ABSTRAK
Latar Belakang. Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan penyangga gigi
yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut ligamen periodontal dan
tulang alveolar dengan terbentuknya poket, resesi gingiva, maupun keduanya. Inflamasi mengakibatkan disfungsi
endotel sehingga pengaturan keseimbangan antara vasodilator dan vasokonstriktor terganggu dan memicu
terjadinya hipertensi. Scaling dan root planing (SRP) telah lama diketahui sangat efektif dalam perawatan
penyakit periodontal. Pemakaian antibiotik diperlukan bagi pasien yang tidak berhasil dengan perawatan SRP
dan pada pasien dengan penyakit periodontal akibat penyakit sistemik.
Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas antara pemberian ciprofloksasin dan
amoksisilin setelah SRP pada periodontitis kronis penderita hipertensi dilihat dari parameter probing depth (PD),
bleeding on probing (BOP), dan clinical attachment level (CAL).
Metode Penelitian. Penelitian dilakukan terhadap 20 penderita periodontitis kronis dengan hipertensi,
yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu SRP + Ciprofloksasin dan SRP + amoksisilin. Pengukuran PD, BOP dan
CAL dilakukan sebelum perlakuan dan pada hari ke-9.
Hasil. Hasil analisis uji paired t-test menunjukkan perbedaan yang bermakna nilai penurunan PD
(p=0,042), peningkatan CAL (p=0,002) dan penurunan BOP (p=0,035).
Kesimpulan. Ciprofloksasin lebih efektif dalam menurunkan PD, peningkatan CAL, dan penurunan BOP
dibandingkan dengan Amoksisilin pada periodontitis kronis penderita hipertensi.
Kata kunci: probing depth, clinical attachment level, bleeding on probing, periodontitits, hipertensi, ciprofloksasin,
amoksisilin.
ABSTRACT
Back ground. Periodontitis is a destructive inflammatory disease in the tooth-supporting tissue caused by
specific microorganisms, resulting in further damage to the periodontal ligament and alveolar bone with pocket
formation, gingival recession, or both. Inflammation resulting in endothelial dysfunction so that the balance between
vasodilator and vasoconstrictor regulation disrupted and lead to hypertension. Scaling and root planing (SRP) has long
been known to be very effective in the treatment of periodontal disease. The use of antibiotics is needed for patients who
are not successful with SRP and treatment of periodontal disease in patients with systemic disease.
The purpose. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the administration of
ciprofloxacin and amoxicillin after SRP in chronic periodontitis patients with hypertension seen from the parameter
probing depth (PD), bleeding on probing (BOP), and clinical attachment level (CAL).
Methods. The study was conducted on 20 patients with chronic periodontitis with hypertension, who were
divided into two groups: SRP + ciprofloxacin and SRP+ amoxicillin. Measurement of PD, CAL and BOP
performed before treatment and on day 9.
Results. Results of paired t-test analysis showed significant difference test value on PD decreased
(p=0,042), CAL increased (p=0,002) and BOP decreased (p=0,035).
Conclusion. The conclusion indicated that ciprofloxacin was more effective than amoxicillin on reducing
PD, BOP and improved the CAL in chronic periodontitis patients with hypertension.
Keywords: probing depth, clinical attachment level, bleeding on probing, periodontitis, hypertension,
ciprofloxacin, amoxicillin.
