Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERUBAHAN PERILAKU, KARAKTERISTIK, DAN HUKUM


BELAJAR

Mata kuliah : PsikologiPendidikan

Dosen Pembimbing :Ali Hasyimi M.PSI

Rahma Julia Windi (0306181049)

Putri Harapan Hasibuan (0306181011)

AyuMairoh (0306183237)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang


masihmemberikan kita kesehatan dan kekuatan, sehingga kamidapat menyelesaikan Makalah
ini. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PsikologiPendidikan.
Kami mengucapkan terimakasihkepada BapakAli Hasyimi M.PSIyang bersedia
membimbing kami. Kemudian tak lupa pula atas bantuan teman-teman yang turut membantu
kelancaran dalam menyusunan tugas ini. Kami juga berharap semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman dan pembaca.Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran
yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca dan teman-teman guna untuk
meningkatkan dan memperbaiki pembuatan tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 1 Mei 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Masakah..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. PerubahanPerilaku..............................................................................................2
B. KarakteristikProsesBelajar..................................................................................3
C. HukumBelajar.....................................................................................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................10
Daftar Pustaka.................................................................................................................11

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar terjadi bila muncul perubahan perilaku pada siswa, baik dalam makna
kognitif,efektif maupun psikomotor. Perubahan perilaku itu sangat mungkin, bahkan
pasti demikian, tidak secara langsung diamati. Perbuahan perilaku sebagai hasil dari
interaksi seseorang dengan lingkungannya.
Kegiatan belajar dan pembelajaran tidak berada pada ruang hampa. Aktivitas
ini biasanya selalu melibatkan individu, materi atau subtansi, instrumen pendukung
dan lngkungan. Subjek yang terlibat biasa siswa, kelompok siswa, guru dan siswa,
siswa dan psikologi sekolah, siswa dan orangtua, atau kombinasi sebagian atau
keseluruhannya.
Seperti halnya pada kehidupan pada umumnya dan ilmu-ilmu keras lain yang
taat atas asas hukum-hukum, belajar pun memiliki hukum, yang disebut dengan
hukum belaja. Hukum belajar bersumber dari pembelajaran itu sendiri, baik siswa
maupun guru. Lingkungan belajarpun memiliki hukum belajar. Hukum-hukum belajar
yang berkembang pada era setelah Thorndike tidak selalu sama dengan pertama kali
dinyatakannya. Selama bertahun-tahun hukum belajar itu telah ditambah dan
dikembangkan. Namun pada konsepsi yang mereka telah kembangkan itu telah
memiliki kaitan erat satu sama lain, semua terfokus pada bagaimana belajar itu dilihat
dari multi persepektif. Untuk pertama kalinya hukum belaja yang diidentifikasi
menjadi tiga yaitu “hukum kesiapan”, “hukum latihan”, dan “hukum efek”. Dari
ketiga hukum ini hukum efeklah yang paling terkenal dan masih berlaku umum
sampai sekarang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perubahan perilaku?
2. Apa yang dimaksud dengan karakteristik proses belajar
3. Apa yang dimaksud denga hukum belajar?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perubahan perilaku
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan karakteristik proses belajar
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan proses belajar

BAB II

4
PEMBAHASAN

PERUBAHAN PERILAKU, KARAKTERISTIK, DAN HUKUM BELAJAR

A. Perubahan Perilaku

Psikologi sekolah, guru BP/ BK,  atau siapa pun yang berniat membimbing dan
mengerahkan aktivitas belajar individu atau siswa memerlukan pemahaman yang rinci
tentang sifat dan proses pembelajaran. Guru dan instruktur umumnya sangat menguasai
banyak keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Apa yang mereka ajarkan menuntut tingkat
kompetensi dan keterampilan yang tinggi dalam menyajikan  materi pelajaran,
agar  tujuannya bisa dicapai secara ce pat, tepat dan efisien. Namun demikian, cara atau
metode guru atau instruktur mengajar sangat tergantung pada pemahaman mereka mengenai
proses belajar dan kemampuan untuk menerapkan pemahaman ini.

Belajar terjadi bila muncul perubhan perilaku pada siswa, baik dalam makna kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Perubahan perilaku itu sangat mungkin, bahkan pasti demikian,
tidak secara langsung diamati. Perubahan perilaku sebagai hasil dari interaksi seseorang
dengan lingkungannya. Ada atau tdak aktvitas pembelajaran individu dapat dilihat dar
perubahan dalam salah satu dari lima bidang:

 Cara mempersepsikan lingkungan;


 Kemenpuan berpikir atau penalaran;
 Perilaku fisikal atau keterampilan motorik;
 Raks emosional atau sikap; dan
 Visi ke depan.

