Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KDK

ISSUE ETHIC DAN STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

OLEH :

FARID AKBAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES AL – INSYIRAH PEKANBARU

TAHUN AJARAN 2020/2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep sepertibenar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang
yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu
kewajiban dan tanggungjawanb moral. (Nila Ismani, 2001).
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahteraan
manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk
dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hariya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat
pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian.
Penerimaan dan pengakuan keperawatan sebagai pelayanan professional diberikan dengan
perawat professional sejak tahun 1983, maka upaya perwujudannya bukanlah hal mudah di Indonesia.
Disisi lain keperawatan di Indonesia menghadapi tuntutan dan kebutuhan eksternal dan internal yang
kesemuanya membutuhkan upaya yang sungguh – sungguh dan nyata keterlibatan berbagai pihak
yang terkait dan berkepentingan.
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang menjadi
penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia. Etika
diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu
profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional. (Doheny et all, 1982).
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat
memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan.
Konsekuensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu
dipertanggung jawabkan dan dipertanggung gugatkan dan setiap pengambilan keputusan tentunya
tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan
etika.
Diharapkan dengan pemberlakuan standar praktek keperawatan di Indonesia akan menjadi titik
inovasi baru yang dapat digunakan sebagai pertama falsafah dasar pengembangan aspek – aspek
keperawatan di Indonesia, kedua salah satu tolak ukur efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan
dan ketiga perwujudan diri keperawatan professional.
Sehingga dalam bekerja, perawat harus mengetahui tentang ethical issue dalam praktik
keperawatan dalam konsep euthanasia, aborsi dan tranplantasi organ.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang dapat diangkat yaitu :


 Apa saja issue ethic keperawatan dalam konsep euthanasia, aborsi, dan tranplantasi organ
 Apa itu mekanisme standar praktik keperwatan professional
1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :


 Untuk mengetahui apa saja issue ethic keperawatan dalam konsep euthanasia, aborsi, dan
tranplantasi organ.
 Untuk mengetahui apa itu mekanisme standar praktik keperwatan profesional
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Issue Ethic Keperawatan Dalam Konsep

A. Euthanasia

Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”. Eu artinya baik, tanpa


penderitaan sedangkan thanathos artinya mati atau kematian. Dengan demikian, secara
etimologis, euthanasia dapat diartikan kematian yang baik atau mati dengan baik tanpa
penderitaan.Ada pula yang menerjemahkan bahwa euthanasia secara etimologis adalah mati cepat
tanpa penderitaan.
Banyak ragam pengertian euthanasia yang sudah muncul saat ini. Ada yang menyebutkan
bahwa euthanasia merupakan praktek pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara
yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal,
biasanya dilakukuan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
Saat ini yang dimaksudkan dengan enthanasia adalah bahwa seorang dokter mengakhiri
kehidupan pasien terminal dengan memberikan suntikan yang mematikan atas permintaan pasien
itu sendiri, atau dengan kata lain euthanasia merupakan pembunuhan legal.
Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum kesehatan
mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Euthanasia Study Group dari
KNMG (Ikatan Dokter Belanda), yaitu : Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan
sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk
memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan
pasien itu sendiri.

Jenis-jenis Euthnasia

Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan dari mana sudut
pandangnya atau cara melihatnya.
Dilihat dari cara pelaksanaannya, euthanasia dapat dibedakan atas :

 Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau
pengobatan yang sedang berlangsung untuk mempertahankan hidup pasien. Dengan kata lain,
euthanasia pasif merupakan tindakan tidak memberikan pengobatan lagi kepada pasien
terminal untuk mengakhiri hidupnya.
Tindakan pada euthanasia pasif ini dilakukan secara sengaja dengan tidak lagi
memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien, seperti tidak
memberikan alat-alat bantu hidup atau obat-obat penahan rasa sakit, dan sebagainya.
Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh tenaga medis maupun keluarga
pasien sendiri. Keluarga pasien bisa saja menghendaki kematian anggota keluarga mereka
dengan berbagai alasan, misalnya untuk mengurangi penderitaan pasien itu sendiri atau
karena sudah tidak mampu membayar biaya pengobatan.

