Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Perawat akan melakukan pembahasan dalam BAB ini. Setelah perawat melakukan asuhan
keperawatan keluarga pada keluarga Tn.U dengan tahap tumbuh kembang keluarga dengan
lansia di RT06 RW012, Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat.
Perawat menemukan beberapa kesenjangan setelah membandingkan antara teori dengan
kasus yang ditemukan. Keluarga Tn.U adalah keluarga dengan tahap perkembangan
kedelapan yakni lansia.

A. Pengkajian keperawatan
Perawat menjalin kerja sama dan membina hubungan saling percaya dengan menjelaskan
maksud dan tujuan kunjungan serta menyampaikan minat membantu keluarga untuk
memecahkan masalah-masalah kesehatan yang ada pada keluarga Tn.U. Perawat
mengumpulkan data dengan menggunakan format pengkajian keluarga sesuai dengan
lingkup data yang hendak dikaji dan perawat menggunakan tehnik observasi langsung,
pemeriksaan fisik dan wawancara langsung dengan keluarga. Dalam hal ini anggota
keluarga yang diwawancarai adalah Tn.U dan Ny.C Perawat menghubungkan dengan
tugas perkembangan keluarga yang harus dicapai pada tahap lansia ini menurut Friedman
(2013) yaitu:
1. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan merubah cara hidup
Tugas perkembangan pada tahap ini sudah tercapai pada keluarga Tn.U hal ini
dikarenakan KK sudah memiliki rumah pribadi. KK memenceritakan dan mengucap
syukur karena dimasa tuanya ini sudah tidak menanggung biaya kehidupan anak–
anaknya lagi, kedua anaknya sudah mandiri bahkan dapat memberikan bantuan
keuangan tambahan secara suka rela. KK memiliki kartu kesehatan BPJS kelas 3,
dimana iurannya ditanggung oleh pemerintah.
2. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian
Tugas perkembangan keluarga ini sudah dilewati dimana suami KK sudah meninggal
dunia 20 tahun yang lalu KK menyadari bahwa kematian merupakan bagian dari
proses kehidupan yang normal yang akan terjadi terhadap pasangan, teman dekat
maupun dirinya sendiri. KK sudah siap jika sewaktu–waktu dipanggil oleh Yang Maha
Kuasa, KK tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan dan antar generasi
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini sudah tercapai yang ditandai dengan
hubungan silaturahmi dengan keluarga masih terjalin dengan baik. Anak pertama
tinggal tidak jauh dari rumah KK dan anak keduanya tinggal bersama KK, sehingga
baik anak maupun cucunya sering berkunjung ke rumah KK. KK setiap hari membantu
anak pertamanya memasak makanan yang dijual di depan rumah KK.
4. Melakukan life review masa lalu
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini sudah tercapai yang ditandai dengan
masih mampunya KK dan AK untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari secara
mandiri dan mensyukuri hidupnya di masa tua sekarang ini. KK dapat lebih
memfokuskan diri untuk lebih banyak beribadah. Kedua anak mereka sudah dapat
mandiri dan memenuhi kebutuhannya masing–masing, cucu KK suka datang untuk
menginap di rumah KK. KK merasa dihormati dan dihargai oleh anak maupun
cucunya.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada keluarga Tn.U maka masalah yang
timbul disebabkan karena keluarga belum melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga yaitu,
mengenal masalah kesehatan yang terjadi dalam keluarga, mengambil keputusan yang tepat,
merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan yang sehat serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Masalah yang timbul sebagai prioritas saat ini
adalah Gangguan perfusi jaringan serebral pada Keluarga Tn.U terutama pada KK dengan
riwayat Hipertensi. Masalah ini timbul karena KK tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi
secara teratur, tidak rutin kontrol ke pelayanan kesehatan, tidak pernah berolahraga. KK
maupun AK kurang memahami cara perawatan mengatasi masalah kesehatan Hipertensi. KK
mengatakan setiap hari memasakkan makanan untuk di rumah, masakan yang dibuat tidak
pernah dibedakan ukuran garamnya, baik untuk KK maupun AK takaran garamnya sama.
Menurut teori proses penuaan pada sistem pengideraan yakni pengecapan pada lansia akan
mengalami penurunan terutama rasa asin dan manis, tidak memeriksakan kesehatan secara
rutin ke puskesmas. Selain itu juga keluarga belum mengerti dan belum mampu melakukan
perawatan terhadap penyakit osteoporosis.
Perawat tidak menemukan hambatan yang berarti dalam melakukan pengkajian karena
perawat awal pertemuan melakukan bina trust terlebih dahulu dengan keluarga Tn.U
sehingga keluarga dapat kooperatif memberikan data-data sesuai yang perawat harapkan dan
pengkajian yang dilakukan berdasarkan format pengkajian keluarga berdasarkan teori yang
perawat dapatkan.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga dibuat berdasarkan data-data yang dikumpulkan dan
dianalisa. Struktur diagnosa keperawatan terdiri dari atas problem atau masalah dan
symptoms atau tanda dan gejala. Pada diagnosa keperawatan keluarga ada tiga tipologi
masalah kesehatan keluarga yaitu aktual, resiko, potensial. Diagnosa ini dirumuskan
berdasarkan hasil pengkajian yang dianalisa oleh perawat. Perawat menemukan 3 diagnosa
keperawatan pada keluarga Tn.U yang kemudian dilakukan penetapan prioritas diagnosa
keperawatan keluarga dengan skoring menggunakan rumus Baylon. Perawat
mengaitkannya dengan empat kriteria, yaitu sifat masalah, kemungkinan untuk diubah,
potensial masalah untuk dicegah, dan menonjol masalah. Adapun diagnosa dan skoring
nilainya yakni;
1. Gangguan perfusi jaringan serebral pada Keluarga Tn.U terutama pada KK dengan
riwayat Hipertensi dengan skor 4.
2. Resiko cedera pada Keluarga Tn.U terutama pada KK dengan riwayat osteoporosis
dengan skor 3 1/3.
3. Perilaku hidup tidak sehat (meroko) pada keluarga Tn.U terutama AK dengan riwayat
merokok ± 1 bungkus/hari dengan skor 2 1/3.
Perawat tidak menemukan hambatan dalam penetapan diagnosa keperawatan maupun
penetapan prioritas karena perawat melakukannya berdasarkan teori yang perawat dapat
dan berdasarkan hasil analisa data yang perawat dapatkan sebagai factor pendukung
perawat dalam menegakkan diagnosa dan menetapkan prioritas.