Aktivitas belajar yang bermakna mengacu pada kelima jenis perubahan itu, di mana ia
terjadi sebagai akibat dari pengalaman yang didapat. Dengan demikian, belajar tidak dapat di
jelaskan secara harfiah, meski kondisi yang terjadi dapat diidentifikasi. Terjadi atau tidak
kondisi itu, tercermin dari perolehan pengalaman dengan perubahan perilaku sebagai
indikatornya. Guru dan instruktur harus memahami kondisi ini dan menerapkankannya ketika
mengajar. 

B. Karakteristik Proses Belajar

5
Kegiatan belajar dan pembelajaran tidak berada pada ruang hampa. Aktivitas in
biasanya selalu melibatkan individu, materi atau subtansi, instrument pendukung, dan
lingkungan. Subjek yang terlibat bias siswa, kelompok sswa, guru dan siswa, sswa dan
psikologi sekolah, siswa dan orang tua, atau kombinasi sebagaian atau keseluruhannya. Dari
hasil penelusuran terhadap beberapa referensi, karakteristik belejar disajkan berikut ini.

1). Belajar sebagai proses bertujuan (purposeful process),

Dimana sebagian besar orang atau siswa pasti memilki ide-ide tentang apa yang
mereka ingin capai. Aktivitas mencapainya merupakan bagian dari proses pembelajaran, apa
pun bentuknya. Pembelajaran atau siswa melakukan aktivitas belajar memiliki tujuan atau
tujuan-tujuan tertentu, dengan kadar kesadaran yang sangat mungkin bervariasi.

Guru atau instruktur yang evektif mencari cara  menciptakan situasi belajar yang baru
untuk memenuhi tujuan siswa atau peserta pelatihan yang menjalani proses pembelajaran.
Motivasi menjadi kekuatan yang mendorong seseorang kearah pencapaian tujuan-tujuan itu
guru dan instruktur merupakan subjek yang paling efektif untuk mendorong siswa menjalani
proses pembelajaran. Moivasi yang muncul dari guru bisa kuat atau lemah, tergantung pada
situasi atau pembelajar itu sendiri.

2). Belajar sebagai pengalaman internal (internal experience),

Di mana guru atau instruktur tidak dapat membelajarkan siswa atau peserta pelatihan
sampai dengan mereka mau belajar. Materi pembelajaran tidak dapat dituangkan atau
dicernakan secara serta-merta kepada siswa atau peserta pelatihan. Pengalaman internal siswa
atau peserta peletih pun menjadi kunci penyerapan materi baru oleh siswa.

Siswa hanya dapat belajar dari pengalaman sendiri dan itu terwujud jika dia memiliki
kemauan dan kemanpuan untuk itu. Pengetahuan seseorang adalah hasil dari pengalaman
mereka memahami, serta bereaksi terhadapnya. Tidak ada dua orang memiliki pengalaman
yang sama persis.

Semua orang belajar berasal dari pengalaman masing-masing, meski sangat mungkin
banyak kemirikannya. Misalnya , dengan latihan berulang-ulang , dalil-dalil, sejarah perang
dunia II, evaluasi manusia, atau prinsip-prinsip koperasi. Pada sisi lain, siswa atau peserta
latihan dapat membuat daftar yang sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mereka
hanya jika mereka memahaminya secara cukup baik untuk menerapkan ide-ide bahwa materi
itu merupakan reprentasi yang benar dalam situasi nyata.

6
3). Belajar sebagai proses aktif (active process),

Dimana oleh karena belejar hanya muncul melalui pengalaman, pembelajaran atau
pelatihan harus memeungkinkan siswa dan peserta pelatihan dapat secara aktif terlibat dalam
pengalaman itu. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan banyak bentuk. Belajar dan
pembelajaran adalah lebih dar hanya sekedar mengantarkan siswa atau peserta pelatihan pada
de atau keterampilan tertentu.

Demikian pula, guru atau pelatih tidak dapat dengan aman berasumsi bahwa peserta
didik dapat menerapkan apa yang mereka tahu hanya karena mereka telah mengutip dengan
benar pasal atau ayat dari buku teks. Siswa atau peserta pelatihan harus menjadi aktif terlibat
dalam situasi belajar, tetapi hanya sebatas melibatkan mereka dalam kegiatan tidak akan
cukup. Siswa atau peserta pelatihan harus terlibat dalam aktifitas yang sesuai dengan
kebutuhan dirinya dan pada situasi yang cocok.

