Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KOMPLEMENTER II

“ULKUS DIABETIKUM”

Kelompok : 3
Disusun Oleh :
Septianti Eka Putri 09170000045
Hilman Fajar 09170000047
Deni Khoirul Ikhsan 09170000048
Namira Riyanto Putri 09170000051
Alfitriyani 09170000054
Diana Indah Sari 09170000056
Desvita Anasyah 09170000058
Dewi Arianti 09170000059
Evi Tri Wahyuni 09170000062
Mutiara 09170000064
Sandra Dewi Saraswati 09170000070
Adi Wardana 09170000075
Aprillia Komala Sari 09170000077
Dwi Dian Nitami 09170000078
Balqies Ariana 09170000079
Simion Bora Bolu 09170000083
Ainna Suryo Pranoto 09170000084
Firdanty Purwita Sari 09170000098
Putri Wahyu Wulandari 09170000103
Ardiansyah Zulfika R 09170000104

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER 5B
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan YME. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Komplementer II di semester 5B
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi Keperawatan


Komplementer II yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk
mengerjakan tugas makalah ini, sehingga kami menjadi lebih mengerti dan
memahami tentang materi Ulkus Diabetikum. Tak lupa kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam


makalah ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi perbaikan
makalah ini kedepan. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 30 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Definisi Ulkus Diabetikum........................................................................3
2.2. Etiologi Ulkus Diabetikum........................................................................3
2.3. Klasifikasi Ulkus Diabetikum...................................................................4
2.4. Tanda dan Gejala Ulkus Diabetikum........................................................5
2.5. Pathway Ulkus Diabetikum.......................................................................6
2.6. Managemen Perawatan Luka Diabetic......................................................6
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
3.1. Kesimpulan..............................................................................................12
3.2. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Luka diabetes melitus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau
selaput lendir yang proses timbulnya dimulai dari cedera jaringan lunak kaki,
pembentukan fisura antara jari-jari kaki/didaerah kulit yang kering/pembentukan
sebuah kalus. Ulkus dapat berkembang menjadi kematian jaringan, yang apabila
tidak ditangani dengan baik secara intensif dapat menyebabkan gangren, yang
pada pende[ CITATION Puj12 \l 1057 ] rita diabetes melitus disebut dengan gangren
diabetik (Smeltzer and Bare, 2002).
Gangren diabetik merupakan suatu komplikasi yang ditimbulkan akibat
infeksi atau suatu proses peradangan luka pada tahap lanjut yang disebabkan
karena perubahan degeneratif atau perawatan yang kurang intensif, yang dikaitkan
dengan penyakit diabetes melitus. Infeksi pada kaki diabetes dapat terjadi pada
kulit, otot dan tulang yang umumnya dapat disebabkan oleh kerusakan dari
pembuluh darah, syaraf dan menurunnya aliran darah kedaerah luka (Erman,
1998).
Luka diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis, berbagai
perubahan kesehatan dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikologis.
Masalah fisik misalnya pasien kelelahan, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh dan pandangan yang kabur (Brunner & Suddarth, 2002). Stres
psikologis dapat timbul ketika seseorang terdiagnosa mengalami luka diabetes
melitus yang ditandai oleh ketidakseimbangan fisik, sosial dan psikologis dan hal
ini berlanjut menjadi perasaan gelisah, takut, cemas bahkan depresi yang akhirnya
dapat memperberat keadaan sakitnya (Maramis, 2006).
Di Indonesia menurut terdapat 1785 penderita DM yang mengalami
komplikasi neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler
(16%), mikrovaskuler (6%), luka kaki diabetik (15%) (Purwanti, 2013).
Banyaknya komplikasi yang ditimbulkan, maka tindakan pencegahan yang dapat

1
dilakukan oleh penderita DM untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu
dengan

2
3

melakukan kontrol kadar gula darah secara rutin, patuh dalam diit rendah gula,
pemeriksaan rutin gula darah, latihan jasmani, konsumsi obat anti diabetik, dan
perawatan kaki diabetik yang penting dilakukan oleh penderita diabetes mellitus
(Arisman,2011).
Munculnya luka pada kaki diabetik ditandai dengan adanya luka terbuka
pada permukaan kulit sehingga mengakibatkan infeksi sebagai akibat dari
masuknya kuman atau bakteri pada permukaan luka. Banyak faktor yang
mempengaruhi timbulnya luka kaki diabetik yang meliputi, riwayat DM ≥10
tahun, laki-laki perokok aktif, kadar glukosa darah yang tidak terkontrol,
gangguan penglihatan yang dapat berpengaruh pada kemampuan melakukan
perawatan kaki, polineuropati, trauma kaki (lecet), kekurangan latihan fisik,
pengetahuan tentang penyakit DM yang kurang, tidak maksimalnya kepatuhan
dalam pencegahan luka, kadar kolesterol ≥200mg/dl, kadar HDL ≤45mg/dl,
ketidak patuhan diit rendah gula, perawatan kaki yang tidak teratur, penggunaan
alas kaki yang tidak tepat, hal-hal tersebut dapat menjadi faktor pemicu timbunya
luka sebesar 99,9% dari kasus yang ditimbulkan (Hartini, 2009).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Ulkus Diabetikum?
2. Apa Etiologi Ulkus Diabetikum?
3. Apa Klasifikasi Ulkus Diabetikum?
4. Apa Tanda dan Gejala Ulkus Diabetikum?
5. Apa Pathway Ulkus Diabetikum?
6. Bagaimana Managemen Perawatan Luka Diabetic?

1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Ulkus Diabetikum.
2. Untuk Mengetahui Etiologi Ulkus Diabetikum.
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Ulkus Diabetikum.
4. Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala Ulkus Diabetikum.
5. Untuk Mengetahui Pathway Ulkus Diabetikum.
6. Untuk Mengetahui Managemen Perawatan Luka Diabetic.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Definisi Ulkus Diabetikum
Luka diabetes (diabetic ulcers) sering kali disebut diabetes foot ulcers,
luka neuropati, luka diabetic neuropath (Maryunani, 2013).

Luka diabetes adalah luka yang terjadi pada kaki penderita diabetes,
dimana terdapat kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes mellitus yang tidak
terkendali. Kelainan kaki diabetes mellitus dapat disebabkan adanya gangguan
pembuluh darah, gangguan persyarafan dan adanya infeksi (Tambunan, 2007).

Luka diabetes merupakan kejadian luka yang tersering pada penderita


diabetes, dimana neuropati menyebabkan hilang rasa pada kondisi terpotong kaki,
blister/bullae atau kalus yang di ikuti dengan penurunan sirkulasi juga penyakit
mikrovaskuler (black, 1998).

Luka diabetes dengan gangrene didefinisikan sebagai jaringan nekrosis


atau jaringan mati yang disebabkan oleh karena adanya emboli darah besar arteri
pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti, Dapat terjadi sebagai akibat
proses inflamasi yang memenjang, perlukaan ( gigit serangga, kecelakaan kerja/
terbakar), proses degenerative (arteriosklorosis ) / gangguan metabolik (diabetes
melitus). (Taber, 1990 dalam maryunani, 2013).

2.2. Etiologi Ulkus Diabetikum


1. Diabetik Neuropati
Diabetik Neuropati merupakan manifestasi dari diabetes mellitus yang dapat
menyebabkan terjadinya luka diabetes. Pada kondisi ini sistem saraf yang
terlibat adalah saraf sensori, motorik, dan otonom, neuropati perifer pada
penyakit diabetes melitus dapat menimbulkan kerusakan pada serabut motorik,
sensoris, dan autonom.

4
5

2. Pheriperal Vasucular Diseases


Pada Pheriperal Vasucular Diseases terjadi karena adanya arteriosklerosis dan
ateoklerosis. Pada arteriosklerosis terjadi penurunan elastisitas dinding arteri,
sedangkan pada aterosklerosis terjadi akumulasi “plaques” pada dinding arteri
berupa: kolesterol, lemak, sel-sel otot halus, monosit, fagosit, dan kalsium.
Faktor yang mengkontribusi antara lain perokok, diabetes, dan hipertensi.
3. Trauma
Penurunan sensasi nyeri pada kaki dapat menyebabkan tidak disadarinya
trauma akibat pemakaian alas kaki. Trauma yang kecil atau trauma yang
berulang, seperti pemakaian sepatu yang sempit menyebabkan tekanan yang
berkepanjangan dapat menyebabkan ulserasi pada kaki.
4. Infeksi
Infeksi adalah keluhan yang sering terjadi pada pasien diabetes melitus, infeksi
biasanya terdiri dari polimikroba. Hiperglikemia merusak respon immunologi,
hal ini menyebabkan leukosit gagal melawan patogen yang masuk, selain itu
iskemia menyebabkan penurunan suplai darah yang menyebabkan antibiotik
juga efektif sampai pada luka.

2.3. Klasifikasi Ulkus Diabetikum


Ada beberapa klasifikasi derajat ulkus kaki diabetik yang dikenal
saat ini seperti: klasifikasi wagner, university if texas wound classification
system (UT), PEDIS (perkfussion, extent/size, depth/tissue loss, infection,
sensation). Klasifikasi wagner banyak di pakai secara luas,
menggambarkan derajat luas dan berat ulkus namun tidak menggambarkan
keadaan iskemia dan pengobatan.
Kriteria diagnosa infeksi pada ulkus kaki diabetik bisa terdapat dua atau lebih
tanda-tanda berikut:
Bengkak, indurasi, eritemasekitar, lesi, nyeri lokal, teraba hangat lokal, adanya
pus (Bernard, 2007: Lipsky dkk., 2012)
6

Infeksi dibagi dalam infeksi ringan (superficial, ukuran dan dalam


terbatas), sedang (lebih dalam dan luas), berat (disertai tanda-tanda
sistemik atau gangguan metabolik) termasuk dalam infeksi berat seperti
gas gangren, selulitis asenden, terdapat sindroma atau instabilitas
metabolik yang mengancam kaki dan jiwa pasien (Zgonis dkk., 2008)

Klasifikasi wagner (dikutip dari Oyibo dkk., 2001)

- Grade 0 : tidak ada ulkus pada penderita kaki resiko tinggi


- Grade I : ulkus superfisial terlokalisir
- Grade II : ulkus lebih dalam, mengenai tendon otot dan sendi
- Grade III : ulkus lebih dalam sudah mengenai tulang
- Grade IV : gangren jari kaki atau kaki bagian distal
- Grade V : gangren seluruh kaki

2.4. Tanda dan Gejala Ulkus Diabetikum


1. Kesulitan berjalan
2. Perubahan warna kaki
3. Kulit kemerahan
4. Pembengkakan
5. Demam
6. Keluarnya cairan berbau busuk
7. Nyeri
8. Bisul
9. Luka terbuka
10. Ada nanah di daerah luka
11. Rasa nyeri pada daerah luka
12. Ukuran luka yang bertambah luas
13. Pembengkakan pada kaki
14. Pembuluh darah membesar
15. Sakit ringan atau berat pada kaki
7

2.5. Pathway Ulkus Diabetikum

Penyakit DM

Penumpukan kadar
Glukosa yang berlebih
glukosa pada sel
Hiperglikemi tidak akan termetabolisasi
jaringan tertentu dan
habis secara normal
dapat mentransport
melalui glikosis
glukosa tanpa insulin

Sebagian glukosa yang


Sorbitol akan tertumpuk tersisa dengan
dalam sel/ jaringan tersebut perantaraaan enzim aldose
menyebabkan kerusakan dan reduktase akan di ubah
perubahan fungsi menjadi sorbitol

2.6. Managemen Perawatan Luka Diabetic


1. Pencucian Luka

Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan


luka yang bersih, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolic tubuh
pada cairan luka. Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki, dan
mempercepat proses penyembuhan luka dan menghindari kemungkinan
terjadinya infeksi. Pencucian luka merupakan aspek yang paling penting
mendasar dalam manajemen luka. Merupakan basis untuk proses
penyembuhan luka yang baik, karena luka akan sembuh dengan baik jika
luka dalam kondisi bersih.
Teknik pencucian pada luka antara lain dengan swabbing,
scrubbing, showering, hydrotherapi, whirlpool, dan bathing.
8

Mencuci dengan teknik swabbing dan scrubbing tidak terlalu


dianjurkan pada pencucian luka, karena dapat menyebabkan trauma pada
jaringan granulasi dan epithelium, juga membuat bakteri terdistribusi
bukan mengangkat bakteri. pada saat scrubbing atau menggosok dapat
menyebabkan luka menjadi terluka sehingga dapat meningkatkan
inflamasi ( persisten inflamasi). teknik showering (irigasi), whirpool, dan
bathing adalah teknik yang paling sering digunakan dan banyak riset yang
mendukung teknik ini. keuntungan dari teknik ini adalah dengan teknik
tekanan yang cukup dapat mengangkat bakteri yang terkolonisasi,
mengurangi terjadinya trauma dan mencegah terjadinya infeksi silang serta
tidak menyebabkan luka mengalami trauma.

2. Debridement

Nekrotik adalah perubahan morfologi yang diindikasi kan oleh


adanya sel matiyang disebabkan oleh degradasi enzim secara progresif, ini
merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak.
Jaringan nekrotik dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :

1.1. Eschar yang berwarna hitam, keras, serta dehidrasi  impermeable


dan lengket pada permukaan luka.
2.1. Slough-basah, kuning, berupa cairan dan tidak lengket pada luka.

Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka


dengan menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri.untuk menolong
penyembuhan luka, tindakan debridement sangat dibutuhkan. Debridement
dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti mekanikal, surgical,
enzimatik, autolysis, dan biochemical.
Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan
fisiolofis, Ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam rangka untuk
membersihkan jaringan nekrotik. Debridemen secara enzimatik dilakukan
dengan pemberian enzim eksogen secara topikal pada permukaan lesi.
Enzim tersebut akan menghancurkan residu-residu protein. Contohnya,
kolagenasi akan melisikan kolagen dan elastin. Beberapa jenis
9

debridement yang sering dipakai adalah papin, DNAse dan fibrinolisin.


Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang terkena luka.
Proses ini melibatkan makrofag dan enzim proteolitik endogen yang
secara alami akan melisiskan jaringan nekrotik. Secara sintetis preparat
hidrogel dan hydrocolloid dapat menciptakan kondisi lingkungan yang
optimal bagi fagosit tubuh dan bertindak sebagai agent yang melisiskan
jaringan nekrotik serta memacu proses granulasi. Belatung (Lucilla
serricata)yang disterilkan sering digunakan untuk debridemen biologi.
Belatung menghasilkan enzim yang dapat menghancurkan jaringan
nekrotik. Debridemen bedah merupakan jenis debridemen yang paling
cepat dan efisien.
Tujuan debridemen bedah adalah untuk:

a. Mengevakuasi bakteri kontaminasi,


b. Mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat
penyembuhan,
c. Menghilangkan jaringan kalus,
d. Mengurangi risiko infeksi lokal.

Cara yang paling efektif dalam membuat dasar luka yang baik
adalah dengan metode autolysis debridement. Autolysis debridement
adalah suatu cara peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh tubuh
sendiri dengan syarat utama lingkungan luka harus dalam keadaan lembab.
Pada keadaan lembab, proteolytic enzim secara selektif akan melepas
jaringan nekrosis dari tubuh. Pada keadaan melunak jaringan nekrosis
akan mudah lepas dengan sendirinya ataupun dibantu dengan surgical atau
mechanical debridement. Tindakan debridement lain yang biasa digunakan
adalah dengan cara biomechanical menggunakan magots atau larva. Larva
akan dengan sendirinya secara selektif memakan jaringan nekrosis
sehingga dasar luka menjadi merah.

3. Dressing
10

Memilih balutan merupakan suatu kebutuhan suatu keputusan yang


harus dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jaringan integument.
Berhasil tidaknya luka membaik, tergantung pada kemampuan perawat
dalam memilih balutan yang tepat, efektif dan efisien.
Tujuan Memilih Balutan
a. Balutan dapat mengontrol kejadian infeksi /melindungi luka dari
trauma dan invasi bakteri
b. Mampu Mempertahankan Kelembaban’
c. Mempercepat Prosespenyembuhan Luka,
d. Absorbs Cairan Luka
e. Nyaman Digunakan,Steril Dan Cost Effective.
Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan
metode moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan
lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol,
menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket dengan
bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeable terhadap gas.
Tindakan dressing merupakan salah satu komponen penting dalam
mempercepat penyembuhan lesi.
Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan suasana dalam
keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma dan risiko
operasi.Berikut ini akan dikenalkan beberapa jenis bahan  topical terapi
yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan perawatan luka diabetic,
diantaranya adalah calcium alginate, hydrokoloid, hydroaktif gel,
metcovazin, gamgee, polyurethane foam, silver dressing.
a. Calcium Alginate

Berasal dari rumput laut, dapat berubah menjadi gel jika


bercampur dengan luka. Berupa jenis balutan yang dapat menyerap
jumlah cairan luka yang berlebihan. Dan keunggulannya adalah
kemampuannya menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi
perdarahan minorserta barier terjadi kontaminasi oleh psedomonas.

b. Hydrokoloid
11

Jenis topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankanluka


dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma, dan menghindari
dari resiko infeksi, mampumenyerap eksudat minimal. Baik digunakan
pada luka yang berwarna merah, abses tau luka yang terinfeksi.
Bentuknya adaberupa lembaran tipis serta pasta. Keunggulannya
adalah berbentuk lembaran, tidak memerlukan balutan lain diatasnya
sebagai penutup, cukup ditempel dan ganti jika sudah bocor.
Contoh Hydrokoloid :
 Hydroaktif gel

Jenis topikal terapi yang mampu melakukan peluruhan


jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri. Banyak mengandung air, akan
membuat suasana luka yang kering karena jaringan nekrosis
menjadi lembab. Air yang berbentuk gel akan masuk kesela-sela
jaringan yang mati dan kemudian akan menggembung jaringan
nekrosis seperti lebam mayat yang kemudian akan memisahkan
antara jaringan yang sehat dan jaringan mati. Pada keadaan lunak
inilah biasanya akan lebih mudah melakukan surgical debridemang
atau biarkan tubuh sendiri yang melakukannya.

 Polyurethane Foam

Jenis balutan dengan daya serap yang tinggi, sehingga


sering digunakan pada keadaan luka yang cukup banyak
mengeluarkan eksudat/cairan tang berlebihan dan pada dasar luka
yang berwarna merajh sajka. Kemampuannya menampung cairan
dapat memperpanjang waktu penggantian balutan. Selain itu
balutan ini juga tidak memerlukan balutan tambahan, langsung
dapat ditempel pada luka, dan membuat dasar luka menjadi rata,
terutama pada hypergranulasi

 Gamgee, balutan anti mikrobial dan pengikat bakteri

Gamgee adalah jenis topikal terapi berupa tumpukan bahan


balutan yang tebal dengan daya serap cukup tinggi dan diklaim jika
12

bercampur dengan cairan luka dapat mengikat bakteri.palingh


sering digunakan sebagain balutan tambahan setelah balutan utama
yang menempel pada luka. Beberapa balutan pada jenis ini ada
yang mengandung antimikrobial dan hydrophobic atau mengikat
bakteri.

 Metcovazin

Jenis topical terapi dengan paten wocare klinik. Sangat


mudah digunakan karena hanya tinggal mengoles saja. Bentuk
salep, berwarna putih dan kemasan. Berfungsi untuk support
autolisis debridement (meluruhkan jaringan nekrosis /
mempersiapkan dasar luka berwarna merah) menghindari trauma
saat membuka balutan, mengurangi bau tidak sedap,
mempertahankan suasana lembab dan suport granulasi.
Keunggulannya dapat digunakan untuk semua warna dasar luka
dan mempersiapkan dasar luka menjadi sehat.

 Silver dressing

Kondisi infeksi yang ssulit ditangani, luka mengalami fase


statis, dasar luka menebal seperti membentuk agar-agar atau yang
dikenal dengan biofilm, penggunaan silver dressing merupakan
pilihan paling tepat. Pada keadaan ini luka mengalami sakit yang
berat, eksudat dapat menjadi purulen dan mengeluarkan bau yang
tidak sedap. Dressing ini digunakan dalam jumlah pemakaian 4 x
ganti balutan dimana silver menempel pada luka sekurangnya 5-7
hari saja. dengan daya.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ulkus Diabetikum merupakanmerupakan komplikasi kronik dari Diabetes
Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita
Diabetes. Ulkus Diabetikum disebabkan oleh banyak faktor, termasuk deformitas,
neuropati sensori, kondisi kulit yang tidak sehat dan infeksi. Ulkus
Diabetikum diawali dengan infeksi superficial pada kulit penderita. Kadar glukosa
darah yang tinggi menjadi tempat strategis perkembangan bakteri.

3.2. Saran
Penderita DM memiliki lebih banyak faktor resiko untuk mempercepat meluasnya
luka dan lamanya penyambuhan luka. Oleh karena itu penanganan ulkus pada
klien diabetes harus dilakukan secara cepat dan tepat, untuk mengurangi
angka morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Klien DM juga
harus meperhatikan dalam hal nutrisi, latihan fisik yang tepat, serta alas kaki yang
baik untuk mencegah terjadinya luka. Jika pada penderita DM terdapat luka kecil
di kaki segera bawa ke pelayanan kesehatan untuk mencegah meluasnya luka.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Dansinger, M. (2017). High Blood Sugar and Diabetes. Diambil kembali dari Webmd.com

Fields, L. (2015). Diabetes and Wound : Caring for Sores. Diambil kembali dari
Webmd.com

JB, R. (2016). Diabetes Care : Standards of medical care in diabetes. Diambil kembali dari
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26696680.

Kim, S. (2016). Diabetic Foot Pain And Ulcers : Causes and Treatment. Diambil kembali
dari Healthline.com

Noordiani. (2013). Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes
Mellitus di Kalimantan Selatan.

Pujingsih. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Kaki Diabeetik


Non Ulkus terhadap Kemampuan Diabetisi dalam Melakukan Perawatan Kaki di
wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan.

Purwanti. (2013). Analisis Faktor Resiko Terjadinya Ulkus Kaki pada Pasien Diabetes di
RSUD DR Moewardi.

Smeltzer, B. &. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 8
vol.3. Jakarta: EGC.

Thompson, G. (t.thn.). Diabetic Foot Ulcer. Diambil kembali dari Webmd.com

Anda mungkin juga menyukai