Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

KARAKTERISTIK KUANTITATIF PANJANG BADAN DAN TINGGI PUNDAK


DOMBA GARUT BETINA CALON INDUK DI UPTD - BPPTD
MARGAWATI GARUT

QUANTITATIVE CHARACTERISTICS OF BODY LENGHT AND HEIGHT OF


SHOULDER GARUT EWES CANDIDATE IN UPTD - BPPTD
MARGAWATI GARUT
RACHMAT SOMANJAYA1, ULFA INDAH LAELA RAHMAH1 DAN ROHMAN2

1. Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Majalengka


2. UPTD – BPPTD Margawati Garut.
Alamat : 1. Jln. .H. Abdul Halim No. 103 Kabupaten Majalengka – Jawa Barat 45418
2. Jln. Margawati Kelurahan Sukanegla Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut.
e-mail : yankom76@gmail.com

ABSTRACT

Research was conducted from October to December 2017 at UPTD BPPTD Margawati Garut. The
purpose of this reseach was to measure the quantitative characteristics of body length and height of shoulder
Garut Ewes candidate and analyze the comparison of characteristics of Garut lamb female used as ewes
candidate in UPTD BPPTD Margawati Garut with Indonesian National Standard (INS) of Garut ewes. The
research method used is census of ewes candidate as much as 40 female ewes candidate in UPTD BPPTD
Margawati Garut. Data was analysed using descriptive statistical analysis procedure. The results showed that
the average value of body length in UPTD BPPTD Margawati Garut is 56.82 ± 1.33 cm, this value has been
approached with the Indonesian National Standard of ewes Garut sheep (INS) of 57.0 cm, while the average
value is high shoulder is 66.55 ± 1.69 cm, this value has been in accordance with the Indonesian National
Standard (INS) of ewes Garut Sheep is 66.0 cm.

Key words: Length of Body, High shoulders, Garut sheep.

ABSTRAK

Penelitian telah dilaksanakan mulai Bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember 2017 di UPTD
BPPTD Margawati Garut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur karakteristik kuantitatif panjang
badan dan tinggi pundak Domba Garut betina calon induk dan menganalisis perbandingan karakteristik
domba Garut yang digunakan sebagai betina calon induk di UPTD BPPTD Margawati Garut dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI). Metode penelitian yang digunakan adalah sensus terhadap domba betina calon
induk sebanyak 40 ekor domba betina calon induk yang ada di UPTD BPPTD Margawati Garut. Analisis
data menggunakan prosedur analisis statistika deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata
panjang badan di UPTD BPPTD Margawati Garut adalah 56,82+1,33 cm, nilai ini telah mendekati dengan
Standar Nasional Indoneia (SNI) domba Garut yaitu 57,0 cm, sedangkan nilai rata-rata tinggi pundak adalah
66,55+1,69 cm, nilai ini telah sesuai dengan Standar Nasional Indoneia (SNI) domba Garut yaitu 66,0 cm.

Kata Kunci : Panjang Badan, Tinggi Pundak, Domba Garut.

PENDAHULUAN
Populasi ternak domba di Jawa Barat VBC (Village Breeding Centre). Upaya
tercatat dari tahun 2016 yaitu sebanyak tersebut diharapkan dapat meningkatkan
10.038.828 (Badan Pusat Statistik Provinsi jumlah populasi dan produktivitas domba
Jawa Barat, 2017). Upaya perbaikan dan serta menjaga keseimbangan antara sumber
peningkatan produksi ternak domba yang bibit dan stok domba. Salah satu UPT
telah dilakukan pemerintah daerah Jawa perbibitan ternak yaitu Unit Pelaksana Teknis
Barat saat ini adalah dengan mendirikan UPT Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak
(Unit Pelaksana Teknis) perbibitan ternak dan Domba (UPTD BPPTD) Margawati Garut

74
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

yang diarahkan kepada upaya perbibitan dan Domba Garut betina calon induk yang
pelestarian Domba Garut. terdapat di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai
Seleksi atau memilih ternak yang Pengembangan Perbibitan Ternak Domba
bermutu baik dari populasi merupakan hal (UPTD – BPPTD) Margawati Garut sebanyak
penting dalam pengembangan dan 40 ekor berumur 12 – 18 bulan, sehat, alat
keberlanjutan usaha perbibitan ternak. reproduksi normal, bentuk telinga rumpung,
Menurut Sumoprastowo, (1993), kriteria dan belum pernah melahirkan. Peralatan yang
pemilihan bibit antara lain dengan memilih digunakan selama penelitian antara lain 1)
ternak yang berasal dari keturunan pejantan tongkat ukur digunakan untuk mengukur
dan induk yang pertumbuhannya cepat. tinggi pundak, 2) pita ukur digunakan untuk
Pertumbuhan dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan, 3) formulir data
mengukur bagian-bagian tubuhnya, sehingga tinggi pundak dan panjang badan, 4) kamera
dapat memberi gambaran bentuk tubuh hewan foto digital untuk pengambilan gambar objek
dan untuk menentukan unggul atau tidaknya penelitian, dan 5) alat tulis.
bibit domba tersebut. Sesuai dengan pendapat
Heriyadi (2002), bahwa pertumbuhan atau Metode penelitian
peningkatan bobot badan akan disertai dengan Metode penelitian yang digunakan
pertambahan ukuran-ukuran tubuh lainnya. adalah sensus terhadap domba Garut betina
Salah satunya dengan metode pengukuran calon induk. Langkah yang dilakukan adalah
panjang badan dan tinggi pundak. mengukurpanjang badan dan tinggi pundak
UPTD BPPTD Margawati Garut semua betina calon induk. Pengukuran
merupakan suatu instansi yang dilakukan pada saat ternak domba dalam
mengembangkan domba Garut, sehingga kondisi tegak berdiri. Data yang diperoleh
penelitian panjang badan dan tinggi pundak melalui pengukuran pada ternak selanjutnya
betina calon induk perlu dilakukan seakurat dicatat dan dikumpulkan ke dalam format
mungkin, apakah sudah sesuai atau tidak formulir pengumpulan data ukuran-ukuran
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) tubuh.
domba Garut yang dikeluarkan oleh Badan Peubah yang diamati antara lain :
Standardisasi Nasional (BSN) yaitu panjang 1) Tinggi Pundak (TP), merupakan jarak
badan 57,0 cm dan tinggi pundak 66,0 cm. tertinggi pundak sampai tanah, diukur
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dengan menggunakan tongkat ukur dalam
tertarik dan menganggap penting untuk segera satuan sentimeter (cm).
dilakukan penelitian bagaimana kondisi calon 2) Panjang Badan (PB), merupakan jarak
induk domba Garut umur 12-18 bulan sebagai garis lurus dari tepi tulang processsus
output dari usaha pembibitan di UPTD spinocus dari vertebrae thoracalis tertinggi
BPPTD Margawati Garut. sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk
Penelitian ini bertujuan untuk / os.ischum) diukur menggunakan pita
mengukur karakteristik kuantitatif panjang ukur, dinyatakan dalam cm.
badan dan tinggi pundak calon induk Domba Berikut ini adalah ilustrasi cara
Garut di UPTD BPPTD Margawati Garut, dan pengukuran panjang badan dan tinggi pundak
melakukan analisis perbandingan karakteristik terhadap objek yang diamati:
domba Garut yang digunakan sebagai betina
calon induk di UPTD BPPTD Margawati
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

MATERI DAN METODE


Tempat, alat, dan bahan penelitan
Penelitian dilaksanakan di Unit
Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan
Perbibitan Ternak Domba (UPTD BPPTD)
Margawati Garutmulai dari Bulan Oktober
sampai dengan Bulan Desember 2017. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gambar 1. Teknik Pengukuran PB dan TP

75
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

Analisis Data berbentuk kandang panggung yang terdiri


Analisis data menggunakan prosedur dari kandang satu baris (one row plan) 11 unit
analisis statistika deskriptif, rumus yang dan kandang dua baris (two row plan) 15 unit.
digunakan berpedoman pada Sudjana (2002). Kandang tersebut terdiri atas dua sistem, yaitu
Selanjutnya perhitungan analisis statistik kandang individu (individual system) dan
menggunakan Aplikasi SPSS 16 for kandang kelompok (coloni system). Kandang
Windows. individu digunakan untuk induk bunting tua,
1) Rata-rata ( ) adalah : induk menyusui calon pejantan, dan pejantan,
sedangkan kandang kelompok digunakan
untuk domba lepas sapih, induk kawin, dan
= induk bunting muda.
Keterangan : Bentuk kandang di UPTD BPPTD
= Jumlah dari nilai peubah x Margawati Garut disajikan pada Gambar 2.
yang diamati
= Banyaknya populasi
= 1,2,3,.......N
2) Standar deviasi (σ) : maksudnya adalah
untuk mengetahui rata-rata
penyimpangan setiap skor dengan rata-
rata skornya.


Gambar 2. Kandang Dua Baris
(Two Row Plan)
Keterangan :
= Jumlah dari nilai peubah x
yang diamati
= Banyaknya populasi
= 1,2,3,.......N
3) Koefisien Variasi (KV) : maksudnya
adalah petunjuk atas baik buruknya
penyebaran/distribusi skor.

= x 100%
Keterangan :
= Koefisien Variasi Gambar 3. Kandang Satu Baris
σ = Standar Deviasi (One Rrow Plan)
µ = Rata-rata
4) Nilai maksimum : merupakan nilai 2. Tatalaksana Pemberian Pakan
tertinggi dari peubah x yang diamati. Pemberian pakan yang dilakukan di
5) Nilai minimum : merupakan nilai UPTD – BPPTD Margawati Garut terdiri dari
terendah dari peubah x yang diamati. hijauan dan konsentrat, dengan perbandingan
95% untuk hijauan dan 5% untuk konsentrat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian pakan hijauan dilakukan tiga kali
Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD sehari yaitu pagi (pukul 07.00 WIB), siang
BPPTD Margawati Garut. (pukul 13.00 WIB), dan sore (pukul 17.00
1. Perkandangan WIB). Pemberian pakan konsentrat hanya satu
Letak kandang di UPTD di UPTD kali di siang hari (pukul 11.00 WIB).
BPPTD Margawati Garut sekitar ± 500 m dari Hijauan yang diberikan berupa rumput
pemukiman penduduk. Bangunan kandang (70%) yang terdiri dari rumput gajah

76
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

(Pennisetum purpureum), rumput raja (Kingg 100 hari anak disapih dan induknya
grass), rumput Brachiaria decumbens, rumput dipindahkan ke kandang kawin.
odot, rumput African stargrass, dan rumput Pola perkawinan di UPTD BPPTD
lapang serta daun-daunan (30%) yang terdiri Margawati Garut disajikan pada Gambar 4
dari kaliandra (Caliandra colothyrsus), berikut ini :
lamtoro (Leucaena glaucae), gamal
(Gliricidia sepium), dan daun nangka, rata-
rata jumlah pemberian sebanyak 5
kg/ekor/hari. Sesuai dengan pendapat
Sudarmono dan Sugeng (2003) bahwa jumlah
pakan hijauan yang diberikan untuk dewasa
rata-rata 10% dari berat badan atau 4,5 - 5
kg/ekor/hari yang disajikan 2-3 kali sehari.
Konsentrat yang diberikan terdiri dari
dedak halus (40%), onggok (30%) , bungkil
kelapa (27%), mineral (2%) dan garam (1%),
rata-rata jumlah pemberian sebanyak 0,3 Gambar 4. Sistem Perkawinan Alami
kg/ekor/hari.
4. Seleksi Domba
3. Manajemen Pemeliharaan Ternak Pelaksanaan penyeleksian ternak di
Domba UPTD BPPTD Margawati Garut dimulai dari
Calon induk dan siap kawin di UPTD domba lahir, domba disapih, domba umur 6
BPPTD ditempatkan dalam kandang koloni, bulan hingga umur 1 tahun dengan mengacu
sebelum dikawinkan dilakukan flushing pada Pedoman Teknis Standar Bibit ternak
(pemberian pakan yang lebih baik) selama 2 domba hasil keturunan di UPTD BPPTD
minggu. Umur pertama dikawinkan 15 bulan. Margawati.
Sesuai dengan pendapat Sudarmono dan Hasil Keturunan ternak domba yang
Sugeng (2003) bahwa domba yang dihasilkan oleh UPTD BPPTD Margawati
dikawinkan pertama kali harus menunggu Garut diklasifikasikan menjadi 2 (dua) Strata,
sampai domba yang bersangkutan memasuki yaitu Strata I sebagai bibit dasar untuk calon
dewasa tubuh. Umumnya domba yang Replecement Stock /calon pejantan dan induk,
berumur 18-20 bulan sudah mencapai dewasa dan Strata II sebagai bibit sebar untuk
tubuh. Sesuai pula menurut Toelihere (1985), disebarkan ke masyarakat dan sebagian dijual
sebaiknya domba dikawinkan setelah berumur untuk mengisi PAD (Pendapatan Asli
12 bulan yaitu setelah mencapai dewasa Daerah).
tubuh, sehingga untuk domba betina muda
memungkinkan untuk menghadapi Tabel 1. Klasifikasi bibit ternak domba di
kebuntingan dan kelahiran yang normal. UPTD BPPTD Margawati.
Perkawinan dilakukan dengan cara
kawin alam dan dengan menyatukan ternak Klasifikasi ternak
jantan dan betina dalam satu kandang koloni. Umur Strata I / Bibit Strata II / Bibit Sebar
(bulan) Dasar (kg) (kg)
Perbandingan domba jantan dan domba betina Jantan Betina Jantan Betina
adalah 1 : 10 selama 1,5 bulan. Setelah proses 4-6 16 14 13,3-15,9 11-13,9
perkawinan selama 1,5 bulan, pejantan
dikeluarkan dari koloni. 10-12 40 30 30-39,9 24-29,9
Saat domba betina bunting tua, Sumber : UPTD BPPTD Margawati Garut.
kemudian dipindahkan kedalam kandang
Data pada Tabel 1 diatas merupakan acuan
individu dan diberikan pakan dengan kualitas
balai dalam melaksanakan tugas pokok dan
yang baik dan jumlah yang ditentukan. Anak
fungsi Balai yaitu sebagai pusat
domba yang baru lahir dilakukan pencatatan
tanggal lahir, bobot badan, jenis kelamin, pengembangan dan perbibitan ternak domba
di Jawa Barat serta sebagai Balai penghasil
warna bulu dan tipe lahir. Setelah anak umur
pendapatan daerah melalui retribusi penjualan