C. Perencanaan keperawatan
Perencanaan yang perawat susun berdasarkan dari 3 diagnosa prioritas. Perawat menyusun
tujuan umum, mengacu pada kasus dengan waktu 7 minggu. Penetapan tujuan khusus
pada kasus keluarga Tn.U mengacu pada lima tugas perawatan keluarga yakni mengenal
masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Perawat berencana untuk melakukan
penyuluhan kesehatan, agar pengetahuan keluarga bertambah, sikap keluarga mau
melakukan apa yang telah disulu serta dapat melakukannya secara mandiri.

Evaluasi kriteria disusun berdasarkan pencapaian yang perawat inginkan, yaitu pada
tujuan khusus pertama perawat menginginkan kriteria respon verbal. Karena perawat
ingin mengetahui sejauh mana keluarga memahami apa yang perawat sampaikan dalam
penyuluhan yang telah dilakukan, mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala
hipertensi. Pada tujuan khusus kedua, perawat menetapkan kriteria respon verbal karena
perawat ingin mengetahui sejauh mana keluarga memahami tentang akibat lanjut dari
masing-masing masalah kesehatan yang dihadapi sehingga keluarga dapat memutuskan
untuk merawat anggota keluarga yang sakit; hipertensi, osteoporosis. Pada tujuan khusus
keempat, perawat membuat kriteria yaitu respon verbal, psikomotor. Respon psikimotor
dapat dievaluasi saat keluarga dapat menciptakan lingkungan yang baik untuk penderita
penyakit hipertensi, osteoporosis. Pada tujuan khusus kelima perawat metetapkan kriteria
respon verbal, psikomotor. Respon psikomotor dapat dievaluasi dengan keluarga
mengunjungi fasilitas kesehatan secara teratur dan dibuktikan dengan adanya kartu
berobat atau obat yang diminum. Perencanaan yang perawat susun berdasarkan
supplemental, fasilitatif, dan tahap perkembangan keluarga. Perencanaan yang dilakukan
yaitu kaji pengetahuan keluarga, diskusikan dan jelaskan pada keluarga untuk mengetahui
pemahaman keluarga dan memberikan reinforcement positif atas upaya yang dilakukan
oleh keluarga. Rencana tindakan yang disusun disesuaikan berdasarkan sumber dana dan
sumber daya yang ada pada keluarga.

Hambatan yang perawat temui yakni perawat memiliki keterbatasan waktu sehingga tidak
menetapkan rencana keperawatan terhadap masalah kesehatan yang ketiga yakni Perilaku
hidup tidak sehat (meroko) pada keluarga Tn.U terutama AK dengan riwayat merokok ± 1
bungkus/hari. Hal ini juga disebabkan karena Tn.U sulit ditemui karean pekerjaannya.

