BAB I
PENDAHULUAN
mengalami mobile phone addict akan merasa bahwa telepon genggam dapat
memberikan hal baru yang juga hal positif karena saat menggunakan telepon
genggam seseorang akan merasakan hal yang tidak didapatkannya dari dunia nyata.
Penggunaan telepon genggam selama berjam-jam membuat seorang individu
akan kekuarangan waktu untuk sekedar bertatap muka dan mengurangi intensitas
seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain disekitarnya hal ini mengakibatkan
kualitas hubungan yang dimiliki akan berangsur-angsur memburuk. Tidak dipungkiri
jika seseorang akan merasakan kesepian dan menjadi semakin aktif dengan orang-
orang di dunia maya. Cara ini dilakukan untuk menghindari rasa sepi dengan harapan
dapat menjalin hubungan dengan orang lain di dunia maya.
Pemilik smartphone rata-rata membuka telepon mereka 150 kali sehari. tertawa
sekitar 15 kali sehari dan kita memeriksa telepon kami sepuluh kali lebih dari itu.
Pengguna menghabiskan rata-rata 2 jam dan 51 menit sehari pada smartphone
mereka. (Sumber: Bankmycell,2017) Sebagai perbandingan, waktu yang berkualitas
orang menghabiskan waktu dengan keluarga mereka berjumlah kurang dari 45 menit
sehari58% pengguna smartphone tidak pergi 1 jam tanpa memeriksa ponsel
mereka.Tentu saja, orang yang lebih muda merasa lebih sulit (68% orang usia 18-34)
untuk menjaga tangan mereka dari smartphone mereka selama satu jam.60% dari
mahasiswa AS menganggap diri mereka memiliki kecanduan ponsel. 71% orang tidur
dengan atau di samping ponsel mereka. 35% orang berpikir dari ponsel mereka ketika
mereka bangun sementara hanya 10% orang berpikir orang lain yang signifikan
mereka. 44% dari anak usia 18-24 tahun telah jatuh tertidur dengan ponsel mereka di
tangan mereka. 36% orang memeriksa ponsel mereka terus-menerus, sementara 54%
dari orang dewasa muda memeriksa terus-menerus. Hampir 40% dari orang tidak
pernah memutuskan sambungan dari ponsel, bahkan saat berlibur 44% orang
Amerika mengatakan mereka tidak bisa pergi hari tanpa perangkat mobile mereka.
(Sumber: Cnet,2018).
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada tahun 2013 bahwa jumlah
pengguna smartphone dengan rata-rata tinggi adalah berusia 18 hingga 24 tahun
3
dengan jumlah presentase 80% (Deloitte, 2014). Hal ini didukung oleh data statistik
sebuah survey yang dilakukan oleh Taylor Nelson Sofrens (TNS) di Indonesia
dengan jumlah presentase sebanyak 39% pengguna smarphone dengan kisaran usia
16 hingga 21 tahun. Dari hasil survei oleh Nationwide Building Society’s Flexplus
Current Account, sebanyak 58 persen orang tidak dapat hidup tanpa ponsel lebih dari
sehari. Penelitian yang dilakukan pada 2000 responden tersebut menemukan bahwa
53% responden hal pertama yang dilakukan dipagi hari adalah mengecek telepon
genggam mereka sebelum berbicara dengan pasangan. Dan sekitar 66% merasa tidak
bahagia ketika tidak bisa menggenggam ponsel ditangannya (infiatech, 2016). Seperti
yang tercantum dalam penelitian Yuwanto (2010) sekitar 53% dari 200 mahasiswa di
Surabaya mengalami mobile phone addict dengan tingkat sedang, analisis lebih lanjut
menurut kategorisasi aspek ditemukan bahwa aspek dengan kategori dominan tinggi
adalah withdrawal dan productivity loss yang mencapai prosentase 33% dan 45%
sedangkan aspek Anxiety dan Inability to control mendapat kategori dominan
sedang dengan presentase masing-masing 30% dari masing-masing aspek
keseluruhan.