323
Ade Ismail Abdul Kodir, dkk. : Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian ISSN 2086-0218
324
J Ked Gi, Vol. 5, No. 4, Oktober 2014: 323 - 328
lain-lain. Absorpsi amoksisilin di saluran cerna ISSN 2086-
jauh lebih baik daripada ampisilin. Dengan dosis 0218
per oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar
dalam darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih
tinggi daripada yang dicapai ampisilin, sedang
masa paruh kedua obat ini hampir sama 18. Pe-
nisilin menghambat pembentukan mukopeptida Pasien diperiksa dan di anamnesis. Dua
yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mik- puluh pasien periodontitis kronis hipertensi den-
roba. Akibat adanya tekanan osmotik di dalam gan kedalaman poket periodontal antara 5 – 10
sel kuman lebih tinggi dari pada di luar sel maka mm, sebagai subjek penelitian diminta mengisi
kerusakan dinding sel ini akan menyebabkan informed consent. Kelompok ciprofloksasin 10
lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal orang dan kelompok amoksisilin 10 orang ke-
pada kuman yang peka19. mudian dilakukan pengukuran probing depth,
Berdasarkan uraian tersebut timbul per- bleeding on probing, dan clinical attachment level
masalahan, apakah pemberian secara sistemik sebelum perlakuan. Kelompok ciprofloksasin
ciprofoksasin lebih efektif dibandingkan dilakukan SRP dan pemberian ciprofloksasin 500
dengan amoksisilin setelah SRP pada mg per oral, dua kali sehari selama 8 hari.
periodontitis kro-nis penderita hipertensi dilihat Kelompok amoksisilin diakukan SRP dan pembe-
dari parameter probing depth, bleeding on rian amoksisilin 500 mg per oral, tiga kali sehari
probing, dan clinical attachment level? selama 8 hari. Kemudian dilakukan pengukuran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui probing depth, bleeding on probing , dan clini-cal
efektivitas antara pemberian secara sistemik attachment level pada hari ke-9. Data yang
ciprofloksasin dan amoksisilin setelah SRP pada diperoleh dianalisis dengan paired t-test dengan
periodontitis kronis penderita hipertensi dilihat tingkat kepercayaan 95 % untuk menilai perbe-
dari parameter probing depth, bleeding on prob- daan probing depth, bleeding on probing, dan
ing, dan clinical attachment level. clinical attachment level sebelum dan setelah
perlakuan.
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Jenis penelitian adalah penelitian
Penelitian ini tentang perbedaan efektivi-
eksperi-mental dengan pendekatan klinis dan
tas antara pemberian secara sistemik Ciproflok-
rancangan penelitian adalah pre dan post test
sasin dan Amoksisilin setelah Scaling dan Root
design, de-ngan variable-variabel :
planing pada periodontitis kronis yang dilakukan
a. Variabel pengaruh : pemberian secara siste-
pada 20 penderita hipertensi. Tinjauan penelitian
mik ciprofoksasin & SRP, dan amoksisilin &
dilakukan dengan memeriksa probing depth,
SRP
bleeding on probing, dan clinical attachment
b. Variabel terpengaruh : penyembuhan jaringan
level, sebelum dan 9 hari kemudian.
periodontal dengan parameter : poket depth,
clinical attachment level, dan bleeding on Perbandingan probing depth pasien
probing pada penderita hipertensi. periodontitis kronis penderita hipertensi antara
c. Variabel terkendali : laki-laki dan perempuan pemberian ciprofloksasin dan amoksisilin
umur antara 30 – 65 th, hipertensi tahap 1 setelah Scaling dan Root planning dapat dilihat
(sesuai JNC-7), dan poket periodontal kedala- pada Tabel 1.
man antara 5 – 10 mm. Tabel 1 terlihat hasil uji statistik meng-
d. Variabel tidak terkendali : kooperatif pasien gunakan Wilcoxon Sign Rank Test pada
derajat kepercayaan 95%, menunjukkan
dalam penelitian.
bahwa terda-pat perbedaan probing depth
Bahan dan alat antara pembe-rian amoksisilin dengan nilai
1. Bahan : poket periodontal, ciprofloksasin, p=0,023 (p≤0,05) serta terdapat perbedaan
amoksisilin, kapas. probing depth pada pemberian ciprofloksasin
2. Alat : Probe UNC 15, Ultra Sonic Scaler dengan nilai p=0,004 (p≤0,05).
Berdasarkan Tabel 1 terlihat hasil uji
(USS), Diagnostic set, stetoskop, tensimeter.
statis-tik menggunakan Mann Whitney Test pada
dera-jat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa
pada awal penelitian tidak terdapat perbedaan
probing depth antara kelompok ciprofloksasin dan
amok-sisilin dengan nilai p=0,453 (p>0,05), serta
pada akhir penelitian tidak terdapat perbedaan
probing depth dengan nilai p=0,685 (p>0,05).
32
5
Ade Ismail Abdul Kodir, dkk. : Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian ISSN 2086-0218
Tabel 1. Rerata Probing Depth antara Kelompok Ciprofloksasin dan Amoksisilin pada Periodontitis
kronis Penderita Hipertensi
Keterangan : PD:Probing Depth *) Wilcoxon Sign Rank Test **) Mann Whitney Test
Tabel 2. Rerata clinical attachment level antara kelompok ciprofloksasin dan amoksisilin periodontitis
kronis penderita hipertensi
Keterangan : CAL:Clinical attatchment level*) Wilcoxon Sign Rank Test **) Mann Whitney Test
Hasil uji statistik menggunakan Mann tachment level dengan nilai p=0,002 (p≤0,05).
Whitney Test pada derajat kepercayaan 95%, Pemberian ciprofloksasin setelah Scaling
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang dan Root planning lebih efektif dalam mening-
bermakna nilai penurunan probing depth katkan clinical attachment level dibandingkan
antara pemberian ciprofloksasin dan pemberian amoksisilin setelah SRP pada
amoksisilin dengan nilai p=0,042 (p≤0,05). perio-dontitis kronis penderita hipertensi.
Pemberian ciprofloksasin setelah Perbandingan bleeding on probing
Scaling dan Root planning lebih efektif dalam antara pemberian ciprofloksasin dan
menu-runkan probing depth dibandingkan amoksisilin setelah Scaling dan Root planning
pemberian amoksisilin. dapat dilihat pada Tabel 3.
Perbandingan clinical attachment level
antara kelompok ciprofloksasin dan amoksisilin Tabel 3. Bleeding on probing antara kelompok
dapat dilihat pada Tabel 2. ciprofloksasin dan amoksisilin perio-
Hasil uji statistik menggunakan Mann dontitis kronis penderita hipertensi
Whitney Test pada derajat kepercayaan 95%, hari ke-9
menunjukkan bahwa pada awal penelitian tidak
terdapat perbedaan clinical attachment level
antara kelompok ciprofloksasin dan amoksisilin
dengan nilai p=0,144 (p>0,05), serta pada akhir
penelitian tidak terdapat perbedaan clinical at-
tachment level dengan nilai p=0,907 (p>0,05).
Hasil uji statistik menggunakan Mann
Whitney Test pada derajat kepercayaan 95%,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai Keterangan : BOP: Bleeding on probing
peningkatan clinical attachment level antara *) Chi Square Test
326
J Ked Gi, Vol. 5, No. 4, Oktober 2014: 323 - 328
ISSN 2086-
kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa 0218
terdapat perbedaan bermakna bleeding on
probing antara kelompok ciprofloksasin dan
amoksisilin setelah Scaling dan Root planning
dengan nilai p=0,035 (p≤0,05).
pok ciprofloksasin dan amoksisilin dengan nilai
Pemberian ciprofloksasin setelah Scaling
p=0,005 (p≤0,05). Dengan demikian
dan Root planning lebih efektif dalam menurun-
pemberian ciprofloksasin setelah SRP lebih
kan bleeding on probing dibandingkan pemberian
efektif dalam meningkatkan clinical attachment
amoksisilin setelah SRP pada periodontitis kronis
level diban-dingkan amoksisilin pada
penderita hipertensi.
periodontitis kronis pen-derita hipertensi.
Pemberian antibiotik secara sistemik dapat
PEMBAHASAN
berpenestrasi ke dalam poket melalui serum
sehingga dapat mencapai mikro-organisme
Telah dilakukan penelitian tentang perbe-
daan efektivitas antara pemberian secara siste-
yang tidak bisa terjangkau oleh alat SRP12.
mik ciprofloksasin dan amoksisilin setelah Scal- Proses penyembuhan lebih optimal pada
ing dan Root planing pada periodontitis kronis minggu ke 4 – 6 setelah dilakukan SRP, tapi
yang dilakukan pada 20 penderita hipertensi. perubahan terus berlangsung secara terus
Tinjauan penelitian dilakukan dengan memeriksa menerus sampai 9 bulan setelah perawatan 20.
probing depth, bleeding on probing, dan clinical Pada penelitian ini pengukuran PD dan CAL ke
attachment level. Data hasil penelitian untuk dua dilakukan hari ke 9, oleh karena itu ada
kriteria probing depth dan clinical attachment kemungkinan penyembuhan belum
level dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan uji sepenuhnya terjadi.
Mann-Whitney serta untuk kriteria bleeding on Gejala klinis dari penyakit periodontal
probing dengan uji Chi-Square. merupakan hasil interaksi antara infeksi mikro-
Pada parameter klinik probing depth, organisme dengan respon imun pejamu dan
terdapat penurunan antara pemberian cipro- inflamasi. Oleh karena itu pengukuran interaksi
floksasin dan amoksisilin dengan nilai p=0,042 antara infeksi dengan respon pejamu merupakan
(p≤0,05). Pemberian ciprofloksasin lebih efektif pengukuran yang lebih baik. Hal ini lebih relevan
dalam menurunkan probing depth dibandingkan jika kita lebih memfokuskan pada mekanisme
pemberian amoksisilin. Ciprofloksasin lebih (misalnya tingkat antibodi) yang mendasari
efektif dibandingkan amoksisilin, karena konsen- hubungan ini. Pada penelitian ini dilakukan pa-
trasinya di dalam CGF lebih tinggi dibandingkan rameter PD, CAL dan BOP, dengan pertimban-
dengan pada serum, sehingga sel PMN yang gan mudah dilakukan dan relevan21.
terdapat di dalam poket, menjadi lebih efektif Pada parameter bleeding on probing,
dalam membunuh bakteri, terutama bakteri Aa. terdapat perbedaan bermakna antara kelompok
Sel-sel PMN membantu mendistribusikan obat ke ciprofloksasin dan amoksisilin setelah SRP
tempat terjadinya inflamasi, sehingga pemakaian dengan nilai p=0,035 (p≤0,05). Pemberian cipro-
obat menjadi lebih efektif16. foksasin setelah SRP lebih efektif dalam menu-
Amoksisilin bersifat bakterisid, sama ju-ga runkan bleeding on probing setelah SRP pada
dengan ciprofloksasin, tetapi amoksisilin de-ngan periodontitis kronis penderita hipertensi. Hal ini
asam clavulanat (augmentin) lebih baik di- disebabkan fluoroquinolon berakumulasi dalam
bandingkan amoksisilin, karena spektrumnya makrofag dan leukosit PMN sehingga efektif
lebih sempit. Augmentin ini merupakan perbaik- melawan organisma intraseluler17. Leukosit PMN
an dari amoksisilin, karena adanya resistensi dari ini membantu distribusi obat ke tempat inflamasi,
amoksisilin terhadap enzym penisilinase19. Pada sehingga pemakaian obat menjadi lebih efektif
penelitian ini dipakai amoksisilin, dengan dalam menurunkan inflamasi16.
pertimbangan lebih murah, mudah didapat, dan Pada waktu dilakukan penelitian, saat
spektrumnya luas. dilakukan pemilihan subjek penelitian, banyak
Pada parameter clinical attachment level ditemukan kasus penderita dengan hipertensi
tipe 2 yang sudah rutin mengkonsumsi obat
terdapat perbedaan peningkatan antara kelom-
penurun tensi, hal ini merupakan salah satu
penyulit peneliti saat melakukan pengambilan
subjek penelitian yang sesuai.
32
7
Ade Ismail Abdul Kodir, dkk. : Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian ISSN 2086-0218
328