Anda di halaman 1dari 4

Kisi-Kisi Hukum Pajak

 KEWAJIBAN PAJAK
Pengusaha orang pribadi, pengusaha badan, Pengusaha orang pribadi/Badan yg mempunyai
tempat kegiatan usaha di wilayah beberapa kantor DJP Wajib melaporkan usahanya kepada
kantor DJP. Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP kemudian diberikan Surat
pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, obyek pajak dan/atau bukan obyek pajak,
dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. SPT Merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kewajiban perpajakan yang
telah dipenuhi dalam suatu masa pajak atau tahun pajak atau bagian tahun pajak dalam
sistem tersebut.

 PPH FINAL
Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar
pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun
berjalan. Pembayaran, pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan Final (PPh Final)
yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri bukan merupakan pembayaran
dimuka atas PPh terutang akan tetapi merupakan pelunasan PPh terutang atas penghasilan
tersebut, sehingga wajib pajak dianggap telah melakukan pelunasan kewajiban pajaknya.
Dari penjelasan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Penghasilan yang
dikenakan Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan yang dikenakan PPh final tidak perlu digabungkan dengan penghasilan lain
(yang non final) dalam penghitungan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan.
2. Jumlah PPh Final yang telah dipotong pihak lain ataupun dibayar sendiri tidak dapat
dikreditkan pada SPT Tahunan.
3. Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih dan memelihara penghasilan
yang pengenaan PPh-nya bersifat final tidak dapat dikurangkan

Berdasarkan pasal 4 ayat (2) UU No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Objek pajak
yang dapat dikenai pajak bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya,

 PPH NON-FINAL
PPh Tidak Final adalah penghasilan yang tidak akan dipotong saat itu juga. WP akan
dianggap belum melunasi kewajiban perpajakan untuk menyetor dan melaporkan pajak.
Transaksi WP akan dianggap selesai saat perhitungan pajak di akhir tahun.
Yang termasuk dalah PPH Non-Final, yaitu :

1. PPh Pasal 21: Gaji, Upah, Honorarium untuk wajib pajak dalam negeri
2. PPh Pasal 22: Impor, Bendaharawan, Migas, Lelang
3. PPh Pasal 23: Royalti, Sewa selain tanah dan bangunan, jasa, dividen.
4. PPh Pasal 24: PPh atas penghasilan WNI di luar negeri.
5. PPh Pasal 25: Angsuran PPh
6. PPh Pasal 26: Gaji, Upah, Honorarium untuk wajib pajak luar negeri
7. PPh Pasal 28: Pajak Lebih Bayar (Angsuran PPh Pasal 25 setahun > PPh Terutang)
8. PPh Pasal 29: Pajak Kurang Bayar (Angsuran PPh Pasal 25 setahun < PPh Terutang)

 Perbedaan Pajak Penghasilan yang bersifat Final dan Tidak Final


Perbedaan PPh Final dan Tidak Final bisa dilihat misalnya terkait pengenaan pada Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Adapun rinciannya sebagai berikut:
1. Pada PPh Final, penghasilan tidak digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai
tarif umum dalam SPT Tahunan PPh Badan. Sedangkan, pada PPh Tidak Final
penghasilan digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai tarif umum.
2. Pada PPh Final, biaya sehubungan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang dikenai PPh tidak dapat dikurangi. Sedangkan, pada PPh Tidak Final
biaya tersebut dapat dikurangkan.
3. Pada PPh Final, bukti potong PPh tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak bagi
pihak yang dipotong dan atau dipungut. Sedangkan, pada PPh Tidak Final bukti potong
dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak bagi pihak yang dipotong atau dipungut.

 PEMUNGUTAN PAJAK
Ada 3 system pemungutan pajak di Indonesia, yaitu :
1. Official Assessment System
suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiscus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP
2. Self Assessment System
suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada WP untuk menentukan
sendiri besarnya pajak yang terutang.
3. With Holding System
sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiscus
dan bukan WP) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP.

Tata Cara Pembayaran Pajak


WP  Timbul utang Pajak  pembayaran pajak secara elektronik  kode e-billing 
bayar ke Bank Persepsi atau ke PT Pos Indonesia  Bukti Penyetoran  Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN) yang diterbitkan melalui MPN.

 PERBEDAAN PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK


Pemungutan PPN dapat diartikan sebagai kegiatan memungut sejumlah pajak yang
terutang atas suatu transaksi, dalam hal ini PPN. Sementara, pemotongan PPh diartikan
sebagai kegiatan memotong sejumlah pajak yang terutang dari keseluruhan pembayaran yang
dilakukan oleh wajib pajak. Pemotongan pajak ini dilakukan oleh pihak-pihak yang
melakukan pembayaran terhadap penerima penghasilan. Pihak pembayar bertanggungjawab
atas pemotongan dan penyetoran serta pelaporannya.
Secara sederhana, pemungutan PPN merupakan kegiatan menambah jumlah tagihan atau
jumlah yang seharusnya diterima. Kegiatan pemungutan PPN ini dilakukan oleh pihak
penerima pembayaran atau penjual Barang/Jasa Kena Pajak (BKP/JKP). Sementara,
pemotongan PPh merupakan kegiatan mengurangi pembayaran atau jumlah yang diterima.
Kegiatan pemotongan PPh ini dilakukan oleh pembeli BKP/JKP.

 PPN DAN PEMUNGUTANNYA

Anda mungkin juga menyukai