Berdasarkan data Korlantas Polri menyebutkan, sejak 2014 sampai 2018
jumlah kecelakaan yang menimpa kaum milenial mencapai 18.000 jiwa. Rata-rata
umur 16 hingga 35 tahun yang jadi korban. Selain karena kurang cakapnya kaum
millenial dalam berkendara, kecanggihan teknologi ternyata juga jadi salah satu
faktor penyebab kecelakaan."Kaum millenial paling mendominasi. Ternyata
kecanggihan teknologi yang ada di gadget (telepon genggam) juga turut
berpengaruh," ujar Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusuf saat
dikonfirmasi, Sabtu (19/1/2019). Kombes Pol Yusuf mengaku sering melihat
pengendara milenial lebih fokus kepada telepon genggamnya ketika berkendara
dibanding memerhatikan jalan. Berkendara sambil menelepon menjadi salah satu
pemicu kecelakaan yang banyak didominasi kamu milenial. "Banyak anak muda yang
berkendara sambil telponan dan dengar musik, kalau bahkan ada pula ponsel yang
4
sengaja diletakan di dashbord depan. Tentu ini dapat mengurangi konsentrasi atau
fokus saat berkendara," tutur Kombes Pol Yusuf. (Tribun news,Jakarta,2018).
Menurut penelitian Park (2005) yang dilakukan pada 15 subjek di Seoul
menunjukkan beberapa penyebab kecanduan telepon genggam antara lain kebiasaan,
kesepian, menghibur diri, membuat rileks, mengalihkan diri dari masalah, menjaga
relasi dengan oang lain. Kesepian sebagai salah satu penyebab kecanduan sering
dialami oleh manusia pada masa mahasiswa berkisar antara 18-24 tahun, dimana pada
masa itu seseorang tergolong pada masa dewasa awal, mereka tidak lagi begitu saja
menikmati pergaulan yang yang spontan sebagaimana dulu saat masih bersekolah,
saling berinteraksi secara langsung, bersenda gurau dengan teman-temanya. Kesepian
menurut Paplau & Perlman sebagai perasaan yang dirugikan dan tidak terpuaskan
yang dihasilkan dari kesenjangan antara hubungan sosial yang diinginkan dengan
hubungan sosial yang dimiliki. Kesepian juga berarti suatu keadaan mental dan
emosional yang terutama dicirikan oleh adanya perasaan terasing dan kurangnya
hubungan sosial yang ada (Bruno,2000). Kesepian tidak hanya disebabkan karena
kesendirian namun karena respon terhadap ketidak sesuian suatu hubungan yang
diharapkan.
Ketika mengalami kesepian seseorang akan merasa ketidakpuasan, kehilangan.
Tingkat kesepian seseorang akan berbeda-beda karena situasi yang menyebabkan rasa
sepi itu sendiri berbeda. Sebuah ketergantungan memiliki hubungan yang erat dengan
emosional, dimana seorang individu yang mengalami ketergantungan berusaha
mencoba untuk menemukan kebutuhan yang tidak didapatnya di dunia nyata. Meski
kenyamanan atau kebahagian yang didapatkan hanya secara virtual dan semu.
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai Hubungan Antara Loneliness Dengan Mobile Phone Addict Pada
Mahasiswa UIN SUSKA Riau.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
5
yang diajukan dalam penelitian ini adalah, “apakah ada hubungan antara Loneliness
Dengan Mobile Phone Addict Pada Mahasiswa UIN SUSKA Riau”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
hubungan anatara Loneliness dengan Mobile Phone Addict pada mahasiswa.
D. Manfaat peneliti
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi rujukan atau bahan kajian bagi
para peneliti berikutnya serta masyarakat umum yang mengkaji pendekatan psikologi
terutama mengenai Mobile Phone Addict serta dapat membantu dalam penyajian
informasi serta publikasi artikel mengenai hubungan loneliness dengan Mobile Phone
Addict.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat menjadi rujukan acuan bagi para
mahasiswa pada UIN SUSKA Riau khususnya mengenai penggunaan handphone
dengan sebijak mungkin. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat berguna
sebagai tindakan preventif untuk meminimalisir berbagai masalah yang muncul
akibat dari penggunaan handphone yang berlebihan sehari-hari.
E. Keaslian Penelitian
Riska Dwi Cahyani Wahyu dan Agusti Tino Leonardi (2015) Hubungan Antara
Kesepian dengan Problematic Internet Use pada Mahasiswa Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kesepian dengan problematic
internet use pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
metode korelasi. Total subjek pada penelitian ini sebanyak 97 mahasiswa berusia 18-
21 tahun. Pengukuran menggunakan skala yang diadaptasi dari Generelized
Problematic Internet Use Scale 2 dan UCLA Loneliness Scale Version 3. Analisis
data menggunakan Spearman’s Rho. Hasil uji hipotesis menunjukkan angka 0,014
dan koefisien korelasi sebesar 0,250. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif yang lemah antara loneliness dengan Problematic Internet Use pada
mahasiswa.
yang terkandung dalam Diagnostik dan Statistik Manual untuk Mental Disorders-
Fourth Edition-Text Revision (DSM-IV-TR; American Psychiatric Association, 2000)
untuk gangguan ketergantungan. Kuesioner diberikan kepada total 2.486 remaja
Pengantar: Telepon selular adalah salah satu alat teknologi dengan kehadiran terbesar
di pasar. Selama periode hampir 10 tahun, itu telah berubah dari hampir tidak ada
untuk menjadi perangkat yang paling digunakan (dan diinginkan) oleh remaja.
karakteristik fisik serta proses psikologis yang terlibat dalam penggunaannya
menjelaskan baik daya tarik itu memunculkan dan penyalahgunaan atau
ketergantungan dapat datang untuk memprovokasi atau mendorong pada remaja.
Penelitian ini mensyaratkan pengembangan dan evaluasi kuesioner yang dirancang
untuk mengevaluasi ketergantungan pada ponsel. Material dan metode: Item yang
termasuk dalam instrumen ini Material dan metode: Item yang termasuk dalam
instrumen ini dikembangkan berdasarkan kriteria yang terkandung dalam Diagnostik
dan Statistik Manual untuk Mental Disorders-Fourth Edition-Text Revision (DSM-
IV-TR; American Psychiatric Association, 2000) untuk gangguan ketergantungan.
Kuesioner diberikan kepada total 2.486 remaja berusia 12-18 tahun, dan analisis
faktor kemudian dilakukan. Hasil: Kuesioner ini ditandai dengan sifat psikometrik
yang baik hasil: Kuesioner ini ditandai dengan sifat psikometrik yang baik serta
dengan kemampuan untuk diskriminasi antara jenis kelamin dan di antara kelompok
usia dalam sampel remaja. Faktor-faktor yang terdiri dari instrumen ini adalah
kongruen dengan konsep ketergantungan sebagaimana didefinisikan dalam DSM-IV-
TR. Proses dimana kuesioner ini dikembangkan dijelaskan, dan versi final dari itu
kuesioner disajikan. Kesimpulan: Ujian Kesimpulan: Ujian Mobile Phone
Ketergantungan (TMP) adalah kuesioner dibangun dengan mempertimbangkan
kriteria ketergantungan DSM-IVTR. Proses dimana kuesioner ini dikembangkan
dijelaskan, dan versi final dari kuesioner disajikan.
Dewi Ayu Masyiroh (2016) Hubungan antara loneliness dengan Mobile Phone
Addict pada Mahasiswa Universitas Negeri di Malang. Fakultas Psikologi UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui
tingkat mobile phone addict pada mahasiswa Universitas Negeri di Malang. (2) untuk
mengetahui tingkat loneliness pada mahasiswa Universitas Negeri di Malang. (3)
untuk mengetahui hubungan antara loneliness dengan Mobile Phone Addict pada
Mahasiswa Universitas Negeri di Malang, dengan menggunakan metode kuantitatif
korelasional. Sampel berjumlah 150 mahasiswa dengan rincian 50 mahasiswa berasal
dari Universitas Negeri di Malang, 50 mahasiswa berasal dari Universitas Brawijaya
dan 50 mahasiswa berasal dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Pemilihan Sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen pada
penelitian ini adalah University California Los Angeles (UCLA) dan Mobile Phone
Addict Index (MPAI). Analisis data menggunakan korelasi product moment. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Negeri di Malang tingkat
Mobile Phone Addict berada dalam kategori sedang dengan prosentase 81% dan
tingkat loneliness mahasiswa berada dalam kategori sedang dengan prosentase 49%.
Koefisien korelasi pearson (r) sebesar 0,29 dengan sign (p)= 0.000 (p < 0.001) dapat
9
diartikan terdapat hubungan positif dan signifikan antara loneliness dengan Mobile
Phone Addict. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat loneliness maka
akan semakin tinggi pula tingkat mobile phone addict begitu pula sebaliknyasemakin
rendah tingkat loneliness maka akan semakin rendah pula tingkat mobile phone
addict.