 Euthanasia aktif atau euthanasia agresif

Euthanasia aktif atau euthanasia agresif adalah perbuatan yang dilakukan secara medik
melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia.
Dengan kata lain, Euthanasia agresif atau euthanasia aktif adalah suatu tindakan secara
sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain untuk mempersingkat atau
mengakhiri hidup si pasien.
Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan dengan tujuan untuk
mnimbulkan kematian dengan secara sengaja melalui obat-obatan atau dengan cara lain
sehingga pasien tersebut meninggal.

Euthanasia aktif ini dapat pula dibedakan atas :

Euthanasia aktif langsung (direct)

Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannnya tindakan medis secara terarah yang
diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, atau memperpendek hidup pasien. Jenis
euthanasia ini juga dikenal sebagai mercy killing.

Euthanasia aktif tidak langsung (indirect)

Euthanasia aktif tidak langsung adalah saat dokter atau tenaga kesehatan melakukan
tindakan medis untuk meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya risiko
tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

Ditinjau dari permintaan atau pemberian izin, euthanasia dibedakan atas :

 Euthanasia Sukarela (Voluntir)

Euthanasia yang dilakukan oleh tenaga medis atas permintaan pasien itu sendiri.
Permintaan pasien ini dilakukan dengan sadar atau dengan kata lain permintaa pasien secara
sadar dn berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun juga.

 Euthanasia Tidak Sukarela (Involuntir)

Euthanasia yang dilakukan pada pasien yang sudah tidak sadar. Permintaan biasanya
dilakukan oleh keluarga pasien.Ini  terjadi ketika individu tidak mampu untuk menyetujui
karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental, kekurangan biaya, kasihan kepada
penderitaan pasien, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman
untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma). Euthanasia ini seringkali
menjadi bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh siapapun
juga.
Hal ini terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten atau tidak berhak untuk
mengambil suatu keputusan, misalnya hanya seorang wali dari pasien dan mengaku memiliki
hak untuk mengambil keputusan bagi pasien tersebut.

B. Aborsi

Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki. Terlepas dari
alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi pada umumnya  dilakukan karena terjadi
kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal, perkosaan,
ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah.
Untuk kehamilan jiwa diluar nikah atau karena sudah kebanyakan anak dan kontrasepsi
gagal perlu dipirkirkan kembali krena anak merupakan anugerah terbesar yang dberikan oleh
Tuhan.
Sebaiknya kita jangan mencari pemecahan masalah yang pendek / singkat / jalan pintas,
tapi harus jauh menyentuh dasar timbulnya masalah itu sendiri. Prinsip melegalkan aborsi sama
seperti Prinsip lokalisasi. Banyak  celah yang justru akan dimanfaatkan, karena seks bebas sudah
jadi realita sekarang ini, apalagi di kota-kota besar.

Penyebab Aborsi

Karakteristik ibu hamil dengan aborsi yaitu:

 Umur Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada
usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-
ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan
pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran
sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak
dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofesional dapat
menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada
remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer
plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun
mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai
menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterine.

 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat
persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan
jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko
terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa,
anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

 Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan
perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas,
lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik
lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.

 Riwayat Kehamilan yang lalu Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus
lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn
- Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).

Jenis-Jenis Aborsi

 Aborsi Alamiah atau Spontan


Aborsi alamiah / spontan berlangsung tanpa tindakan apapun (keguguran). Pada
umumnya aborsi ini dikarenakan kurang baknya kualitas sel telur maupun sel sperma.

 Aborsi Medisinalis
Aborsi medisinalis adalah aborsi yang terjadi karena brbagai alas an yang bersifat medis.
Aborsi ini dilakukan karena berbagai macam indikasi, seperti : Abortus yang mengancam
(threatened abortion) disertai dengan pendarahan yang terus menerus, atau jika janin telah
meninggal (missed abortion).

 Aborsi Kriminalis
Pada umumnya aborsi  ini terjadi karena janin yang dikandung tidak dikhendaki oleh
karena berbagai macam alasan.

Hukum yang mengatur aborsi :

UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 → dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinya dapat dilakukan tindakan medis tertentu .

UU Kesehatan Pasal 75 ayat 5 : tentang semua orang yang dilarang keras melakukan aborsi
kecuali :
 indikasi kedaruratan medis bagi ibu hamil yang memiliki penyakit genetic
 membahayakan nyawa ibu
 korban pemerkosaan
ayat 3 : bisa dilakukan aborsi apabila sudah konsultasi

ayat 4 : diatur oleh peraturan pemerintah


Hamil Anggur :sel telur yang telah dibuahi oleh sperma dan seharusnya berkembang menjadi
janin ,perkembangannya terhambat .

