpm.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang ditemukan adalah bersihan jalan napas tidak efektif

behubungan dengan penumpukan sekret dengan intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan fisik dan defisit pengetahuan

berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

3. Intervensi keperawatan yang diberikan sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah ditetapkan ( PPNI,2016 )

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan berdasarkan intervensi

dengan diagnosa pertama : bersihan jalan napas tidak efektif

(Mengobservasi tanda – tanda vital, memposisikan klien untuk

1
2

memaksimalkan ventilasi, melayani injeksi ceftriaxone,

mengauskultasi suara napas dan mencatat adanya suara napas

tambahan) diagnosa kedua : Intoleransi aktivitas (Mengobservasi tanda

– tanda vital, melatih klien untu mengangkat tangan kiri dan tangan

kanan, membantu aktivitas klien seperti miring kiri dan miring kanan,

mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas)

diagnosa ketiga : kurang pengetahuan (Mengobservasi tanda – tanda

vital, menjelaskan tentang penyebab dan pencegahan penularan

penyakit Tb pada klien dan keluarga, mengkaji kembali tingkat

pengetahuan klien dan keluarganya tentang penyakitnya, menyediakan

informasi pada klien tentang kondisi klien.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan yang dilaksanakan selama 2 hari berdasarkan

tujuan yang telah ditetapkan dengan diagnosa pertama masalah

Inefektif bersihan jalan napas teratasi sebagaian dengan hasil klien

mengatakan masih batuk, sesak napas berkurang, masih lemah, lendir

berkurang, Rr: 20x/menit, diagnosa kedua masalah intoleransi aktivitas

belum teratasi dengan hasil klien mengatakan masih lemah jika

bergerak miring kiri dan miring kanan, sulit beraktivitas, diagnosa

ketiga masalah kurang pengetahuan dapat teratasi dengan hasil klien

mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan perawat, klien dan

keluarga mengerti dan dapat mengulangi kembali penjelasan yang

telah dijelaskan perawat.


3

6. Dokumentasi keperawatan

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn.G.G.W dengan diagnosa

medis Tuberkulosis paru di Ruangan Perawatan Khusus RSUD Ende

sudah di dokumentasi dengan baik di rekam medic pasien.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Harus lebih banyak mempelajari teori pada kasus yang diambil

sehingga mempermudah melakukan asuhan keperawatan pada klien

dengan tuberculosis paru.

2. Bagi Klien dan Keluarga

Setelah mendapatkan tindakan keperawatan di rumah sakit diharapkan

saat kembali ke rumah melakukan pemeriksaan secara rutin, dan

menerapkan kembali tindakan yang sudah diinformasikan perawat

dalam penularan penyakit.

3. Bagi Perawat

Petugas kesehatan diharapkan untuk terus melakukan pendidikan

kesehatan baik untuk klien maupun keluarganya supaya setelah keluar

dari rumah sakit, klien dapat melakukan perawatan sederhana di

rumah.

4. Bagi RSUD Ende

Pelayanan dan perawatan sudah baik dan diharapkan agar

dipertahankan dan ditingkatkan lagi pelayanannya. Meskipun dengan

sarana dan fasilitas terbatas, rumah sakit dapat memberikan pelayanan


4

yang maksimal bagi klien dan diharapkan agar lebih diperjuangkan

untuk meningkatkan sarana dan fasilitas yang ada.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar institusi lebih banyak menyediakan literature di

perpustakaan berkaitan dengan buku keperawatan medical bedah

sehingga mahasiswa tidak banyak mengambil literature dari internet.