Dari enam penelitian diatas, maka persamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan ialah penelitian dari Dewi Ayu Masyiroh (2016) Hubungan antara
loneliness dengan Mobile Phone Addict pada Mahasiswa Universitas Negeri di
Malang. Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dimana variabel X
(bebas) dan Y (terikat) nya sama, skala loneliness dan mobile phone addict yang
sama. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah teknik analisis
data dan pemilihan sampel yang berbeda.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Sedangkan pendapat lain diungkapkan oleh Bianchi dan Philips (2007) mengenai
beberapa ciri mobile phone addict antara lain :
a. Faktor internal
b. Faktor situasional
Faktor ini terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah pada penggunaan
telepon genggam sebagai sarana membuat individu merasa nyaman secara psikologis
ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman, seperti pada saat stres, mengalami
kesedihan, merasa kesepian, mengalami kecemasan, mengalami kejenuhan belajar,
dan leisure boredom (tidak adanya kegiatan saat waktu luang) dapat menjadi
penyebab kecanduan telepon genggam.
c. Faktor sosial
4. Faktor eksternal
a. Self gratification
A. LONELINESS
1. Definis Loneliness
Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan
pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang
gagal untuk membangun hubungan dekat dengan orang lain. Akan tetapi,
kesepian bukan termasuk kelainan jika masih dalam intensitas yang
rendah. Moustakas (1961) berpendapat bahwa ada kesepian berupa
kenyataan dalam diri dari kehidupan manusia dimana perasaan sedih yang
berkepanjangan dan rasa sakit dalam dirinya. Kesepian diri yaitu ketika
seseorang menyadari bahwa dirinya adalah orang yang terisolasi dan
sendiri dalam kesepian
Kesepian atau loneliness didefnisikan sebagai perasaan kehilangan
dan ketidak puasan yang dihasilkan oleh ketidak sesuaian antara jenis
hubungan sosial yan g kita inginkan dan jenis hubungan yang kita miliki
(Perlman dan peplau dalam Taylor 2009). Loneliness merupakan hidup
tanpa melakukan hubungan, tidak punya keinginan untuk melakukan
hubungan interpersonal yang akrab (Baron,1991).
Loneliness (kesepian) diartikan sebagai perasaan kehilangan dan
ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan
sosial yang seseorang inginkan dan jenis hubungan sosial yang dimiliki.
Hubungan sosial memang penting bagi manusia namun ketika kita
kekurangan beberapa aspek penting kita akan merasakan penderitaan
personal dari situasi loneliness (kesepian). Kesepian merupakan sesuatu
yang ada dalam batin manusia yang tidak dapat dideteksi hanya dengan
melihat seseorang (Peplau dan Perlman ,2009).
Kesepian merupakan keadaan mental dan emosional negatif yang
dicirikan dengan munculnya perasaan tidak menyenangkan dan
16
2. Macam-macam loneliness
3. Aspek-aspek Loneliness
Menurut Daniel W Russel (1996) loneliness didasari oleh tiga aspek yaitu :
a. Personality
18
b. Social desirability
Adanya keinginan kehidupan sosial yang disenangi individu pada
kehidupannya dilingkungannya
c. Depression
Adanya tekanan dalam diri yang mengakibatkan depresi.
Menurut Bruno (2000) yang menjadi aspek-aspek kesepian ada delapan, yaitu:
a. Isolalsi
Suatu keadaan dimana seseorang merasa terasing dari tujuan-tujuan dan nilai-
nilai dominan dalam masyarakat kemenangan,agresivitas, manipulasi
merupakan faktor-faktor pemicu munculnya keterasingan.
b. Penolakan
Penolakan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak diterima, diusir dan
dihalau oleh lingkungannya. Seseorang yang kesepian akan merasa dirinya
ditolak dan ditinggalkan walaupun berada ditengah-tengah keramaian.
c. Merasa disalah mengerti
Suata keadaan dimana seseorang merasa seakan-akan dirinya disalahkan dan
tidak berguna. Seseorang yang selalu merasa disalah mengerti dapat
menimbulkan rasa rendah diri, rasa tidak percaya diri dan merasa tidak
mampu untuk bertindak.
d. Merasa tidak dicintai
Adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mendapatkan kasih sayang,
tidak diperlakukan secara lembut dan tidak dihormati, merasa tidak dicintai
akan jauh dari persahabatn dan kerja sama.
e. Tidak mempunyai sahabat
19
Tidak ada seseorang yang berada disampingnya, tidak ada hubungan, tidak
dapat berbagi. Orang yang paling tidak berharga adalah orang yang tidak
memiliki sahabat.
c. Alienation
Suatu keadaan dimana individu merasa loneliness saat dia merasa
berbeda dengan orang lain, merasa tidak dimengerti, tidak dibutuhkan
oleh orang lain, dan tidak mempunyai teman dekat.
d. Being alone
Suatu keadaan dimana individu merasa loneliness ketika individu
merasa dirinya selalu sendirian pulang ke rumah dan tidak ada
seseorang yang menyambutnya.
e. Forced isolation
Suatu keadaan dimana individu merasa loneliness saat dikurung
dirumah, rawat inap di rumah sakit, dan tidak bisa kemna-mana.
f. Dislocation
Suatu keadaan dimana individu merasa loneliness saat individu
merasa jauh dari rumah, memulai pekerjaan atau sekolah baru, terlalu
sering melakukan perpindahan, dan sering melakukan perjalanan.
B. Kerangkan Befikir
Kecanggihan telepon genggam telah menarik minat banyak orang untuk
memilikinya. Banyak hal yang ditawarkan sebuah telepon genggam, saat ini
telepon genggam tidak hanya memenuhi kebutuhan komunikasi
melainkan untuk memenuhi segala macam kebutuhan manusia.
22
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah ada hubungan posistif antara lenoliness dengan
mobile phone addict pad mahasiswa UIN SUSKA Riau.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan
pendekatan dengan pendekatan korelasional, yang bertujuan untuk meneliti
hubungan sebab-akibat yang tidak diberi perlakuan (dirancang dan
dilaksanakan) oleh peneliti yaitu mencari hubungan antara variabel lenolinnes
sebagai variabel independen terhadap variabel dependen yaitu mobile phone
addict.
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau
meringkaskan berbagai kondisi, situasi, fenomena, atau berbagai variabel
penelitian menurut kejadian sebagaimana adanya yang disusun secara
sistemtis untuk digunakan sebagai suatu kesimpulan. (Suharsimi Arikunto,
2010).
Menurut Cholid dan Abu (2007) penelitian korelasional merupakan
penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variabel-variabel
24
pada suatu faktor berkaitan dengan variabel-variabel pada satu atau lebih
faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel dependen
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat (Sugiyono,
2016). Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas (X) : Lenolinnes
Variabel Terikat (Y) : Mobile Phone Addict
C. DEFINISI OPERASIONAL
2. Loneliness
D. Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak
dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2013: 77). Sedangkan menurut
Sugiyono (2016: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pada
penelitian ini menjadikan mahasiswa UIN Suska Riau yang berusia 18-22
tahun sebagai populasi yang berjumlah 27.008 mahasiswa yang didapat data
dari Kasubag Rektorat UIN SUSKA Riau.
26
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebgaian dari populasi yang akan dijadikan subjek
penelitian. Arikunto (2010) mengatakan bahwa sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti dengan maksud untuk menggeneralisasikan hasil
penilitian sampel . sampel diambil apabila kita tidak mampu meneliti seluruh
populasi. Syarat utama dari sampel adalah harus mewakili populasi . Oleh
karena itu semua ciri-ciri populasi harus diwakili dalam sampel.sampel pada
penelitian ini menggunkan rumus solvin.
Adapun rumus yang peneliti gunukan untuk menetapkan sampel adalah
ɳ= N
1+N α2
N= Jumlah populasi
ɳ= N
1+(N x e2 )
ɳ= 27.088
1+27.088. 0,052
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel adalah Probability sampling dengan
menggunakan teknik simple random Sampling. Menurut (Sugiyono,2010)
teknik simple random Sampling adalah teknik pengambilan sampel dari
27
2. Skala Loneliness
Skala yang digunakan peneliti adalah skala adopsi yang dari
University California Los Angels (UCLA) loneliness scale oleh Russel D.
Peplau L.A & Ferguson M. L. dengan aspek emotional loneliness
(kesepian emosi) dan social loneliness (kesepian sosial) serta jumlah
aitem sebanyak 20.
2. Validitas
atau lewat professional judgement (Azwar, 2009: 52). Validitas isi dalam
penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi dan narasumber
seminar penelitian.
N . Σ XY − ( ΣX ) (ΣY )
rxy= √[ N . ΣX 2 − (ΣX )2 ] [ N .ΣY 2 − (ΣY )2 ]
Keterangan:
4. Reliabilitas
Konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil dari suatu pengukuran
dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang
relative sama, sel Untuk mengetahui koefisien reliabilitas alat ukur dalam
32
1- S 12+ S 22
α=
Sx2
S 12 +S 22 S 12 +S 22
∝=2 1−( SX 2 ) (
∝=2 1−
SX 2 )
Keterangan :
5. ANALISIS DATA
Effendi dan Singarimbun (1989:103) menyatakan bahwa analisis data
merupakan proses peyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diintepretasikan. Selain itu analisis data merupakan kegiatan
pengujian hipotesis-hipotesis penelitian. Data kuantitatif yang diperoleh dalam
33
N . Σ XY − ( ΣX ) (ΣY )
rxy= √[ N . ΣX 2 − (ΣX )2 ] [ N .ΣY 2 − (ΣY )2 ]
Keterangan:
DAFTAR PUSTAKA