Anda di halaman 1dari 51

Batuan Metamorfosa

Hendro Purnomo
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN - ITNY
2020
Batuan Metamorfosa ( metamorphic rock)
o Metamorfosa / Metamorphic berasal dari Bahasa Yunani, yaitu:
Meta = perubahan
Morphos = bentuk

o Batuan Metamorfosa adalah batuan dan mineral yang telah berubah


dari batuan induk / asalnya (parent rock/ protolith) yang terjadi di bawah
permukaan bumi karena kenaikan tekanan (P) dan atau temperatur (T)
dalam proses metamorphism.

o Batuan induk dari batuan metamorfosa dapat berasal dari batuan


sedimen, batuan beku maupun batuan metamorfosa itu sendiri.
Metamorphism
Adalah:
oSebuah proses perubahan batuan meliputi perubahan kandungan mineral,
tekstur, struktur micro batuan dan kadang-kadang komposisi kimia dari batuan
induk (protolith) dalam kondisi dominan padat.
oMetamorphism terutama disebabkan oleh penyesuaian kondisi fisik yang
berbeda dari kondisi awal batuan tersebut terbentuk dan juga kondisi yang
berbeda dari kondisi fisik yang normal terjadi di permukaan bumi dan di zona
diagenesis.
oDerajat Perubahan batuan induk selama metamorphism disebut dengan
metamorphic grade.
oDerajat metamorfisme (Metamorphic grade) dibagi menjadi beberapa spektrum
mulai dari low grade (low T dan low P) sampai high grade (high T dan high P).
Metamorphism
o Metamorphism terjadi karena perubahan temperatur (T) atau tekanan (P) atau keduanya,
di atas batas diagenesis dan di bawah batas titik lebur (melting), dimana batuan dalam
keadaan keseimbangan baru dan tanpa melalui fase cair (dominan dalam keadaan padat)
pada temperatur antara 200-700-1000⁰C.
o Metamorphism membentuk batuan dengan tekstur dan komposisi mineral yang sama
sekali berbeda dengan batuan asal. Kenaikan temperatur dan tekanan pada proses
metamorfosa akan merubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, selain itu juga
merubah hubungan antar butiran kristalnya.

o Proses metamorfosa terjadi dalam kerak bumi di bawah permukaan. Proses metamorfosa
meliputi:
• Rekristalisasi
• Reorientasi dan
• Pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.
Perubahan batuan karena metamorphism
oDensity (naik).
oFoliasi
• Platy layer
• Banding
oKehadiran banyak mineral mica.
oStruktur lipatan (folded).
• Wavy
• Distorted layer
Proses Metamorfosa
Tiga penyebab terjadinya metamorphism
1. Heat / panas/ temperatur (T)
2. Pressure / tekanan (P)
3. Chemical active fluids / hydrothermal
Temperatur (T)
oJika batuan bersentuhan dengan sumber panas dalam jumlah yang besar
akan terjadi rekristalisai mineral pada batuan tersebut, sering kali butiran
mineral tumbuh menjadi lebih besar.
oTemperatur (suhu) mencerminkan energi suatu zat, atau dengan kata lain
peningkatan suhu menunjukkan peningkatan energi. Perubahan
temperatur / energi dapat mempengaruhi keseimbangan kimia atau
perubahan kation dalam mineral.
oPada temperatur (T) yang tinggi atom dapat bergetar sangat kuat
sehingga dapat bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain dalam kisi-kisi
kristal ketika batuan masih dalam keadaan padat.
oTemperatur akan naik bersamaan dengan bertambahnya kedalaman dari
permukaan bumi sesuai dengan perubahan gradien geothermal (rata-rata
22 - 25⁰C/km pada kedalaman sampai 50 km dari permukaan bumi).
Sumber panas dan Gradien temperatur
Tekanan / Pressure/ Stress (P)

oTekanan (P) adalah gaya yang diterima oleh suatu material pada
luasan tertentu. Seperti halnya pada temperatur (T) tekanan juga
dapat mempengaruhi keseimbangan kimia dalam batuan.
oTekanan yang mempengaruhi proses metamorfosa
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Confining pressure dan
differential stress.
Confining Pressure
oConfining pressure adalah jika tekanan yang di terima oleh material terjadi
dengan besaran yang sama pada setiap sisi dari material tersebut. Pada
derajat tertentu tekanan ini akan menyebabkan terjadi reaksi kimia dan
membentuk mineral baru.
oConfining pressure menyebabkan ruang antar butiran mineral menjadi lebih
dekat, sehingga batuan menjadi lebih kompak / padat dan density menjadi
lebih besar dibandingkan dengan batuan induknya.
oConfining pressure dapat terjadi pada penumpukan lapisan material
(sedimen) sehingga terjadi tekanan (pressure) yang besar pada lapisan
bagian bawah karena lapisan sedimen diatasnya.
oConfining pressure diukur dalam satuan “bar” ( pressure = 1 bar pada
permukaan laut dan 10.000 bars pada dasar kerak bumi). Batuan
metamorfosa terbentuk pada kisaran lebih dari 3000 bars, pada kedalaman
15-35 km di bawah permukaan bumi.
Differential Stress
oDifferential stress / directed stress / Tectonic stress adalah tekanan
yang di terima oleh material dengan besaran yang berbeda pada
setiap sisinya. Pada umumnya tekanan ini disebabkan oleh
pergerakan lempeng lithosphere.
oDifferential stress umumnya terjadi dengan kekuatan yang lebih
kecil dari pada confining pressure. Differential stress tidak
menyebabkan terjadinya reaksi kimia yang dapat merubah
komposisi mineral dan struktur atom, tetapi tekanan ini dapat
merubah ukuran, bentuk dan orientasi mineral / kristal.
Confining pressure dan Differential stress

Confining pressure Differential stress


Differential Stress

Granit Gneiss
Tiga factor yang menyebabkan kenaikan Tekanan (stress)
yang dapat membentuk batuan metamorfosa

1. Stress yang terjadi akibat dari beratnya beban lapisan sedimen


yang ada diatas lapisan batuan.
2. Stress yang disebabkan oleh tumbukan lempeng tektonik
dalam proses pembentukan pegunungan (diagenesa).
3. Stress yang disebabkan oleh pergeseran antara dua lempeng
tektonik (seperti terjadinya sesar geser yang besar, misalnya
sesar geser San Andreas di California)
Chemically active fluids (hidrothermal)
oCairan kimia aktif (hydrothermal) dapat menyebabkan terjadinya
metamorphism karena cairan H2O dan uap panas dapat mentransfer ion
dari suatu bagian struktur kristal ke bagian strutur yang lain.
oCairan H2O dan uap panas, karena tekanan yang kuat, dapat mengisi
poripori batuan yang ada. Cairan dan uap panas ini dapat menyebabkan
terjadi reaksi kimia yang dapat merubah susunan kimia batuan induk.
oJika larutan panas mengandung ion ion dari batuan dengan komposisi yang
berbeda dan bereaksi dengan ion / kation dari batuan induk maka dapat
merubah komposisi kimia dari batuan induk tersebut.
oProses ini disebut dengan Metasomatism atau hydrothermal metamorphism.
oHydrothermal metamorphism umumnya bersifat lokal tetapi bila proses
terjadinya terus menerus maka dapat menimbulkan efek regional (misal
pada pemekaran lantai samudera).
Proses metamorfosa berdasarkan setting geologi
Metamorfisme Lokal (terjadi pada skala/dimensi yang terbatas):
1. Metamorfisme Kontak [ P low / T high].
2. Metamorfisme Dinamik / cataclastic pada zona sesar [P high / T low].

Metamorfisme Regional (metamorfisme dinamo-termal), Terjadi pada


skala / dimensi yang luas :
1. Metamorfisme burial [ P medium / T medium].
2. Metamorfisme orogenic [ P high / T medium-high].
Proses metamorfosa kontak
• Terjadi karena aktivitas magma panas yang mengintrusi pada batuan (country
rock) yang lebih dingin. Kenaikan temperatur menyebabkan batuan yang
diintrusi terubah / termetamorfkan.
• Tidak ada gaya tekan (tectonic stress) yang mempengaruhi proses ini, sehingga
tekstur batuan hasil metamorfisme kontak adalah non foliasi (hornfels, kuarsit
dan marmer).

• Zona ubahan terjadi pada area yang relatif sempit yang di sebut dengan contact
aureole.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan aureole:

oTemperatur magma.
oUkuraan / dimensi intrusi (pluton, sill, dyke).
oAktivitas fluida yang bermigrasi keluar dari intrusi.
oKarakteristik batuan asal (wall rock) atau sifat reaksi wall rock
terhadap aktifitas fluida.
oTipe dari implacement / terobosan fluida.
Kontak aureole pada batuan shale, batugamping, batupasir dan sandy shale
Metamorfosa kontak pada batugamping
Metamorfosa kontak pada batupasir
Proses metamorfosa dinamic / cataclastic
oMetamorfisme dinamik terjadi sangat lokal pada zona fractures / rekahan di
sekitar zona sesar.
oSecara umum efek dari proses metamorfisme dinamik adalah menurunnya
ukuran butir.
oJika cataclastic terjadi pada lokasi yang dangkal / dekat permukaan maka akan
menghasilkan breksi sesar dan jika terjadi pada level yang dalam akan terjadi
rekristalisai mylonites. Pada mylonite fragmen dari batuan asal berbentuk
lensa dapat sering ditemukan di dalam matrik yang halus.
oHasil rekristalisasi mylonites menghasilkan batuan yang keras dan tahan
/resitant terhadap erosi.
Mylonite

Mylonite pada sayatan tipis

Proses metamorfosa cataclastic pada zona sesar


Proses metamorfosa regional
oProses metamorfosa regional terjadi pada dimensi yang sangat luas.
Proses metamorfosa ini umumnyamenghasilkan batuan batuan
metamorfosa dengan struktur foliasi seperti gneiss dan schist.
oProses metamorfosa regional disebabkan oleh proses geologi yang
luas seperti proses pembentukan pegunungan. Karena tekanan yang
sangat besar mengakibatkan batuan menjadi terlipat atau patah.
oBatuan metamorfosa hampir selalu lebih keras dari batuan sedimen
bahkan kadang-kadang lebih keras dari batuan beku.
Metamorfisme burial
oAkibat kenaikan P dan T pada geosinklin yang mengalami sedimentasi
intensif kemudian terlipat.
oJika sedimen terendapkan dan tertimbun di cekungan sedimen maka:
▪ P naik karena beban dari overburden
▪ T naik karena geothermal gradient
oDiperlukan kedalaman yang lebih dari efek diagenesa (pada kedalaman
8-15km, tergantung pada gradient geothermal).
oTerjadi proses rekristalisasi dan reaksi antara mineral dan fluida.
Burial metamorphism
Metamorfisme orogenic
oTerjadi rekristalisasi akibat proses deformasi pada zona sabuk orogenic
(pembentukan pegunungan).
oBatuan metamorfosa yang terbentuk sampai ribuan kilometer persegi.
oBatuan metamorfosa yang terbentuk umumnya mempunyai butiran yang
terorientasi (foliasi).
oProses pembentukan memerlukan waktu yang lama (puluhan juta tahun).
Orogenic metamorphism
Kontrol tektonik terhadap metamorfisme
oMetamorfisme pada zona subduction = P tinggi / T rendah.
oMetamorfisme pada zona pemekaran lantai samodera (mid-
ocean ridges) = P rendah / T sangat tinggi.
oMetamorfisme pada arc basement = P rendah / T tinggi.
oMetamorfisme pada tumbukan antar benua (continental-
continental collision) = P dan T intermediate.
oMetamorfisme pada continental extension = P intermediate /
T tinggi.
Zona subduction (a) dan pemekaran lantai samudera (b)

(a) (b)
Continentals collision (a) dan arc basement (b)

(a) (b)
Mineral yang umum dijumpai pada batuan metamorfosa

oCalcite
oKuarsa (quartz)
Mineral terang
oFelspar
oMuscovite
oBiotite
oHornblende
oAugite (pyroxene)
Mineral gelap
oGarnet
Mineral Khas
Tekstur Batuan Metamorfosa
Deskripsi batuan metamorfosa dilakukan berdasarkan pada bentuk
dan orientasi butiran mineral dalam batuan.
Tekstur batuan metamorfosa terdiri dari:
oFoliasi (Foliated)
oNon-foliasi (Non-foliated)
Foliasi (foliation)
oTerdapat keteraturan orientasi butiran mineral atau struktur dalam
batuan.
oStruktur foliasi terjadi bila ada deformasi yang significant.
oFoliasi dapat berkembang, karena:
• Rotasi mineral-mineral pipih / mika
• Rekristalisasi yang menghasilkan mineral-mineral baru yang parallel
antara satu dengan lainnya.
• Perubahan mineral-mineral rounded menjadi berbentuk pipih.
Bagaimana foliasi berkembang

Rotasi mineral-mineral platy Rekristalisasi menghasilkan mineral2 paralel


Bagaimana foliasi berkembang

Mineral rounded menjadi lebih pipih


Tipe Foliasi

oSlaty cleavage
oSchistosity
oGneissic texture / banding
Tipe Foliasi

Slaty Cleavage, low grade metamorphism, Schistosity, medium grade metamorphis,


rekristalisasi clay menjadi chlorite, orientasi mineral rekristalisasi chlorite menjadi biotite dan muscovite.
tegak lurus arah stress, butiran mineral sangat halus
Tipe Foliasi
Foliasi batuan metamorfosa
Non-Foliasi
oTerbentuk pada lingkungan dimana sedikit (minimal)
terjadi deformasi.
oButiran mineral tidak terorientasi (random).
oTerdiri hanya satu jenis mineral / mono-mineral.
Bagaimana non-foliasi berkembang
Bagaimana non-foliasi berkembang
Bagaimana non-foliasi berkembang
Referensi
o Ehlers E.G., Blatt H.,1982, Petrology Igneous, Sedimentary and Metamorphic. W.H. Freeman and Company.
o Fry N., 1993, The Field Description of Metamorphic Rocks, Geological Society of London Handbook, John Wiley
& Sons.
o Laboratorium Geologi Dinamis., 1988, Pedoman Praktikum. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral
ITB.
o Monttana A., Crespi R., Liborio G., 1978, Guide to Rocks and Minerals, Simon and Schuster, New York.

o http://opengeology.org/textbook/6-metamorphic-rocks/ [diakses 25 Mei 2020].


o http://volcano.oregonstate.edu/metamorphic-rocks-lesson-14 [diakses 25 Mei 2020].
o https://www.youtube.com/watch?v=24-kUAEX0fU [diakses 27 Mei 2020].
o https://www.youtube.com/watch?v=1zP9cMU6AvE [diakses 27 Mei 2020].
o https://www.youtube.com/watch?v=kRUwchlza88 [diakses 28 Mei 2020].
o https://www.youtube.com/watch?v=eeAf2k7n8pc [diakses 28 Mei 2020].
o https://www.alexstrekeisen.it/english/meta/index.php [diakses 29 Mei 2020].

Anda mungkin juga menyukai