PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak ikan toman (Channa
miropeltes) dengan konsentrasi 210,9 µg/mL, 421,8 µg/mL, 843,7 µg/mL dan 1687,5
µg/mL tidak memiliki efek toksik terhadap sel fibroblas BHK-21 dengan nilai rerata
persentase viabilitas sel dari masing-masing konsentrasi ekstrak ikan toman (Channa
micropeltes) di atas 60%. Penelitian ini menunjukkan hasil dari viabilitas sel fibroblas
BHK-21 yang paling tinggi dijumpai pada ekstrak ikan toman (Channa micropeltes)
dengan konsentrasi 210,9 µg/mL sebesar 83,44%, diikuti konsentrasi 421,8 µg/mL
sebesar 78,04%, konsentrasi 1687,5 µg/mL sebesar 72,29% dan konsentrasi 843,7
albumin (Firlianty et al, 2013). Albumin dapat berfungsi sebagai antioksidan yang
mampu mengikat ion logam dalam proses pembentukan Reactive Oxygen Species
dan menangkap radikal bebas yang dihasilkan dari proses oksidatif (Sayuti, 2015;
Suhartono, 2016). Antioksidan pada ekstrak ikan toman (Channa micropeltes) dapat
mengikat radikal bebas sehingga kerusakan sel dapat dicegah (Muslihah et al, 2018).
al, 2014; Nithiya et al, 2016). Saat terbentuknya ROS, albumin bekerja memotong
reaksi oksidasi berantai dari ROS dengan cara menangkapnya. Albumin sebagai
antioksidan eksogen dapat meningkatkan Superoksida Dismutase (SOD) yang
(Nrf2) (Butarbutar et al, 2016). Nrf2 berlokasi di sitoplasma dan inaktif, berikatan
Nrf2-Keap-1 (Layal, 2016). Ketika sel mengalami stress oksidatif maka Nrf2 akan
Antioxidant Response Element (ARE) yang berlokasi di regio promotor dari gen yang
Layal, 2016). Hasil dari aktivasi ARE menghasilkan enzim antioksidan seperti SOD,
2016). Reaksi enzim SOD dapat mengubah O2- menjadi Hidrogen Peroksida (H2O2).
H2O2 yang masih bersifat reaktif harus diubah oleh Katalase (CAT) dan Glutathione
Peroksida (GPx) menjadi air (H2O) dan oksigen (O2) (Widayati, 2012). Enzim
antioksidan seperti SOD, CAT san GPx dapa menetralkan ROS dapat melindungi sel
dari stres oksidatif sehingga menyebabkan sel tetap bertahan hidup (Qu et al, 2016;
Widayati, 2012).
µg/mL, 6750 µg/mL, 13500 µg/mL dan 27000 µg/mL memiliki efek toksik pada sel
fibroblas BHK-21. Efek toksik pada sel fibroblas BHK-21 disebabkan senyawa
antioksidan tidak optimal dalam menstabilkan radikal bebas karena senyawa telah
bersifat prooksidan (Kadji et al, 2013). Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan
Gordon (1990) yang menyatakan bahwa pada konsentrasi yang terlalu tinggi,
antioksidan yang berlebih dapat berubah menjadi prooksidan (Hidayat et al, 2014;
menyebabkan stres oksidatif pada sel (Arief dan Widodo,2018). Stres oksidatif
3 yang mengarahkan sel untuk melaksanakan apoptosis sehingga sel mati (Meiyanto
Hasil dari uji toksisitas ini dapat diperoleh konsentrasi yang menyebabkan
penghambatan partumbuhan sel sebesar 50% dari populasi sel atau disebut dengan
tidak terdapat efek toksik pada pemberian ekstrak ikan toman (Channa micropeltes)
terhadap kultur sel fibroblas BHK-21 dan menentukan nilai IC50 setelah pemberian
ekstrak ikan toman (Channa micropeltes) dengan menggunakan metode MTT assay.
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada uji toksisitas bahwa ekstrak ikan toman
(Channa micropeltes) dengan metode MTT assay memiliki nilai IC50 sebesar
4745,238 µg/ml. Menurut kategori toksisitas untuk suatu bahan alam jika nilai IC 50 ≥
1000 µg/ml termasuk kategori tidak toksik (Mardja et al, 2016). Semakin besar nilai
IC50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik. Akhir dari uji toksisitas dapat
memberikan informasi persentase sel yang mampu bertahan hidup (Turalely et al,
2012). Hal tersebut menyatakan bahwa ekstrak ikan toman (Channa micropeltes)
tidak bersifat toksik terhadap sel fibroblas BHK-21 dengan metode MTT assay.
Keterbatasan dari penelitian ini adalah menggunakan kultur sel yang perlu
BHK-21. Penelitan mengenai ekstrak ikan toman (Channa micropeltes) pada sel
masih belum pernah dilakukan, sehingga referensi yang diperoleh sulit untuk
didapatkan.