berwarna hitam, baunya tidak sedap serta rasanya pahit sekali. Biji dan daun
bersifat sebagai insektisida botanis. Pada umumnya bahan aktif yang terkandung
menghambat perkembangan serangga. Daun dan biji mindi telah dilaporkan dapat
digunakan sebagai pestisida nabati. Ekstrak daun mindi dapat digunakan pula
tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan sebagai berikut yaitu daun
mindi dikupas, ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25-50 g/L
selama 24 jam. Larutan yang dihasilkan disaring agar didapat larutan yang siap
20-80 cm. Anak daun bentuknya bulat telur sampai lanset, tepi bergerigi, ujung
runcing, pangkal membulat atau tumpul, permukaan atas daun berwarna hijau tua,
bagian bawah hijau muda, panjang 3-7 cm, lebar 1,5-3 cm. Bunga majemuk dalam
malai yang panjangnya 10-20 cm, keluar dari ketiak daun. Daun mahkota
berjumlah 5, panjangnya sekitar 1 cm, warnanya ungu pucat, dan berbau harum.
Buahnya buah batu, bulat, diameter sekitar 1,5 cm. Jika masak warnanya cokelat
kekuningan, dan berbiji satu. Pebanyakan dengan biji. Biji sangat beracun dan
untuk berbagai keperluan. Seluruh bagian tanaman mulai dari akar, batang yang
berkayu, kulit batang, daun, buah dan bijinya dapat dimanfaatkan. Kayu mindi
dapat digunakan dalam bentuk kayu utuh misalnya sebagi komponen rumah,
komponen mebel dan barang kerajinan. Kayu mindi dapat juga digunakan dalam
bentuk panel misalnya sebagai kayu lapis indah dan vinir lamina indah. Daun dan
biji mindi digunakan sebagi pestisida alami dan kulitnya digunakan sebagai obat
garis tengah batang dapat berukuran 60 (-120) cm. Kulit batang coklat keabuan,
bertekstur halus, berlentisel, semakin tua kulit akan pecah atau bersisik. Daun
majemuk menyirip ganda dua namun terkadang melingkar atau sebagian daun
menyirip ganda tiga, berhadapan, berlentisel, berbentuk bulat telur hingga jorong,
pangkal daun berbentuk runcing hingga membulat, tepi daun rata sampai
panjang 3.5 mm dan lebar 1.6 mm, berwarna coklat (Wardiyono, 2008).
lingkungan yang beragam. Jenis ini tumbuh pada tempat-tempat dengan rata-rata
suhu maksimum dan minimum per tahun, berturut-turut 39°C dan -5°C.
Umumnya tumbuhan ini tumbuh dari ketinggian 0-1200 mdpl, dan di pegunungan
Himalaya tumbuh pada ketinggian 1800 (sampai 2200) m. Curah hujan tahunan di
habitat alaminya berkisar antara 600-2000 mm. Di Afrika, jenis tumbuhan ini
tersebar luas di daerah-daerah kering di bagian selatan dan barat daya Amerika
Serikat, yang memiliki curah hujan kurang dari 600 mm. Mindi dapat tumbuh
pada tanah-tanah berkadar garam, tanah dengan pH basa kuat, tapi tidak terlalu
asam. Jenis ini juga tumbuh pada tanah-tanah miskin, tanah marjinal, tanah
miring, dan tanah berbatu atau pada tebing curam berbatu (Wardiyono, 2008).
pula. Ekstrak daun mindi dapat digunakan pula sebagai bahan untuk
obat untuk mengeluarkan cacing usus. Kulit daun dan akar mindi telah digunakan
Zat Ekstraktif
kecil, larut dalam pelarut-pelarut organik netral atau air, yang disebut ekstraktif.
Ekstraktif terdiri atas jumlah yang sangat besar dari senyawa-senyawa tunggal
ekstraseluler dan berat molekul rendah. Tipe konstituen yang mirip disebut
kerusakan mekanik atau penyerangan oleh serangga atau fungi. Meskipun ada
yang jelas dalam komposisi bahkan diantara spesies-spesies kayu yang sangat
struktur kayu. Sebagai contoh; asam-asam resin terdapat dalam saluran resin,
sedangkan lemak dan lilin terdapat dalam sel parenkim jari-jari. Ekstraktif-
ekstraktif fenol terdapat terutama dalam kayu teras dan dalam kulit
(Sjöström, 1998).
Menurut Achmadi (1990) bahwa zat ekstraktif berwarna atau tidak, dapat
bahan dasar yang berharga untuk pembuatan bahan kimia organik dan mereka
(Sjöström, 1998).
jari-jari yang berhubungan dengan pembuluh. Selain resin ada juga lemak, lilin
dan hidrofilik, walaupun batasnya kurang jelas. Yang termasuk fraksi lipofilik
adalah: lemak, waxes, terpene, terpenoid dan alkohol alifatik tinggi. Cara
pemisahaannya dapat dilakukan dengan pelarut non polar, seperti etil eter atau
diklorometana.
karbohidrat terlarut, protein, vitamin dan garam anorganik. Bahan jenis kayu yang
mempunyai kadar resin tinggi, misalnya resin (damar) yang banyak terdapat pada
kerusakan, tedapat pada saluran resin) dan fungsi fisiologis (sebagai cadangan
energi, terdapat dalam sel-sel jari dan sering ditemukan pada daun)
(Achmadi, 1990).
yang ditentukan oleh macam dan jumlah zat ekstraktif yang ada. Zat ekstraktif
yang bersifat racun memberikan karakteristik terhadap pelapukan pada kayu. Hal
ini dibuktikan bahwa ekstrak dari kayu teras lebih bersifat racun daripada bagian
kayu gubal pada pohon yang sama dan ketahanan terhadap pelapukan kayu teras
akan berkurang jika diekstraksi dengan air panas atau dengan pelarut organik
(Syafi’i, 2001).
tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual
yaitu melalui absorpsi. Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang
yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala, yaitu
menyerap nutrisi dari lingkungan, dan miselium fertil yang berfungsi dalam
reproduksi. Fungi dapat ditemukan pada aneka substrat, baik di lingkungan darat,
pereairan, maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian
vegetatifnya yang umumnya berupa miselium berwarna putih mudah terlihat pada
substrat yang membusuk (kayu lapuk, buah-buahan yang terlalu masak, makanan
yang membusuk), konidia atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna
(merah, hitam, jingga, kuning, krem, putih, abu-abu, coklat, kebiru-biruan dan
sebagainya) pada daun, batang, kertas, tetkstil, kulit dan lain-lain. Tubuh buah
fungi lebih mencolok karena langsung dapat dilihat dengan mata kasat, sedangkan
Peran fungi dalam kehidupan kita sehari-hari antara lain dapat disebutkan:
ekonomi seperti padi, jagung, kentang, kopi, teh, coklat, kelapa, dan karet; di
bidang kehutanan merusak kayu dan hasil olahannya (tripleks, papan, dan lain
sejumlah fungi memang patogen bagi manusia, antara lain menyebabkan alergi, di
yang bila dihirup menyebabkan batuk-batuk dan alergi, disamping itu diketahui
pula bahwa fungi dapat merusak lukisan cat, minyak bumi, kertas dan tekstil
dunia (kosmopolitan). Fungi ini termasuk jenis white-rot fungi. Fungi ini dikenal
dengan tanda buah tidak berangkai, bagian bawah meyempit hingga berbentuk
kipas, bagian atas berwarna putih keabu-abuan pada waktu muda dan setelah tua
berwarna abu-abu, ujung tubuh buah kadang-kadang pecah pada arah memanjang,
ujung pecah ini melengkung pada waktu segar. S. commune liat dan kenyal dan
Panshine dan Zew (1964) diacu oleh Nandika dan Tambunan (1989)
menjelaskan bahwa fungi yang menyerang kayu dapat dipisahkan menjadi dua
kelompok, yaitu fungi perusak kayu sering juga disebut fungi pelapuk kayu dan
fungi pewarna kayu. Fungi pelapuk kayu serangannya bersifat membusukkan dan
menghancurkan bahan organik kayu, karena sebagian masa kayu dirombak secara
Ragnum = Meceteae
Divisi = Amastigomycota
Kelas = Basidiomycetes
Ordo = Aphyllophorales
Famili = Schizophyllaceae
Genus = Schizophylum
secara lateral dan lebarnya dapat mencapai 3 cm. Tubuh buah berbentuk secara
tunggal atau berkelompok. Lamelanya terdiri atas fasciculi, antara fasciculi yang
lebih panjang dipisahkan oleh 3-5 fasciculi yang lebih pendek, lapisan bagian atas
tudung terdapat suatu bagian yang berwarna gelap dan tersusun oleh hifa yang
memanjang diikuti oleh lamela yang baru (Buller, 1989 dalam Dirgantara, 1998).
1. Brown-rot fungi, yaitu fungi tingkat tinggi dari kelas Basidiomycetes. Golongan
3. Soft-rot fungi, fungi ini berasal dari kelas Ascomycetes yang menyerang
fungi pelapuk kayu terhadap sifat-sifat kayu dapat mempengaruhi sifat-sifat kayu
penurunan nilai kalori, perubahan warna, perubahan bau, dan perubahan struktur
pelapuk kayu adalah temperatur yang cocok, persediaan oksigen yang cukup,
kadar air kayu diatas titik jenuh serat, kelembaban, pH dan nutrisi yang cocok.
umumnya disebabkan oleh fungi yang disebut sebagai fungi pelapuk kayu. Fungi
yang menyebabkan pelapukan atau pewarnaan kayu dan bahan-bahan selulosa lain
adalah tumbuhan sederhana yang tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat
kayu berdasarkan letak fungi pada bagian pohon menjadi 5 macam yaitu :
1. Pelapukan kayu teras yang terdapat pada bagian atas pohon (Top rot)
4. Pelapukan kayu gubal pada bagian pohon yang sudah mati pada pohon hidup
(Slash rot)
5. Pelapukan kayu teras pada pohon yang sudah tumbang (Product rot).
Pengujian pada 25 jenis kayu yang berasal dari komplek Gunung Bunder
memberikan kesimpulan bahwa fungi ini merupakan fungi perusak kayu yang
ganas (Martawijaya, 1962) dalam (Batubara, 2006). Sumarni dan Jasni (1989)
terhadap tiga jenis fungi perusak kayu yaitu S.commune, Pycnoporus sanguineus,
dibandigkan dua jenis lainnya. Rata-rata persentase penurunan berat kayu yang
disebabkan oleh fungi ini adalah tertinggi dibandingkan dua yang lainnya yaitu
sebesar 19,19%.