Dampak Aborsi :
 pendarahan terus-menerus
 infeksi sekitar kandungan
 rahim sobek ,dll

C. Tranplantasi organ

Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu
tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan
kondisi tertentu. Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik
yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat.
Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong
penderita/pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan
dengan pengobatan biasa atau dengan cara terapi.
Hingga dewasa ini transplantasi terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun
tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari
segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral.
Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi transplatasi,
adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (Living Related Donor, LRD) dan donasi organ
jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para pakar terkait
(hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat), pemerintah dan swata.

Jenis – jenis Transplantasi Organ

 Autograf (Autotransplatasi).
Autograf (Autotransplatasi) yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam
tubuh orang itu sendiri. Misalnya operasi bibir sumbing, dimana jaringan atau organ yang
diambil untuk menutup bagian yang sumbing diambil dari jaringan tubuh pasien itu sendiri.

 Allograft (Homotransplantasi).
Allograft (Homotransplantasi) yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh
seseorang ke tubuh yang lain yang sama spesiesnya, yakni manusia dengan manusia.
Homotransplantasi yang sering terjadi dan tingkat keberhasilannya tinggi, antara lain :
transplantasi ginjal dan kornea mata. Disamping itu terdapat juga transplantasi hati, walaupun
tingkat keberhasilannya belum tinggi. Transfusi darah sebenarnya merupakan bagian dari
transplntasi ini, karena melalui transfusi darah, bagian dari tubuh manusia (darah) dari
seseorang (donor) dipindahkan ke orang lain (recipient).
 Xenograft (Heterotransplatasi).
Xenograft (Heterotransplatasi) yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh yang
satu ke tubuh yang lain yang berbeda spesiesnya. Misalnya antara species manusia dengan
binatang. Yang sudah terjadi contohnya daah pencangkokan hati manusia dengan hati dari
baboon (sejenis kera), meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat kecil.

 Transplantasi Singenik
Transplantasi Singenik yaitu pempindahan suatu jaringan atau organ dari seseorang ke tubuh
orang lain yang identik. Misalnya masih memiliki hubungan secara genetik.

2.2 Mekanisme standar praktik keperwatan professional

Menurut (Gillies, 1989,h.121), standar adalah suatu pernyataan diskriptif yang menguraikan
penampilan kerja yang dapat diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil. Sedangkan menurut
(ANA,1992,hl.1), standar merupakan pernyataan yang mencakup kegiatan-kegiatan asuhan yang
mengarah kepada praktek keperawatan profesional. (Sumber : Khotimah, Standar Praktek
Keperawatan)
Menurut (Lokakarya Keperawatan Nasional tahun 1983), keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif
(dikutip oleh Priharjo, 1995).
Pelayanannya juga ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. (Sumber : Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2009).
Fundamental of Nursing. Seven Edition.)
Menurut ( Gillies, 1989, h. 121), standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menguraikan suatu kualitas yang diinginkan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan untuk
klien. (Sumber : . (Sumber : Khotimah, Standar Praktek Keperawatan), Jadi dapat disimpulkan,
bahwa standar praktek keperawatan adalah batas ukuran baku minimal yang harus dilakukan perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Karena keperawatan telah meningkat kemandiriannya sebagai suatu profesi, sejumlah standar
praktek keperawatan telah ditetapkan. Standar untuk praktek sangat penting sebagai petunjuk yang
obyektif untuk perawat memberikan perawatan dan sebagai kriteria untuk melakukan evaluasi asuhan
ketika standar telah didefinisikan secara jelas, klien dapat diyakinkan bahwa mereka mendapatkan
asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi, perawat mengetahui secara pasti apakah yang penting
dalam pemberian askep dan staf administrasi dapat menentukan apakah asuhan yang diberikan
memenuhi standar yang berlaku.