5

DAFTAR PUSTAKA

Anggar,Ratih dkk.(2016).Buku Anti Tuberkulosi; Yogyakarta

Helper Sahat P Manalu.2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tb paru


dan upaya penanggulangan Jurnal.Ekologi.Kesehatan Vol.9.No.4
Desember 2010 : 1340 – 1346

http://dinkesprofil.kes.ntt.2011 dikutip pada 5 April 2020

KTI.fajar bagaskara.2019.Asuhan keperawatan tuberculosis paru pada Ny.S dan


Ny.M dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas
di Ruangan Melati RSUD dr.Haryoto Lumajang. KTI tidak diterbitkan.
Akademi Keperawatan Universitas Jember.dikutip pada 20 April 2020

KTI.Dita pramasari, Asuhan keperawatan pada pasien tuberculosis paru di Ruang


Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahrane. KTI tidak diterbitkan. Poltekkes
Samarinda Prodi D-III Keperawatan. dikutip 23 April 2020

Kumpulan.intervensi NIC NOC. pdf

Lenny Ganika.2016.Tingkat pengetahuan kesehatan berobat sikap klien terhadap


terjadinya penyebab TBC paru.Jurnal JKSHK vol.1 nomor 1.Juli 2016. :
909-916.

Marieta K.S.Bai.2014. Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan penderita


tb paru dengan perilaku pembuangan dahak di puskesmas rewarangga
kecamatan ende timur kabupaten ende. Jurnal.Info kesehatan, vol.2

M. bachrudin.(2016).Modul Keperawatan Medikal Bedah I .Pusdik SDM


kesehatan;Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.

DPPPPNI;Jakarta
Lampiran 1

FORMAT PENGKAJIAN

A. Pengkajian

1. Pengumpulan data

a. Biodata Klien dan Penanggung Jawab

1) Identitas klien

Nama : Tn. G.G.W

Umur : 72 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Pendidikan : SD

Alamat : Jl.Wolowona

Tgl. MRS : 24 – 02 - 2020

No. Reg : 106816

Dx medik : TB Paru

2) Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. Y. S

Umur : 72 tahun

Hubungan dengan klien : Istri

Alamat : Jl. Wolowona

3) Data medik
Dikirim : IGD

Diagnosa medik : TB paru

Waktu dan tanggal pengobatan: 24 – 02 – 2020

Obat – obat terakhir di dapat : -

b. Keadaan Umum

1) Cara masuk : Menggunakan brankar

2) Keadaan sakit : Klien tampak sakit sedang

Alasan : Klien mengatakan batuk,

lendir kuning, sesak napas, nyeri punggung, tampak lemah,

sulit beraktivitas

3) Tanda – tanda vital

Kesadaraan

a) Kualitatif : Composmentis

b) Kuantitatif

Respon eye : 4 (membuka mata)

Respon verbal : 5 (orientasi baik)

Respon motorik : 6 (mengikuti perintah) +

Total GCS : 15 (sadar penuh)

Kesimpulannya : klien sadar penuh

c) Suhu : 370C

d) Nadi : 78x/menit

e) Tekanan darah : 110/80 mmHg

MAP : 2(80)+(110)
3

: 90 mmHg

Kesimpulannya : perfusi darah ke ginjal memadai

f) Posisi klien saat pengukuran: berbaring

g) Pernapasan : 25x/menit

c. Pengkajian Pola Kesehatan

1) Persepsi kesehatan – pola pemeliharaan kesehatan

a) Kebiasaan sehari – hari : klien beranggapan bahwa

kesehatan itu penting, jika dirinya ataupun anggota

keluarga yang sakit selalu di bawah ke fasilitas kesehatan

seperti ke klinik dokter.

b) Keadaan saat ini : klien menyadari bahwa dirinya sedang

sakit dan perlu mendapatkan perawatan serta pengobatan

agar segera sembuh.

2) Pola Nutrisi metabolic

a) Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan makan 3x1

sehari dengan menu makan nasi, sayur, tahu dan tempe,

ikan, porsi makanan di habiskan dan tidak ada makanan

pantangan untuk klien.

b) Keadaan saat ini : klien mengatakan makan 3x sehari , ½

porsi makanan di habiskan.

3) Pola Eliminasi
a) Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan BAB 2 kali

sehari dan BAK kurang lebih 8 kali dalam sehari.

b) Keadaan saat ini : klien mengatakan sudah 1 minggu belum

BAB, BAK kurang lebih 4 kali sehari.