Belajar atau berlatih keterampilan fisik membutuhkan pengalaman dalam melakukan


keterampilan itu, tidak hanya menerima tuturan lisan. Pada pembelajaram keterampilan,
siswa memang memang benar-benar didorong untuk bisa melakukan sampai dengan capaian
tertentu. Guru atau instruktur harus memahami, bagaimanapun, bahwa kebiasaan mental
selalu gampang ditumbuhkan melalui belajar secara praktik. Pada sisi lain, sikap individu
berkembang atau berubah ketika mereka bereaksi secara emosional terhadap rangsangan.   

4). Belajar bersipat multidimensi (multidimensional),

Di mana aktivitas ini dmaksud untuk mengembangkan konsep baru. Debngan kata
lain, adalah mungkin ntuk mempelajari hal-hal lain sambil berkonsentrasi pada satu atau
lebih subyek utama. Aktivitas belajar berefek pada perubahan perilaku. Efek itu bias
langsung dan bias juga sebagai ikutannya. Ketika siswa dilatih lompat jauh atau bertinju,
mereka tidak hanya berkonsentrasi pada focus pelatihan, melainkan juga memikirkan
bagaimana bertindak secara aman dan mencapai prestasi terbaik.

5). Belajar merupakan proses individual (individual process),

Dimana semua siswa atau peserta pelatihan tidak belajar pada tingkat yang sama.
Mereka bisa saja, dan ini yang paling umum terjadi, mengikuti pembelajaran dalam
kelompok yang relative besar. Namun demikian, perolehan belajar bersifat individual. Guru
atau instruktur baru cenderung kecewa ketika mereka menemukan kenyataan, bahwa
pelejaran yang telah direncanakan sedemikian rupa juga tidak memungkingkan mereka

7
mengajar semua siswa atau pesrta pelatihan dengan efektivitas yang sama. Mereka segera
memahami dan mengakui hal ini sebagai masalah alami dan dapat diprediksi, karena jarang
siswa atau peserta pelatihan belajar pada tingkat yang sama.

Perbedaan tingkat capaian pembelajaran itu sisebabkan oleh perbedaan kecerdasan,


latar belakang, pengalaman, kepentingan, keinginan untuk belajar, masalah psikologis, faktor
fisik, kondisi emosional, dan lain-lain. Guru dan instruktur harus mengakui perbedaan-
perbedaan dalam menentukan jumlah materi subyek pembelajaran, kapasitas peserta dalam
memahami materi, dan waktu yang tepat untuk mengajarkannya.

Di sekolah, guru harus memahami benar perbedaan kemampuan siswa untuk


kemudian mendesain perencanaan, pelakasanaan, dan evaluasi hasil belajar. Layanan kepada
siswapun harus dipertimbangkan secara baik oleh guru, agar perbedaan individual mereka
dapat dilayani. Guru harus mengidentifikasi area-area siswanya yang lemah, menjadikan
kelemahan itu sebagai focus pembenahan, dan menunjukan kepada siswa bagaimana
memperbaikinya.

Guru tentu sangat beruntung jika memiliki sebagian besar siswa yang
kemampuannyadan keterampilannya menonjol. Siswa semacam ini dapat digunakan untuk
membantu kawan-kawanya selama pembelajaran melalui bimbingan sejawat. Di sini, guru
akan memperoleh dua keuntungan.pertama, dia dapat dengan mudah mengajar siswanya yang
menonjol. Kedua, dia memperoleh keuntungan, karena anak-anak yang menonjol itu dapat
menularkan kemampuan dan keterampilan mereka kepada sejawatnya.

C. Hukum Belajar

Seperti halnya kehidupan pada umumnya dan ilmu-ilmu keras lain yang taat asas pada
hukum-hukum, belajar pun memiliki hukum, yang disebut dengan hukum belajar. Hukum
belajar bersumber dari pembelajaran itu sendiri, baik siswa maupun guru. lingkungan
belajarpun memiliki hukum belajar.Pada awal tahun 1990-an, Edward L Thondike
mempostulasi “hukum  belajar”( law of learning) yang tampaknya berlaku umum dalam
proses menemukan banyak bukti bahwa belajar memang lebih kompleks daripada hukum
yang diidentifikasi selama ini. Namun “hukum” itu tidak memberikan guru atau instruktur
dengan wawasan dalam proses pembelajaran yang akan membantu menyediakan pengalaman
yang berharga untuk peserta didik atau peserta pelatihan.

8
Hukum-hukum belajar yang berkembang pada era setelah Thorndike tidak selalu
sama dengan pertama kali dinyatakannya. selama bertahun-tahun hukum belajar itu telah
ditambah dan dikembangkan. Namun pada konsepsi yang mereka telah kembangkan itu
memiliki kaitan erat satu sama lain, semua terfokus pada bagaimana belajar itu dilihat dari
multi perspektif. Untuk pertama kalinyahukum belajat yang diidentifikasi menjadi tiga, yaitu:
“hukum kesiapan”, “hukum Latihan”, dan “hukum efek”. Dari ketiga hukum ini hukum
efeklah yang paling terkenal dan masih berlaku umum sampai sekarang.

Satu hukum belajar hanya menjelaskan satu sisipan dan bagaimana belajar itu terjadi.
Seperti apa pun akan melakukan tindakan relatif dalam kerangka pembelajaran dan proses
belajar. Tidak ada cara belajar yang berpijak pada hokum tunggal. Kombinasi kegatan yang
terjadi pada saat yang sama justru akan membuat pengalaman yang lengkap. Beberapa
hukum belajar dimaksud disajikan berikut ini.

1). Hukum kesiapan atau Law of Readiness.

Hukum kesiapan berarti orang bias belajar ketika siap secara fisik dan mental untuk
menerima rangsangan, dengan atau tidak perlu penyesuaian awal. Siswa dapat belajar dengan
baik ketika mereka benar-benar siap untuk belajar. Siswa tidak akan belajar banyak, jika
mereka tidak melihat alas an untuk belajar.

Apersepsi atau mereview materi sebelumya sebelum memasuki materi pelajaran  baru


merupakan bagian integral dari usaha untuk membuat siswa benar-benar siap menerima
kelas. Di bidang olahraga , pemanasan (warming up) menjadi penting untuk membentuk
kesiapan itu. Ketika siswa atau peserta pelatihan sudah siap belajar atau menerima
perlakuan , baik fisik maupun intelektual, mereka lebih bersedia berpartisipasi dalam proses
belajar.

Kondisi ini lebih menyederhanakan tugas guru atau instruktur, sekaligus memperkecil
resiko kepercumaan atau kegagalan. Kelelahan fisik, masalah pribadi, kondisi lingkungan
yang buruk merupakan faktor yang akan menentukan ketidakpastian siswa menerima
pelajaran.

2). Hukum ltihan atau Law of Exercise.

Hukum latihan menekankan pada gagasan atau realitas bahwa pengulangan pada
materi atau kegiatan tertentu merupakan dasar bagi perkembangan respon yang memadai
selama dan setelah kegiatan belajar. Materi atau kegiatan yang sering kali berulang atau

9
berulang secara frekuensial akan mudah diingat. Hasil penelitian membuktikan bahwa jika
seseorang mengulagi materi yang diajarkan sebelumnya dalam waktu 24 jam, dia
menghabiskan 10 menit belajar akan menaikkan kurva hampir menjadi 100 persen lagi. Hri
ke-7 hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk “mengaktifkan” materi yang sama. Hari 30,
otak hanya perlu waktu 2-4 menit untuk memberikan umpan balik. Jika tidak perna belajar
sama sekali, pada hari ke-30 diperlukan waktu 40-50 menit untuk mengingatkan materi
kembali keposisi normal.

Pikiran jarang bisa mengingat konsep konsep atau praktik baru setelah penyinaran
tunggal, setiap kali dipraktikkan, belajar terus dan diberlakukan. Guru atau
instruktur  menghimbau siswa agar mengulagi tugas., melakukan gerakan manual atau
aplikasi fisik ulang dan sebagainya.

3). Hukum efek atau law of Effect.  

Hukum efek melibatkan reaksi emosional siswa atau peserta pelatihan. Aktiftas
belajar siswa di asumsikan selalu akan jauh lebih efektif jika muncul rasa puas, kesedapan
atau hadiah menyertai setiap hasil yang dicapai dari hasil yang dicapai dari proses belajar.
Belajar menjadi diperkuat jika disertai dengan perasaan menyenangkan atau memuaskan.
Sebaliknya, hal itu akan melemah ketika dikaitkan dengan pengalaman yang tidak
menyenangkan. Hukum efek ini banyak diinspirasikan oleh aliran behavioris yang
menekankan pada konsep stimulus – respon (S - R), meski kegiatan pembelajaran tidak harus
selalu dimaknai hubungan mekanistik semacam itu.

Pengalaman siswa atau peserta pelatihan yang menghasilkan perasaan kalah, frustasi,
kemarahan, atau kebingungan selama proses pendidikan ataub pelatihan menjadi
kontraproduktif. Karena itu, guru harus ekstra hati-hati dalam menerapkan motivasi negative.
Namun yang lebih utama adalah kemampuan mereka memahami dan memecahkan masalah-
masalah itu.

4). Hukum  keutamaan atau Law of Primacy.

Hukum keutamaan ini menyatakan bahwa pernyataan atau gagasan besar yang sering
menciptakan kesan yang kuat, hampir pasti tidak tergoyahkan. Dalam bahasa sehari-hari
orang mengatakan: kesan pertama sangat penting. Sangat mungkin inilah yang disebut
dengan advance organizer atau pengorganisasi utama dari pikiran yang harus dikedepankan.

10
Guru bukanlah pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan, mungkin juga
belum menjadi profesi terhormat di masyarakat. Karena itu, kejujuran harus menjadi
kekayaan utama guru. guru akan mengalami kesulitan melanjutkan pengajaran, jika
mengawali dengan kesalahan. Karenanya dia harus mengajarkan materi yang benar sejak
awal pengajaran. Guru atau instruktur harus memiliki pengalaman yang positif dan
fungsional.

5). Hukum intensitas atau Law of Intensity.

Hukum intensitas menyatakan bahwa jika “rangsangan atau pengalaman” benar-benar


nyata, mungkin jumlahnya lebih banyak akan menjadi factor perubahan perilaku yang lebih
baik. Menurut hukum ini, menjadi jelas menarik atau dramatis pengalaman belajar dan
mengajar yang lebih dari satu, karena pengalaman rutin menimbulkan kebosanan.

Seorang siswa atau peserta pelatihan akan lebih belajar banyak dari hal yang nyata
dengan sajian yang berfariasi ketimbang cara-cara yang menonton. Guru atau pelatih, sangat
mementingkan metode ceramah dibandingkan dengan metode yang lain, tapi akan terasa
membosankan. Karena itu, demontrasi sandiwara, model berbuat, dan lain-lain banyak
manfaatnya untuk menigkatkan pengalaman belajar daei siswa atau peserta pelatihan.

6). Hukum kebaruan atau Law of Recency.

Hukum kebaruan menyatakan bahwa hal yang paling baru dari aktifitas dan materi
belajar yang terbaik diingat, sementara hal-hal yang dipelajari beberapa waktu lalu, jauh lebih
sulit mengingatnya. Kadang- kadang, misalnya, begitu mudah mengingat nomor telepon yang
diputar beberapa menit yang lalu, tetapi sebaliknya biasanya sangat sulit untuk mengingat
nomor telepon keluar yang diputar seminggu yang lalu. Oleh karena itu, melakukan reviu,
menjelaskan sekilas, menanyakan ulang, dan sebagainya dari substansi yang pernah
disampiakan sebelumnya apalagi menunya hampir serupa dengan yang akan disampaikan
pada “sesi sekarang”, akan membuat kinerja guru atau pelatih lebih efektif. Ini juga bemakna,
mempraktikan keterampilan atau konsep baru saja sebelum menggunakannya akan menjamin
kinerja yang lebih efektf.

Dengan demikian, ketika teori dipelajari, sebaiknya segera dipraktikkan. Guru atau
instruktur dituntut mengulang, menyatakankembali, atau menekankan kembali hal-hal
penting pada akhir pelajaran untuk memastikan bahwa siswa atau peserta pelatihan
mengingatnya buka sebagai rincian yang rambang.

11
BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan
Belajar terjadi bila muncul perubahan perilaku pada siswa, baik dalam makna kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Perubahan perilaku itu sangat mungkin, bahkan pasti demikian,
tidak secara langsung diamati. Perubahan perilaku sebagai hasil dari interaksi seseorang
dengan lingkungannya.

Semua orang belajar dari pengalamannya sendiri dan itu terwujud jika dia memiliki
kemauan dan kemampuan untuk itu. Pengetahuan seseorang adalah hasil dari pengalaman
mereka memahami, serta bereaksi terhadapnya. Tidak ada orang yang memiliki sama persis.

Satu hukum belajar hanya menjelaskan satu sisipan dan bagaimana belajar itu terjadi.
Seperti apa pun akan melakukan tindakan relatif dalam kerangka pembekajaran dan proses
belajar. Tidak ada cara belajar yang berpijak pada hukum tunggal. Kombinasi kegiatan yang
terjadi pada saat yang sama justru akan membuat pengalaman yang lengkap.

B. Saran

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun kepada para pembaca guna menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya
pemakalah ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Sabri, Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Cv Pendoman Ilmu Jaya

13
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Brapindo Persada

Masykur, Ali. 1996. Program Ilmu-Ilmu Sosial. Nganjuk : Adi Cipta

hhtps://giatbelajar.wordpress.com/2008/06/12/karakteristik-perubahan-hasil-belajar/

14

Anda mungkin juga menyukai