American nurse Association(ANA) membuat pernyataan yang sama dalam undang-undang lisensi
institusional menjadi lisensi individual, keperawatan secara konsisten dapat mempertahankan:
 Asuhan keperawatan yang berkualitas, baik sesuai tanggung jawab maupun tanggung gugat
perawat yang merupakan bagian dari lisensi profesi.
 Bila perawat meyakini bahwa profesi serta kontribusinya terhadap asuhan kesehatan adalah
penting, maka mereka akan tampil dengan percaya diri dan penuh tanggung jawab.
Standar praktek keperawatan  dari ANA :
1. Standar  I : Pengkajian
2. Standar II : Diagnosa keperawatan
3. Standar III : Identifikasi hasil
4. Standar IV : Perencanaan
5. Standar V : Implementasi
6. Standar VI : Evaluasi

 
Standar I : Pengkajian
Perawat mengidentifikasi dan pengumpulan data tentang status kesehatan klien.
Kriteria pengukuran :

1. Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi atau kebutuhan-kebutuhan klien saat ini.
2. Data tetap dikumpulkan dengan tehnik-tehnik pengkajian yang sesuai .
3. Pengumpulan data melibatkan klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan..
4. Proses pengumpulan data bersifat sistematis dan berkesinambungan.
5. Data-data yang relevan didokumentasikan dalam bentuk yang mudah didapatkan kembali.

Standar II :Diagnosa
Perawat menganalisa data yang dikaji untuk menentukan diagnosa.
Kriteria pengukuran :

1. Diagnosa ditetapkan dari data hasil pengkajian.


2. Diagnosa disahkan dengan klien, orang-orang terdekat klien, tenaga kesehatan bila
memungkinkan.
3. Diagnosa di dokumentasikan dengan cara yang memudahkan perencanaan perawatan.

Standar III: Identifikasi hasil


Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual pada klien.
 
Kriteria pengukuran :

1. Hasil diambil dari diagnosa.


2. Hasil-hasil didokumentasikan sebagai tujuan-tujuan yang dapat diukur.
3. Hasil-hasil dirumuskan satu sama lain sama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas
kesehatan.
4. Hasil harus nyata (realistis) sesuai dengan kemampuan/kapasitas klien saat ini dan
kemampuan potensial.
5. Hasil yang diharapkan dapat dicapai dsesuai dengan sumber-sumber yang tersedia bagi klien.
6. Hasil yang diharapkan meliputi perkiraan waktu pencapaian.
7. Hasil yang diharapkan memberi arah bagi keanjutan perawatan.

Standar IV : Perencanaan
Perawat menetapkan suatu rencana keperawatan yang menggambarkan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang diharapkan.

Kriteria pengukuran :

1. Rencana bersifat individuali sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan kondisi klien.


2. Rencana tersebut dikembangkan bersama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas
kesehatan
3. Rencana tersebut menggambarkan praktek keperawatan sekarang
4. Rencana tersebut didokumentasikan.
5. Rencana tersebut harus menunjukkan kelanjutan perawatan.

Standar V : Implementasi
Perawat mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi dari rencana keperawatan.

Kriteria pengukuran :

1. Intervensi bersifat konsisten dengan rencana perawatan yang dibuat.


2. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman dan tepat.
3. Intervensi didokumentasikan

Standar VI : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap hasil yang telah dicapai.

Kriteria pengukuran :

1. Evaluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan.


2. Respon klien terhadap intervensi didokumentasikan.
3. Keefektifan intervensi dievaluasi dalam kaitannya dengan hasil.
4. Pengkajian terhadap data yang bersifat kesinambungan digunakan untuk merevisi diagnosa,
hasil-hasil dan rencana perawatan untuk selanjutnya.
5. Revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan didokumentasikan.
6. Klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan dilibatkan dalam proses evaluasi

BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa sebagai seorang perawat yang professional
dalam bertugas dalam bidang pelayanan masyarakat harus memahami dan menerapkan etika keperawatan
yang digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan
buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.

Selain berpedoman pada etika keperawatan, dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat, perawat juga harus mengetahui ethical issue dalam praktik keperawatan dan mekanisme
standar praktik keperwatan profesional, sehingga nantinya dalam memberikan pelayanan kesehatan,
seorang perawat dapat meberikan pelayanan terbaik kepada klien.

DAFTAR PUSTAKA
 Tedjomuljo dan Afifah, 2016.Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Tentang Kode Etik
Profesi dan Caring, Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume19.No.2 hal 129- 136
 Rosdahl,B. C.& Kowalski, T.M, (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar.Edisi 10 Vol 1 Jakarta:
EGC
 Notoatmodjo, Soekijo (2010). Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta PT Rineka Cipta.
 Nursalam, (2012). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Professional,
Edisi , Jakarta: Salemba Medika
 Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses dan Praktik.Edisi
7.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai