Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS JURNAL

PEMINATAN GAWAT DARURAT


Ny. H DENGAN ARDS

Oleh:

NAMA : MIFTAHUL JANNAH


NIM : 21219094
1. PENDAHULUAN

Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak


diantara toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus
dinding (abdominal wall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen,
columna vertebralis, dan ilium. Untuk membantu menetapkan suatu lokasi
di abdomen, yang paling sering dipakai adalah pembagian abdomen oleh
dua buah bidang bayangan horizontal dan dua bidang bayangan vertical.
Trauma adalah sebuah mekanisme yang disengaja ataupun tidak disengaja
sehingga menyebabkan luka atau cedera pada bagian tubuh. Jika trauma
yang didapat cukup berat akan mengakibatkan kerusakan anatomi maupun
fisiologi organ tubuh yang terkena. Trauma Abdomen adalah terjadinya
atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan
fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imunologi dan
gangguan faal berbagai organ. Kematian akibat trauma meningkat setiap
tahunnya, data Kepolisian Republik Indonesia menyebutkan bahwa pada
tahun 2012 terjadi 109.038 kasus trauma akibat kecelakaan dengan korban
meninggal dunia sebanyak 27.441 orang. Sedangkan pada 2011 terjadi
kasus trauma akibat kecelakaan sebanyak 109.776 kasus, dengan korban
meninggal sebanyak 31.185 orang (Anonim, 2016).

Trauma abdomen terutama yang terjadi sebagai akibat trauma


tumpul pada abdomen dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada
semua usia, akan tetapi jenis trauma ini merupakan keadaan yang cukup
memberikan tantangan bagi setiap departemen gawat darurat maupun bagi
tenaga medis yang bekerja pada departemen tersebut dikarenakan oleh
presentasi maupun gejala klinis yang sangat bervariasi pada setiap kasus
yang terjadi. Adanya perbedaan antara gejala yang didapatkan dengan
trauma yang sesungguhnya pada banyak kasus yang terjadi membutuhkan
diagnosis dan tatalaksana yang tepat dan cepat. Perlu diingat bahwa
cedera yang tampak ringan pada beberapa kasus dapat menjadi suatu
penyebab trauma mayor pada organ-organ intraabdomen, sehingga deteksi
yang cepat pada pasien dengan trauma abdomen menjadi suatu tujuan
utama untuk dapat memeperbaiki kondisi pasien serta mendapatkan hasil
tatalaksana yang maksimal. (Bodhit, Bhagra, dan Stead, 2011)

2. KASUS ATAU SKENARIO KLINIS


Ny. H berusia 38 tahun masuk ke ruang ICU dengan diagnosa post SC dan
miomektomi hr-2, PEB, Susp.pneumonia, post RJP. Saat pasien masuk
ICU diantar dokter anestesi dan perawat dengan terpasang ETT, respirasi
dibantu dengan resusitator bag (bagging), RR 12 x/menit, oksigen 12
lt/menit. Pemeriksaan fisik dilakukan kesadaran pasien somnolen, GCS
E3M5T, pupil isokor diameter 2 mm, RC (Reflek Cahaya) +/+, motorik
atas +/+ bawah +/+. Pasien terpasang ventilator mekanik, mode standar
SIMV 12, VT 360 ml, PEEP 5 cmH2O, FiO2 100%. 15 menit kemudian
diperiksa AGD FiO2 diturunkan 80%. Suara nafas pasien terdengar slem,
saat dilakukan suction volume sedang, warna putih, encer. Auskultasi
ronkhi basah +/+. HR 120 x/menit, BP 110/60 mmHg, MAP 76 mmHg,
nadi kuat, akral hangat. terpasang kateter, produksi urin 200 cc dalam
4jam terakhir, kuning jernih, terpasang NGT, udema atas +/+, bawah +/+.
Pasien mendapatkan Cefotaxim 1gr/12 jam, Tranexamid acid 500 mg/8
jam, Antipiretik infuse 1gr/8jam, Fentanyl 20 mikro/jam, Midazolam 3 mg
iv, Infus cairan RL sesuai HD (Hemodiamika). Foto thoraks menunjukan
adanya efusi pleura bilateral, ploropneumonia paru kanan, kardiomegali,
ETT setinggi VT 3-4. Hasil AGD pH: 7,356; PCO2: 55,7; PO2: 135;
HCO3: 29,5; Be: 5,5; dan SaO2: 100,7

3. RUMUSAN MASALAH
Problem : Tn. A berusia 45 tahun dengan nyeri akut
Intervensi : Memberikan teknik relaksasi progresif
Comparing : -
Outcome : Menurunkan skala nyeri
4. METODE/ PENELUSURAN BUKTI
Setelah dilakukan pencarian di Goggle scholar didapatkan 214.556 jurnal,
dengan menggunakan keyword “Teknik relaksasi pada nyeri akut”. Dan
dipilih 1 jurnal yang terkait dengan judul ” Efektifitas Tehnik Relaksasi
Progresif Terhadap Intensitas Nyeri Pasca Operasi Laparatomi”

5. HASIL PENELUSURAN BUKTI/ TELAAH JURNAL


a. Validity
Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan
rancangan One Group Pretest and Posttest Design, Populasi pada
penelitian ini adalah pasien post laparatomi di ruang rawat inap Mawar II
RSUD Dr. Moewardi sebanyak 15 pasien. Sampel diambil pada tanggal 01
Maret – 01 April 2014 Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
secara accidental sampling. Instrumen yang digunakan data demografi dan
kuesioner skala pengukuran nyeri
b. Importance
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan skala nyeri
sebelum dan sesudah relaksasi progresif dinyatakan signifikan (thitung =
6,481 > ttabel = 2,145; p = 0,000 < 0,05). Relaksasi progresif mengalami
penurunan skala nyeri rata-rata sebesar 2,00. Dan mempunyai pengaruh
yang kuat yaitu 0,76. Sehingga Relaksasi progresif efektif menurunkan
nyeri pada pasien pasca operasi laparatomi.
c. Applicability
Diharapkan profesi keperawatan dapat memberikan intervensi relaksasi
progresif pada penderita perdarahan saluran cerna untuk menurunkan skala
nyeri selain obat farmakologi., karena relaksasi progresif ini mudah, aman
dilakukan dan tidak membutuhkan biaya.
6. DISKUSI
Teknik Relaksasi Progresif adalah tehnik merelaksasikan otot dalam pada
bagian tubuh tertentu atau seluruhnya melalui tehnik program terapi
ketegangan otot. Tehnik relaksasi otot dalam merupakan tehnik relaksasi yang
tidak membutuhkan imajinasi atau sugesti . Tujuannya meliputi :
1. Membantu pasien menurunkan nyeri tanpa farmakologi
2. Memberikan dan meningkatkan pengalaman subjektif bahwa ketegangan
fisiologis bisa direlaksasikan sehingga relaksasi akan menjadi kebiasaan
berespon pada keadaan-keadaan tertentu ketika otot tegang
3. Menurunkan stess pada individu, relaksasi dalam dapat mencegah
manifestasi psikologis maupun fisiologis yang diakibatkan stress.
Manfaat Tehnik Relaksasi Progresif meliputi :
1. Menurunkan ketegangan otot mengurangi tingkat kecemasan atau nyeri
2. Masalah-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, sakit
kepala, insomnia.
Indikasi Tehnik Relaksasi Progresif meliputi:
1. Nyeri pasca operasi
2. Cemas
3. Depresi ringan.
Analisis secara statistik membuktikan bahwa perbedaan skala nyeri antara
sebelum dan sesudah relaksasi progresif dinyatakan signifikan (thitung =
6,481 > ttabel = 2,145 atau p = 0,000 < 0,05). Dengan adanya relaksasi
progresif terjadi penurunan skala nyeri rata-rata sebesar 2,00. Sementara
untuk mengetahui kuatnya hubungan atau pengaruh antar variabel dapat
dinyatakan mempunyai pengaruh yang kuat yaitu 0,76. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tehnik relaksasi progresif secara efektif dapat
menurunkan nyeri pada pasien pasca operasi laparatomi..
6. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini hendaknya digunakan sebagai bahan masukan, dalam
menambah khasanah keilmuan dan referensi bagi fasilitas pelayanan kesehatan
untuk menjadikan relaksasi progresif menjadi salah satu cara dalam
menurunkan skala nyeri bagi pasien perdarahan saluran cerna, karena teknik
ini mudah dan aman dilakukan.
7. DAFTARPUSTAKA
Haryono Rudi. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan . Yogyakarta:
Gosyen Publishing. 2012.
Jitowiyono,S.dkk. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Nuha
Medika.2010.
Mubarak, Wahit Iqbal. Buku Ajar Kebutuhab Dasar Manusia Teori Dan
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.2008
Mansjoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Euculapcius UI.
2007.
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta. 2010.
Potter Dan Perry. Buku Ajar Fundamental Kperawatan. Jakarta : EGC. 2010.
Saryono. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia.
2011.
Setiadi. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 1 . Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2007.
Sjamsuhidajat, M . Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. 2017.
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. 2010.
Suyanto. Metodolologi Dan Aplikasi Penelitian Keperawatan.
Yogyakarta
: Nuha Medika. 2011.
Wahyuni. Pengaruh Penambahan Teknik Relaksasi Progresif Pada
Terapi Latihan Terhadap Penurunan Nyeri Post Sectio Caesarea Di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi (Skripsi) 2011.

Anda mungkin juga menyukai