77
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

produksi usaha daerah. Bilamana ternak Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa
domba yang tidak memenuhi klasifikasi nilai minimum panjang badan Domba Garut
tersebut atau berat badan kurang dari 13,3 kg betina calon induk di UPTD BPPTD
untuk jantan dan kurang dari 11 kg untuk Margawati Garut adalah 55,0 cm dan nilai
betina pada umur 4 – 6 bulan dan kurang dari maksimumnya adalah 60,0 cm dengan rataan
30 kg untuk jantan dan kurang dari 24 kg panjang badan adalah 56,82 cm. Nilai rata-rata
untuk betina pada umur 10-12 bulan, maka panjang badan ini telah mendekati dengan
menjadi ternak domba afkir. Standar Nasional Indonesia (SNI) domba Garut
yaitu 57,0 cm. Nilai standar deviasi ±1,33 cm
5. Sifat Kuantitatif Domba Garut Betina dan nilai koefesien variasi 2,34%.
Calon Induk di UPTD BPPTD Hal terseut menunjukan bahwa populasi
Margawati Garut ternak domba betina calon induk di UPTD
Sifat kuantitatif berupa ukuran-ukuran BPPTD Margawati dapat dikatakan relatif
tubuh seekor ternak dapat menjadi alat ukur seragam. Sesuai dengan pernyataan Sudjana
untuk mengevaluasi sejauhmana performa dan (2002), yang mengemukakan bahwa koefesien
produktifitas seekor ternak. Ukuran-ukuran variasi di bawah 10 % berarti populasi yang
bagian tubuh mempunyai kegunaan untuk diamati relatif seragam. Irianto (2004) juga
menaksir bobot badan dan persentase karkas, mengemukakan bahwa apabila suatu distribusi
sehingga dapat menunjukan nilai seekor mempunyai standar deviasi kecil dan koefesien
ternak (Diwyanto, 1984). variasinya juga rendah, maka jelas distribusi
Sifat kuantitatif yang dibahas dalam tersebut adalah yang terbaik.
penelitian ini adalah panjang badan dan tinggi
pundak. Sesuai dengan pendapat Jaya (1982) 2) Tinggi Pundak
yang menyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh Hasil penelitian mengenai tinggi pundak
seperti panjang badan dan tinggi pundak dapat yang dilakukan terhadap ternak domba Garut
memberikan petunjuk bobot badan ternak betina calon Induk di UPTD BPPTD
dengan ketelitian yang cukup baik dan Margawati Garut dengan jumlah ternak
seringkali digunakan sebagai parameter tehnis sebanyak 40 ekor, di sajikan pada Tabel 3.
penentuan bibit ternak. Heriyadi (2012) juga
berpendapat bahwa ukuran panjang badan dan Tabel 3. Tinggi Pundak domba Garut betina
tinggi pundak adalah satu ukuran tubuh yang calon induk di UPTD BPPTD
sering dijadikan alternatif pengganti bobot Margawati Garut
badan dalam seleksi. Sifat Kuantitatif yang
dijadikan patokan dalam melakukan seleksi No Nilai-nilai yang diukur Hasil Penelitian
calon induk Domba Garut adalah : 1. Rata-rata (cm) 66,55
1) Panjang Badan 2. Standar deviasi (cm) ±1,69
3. Koefisien variasi (%) 2.54
Hasil penelitian mengenai panjang badan 4. Nilai maksium (cm) 69,00
yang dilakukan terhadap ternak domba Garut 5. Nilai minimum (cm) 62,70
betina calon induk di UPTD BPPTD
Margawati Garut dengan jumlah ternak Data pada Tabel 3 menunjukan bahwa
sebanyak 40 ekor, di sajikan pada Tabel 2. nilai minimum tinggi pundak Domba Garut
betina calon induk di UPTD BPPTD
Tabel 2. Panjang Badan domba Garut betina Margawati Garut adalah 62,7 cm dan nilai
calon induk di UPTDBPPTD maksimumnya adalah 69,0 cm dengan rataan
Margawati Garut. tinggi pundak adalah 66,55 cm. Nilai rataan
tinggi pundak ini telah sesuai dengan Standar
Hasil
No. Nilai-nilai yang diukur Nasional Indonesia (SNI) domba Garut yaitu
Penelitian
1. Rata-rata (cm) 56,82 66,0 cm. Nilai standar deviasi ±1,69 cm dan
2. Standar deviasi (cm) ±1,33 nilai koefisien variasi yang didapat yaitu
3. Koefisien variasi (%) 2,34 2,54%.
4. Nilai maksium (cm) 60,00
5. Nilai minimum (cm) 55,00
Hal tersebut menunjukkan bahwa
populasi domba Garut calon induk di UPTD

78
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

BPPTD Margawati dapat dikatakan relatif Ternak di Provinsi Jawa Barat (ekor)
seragam. Sesuai dengan pernyataan Sudjana Tahun 2016. Melalui :
(2002) yang mengemukakan bahwa koefisien https://jabar.bps.go.id/statictable/2017/0
variasi di bawah 10% berarti populasi yang 3/16/383/populasi-ternak-menurut-
diamati relatif seragam. Irianto (2004) kabupaten-kota-dan-jenis-ternak-di-
melaporkan bahwa apabila suatu distribusi provinsi-jawa-barat-ekor-2016.html.
mempunyai standar deviasi kecil dan [10-12-2017].
koefesien variasinya juga rendah, maka jelas DIWYANTO, K. 1984. Pengamatan Ukuran
distribusi tersebut adalah yang terbaik. Permukaan Tubuh Domba dan
Total Domba Garut betina calon induk Kambing di Indonesia. Pusat Penelitian
yang diteliti yaitu sebanyak 40 ekor. Calon dan Pengembangan Peternakan.
induk Domba Garut yang benar-benar sesuai Departemen Pertanian. Jakarta. 146.
standar sifat kuantitatif domba Garut (SNI HERIYADI, D. 2012.SSSifat-sifat Kuantitatif
7532 : 2009) yaitu panjang badan sebanyak 16 Sumber Daya Genetik Domba Garut
ekor (40%) dan tinggi pundak sebanyak 26 Jantan Type Tangkas di Jawa
ekor (62,5%). Sedangkan yang masuk standar Barat.http://bionatura.unpad.ac.id/sifat
dari kedua ukuran tersebut sebanyak 12 ekor -sifat-kuantitatif-sumber-daya-genetik-
(30%). domba-garut-jantan-tipe-tangkas-di-
jawa-barat-3/. [8September 2017].
KESIMPULAN HERIYADI, D., M. H. HADIANA, D. C.
Berdasarkan hasil penelitian dan BUDINURYANTO, dan A. ANANG.
pembahasan terhadap 40 ekor domba Garut 2002. Standarisasi Domba Garut.
betina calon induk di UPTD BPPTD Kerjasama Dinas Peternakan Provinsi
Margawati Garut maka dapat diambil Jawa Barat dengan Lembaga Penelitian
kesimpulan yaitu rataan tinggi pundak domba Fakultas Peternakan Universitas
Garut betina calon induk di UPTD BPPTD Padjadjaran. Bandung.
Margawati Garut yaitu sebesar 66,55+1,69 cm IRIANTO, A. 2004. Statistik. Konsep Dasar
dan panjang badan sebesar 56,82+1,33 cm. dan Aplikasinya. Edisi Pertama.
Dari rataan tersebut menunjukkan bahwa Prenada. Jakarta Timur. 47.
tinggi pundak domba Garut betina calon induk JAYA, M. 1982. Hubungan antara lingkar
di UPTD BPPTD Margawati Garut telah Dada dan Panjang Badan. Laporan
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia Penelitian Proyek Pengembangan Ilmu
(SNI) domba Garut yaitu 66,0 cm, dan rataan dan Teknologi. Dirjen Pendidikan
panjang badan telah mendekati standar domba Tinggi Departemen Pendidikan dan
Garut yaitu sebesar 57,0 cm. Sedangkan yang Kebudayaan. Jakarta.
masuk standar dari kedua ukuran tersebut SUDARMONO, A.R. dan B. Y. SUGENG,
sebanyak 12 ekor (30%). 2003. Beternak Domba. Penebar.
Swadaya. Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH SUDJANA, 2002. Metode Statistika. Tarsito.
Penulis sampaikan terima kasih kepada Bandung.
Kepala UPTD BPPTD Margawati Garut yang SNI. 2009.Standar Nasional Indonesia (SNI)
telah mengizinkan melakukan penelitian di Bibit Domba Garut. Badan
UPTD BPPTD Margawati Garut. Selanjutnya Standardisasi Nasional (BSN). Jakarta.
ucapan terima kasih kepada Dekan dan SUMOPRASTOWO, R. M., 1993.Beternak
seluruh sivitas akademik Fakultas Pertanian Domba Pedaging dan Wol. Bhratara
Universitas Majalengka yang telah mensuport Niaga Media. Jakarta.
kami untuk melakukan penelitian di UPTD TOELIHERE, M. R., 1985. Fisiologi
BPPTD Margawati Garut. Reproduksi pada Ternak. Angkasa.
Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI
JAWA BARAT, 2017. Populasi Ternak
Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis

79

Anda mungkin juga menyukai