Anda di halaman 1dari 7

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE


EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA KELAS VIII SMP NEGERI 4 AIMERE

Dionisia Dhoga, Melkyanus Kaleka


Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Flores
Email: dionisiadhoga@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan
menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning menggunakan metode
eksperimen untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa SMP Negeri 4 Aimere.
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas dengan rancangan penelitian model Kurt
Lewin. Subyek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII B SMP Negeri 4 Aimere yang
berjumlah 30 orang dengan teknik analisis statistik deskriptif. Data yang diperoleh dari
subyek penelitian berupa nilai hasil belajar dan keaktifan siswa dengan menggunakan
model pemeblajaran Contextual Teaching and Learning. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dengan menggunakan lembar angket keaktifan siswa, lembar observasi
aktivitas guru, dan soal tes essay. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa. 1) Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
sudah sesuai dengan prosedur pelaksanaan pembelajaran. 2) Pada siklus I aktivitas siswa
yang tuntas sebesar 62,06% atau 18 siswa, pada siklus II sebesar 77,78% atau 21 siswa.
Sedangkan hasil belajar pada siklus I siswa yang tuntas sebesar 51,72% dan pada siklus II
sebesar 74,07%. 3) Untuk aktivitas guru pada siklus I sebesar 64,28% dan pada siklus II
sebesar 89,28%.

Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning, Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan satu dari sekian faktor dalam mempersiapkan generasi yang
mampu bersaing di masyarakat maupun internasonal. Dengan pendidikan manusia dapat
mengubah nasib atau strata sosialnya untuk menjadi lebih baik. Menurut Undang-undang No.
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu
usaha sadar serta terencana untuk mewujudkan situasi belajar dan proses pembelajaran agar
siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, emosional, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Hasbullah, 2008:4).
Salah satu masalah dalam dunia pendidikan saat ini adalah dalam proses pembelajaran, siswa
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Pada hakikatnya kegiatan
pembelajaran yang terjadi dalam kelas hanya terfokus pada kemampuan siswa dalam
menghafal materi yang diajarkan oleh guru sendiri.
Masalah di atas terlihat dari keadaan siswa dalam proses pembelajaran yaitu: 1) Mata
pelajaran IPA masih dianggap sulit oleh siswa, 2) Kemauan siswa untuk belajar masih rendah
di karenakan metode pembalajaran kurang bervariasi, siswa hanya menerima materi dan
ceramah, 3) Rendahnya keaktifan peserta didik dikarenakan pembelajaran masih berpusat
pada guru, sehingga siswa tidak mendapat kesempatan untuk menyalurkan bakat dan
keterampilan misalnya melalui praktikum. Dalam hal ini guru harus peka dan mampu
memberikan motivasi agar siswa dapat bertanya dan menjawab pertanyaan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi hal di atas adalah dengan
menerapkan berbagai metode pengajaran yang membangkitkan keaktifan belajar siswa yang
pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk dapat melaksanakan kegiatan
pembelajaran secara baik, guru sebagai pendidik dituntut untuk dapat menciptakan suasana
nyaman dan kondusif bagi siswa agar siswa tidak merasa bosan saat proses pembelajaran
berlangsung. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran
yang tepat yaitu kesesuaian antara metode dan materi yang akan dipelajari sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapainya. Untuk itu guru harus professional dalam mengelola kelas
dengan menerapkan metode mengajar yang melibatkan kegiatan siswa dalam proses belajar
mengajar.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis termotivasi untuk mengadakan
penelitian, dengan judul “ Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching And
Learning (CTL) dengan Menggunakan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Keaktifan
dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Aimere Tahun Pelajaran 2018/219”
KAJIAN TEORI
Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching Learning
Pembelajaran Contextual adalah konsep belajar yang dapat membantu guru dengan
mengaitkan materi yang diajarkan di dalam kelas dengan situasi lingkungan siswa dan
mendorong siswa menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada proses keterlibatan siswa
secara aktif dan penuh untuk dapat lebih memahami serta mengaitkan materi yang
dipelajarinya dengan dunia nyata dan menghubungkan dengan situasi kehidupan sehari-hari
yang dialami siswa sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka (Sanjaya, 2005:255). Tujuan penerapan pembelajaran Contexctual adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pemahaman makna konsep materi ajar yang
dipelajari dengan mengaitkan materi dengan konteks kehidupan yang mereka alami dalam
situasi lingkungan siswa itu sendiri. Komponen Model Pembelajaran Contextual Teaching And
Learning menurut Nurhadi (2002) bahwa suatu kelas dikatakan menggunakan pendekatan
kontekstual jika menerapkan tujuh (7) komponen dalam pembelajaran sebagai berikut :
a) Kontruktivisme (Contructivisme)
Kontruktivisme merupakan landasan filosofi pembelajaran kontekstual atau CTL,
yaitu pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi sedikit, karena pengetahuan
bukanlah seperangakat fakta-fakta yang diperluas dari konteks yang terbatas (sempit) dan
tidak sekonyong-konyong, konsep kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus membangun pengetahuan itu dan memberi makna atau artinya sendiri melalui
pengalaman nyata.
b) Menemukan (Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang di peroleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus Inquiry yaitu :
Observasi, bertanya, hipotesis, pengumpulan data, dan penyimpulan.
c) Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan siswa. Dengan bertanya akan terjadi pertukaran informasi yang
menguntungkan antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.
d) Masyarakat belajar ( Learning Community)
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses interaksi atau komunikasi anatara
dua arah yang mana konsepnya disarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dengan kerja
sama dengan kedua belah pihak yaitu siswa dan guru.
e) Pemodelan (Modelling)
Dalam proses belajar mengajar diperluhkan keterampilan atau pengetahuan tertentu,
ada model yang bisa ditiru. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Misalnya
seorang siswa bisa ditunjuk memberikan contoh temannya.
f) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan data yang dapat memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa, yang perluh diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa
siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan oleh
guru menunjukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar, maka guru dapat
mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat menyelesaikan kesulitannya dalam
belajar.
Pengertian metode eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu teknik pembelajaran yang menekankan pada
keterlibatan siswa secara langsung untuk mengalami proses dan membuktikan sendiri hasil
percobaan. (penelitian yang bereksperimen) didalam sebuah laboratorium atau ruang tertentu
(Muhibbin Syah, 2013:28).
Pengertian keaktifan belajar siswa
Menurut teori kognitif, belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
mengolah informasi yang diterima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan
transformasi, (Intan, 2012;12). Belajar aktif ditunjukan dengan adanya keterlibatan intelektual
dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata,
(Djamarah, 2010;362).
Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsure
yaitu,tujuan pengajaran, pengelaman belajar mengajar dan hasil belajar. Sasaran dari kegiatan
mengajar adalah hasil belajar.
Menurut Bloom yang dikutip oleh Sujdana (2006) ada tiga ranah hasil belajar, yaitu:
a) Ranah afektif, merupakan aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap derajat
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.
b) Ranah psikomotor, merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan
pekerjaan yang melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan gerak
fisik.
c) Ranah kognitif, merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir,
kemampuan memperolah pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi,
penentuan dan penalaran. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses
berpikir antara lain: 1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (C1), 2) Pemahaman (C2), 3)
Penerapan/aplikasi (C3), 4) Analisis (C4), Sintesis (C5), 6) Evaluasi (C6).
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, Model Kurt Lewin
menjadi kerangka dasar di tiap siklusnya. Dalam penelitian ini dilakukan secara kolaborasi
antara guru dengan peneliti yang berperan sebagai pelaksanaan pembelajaran.
Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 4 Aimere kelas VIII B Kecamatan Aimere
Kabupaten Ngada. Waktu penelitian yaitu pada bulan Maret sampai Juni 2019. Sebagai
subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B yang berjumlah 30 orang.
Secara garis besar konsep pokok penelitian meliputi empat komponen yaitu: a)
Perencanan, b) Pelaksanaan, c) Pengamatan, 4) Refleksi. Data dalam penelitian yaitu data
hasil tes belajar siswa, hasil observasi kegiatan guru mengajar, hasil kuisoner keaktifan siswa
sedangkan sumber data adalah siswa dan guru. Adapun instrument yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: 1) Soal tes essay, 2) Lembar observasi aktivitas guru, dan 3) Lembar
kuisoner keaktifan siswa. Hasil tes dan kuisoner siswa dianalisis menggunakan rumus
presentase dengan cara deskriptif untuk menentukan ketuntasan hasil belajar. Indikator
keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan pertimbangan kondisi pembelajaran sebelumnya maka indikator keberhasilan
ditentukan sebagai berikut;
1. Kriteria keberhasilan hasil belajar
Tindakan dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa mencapai KKM (nilai 75)
sebanyak 70% dari total siswa.
2. Kriteria keberhasilan keaktifan siswa
Tindakan dikatakan berhasil apabila keaktifan belajar mencapai (nilai 75) sebanyak
70% dari total siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil tes belajar siswa dan
kuisoner keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model
pembelajaran CTL dengan metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan dua siklus, siklus I dua
kali pertemuan sedangkan siklus II dua Kali pertemuan. Adapun hasil penelitian yang
diperoleh pada setiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan tindakan (planning), yaitu menetapkan teori pembelajaran berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), mempersiapkan lembar
observasi guru, lembar kuisoner siswa, lembar penilaian siswa dan guru.
2. Pelaksanaan tindakan (acting), pelaksanan tindakan sesuai RPP dengan model
pembelajaran CTL menggunakan metode eksperimen.
3. Pengamatan atau Observasi, pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh observer berdasarkan lembar
observasi guru yang telah disediakan. Sedangkan untuk siswa diberikan lembar
kuisoner untuk diisi oleh siswa sendiri pada akhir siklus.
4. Refleksi, merupakan diskusi antara peneliti dan observer dengan mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan kelas, hasil refleksi dijadikan
untuk merencanakan tindakan baru pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.
Pengolahan data dilakukan dengan teknik analisis data deskriptif yaitu, suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan sesuai dengan data yang diperoleh. Berikut
hasil penelitian:
1. Hasil kuisoner (angket) keaktifan siswa
Analisis keaktifan siswa dilakukan dengan mengamati data tentang aktivitas siswa yang
telah dikumpul berdasarkan lembar angket siswa pada siklus I dan siklus II dapat
digambarkan seperti dalam tabel berikut:
Tabel 1. Hasil Kuisoner Keaktifan Siswa
Siklus Jumlah Siswa % Kriteria
I 18 62,06% Tuntas
I 11 37,93% Tidak Tuntas
II 21 77,78% Tuntas
6 22,22% Tidak Tuntas

Dari tabel di atas menunjukan bahwa aktivitas siswa yang dilihat dari analisis angket
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,72%. Dilihat dari
prosentase siklus I siswa yang tuntas sebanyak 18 orang atau dengan prosentase sebesar
62,06%. Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 orang atau dengan prosentase
sebesar 37,93%. Perbandingan peningkatan angket aktivitas belajar siswa pula dapat
dilihat dalam diagram berikut:
77.78%
80.00% 62.06%
60.00% 34.48%
40.00% 22.22% 15.72%
20.00% Tidak Tuntas
0.00% Tuntas

Gambar 1. Diagram Perkembangan Angket keaktifan Belajar


2. Nilai Hasil Belajar
Berdasarkan hasil belajar pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan hasil belajar
siswa, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa
Siklus Jumlah Siswa % Kriteria
I 15 51,72% Tuntas
I 14 48,26% Tidak Tuntas
II 20 74,07% Tuntas
7 25,92% Tidak Tuntas

Merujuk pada deskriptif tabel hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar yang di peroleh pada siklus I dengan 15 orang yang tuntas dengan
prosentase ketuntasan 51,72 % dan 14 orang yang tidaktuntas dengan prosentase
sebesar 48,27 %. Sedangkan pada siklus II terdapat 20 orang yang tuntas dengan
prosentase ketuntasan sebesar 74,07 % dan tidak tuntas sebanyak 7 orang dengan
prosentase ketidaktuntasan sebesar 25,92 %. Jika dibuat perbandingan secara
keseluruhan antara siklus I dan siklus II ditemukan peningkatan 15,45 % untuk
ketuntasan belajar, dan mengalami penurunan 22,35 % untuk prosentase
ketidaktuntasan. Berikut diagram ketuntasan klasikal:

74.07%
80.00%
51.72%
60.00%
40.00% 25.92% 22.35%
48.27%
20.00% 22.35% Tidak Tuntas
Tuntas
0.00%

Gambar 2. Diagram Perkembangan Hasil Belajar


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
CTL mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa yang
ditunjuk dari hasil kuisoner yang di isi oleh siswa sendiri pada akhir siklus, yaitu pada siklus
I mencapai 62,06% dan pada siklus II menjadi 77,78%. Penerapan model pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar, hal ini dapat dilihat dari data prosentase hasil belajar
siswa secara klasikal, yaitu pada siklus I sebesar 51,72% dan pada siklus II sebesar
74,07%.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.(2014).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka
Cipta
Antomi Saregar.,WidhaSunarn.,&Cari. Pembelajaran Fisika Kontekstual melalui Model
Eksperimen dan Demonstrasi Diskusi Menggunakan Multimedia Interaktif Ditinjau
dari Sikap Ilmiah dan Kemampuan Verbal Siswa. 2. 2 2013 (hal 100-113)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasonal
Kusmawati.,Nur Khalisah.,&Andi Ika Prasati Abrar.(2017)..Pengaruh Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar. Jurnal
Pendidikan Fisika. 5 http://journal.uin-alaudin.ac.id/indeks.php/Pendidikan Fisika.
Mulyasa. E. (2013). Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik Dan
Implementasi, Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Nurhidayah.,Ahmad Yani.,& Nurlina. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching
Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA
Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa. Jurnal Pendidikan Fisika . 4, 2
Sudjana .2005.Metode Statistika .Bandung:Tarsito
Sugiyono.(2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfa
beta
Syah, Muhibbin. (2013). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja.
Rosdakarya
Trianto.(2009). Mendesain Model Pembelajan Inovatof-Progresif. Jakarta: Penerbit Kencana

Anda mungkin juga menyukai