4) Pola Istirahat – tidur

a) Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan sering terjaga

hingga jauh malam, jumlah jam tidur malam berkisar 4 – 5

jam selalu membagi waktu untuk bekerja dan beristirahat

selama melakukan pekerjaan sehari – hari.

b) Keadaan saat ini : klien mengatakan waktu untuk tidur

malam selalu terganggu karena batuk, waktu efektif untuk

tidur sekitar 4 – 5 jam.

5) Pola Aktivitas – Latihan

a) Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan hanya bisa

bekerja pekerjaan yang ringan di rumah karena cepat cape

dan merasa lemah

b) Keadaan saat ini : klien tidak bisa bekerja/beraktivitas,

karena cepat lelah dan cape, sesak nafas, aktivitas klien

sebagian dibantu.

6) Pola Kognitif dan Persepsi sensori

a) Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan bahwa dirinya

baik – baik saja tetapi mata klien sudah agar kabur.


b) Keadaan saat ini : klien mengatakan indra penglihatannya

(mata) sudah agar kabur dank lien mengeluh nyeri pada

saat batuk, nyeri seperti ditusuk – tusuk, pada saat di kaji

skala nyeri 4 (1-10) nyeri sedang, ekspresi wajah meringis.

7) Pola Persepsi dan Konsep diri

a) Gambaran diri : klien mengatakan klien belum pernah

mengalami sakit seperti ini sebelumnya dan masih dapat

melakukan aktivitasnya secara normal

b) Identitas diri : klien mengatakan ia seorang petani, suami

sekaligus bapak dari anak – anaknya

c) Ideal diri : klien berharap setelah mendapatkan pengobatan

di rumah sakit, klien dapat sembuh dan melakukan

aktivitasnya secara normal dan mandiri

d) Citra diri : klien mengatakan menyukai seluruh bagian

anggota tubuhnya tetapi saat ini klien merasa sangat tak

berdaya dikarenakan sakit yang di derita klien

e) Peran diri : klien mengatakan ia seorang petani, dan

sebagai bapak harus menjalankan kewajibannya untuk

menasihati anak – anaknya dan selalu ada saat anak –

anaknya membutuhkan bantuan.

8) Pola Reproduksi seksual : klien mengatakan tidak ada masalah

pada dengan reproduksinya.

9) Pola Peran dan hubungan


a) Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan memiliki

hubungan yang baik dengan tetangga dan keluarganya ,

klien menyadari ia seorang kepala keluarga

b) Keadaan saat ini : klien mengatakan tetap menjalin

hubungan yang baik dengan anggota keluarganya.

10) Pola Mekanisme dan toleransi terhadap stress

a) Kebiasaan sehari – hari : klien tidak pernah mengalami

stress pada saat menghadapi suatu masalah dalam keluarga.

b) Keadaan saat ini : klien merasa cemas dengan penyakitnya,

11) Pola Sistem Nilai Kepercayaan

a) Kebiasaan sehari – hari : klien mengatakan klien beragam

katolik dan selalu melaksanakan ibadah

b) Keadaan saat ini : klien selalu berdoa pada saat minum

obat, makan dan saat merasa cemas, klien selalu menyebut

nama tuhan.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Tanda – tanda vital

TD : 110/80 mmHg

Suhu : 370C

Rr : 25x/menit

Nadi : 78x/menit

2) Pemeriksaan head to toe

a) Kepala
I : Bentuk simettis, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan

P : Tidak ada benjolan

b) Mata

I : Sclera putih, pupil isokor, reflex cahaya +/+,

konjungtiva tidak anemis

P : Tidak ada benjolan

c) Hidung :

I : Bentuk simetris, tidak ada luka dan polip, terpasang

oksigen nasal kanul 2 tpm

P : Tidak ada kelainan dan benjolan

d) Mulut :

I : Mukosa bibir kering, tonsil tidak membersar, gigi

tidak lengkap, tidak ada caries pada gigi

e) Telinga :

I : Bentuk simetris, bersih

P : Tidak ada nyeri tekan

f) Leher :

I : Tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, tidak ada luka

P : Tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan tidak

ada nyeri tekan pada saat menelan

g) Dada :

I : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pernapasan

25x/menit,
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema

A : Suara paru sonor, bunyi suara nafas ronchi

h) Abdomen :

I : Bentuk supel, tidak ada luka

A : Bising usus 18x/menit

P : Bunyi timpani

P :Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat massa

i) Genetalia :

I : Tidak terpasang kateter

j) Eksternitas atas

I : Tidak ada kelainan, jari – jari lengkap, terpasang

infuse nacl 0,9% 20 tpm pada tangan kiri

k) Ekstermitas bawah

I : Tidak ada kelainan, jari – jari lengkap, tidak ada

edema.

e. Pemeriksaan Penunjang
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Glukosa darah
Glukosa sewaktu - 70 – 140 mg/dL
Glukosa puasa 95 <100 mg/dL
Glukosa 2 jam pp 129 <140 mg/dL
Glukosa tes toleransi - <140 mg/dL

Faal Hati
Alkali fosfatase 20 – 130 u/L
SGOT/AST 56 0 – 35 u/L
SGPT/ALT 3,3 4 – 36 u/L
GAMMA GT 5 – 40 u/L
Total protein 6.0 – 7.8 g/dL
Albumin 3.4 – 4.8 g/dL
Globulin 2.3 – 3.5 g/dL
Total bilirubin 0.1 – 1.2 mg/dL
Bilirubin direk < 0,3 mg/dL
Bilirubin indirek 0.1 – 1.0 mg/dL
Faal Ginjal
Ureum 217.3 10 – 50 mg/dL
Creatinin 3.44 0.6 – 1.2 mg/dL
BUN 8 – 23 mg/dL
Asam urat L : 4.0 – 3.5 mg/dL
P : 2.7 – 7.3 mg/dL

f. Terapi
1) Paracetamol 3 x 1,5 mg/IV
2) Ceftriaxone 2 x 1,5 mg/IV
3) Metronidazole 3 x 50 mg/IV
4) Ranitidine 2 x 50 mg/IV
5) Combivent 3 x 4 respul
g. Tabulasi Data
Klien mengatakan batuk, lender kuning, sesak nafas, ronchi (+),
sesak nafas, RR : 25x/menit terpasang O2 nasal kanul 3 lpm Klien
lemah dan tidak bisa beraktivitas, aktivitas klien di bantu sebagian
seperti makan dan minum, klien mengatakan tidak begitu paham
dengan penyakit Tb paru dan klien terlihat bingung tentang
penyakit Tb paru
h. Klasifikasi Data
DS : Klien mengatakan batuk, lender kuning, sesak nafas, lemah
dan tidak bisa beraktivitas, tidak begitu paham dengan penyakit Tb
paru
DO : Batuk, lender kuning, ronchi (+), sesak nafas, RR : 25x/menit
terpasang O2 nasal kanul 3 lpm, aktivitas klien di bantu sebagian
seperti makan dan minum, klien terlihat bingung tentang penyakit
Tb paru.
i. Analisa Data
No Sign/symptom Etiologi Problem
1 DS : Klien mengatakan Invasi bakteri TB Bersihan jalan
batuk, lender kuning, sesak napas tidak
nafas Infeksi Primer efektif
DO : Batuk, lender kuning,
ronchi (+), sesak nafas, RR : Bakteri dorma
25x/menit terpasang O2 nasal
kanul 3 lpm Bakteri muncul beberapa
tahun kemudian

Reaksi infeksi merusak


parenkim

Penumpukan sekret

2 DS : Klien mengatakan lemah Gangguan neuromuscular Intoleransi


dan tidak bisa beraktivitas aktivitas
DO : Aktivitas klien di bantu Penurunan kekuatan
sebagian seperti makan dan
minum Kelemahan fisik

3 DS : Klien mengatakan tidak Usia,factor pendidikan, Defisit


begitu paham dengan penyakit lingkungan pengetahuan
Tb paru
DO : Klien terlihat bingung Tidak memahami kondisi,
tentang penyakit Tb paru penyebab penyakit dan gaya
hidup

Kurang terpaparnya informasi

j. Prioritas Masalah

1) Bersihan jalan napas tidak efektif

2) Intoleransi aktivitas
3) Defisit pengetahuan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sekret yang ditandai dengan :

DS : Klien mengatakan batuk, lender kuning, sesak nafas

DO : Batuk, lender kuning, ronchi (+), sesak nafas, RR :

25x/menit terpasang O2 nasal kanul 3 lpm,

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan :

DS : Klien mengatakan lemah dan tidak bisa beraktivitas

DO : Aktivitas klien di bantu sebagian seperti makan dan

minum

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya

informasi yang di tandai dengan :

DS : Klien mengatakan tidak begitu paham dengan penyakit Tb

paru

DO : Klien terlihat bingung tentang penyakit Tb paru.


3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan NIC :
efektif berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam 7. Auskultasi suara nafas 6. Penurunan bunyi nafas
penumpukan sekret yang diharapkan jalan napas bersih dan tambahan dapat menunjukan
ditandai dengan : efektif : 8. Ajarkan klien teknik batuk atelaktasis, ronchi, mengi
DS : klien mengatakan NOC: efektif menunjukan akumulasi
batuk, lendir kuning, sesak - Respiratory status ventilation 9. Berikan O2 secret/ ketidakmampuan
napas - Respiratory status airway 10. Lakukan fisioterapi dada untuk membersihkan jalan
DO : batuk, lender kuning, patency 11. Atur posisi fowler atau nafas yang dapat
ronchi (+), sesak nafas, RR : Dengan kriteria hasil : semi fowler menimbulkan penggunaan
25x/menit terpasang O2 5. Mampu mendemonstrasikan 12. Kolaborasi pemberian otot aksesori pernafasan
nasal kanul 3 lpm batuk efektif terapi obat (bronkodilator ) dan peningkatan kerja
6. Menunjukan jalan napas yang pernafasan
paten (klien tidak merasa 7. Dengan batuk efektif sekret
tercekik,irama napas,frekuensi membantu sekret untuk
napas dalam rentang normal, keluar
tidak ada suara napas abnormal) 8. untuk membantu klien
7. Mampu mengidentifikasi dan bernapas lebih baik
mencegah factor penyebab mengurangi sesak napas
8. Saturasi O2 dalam batas normal 9. Meningkatkan drainase
agar eliminasi sekret lebih
mudah di keluarkan
drainase
10. Bronkodilator
meningkatkan ukuran
humen percabangan
trakeobronkial sehingga
menurunkan tahanan
terhadap aliran udara
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan NIC :
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam kien 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui keadaan
kelemahan fisik yang menunjukan aktivitas kembali 2. Anjurkan untuk aktivitas umum klien
ditandai dengan : efektif yang ringan 2. Mengurangi peningkatan
DS : Klien mengatakan NOC : 3. Bantu klien beraktivitas tanda vital yang abnormal
lemah dan tidak bisa - Self care : ADLs 3. Memberikan kenyamanan
beraktivitas - Toleransi activity pada klien
DO : Aktivitas klien di bantu - Konservasi energy
sebagian seperti makan dan Dengan kriteria hasil :
minum 3. Klien mampu melakukan
ADLnya secara mandiri
4. Tidak ada kelemahan dan
kelelahan saat beraktitivitas
3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan NIC :
berhubungan dengan kurang keperawatan 3 x 24 jam 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Pengetahuan dapat
terpaparnya informasi yang diharapkan klien menunjukan klien dan keluarga menurunkan resiko
ditandai dengan : pengetahuan tentang proses 2. Sediakan informasi pada penularan atau reaktivitas
DS : Klien mengatakan tidak penyakit. klien dan keluarga tentang ulang juga komperkasi
begitu paham dengan NOC : kondisi klien dengan cara sehubungan dengan
penyakit Tb paru - Knowledge : disease process yang tepat penyakitnya
DO : Klien terlihat - Knowledge : health behavior 3. Jelaskan informasi penyakit 2. Untuk memberitahukan
bingung tentang penyakit Dengan kriteria hasil : yang di derita klien. kondisi klien pada
Tb paru 4. Klien dan keluarga keluarga
menyatakan pemahaman 3. Menambah pengetahuan
tentang penyakit, kondisi. klien tentang penyakit yag
5. Klien dan keluarga mampu diderita
melaksanakan kembali
prosedur yang dijelaskan
secara benar
6. Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.
3. Implementasi Keperawatan
Penatalaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan sesuai dengan tujuan yang ditemukan oleh perawat.
Implementasi hari senin 24 - 25 februari 2020
No Hari/Tanggal DX Jam Implementasi Evaluasi
1. Senin, 24 Februari I 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital 19.00
2020 TD : 110/80 mmHg S : klien mengatakan batuk,
N:73x/menit sesak napas, lemah, lendir
RR: 25x/menit kuning
S : 370C O : batuk, tampak sesak napas,
14.30 Memberikan O2 3 lpm lender kuning, Rr:25x/menit,
15.00 Memposisikan klien untuk terpasang nasal kanul 3 lpm,
memaksimalkan ventilasi ronchi(+)
15.30 Menganjarkan klien batuk efektif A : masalah bersihan jalan
15.40 Melakukan fisioterapi dada pada napas tidak efektif belum
klien teratasi
16.00 Melayani injeksi ceftriaxone P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
17.00 Mengauskultasi suara napas
19.00
II 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan mudah
TD : 110/80 mmHg lelah jika bergerak
N:73x/menit memiringkan badan ke kiri dan
RR: 25x/menit ke kanan, lemah, sulit
S : 370C beraktivitas
15.15 Membantu aktivitas klien seperti O : klien tampak lemah, sulit
miring kanan dan miring kiri beraktivitas,TD:110/80mmHg,
16.15 Mengobservasi adanya N:73x/menit,RR: 25x/menit,
pembatasan klien dalam S : 370C
melakukan aktivitas A : masalah intoleransi aktivitas
17.30 Membantu mobilisasi klien belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,3,4,5
19.00
III 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan sudah
TD : 110/80 mmHg sedikit paham dengan
N:73x/menit penjelasan dari perawat
RR: 25x/menit O : klien dan keluarga tampak
S : 370C mengerti dengan penjelasan
15.30 Mengkaji tingkat pengetahuan perawat dan menerima dengan
klien dan keluarga tentang baik penjelasan perawat
penyakit yang diderita A: masalah defisit pengetahuan
16.30 Menjelaskan informasi penyakit teratasi sebagian
kepada klien dan keluarga P : lanjutkan intervensi 1 dan 3
17.35 Menyediakan informasi pada
klien tentang kondisi klien
dengan cara yang tepat
19.00
2. Selasa, 25 Februari I 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan masih
2020 TD : 120/80 mmHg batuk, sesak napas berkurang,
N: 80x/menit masih lemah, lendir berkurang,
RR: 20x/menit O : batuk sesekali, tampak
S: 36,80C sesak napas, lendir berkurang,
15.00 Memposisikan klien untuk Rr:20x/menit, terpasang nasal
memaksimalkan ventilasi kanul 3 lpm, ronchi(+)
16.00 Melayani injeksi ceftriaxone A : masalah bersihan jalan
17.00 Mengauskultasi suara napas dan napas teratasi sebagian.
mencatat adanya suara napas P : lanjutkan intervensi 1,2,3,5
tambahan
19.00
II 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan masih
TD : 120/80 mmHg lemah jika bergerak miring kiri
N: 80x/menit dan miring kanan.
RR: 20x/menit O : klien tampak lemah, sulit
S: 36,80C beraktivitas,TD:110/80mmHg,
15.30 Melatih klien untu mengangkat N:73x/menit,RR: 25x/menit,
tangan kiri dan tangan kanan S : 370C
16.30 Membantu aktivitas klien seperti A : masalah intoleransi aktivitas
miring kiri dan miring kanan belum teratasi
17.15 Mengobservasi adanya P : lanjutkan intervensi 1,3,4,5
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
18.00
III 14.10 Mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan sudah
TD : 120/80 mmHg mengerti dengan penjelasan
N: 80x/menit perawat,
RR: 20x/menit O :klien dan keluarga mengerti
S: 36,80C dan dapat mengulangi kembali
16.00 Menjelaskan tentang penyebab penjelasan yang telah dijelaskan
dan pencegahan penularan perawat
penyakit Tb pada klien dan A : masalah deficit pengetahuan
keluarga teratasi
16.30 Mengkaji kembali tingkat P : intervensi dihentikan
pengetahuan klien dan
keluarganya tentang penyakitnya
17.00 Menyediakan informasi pada
klien tentang kondisi klien.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ENDE

Lampiran 2

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

STUDI KASUS

Nama : Mega Dahlia

NIM : PO.530320217504

Pembimbing utama : Irwan Budiana M.Kep

NO HARI/TANGGAL REKOMENDASI PARAF


PEMBIMBING PEMBIMBING
1. 4 April 2020 Perbaiki cover depan, serta
bab I pendahuluan
tambahkan masalah kasus Tb
paru di ende serta tambahkan
kesenjangan pada latar
belakang

2. 7 April 2020 Atur margin serta perbaiki


dan lanjutkan pada Bab II

3. 22 April 2020 Rapikan cara pengetikan dan


harus konsisten

4. 24 April 2020 Tambahkan lembar


persetujuan
Tambahkan lembar
pengesahan
Surat pernyataan keaslian
tulisan

5. 29 April 2020 Perbaiki diagnosa


keperawatan
( SDKI,NANDA )
Intervensi referensinya
diambil dari SDKI, NANDA

6. 1 Mei 2020 Perbaikan abstrak


Perbaikan pada BAB I
tambahkan kasus TBC pada
dunia, Indonesia, NTT dan
Ende
Perbaikan pada BAB II
tambahkan manifestasi klinik
yang lebih baru
Tabel diagnosa, intervensi,
implementasi di buat
menjadi landscape
Perbaiki BAB IV pada
keseimpulan

7. 5 Mei 2020 Perbaikan abstrak


Perbaikan BAB I pada
bagian tujuan penulisan

8. 11 Mei 2020 Perbaikan kembali abstrak


masukan tujuan dan metode
Lengkapi nomor halaman
Perbaikan kembali BAB I
pada bagian tujuan
penulisan, setiap penulisan
(dalam kurung) tidak boleh
di spasi
Perbaikan BAB IV penulisan
pada tabel implementasi
gunakan 1 spasi
9. 31 Mei 2020 Perbaikan abstrak
Perbaikan BAB II pada
evaluasi keperawatan
Perbaikan BAB V pada
kesimpulan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

Nama : Mega Dahlia

Tempat/tanggal diri : Dili, 26 April 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat :Jl.Woloare, Kelurahan Roworena, Kecamatan

Ende Utara, Kabupaten Ende, Provinsi NTT

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2003 – 2004 : TK Sandy Putra


2. Tahun 2004 – 2010 : SDI Ende 9

3. Tahun 2010 – 2013 : SMPN.2. Ende Selatan

4. Tahun 2013 – 2016 : SMAN.2. Ende

5. Tahun 2017 – 2020 :Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kupang

Program Studi D-III Keperawatan Ende

Anda mungkin juga menyukai