171211345
3B S1 KEPERAWATAN
Oleh
Miftah Fadhillah Zaglul
171211345
3B S1 KEPERAWATAN
Dosen Pembimbing:
Ns. Lenni Sastra, S.Kep,.MS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak dapat
disembuhkan. Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami berbagai
permasalahan dalam proses kehidupannya yang dapat mempengaruhi kualitas
hidupnya. Pada zaman sekarang terjadi pergeseran penderita penyakit DM yang
mulanya sering diderita oleh lansia kini sebanyak 415 juta orang menyandang
diabetes di dunia dengan rentang usia antara 20-79 tahun. Angka tersebut
diperkirakan terus meningkat di tahun 2040 dengan perkiraan peningkatan
sebanyak 65% atau 642 juta orang. Indonesia menempati urutan ke-7 dari 10
besar negara dengan angka kejadian diabetes tertinggi di dunia dan saat ini
diabetes mellitus menempati urutan ke-4 dari 10 penyakit tidak menular di
Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB
dalam 3 tahun terakhir (2014-2016) jumlah kasus penderita DM yaitu tahun
2014 2.243 jiwa, tahun 2015 1.287 jiwa, tahun 2016 mencapai 1.145 jiwa.
Dengan jumlah terbanyak terdapat di Puskesmas Karang Pule Kota Mataram
dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus sebesar 382 jiwa, dan tahun 2015
sebanyak 137 jiwa (Dikes Kota Mataram, 2016).
Sedangkan menurut data Puskesmas Karang Pule Tahun 2017 mencatat
jumlah kunjungan pasien DM 6 bulan terakhir sejumlah 1.314 jiwa (Puskesmas
Karang Pule, 2017). Pasien DM berpotensi akan mengalami gangguan citra
tubuh karena komplikasi penyakit DM itu adalah Ulkus Diabetikum. Ulkus
Diabetikum adalah luka yang muncul dan berkembang akibat gangguan saraf
tepi, kerusakan stuktur tulang kaki, serta penebalan dan penyempitan pembuluh
darah. Pasien juga mengeluhkan mati rasa pada kakinya, sehingga kebanyakan
pasien tidak sadar. Pasien DM khususnya DM tipe 2 kebanyakan juga akan
menderita neuropati perifer diabetik yaitu gangguan saraf akibat diabetes, yang
ditandai dengan kesemutan, nyeri, atau mati rasa. Meski dapat terjadi pada saraf
di bagian tubuh manapun, neuropati diabetik lebih sering menyerang saraf di
kaki. Maka pentingnya peran petugas kesehatan untuk melakukan promosi
MIFTAH FADHILLAH ZAGLUL
171211345
3B S1 KEPERAWATAN
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pengetahuan kesehatan dengan kualitas hidup pasien DM?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pengetahuan kesehatan terhadap kualitas hidup
pasien DM.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui seberapa paham pasien tentang penyakit DM.
2. Mengetahui seberapa bagus kualitas hidup pasien DM.
3. Mengetahui perkembangan pengetahuan kesehatan pasien
terhadap penyakitnya berbanding lurus dengan kualitas hidupnya.
D. Manfaat Penelitian
Bagi pelayan keperawatan
Sebagai sarana untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien
DM.
Bagi institusi pendidikan
Untuk memberikan diskripsi singkat tentang pengaruh pengetahuan
kesehatan terhadap kualitas hidup pasien DM kedepannya.
Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini akan memberikan pengalaman baru bagi peneliti serta
menambah wawasan baru tentang pengaruh pegetahuan kesehatan
terhadap kualitas hidup pasien DM.
MIFTAH FADHILLAH ZAGLUL
171211345
3B S1 KEPERAWATAN
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
MIFTAH FADHILLAH ZAGLUL
171211345
3B S1 KEPERAWATAN
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,lemak dan
protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). DM terkadang di
rujuk sebagai gula tertinggi baik oleh klien maupun penyedia layanan kesehatan.
Hubungan gula dan DM adalah sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang
mengandung gula ciri dari DM yang tidak terkontrol. Diabetes melitus telah
menjadi sebuah epidemi di amerika serikay dengan 21 juta orang memiliki penyakit
DM sekitar 15 juta orang terdiagnosis DM selain itu jumlah yanh tidak terdiagnosis
yang diperkirakan hampir 6 juta. Sebagai masalah kesehatan masyarakat yang
signifikan, DM merupakan penyebab utama ke-6 kematian di amerika serikat.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran
berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin
dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar
glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat
cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan
hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda.
Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa
melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.
2.3 Klasifikasi DM
Diabetes melitus diklasifikasikan sebagai salah satu dari empat ciri status klinis
berbeda tipe 1, tipe 2, gestasional atau DM tipe spesifik lainnya. diabetes melitus
tipe 1 merupakan hasil destruksi autoimun sel beta, mengarah kepada defisiensi
insulin absolut. DM tipe 2 adalah akibat dari defek sekresi insulin progresif diikuti
dengan resistansi insulin, umumnya berhubungan dengan obesitas. DM gestasional
adalah DM yang didiagnosis selama hamil. DM tipe lain mungkin sebagai akibat
dari defek genetik fungsi sel beta, penyakit pankreas atau penyakit yang diinduksi
oleh obat-obatan. National diabetes data group (NDDG) pada 1979
mengembangkan kriteria untuk klasifikasi dan diagnosis DM. Pada tahun 1997 dan
2003 komite ahli diagnosis dan klasifikasi DM mengusulkan perubahan terhadap
NDDG. Perubahan tersebut didukung oleh american diabetes association (ADA)
and the national.
DM mungkin juga akibat dari gangguan-gangguan lain atau pengobatan. Defek
genetik pada sel beta dapat mengarah perkembangan DM. Beberapa hormon seperti
hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin merupakan antagonis atau
menghambat insulin. Jumlah kelebihan dari hormon-hormon ini seperti pada
akromegali, sindrom cushing, glukagonoma menyebabkan DM. Selain itu obat-
obatan tertentu mungkin menyebabkan DM. Tipe DM sekunder tersebut terhitung
1-2% dari semua kasus DM tardiagnosis. DM gestasional merupakan disagnosis
DM yang menerapkan untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan
MIFTAH FADHILLAH ZAGLUL
171211345
3B S1 KEPERAWATAN
2.5 Patofisiologi
Diabetes Melitus tipe 1
DM tipe 1 tudak berkembang pada semua orang yang mempunyai
predisposisi genetik. Pada mereka yang memiliki indikasi risiko penanda gen
(DR3 dan DR4 HLA), DM terjadi kurang dari 1%. Lingkungan telah lama
dicurigai sebagai pemicu DM tipe 1. Insiden meningkat,baik pada musim semi
maupun gugur,dan onset sering bersamaan dengan epidemik berbagai penyakit
virus. Autoimunaktif langsung menyerang sel beta pangkreas dan produknya.
ICA dan antibodi insulin secara progresif menurunkan keefektifan kadar
sirkulasi insulin.
Hal ini secara pelan-pelan terus menyerang sel beta dan molekul insulin
endogen sehingga menimbulkan onset mendadak DM. Hiperglikemia dapat
timbul akibat dari penyakit akut atau stres,dimana meningkatkan kebutuhan
insulinmelebihi cadangan dari kerusakan massa sel beta. Ketika penyakit akut
atau stres terobati,klien dapat kembali kepada status terkompensasi dengan
durasi yang berbeda. Beda dimana pangkreas kembali mengatur produksi
sejumlah insulin secara adekuat.
- Kebutaan
- Hipertensi
- Kadar LDL menurun
- Kulit pecah dan kering
- Gastro paresis
Kadar GD Puasa:
III. Plasma vena <110 110 –125 > 226
IV. Darah kapiler < 90 90 – 109 > 110
2.8 Penatalaksanaan
MIFTAH FADHILLAH ZAGLUL
171211345
3B S1 KEPERAWATAN
- Edukasi
- Terapi gizi
- Latihan jasmani
- Monitoring keton dan gula darah
- Insulin
- Dialisis transplatansi
- Terapi laser
- Anti hipertensi
- Transplatansi sel di pangkreas
- Perawatan kaki
2.9 Komplikasi
- Hipoglikemia
- Ketoa sidosis diabetik / DKA
- Neuropati
- Ulkus/ganggren
DAFTAR PUSTAKA
MIFTAH FADHILLAH ZAGLUL
171211345
3B S1 KEPERAWATAN
Black J.M., Hawks J.H (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk
hasil yang Diharapkan (2-vol set).Edisi Bahasa Indonesia 8, singapore: Elsevier (S) Pte
Ltd.
Kurniadi, Helmanu & Nurrahmani, Ulfa. (2015). Stop! Diabetes Hipertensi Kolesterol
Tinggi Jantung Koroner. Yogyakarta:Istana Media.