D. Tindakan keperawatan
Pada tujuan khusus pertama perawat melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun sebelumnya. Perawat menggali pengetahuan keluarga tentang pengertian,
penyebab, dan tanda gejala dari 3 masalah yang ditemukan yakni; hipertensi, osteoporosis
dengan mengunakan leaflet. Kemudian perawat memotivasi keluarga untuk menjawab
pertanyaan dan mencoba mengidentifikasi masalah yang terjadi. Pada tindakan tujuan
khusus kedua, perawat melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah
direncanakan. Sebelumnya perawat menggali pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut
dari hipertensi, osteoporosis lalu mendiskusikan bersama keluarga tentang akibat lanjutnya
sehingga keluarga dapat memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang sakit. Pada
tujuan khusus ketiga, perawat melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah
direncanakan. Perawat dan keluarga mendiskusikan cara perawatan dirumah untuk
penderita hipertensi, osteoporosis. Perawat juga memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali perawatan dirumah dan keluarga melakukannya kembali. Pada tindakan tujuan
khusus keempat perawat melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, perawat menggali
pengetahuan keluarga tentang lingkungan yang baik untuk penderita hipertensi,
osteoporosis. Lalu mendiskusikan serta menjelaskan pada keluarga, kemudian
mengevaluasi dan memotivasi keluarga untuk menjawab dan memberikan reinforcement
positif atas jawaban keluarga dan kemampuan keluarga menciptakan lingkungan yang
baik. Pada tindakan tujuan khusus kelima perawat melakukan tindakan sesuai dengan
rencana yang telah disusun berdasarkan sumber keluarga yang ada. Perawat menggali
pengetahuan keluarga tentang manfaat kunjungan ke pelayanan kesehatan dan keluarga
sudah berobat ke pelayanan kesehatan terdekat dari rumahnya yakni praktek dokter
pribadi, puskesmas johar baru dengan diantar oleh AK.

Perawat tidak menemukan hambatan yang berarti selama melakukan tindakan sesuai
dengan yang direncanakan dan faktor pendukung yang perawat temukan yakni keluarga
kooperatif dengan perawat.

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang perawat gunakan adalah evaluasi formatif dan evaluasi sumatif dengan
metode SOAP ( subjektif, objektif, analisa, planning ). Evaluasi secara keseluruhan semua
tujuan yang telah perawat susun sebelumnya dan telah tercapai. Masalah kesehatan
keluarga yang pertama didapatkan dari evaluasi bahwa keluarga khususnya KK mulai
mengerti dan mampu mengulang kembali apa yang dijelaskan oleh perawat tentang
penyakit hipertensi, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan yang dapat dilakukan, KK
juga telah mampu mengurangi jumlah asupan garam yang boleh dicampurkan dalam
setiap masakan untuk KK maupun AK. Begitu juga dengan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya yakni masalah kesehatan yang kedua
dengan hasil evaluasi KK mulai mengerti dan mampu mengulang kembali apa yang
dijelaskan oleh perawat. Untuk masalah kesehatan keluarga yang kedua tentang resiko
cedera karena riwayat osteoporosis didapatkan evaluasi bahwa keluarga khususnya KK
mulai mengerti dan mampu mengulang kembali apa yang dijelaskan oleh perawat tentang
apa itu osteoporosis, penyebab, tanda dan gejala, cara perawatan yang harus dilakukan
yakni dengan mengkonsumsi vitamin, melakukan latihan aktif agar tidak terjadi kekakuan
sendi serta modifikasi lingkungan yang bersih, lantai tidak licin, pencahayaan terang,
suasana nyaman, tidak ada lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya pasien jatuh,
berjemur di bawah sinar matahari sekitar jam 7–9 pagi untuk membantu proses
pengaktifan vitamin D dalam tubuh. Tindakan-tindakan tersebut dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada secara berangsur-angsur. Untuk masalah kesehatan yang ketiga yaitu
Perilaku hidup tidak sehat (meroko) pada keluarga Tn.U terutama AK dengan riwayat
merokok ± 1 bungkus/hari perawat belum dapat memberikan evaluasi karena Tn.U sibuk
dengan pekerjaannya.

Perawat tidak menemukan hambatan yang berarti dalam melakukan evaluasi ini dan faktor
pendukung yang perawat temukan yakni keluarga sangat kooperatif untuk dilakukan
evaluasi terhadap setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dan evaluasi terhadap
diagnosa keperawatan keluarga yang telah dirumuskan sebelumnya, namun perawat
mengalami keterbatasan waktu untuk Tn.U sehingga Tn.U belum diberikan intervensi dan
tidak dapat di evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai