Anda di halaman 1dari 7

SKENARIO 1

Nyonya N, 20 tahu, seorang sekretaris, merasa kurang berenergi selama setahun terakhir dan
semakin memberat dalam beberapa minggu terakhir, biasanya penderita adalah wanita yang
sangat aktif namun sekarang dia tidak lagi mampu berenang dan bermain tenis seperti biasanya
karena merasa lelah di penghujung hari, dia juga malas makan karena perut terasa cepat kenyang,
tidak didapatkan rambut rontok, tidak didapatkan demam atau nyeri sendi, riwayat keluarga
anemia (+), pasien belum pernah berobat ke dokter, hanya pernah minum obat cina yang
disarankan tetangga tapi keluhan tidak membaik, pasien datang ke poliklinik dengan keluhan
lemas memberat dan terasa sesak, pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, tekanan
darah 90/50 mmHg, nadi 98x/menit, RR 24x/menit, tidak didapatkan suara napas tambahan,
splenomegaly suffner II, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 7,0 g/dl, MCV 88 fl,
MCHC 32 g/dl, Ht 21%, RDW 16%, leukosit 2500/ul, trombosit 100.000/ul, retikulosit 3,4%,
bilirubin indirek 2,6 mg/dl, bilirubin direk 1,0 mg/dl, Fe serum 70 mcg/dl, TIBC 300 mcg/dl.

STEP 1

1. Splenomegaly suffner II : perbesaran spleen (limpa), dibagi per area (1-8)

STEP 2

1. Mengapa pasien saat ini menjadi tidak seenergik dahulu?


2. Hubungan riwayat anemia pada keluarga dengan keluhan pasien saat ini?
3. Apakah riwayat konsumsi obat cina mempengaruhi kondisi pasien saat ini?
4. Mengapa bisa terjadi splenomegaly pada pasien?
5. Interpretasi hasil laboratorium?
6. Kemungkinan diagnosis dari scenario?
7. Tatalaksana?
STEP 3

1. Berhubungan dengan Hb = 7, yang dapat mngindikasikan pasien mengalami anemia.


Mungkin saja pasien sudah mengalami penyakit tertentu yang menyebabkan Hb menjadi
lebih rendah sehingga dapat menyebabkan anemia simptomatik.
Hb rendah dapat menyebabkan turunnya pasokan oksigen dalam darah sehingga pasien
dapat merasa lemah dan sesak.
2. Riwayat anemia pada keluarga pasien dapat meningkatkan resiko terjadinya anemia pada
pasien. Didukung dengan hasil lab dan gejala klinis yang tampak.
Anemia juga dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi suatu zat tertentu ataupun
adanya penyakit yang mendasari
3. Waktu penggunaan obat cina yang dikonsumsi belum diketahui sejak kapan dan
kandungannya apa. Namun jika penggunaan obat memperparah gejala yang dialami pada
pasien anemia, segera bawa ke fasilitas kesehatan. Perlu diketahui juga apakah obat cina
tsb memiliki kandungan toksik atau tidak, karena jika nefrotoksik dapat menyebabkan
gangguan gangguan ginjal sehingga dapat menyebabkan anemia
4. Kemungkinan splenomegaly terjadi karena anemia hemolitik. Lien merupakan RES
sehingga lien digunakan sebagai tempat pemecahan eritrosit. Karena lisis eritrosit yang
berlebihan dapat menyebabkan splenomegaly. Lien juga merupakan tempat untuk
memproduksi leukosit sehingga dengan terjadinya lisis eritrosit yang berlebihan
menyebabkan produksi leukosit yang meningkat pula sehingga dapat terjadi
splenomegaly
Splenomegali dapat menyebabkan tertekannya lambung sehingga pasien cenderung
merasa mudah kenyang (tidak lapar).
5. Hb normal 12-16 g/dl (RENDAH)
Leukosit normal 4000-10000 (RENDAH)
Trombosit normal 150.000-400.000 (umumnya 100.000 masih dapat ditoleransi)
Bilirubin indirek normal 0,6 mg (MENINGKAT)
Bilirubin direk (MENINGKAT)
Retikulosit normal 0,5-1,5% (MENINGKAT)
MCV 88  anemia normositik normokromik (anemia hemolitik)
MCV < 80  anemia mikrositik
MCV > 100  anemia makrositik
Fe serum normal 60-150 mcg/dl (NORMAL)
TIBC normal 300-350 mcg/dl (NORMAL)
6. Kemungkinan diagnosis
- Anemia hemolitik: lemah, splenomegaly, bilirubin indirek meningkat

Kemungkinan diagnosis banding:

- Anemia karena perdarahan akut/kronis


- Anemia aplastic: gangguan produksi sel darah

7. – Transfuse darah hingga hematocrit naik minimal 3 poin, transfuse sesuai dengan
kebutuhan pasien (PRC atau whole blood)
- Atasi kondisi penyerta

STEP 4
Keluhan:
Riwayat anemia
Kurang berenergi, lemas, malas makan,
keluarga (+)
sesak napas

Pem. Fisik:
Laboratorium:
Konjungtiva pucat,
Hb rendah, MCV 88 fl
splenomegali

Diagnosis banding:
Diagnosis kerja:
Anemia perdarahan
Anemia Hemolitik akut/kronis, anemia
aplastik

Tatalaksana
STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Definisi Anemia Hemolitik


2. Etiopatomekanisme Anemia Hemolitik
3. Manifestasi Klinis Anemia Hemolitik
4. Penegakkan Diagnosis Anemia Hemolitik
5. Penatalaksanaan Anemia Hemolitik

SKENARIO 2

Nn. Y, 32 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan mudah lelah bila beraktifitas dan sering
berkungan-kunang sejak 3 bulan terakhir. Dia juga mengeluhkan penurunan berat badan dan
kurang berenergi, kadang ada keringat di malam hari, tetapi tidak ada demam dan batuk, kadang-
kadang terdapat buang air besar berdarah segar, menetes. Tidak ada keluhan nyeri perut atau
muntah hitam. Dia baru saja diterima bekerja di sebuah perusahaan ternama sejak 6 bulan lalu.
Dia sering telat makan karena pekerjaan belum selesai. Sejak 6 bulan terakhir, haidnya tidak
teratur. Sering8-10 hari, dan kadang bisa dua kali dalam sebulan bila sibuk. Riwayat maag (+),
sering minum obat promag. Riwayat TB kelenjar, sudah selesai pengobatan. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan konjungtiva anemis, tidak didapatkan koilonychias, stomatitis angularis juga
negative. Didapatkan hemoroid grade II. Hasil pemeriksaan darah rutin adalah Hb 7,8 g/dl,
leukosit 4.100/mm3, Plt 175.000/mm3, MCV 62 fl, MCH 16 pg/sel, MCHC 29 g/dl, retikulosit
1%, ferritin 15 ug/dl, TIBC 500 mcg/dl.
STEP 1

1. Koiloinikia : spoon nail, kuku tampak cekung dan bergaris-garis


2. Hemoroid grade 2: tonjolan yang keluar dari anus, reversible

STEP 2

1. Apakah penurunan berat badan berhubungan dengan gejala yag dialami saat ini?
2. Apakah riwayat maag dan TB kelenjar dapat menyebabkan gejala yang ada pada pasien
saat ini?
3. Apakah haid yang tidak teratur dapat memengaruhi gejala pada pasien?
4. Interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
5. interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium?
6. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan?
7. Kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding?
8. Terapi yang dapat diberikan?

STEP 3

1. Sering terlambat makan dapat mempengaruhi asupan makanan yang masuk sehingga
dapat mempengaruhi berat badan. Rwayat TB kelenjar dapat memungkinkan pasien
mengalami penurunan berat badan, namun harus kita ketahui dulu BB dalam 3 bulan
terakhir disertai tinggi badan agar data diukur BMI-nya.
2. - Riwayat maag yang mugkin terjadi secara berulang dapat menyebabkan terjadinya
perlukaan pada lambung yang dapat menyebabkan perlukaan/perdarahan.
- Pasien yang mengonsumsi obat maag dapat membuat asam lambung menurun
sehingga penyerapan asam lambung terganggu dan dapat menyebabkan terjadinya
anemia defisiens besi
- Riwayat konsumsi antasida yang memiliki kandungan kalsium yang dapat
menyebabkan terganggunya absorpsi zat besi. Antasida juga memiliki efek samping
konstipasi/diare sehingga dapat menyebabkan terjadinya hemoroid
- Kemungkinan adanya riwayat TB Kelenjar dapat menyebabkan pasien mengidap
anemia penyakit kronis
3. Perdarahan haid yang lama dapat menyebabkan kehilangan darah yang banyak, disertai
dengan adanya riwayat BAB berdarah juga dapat menyebabkan kehilangan darah dan
dapat mengarah kepada anemia.
4. – konjungtiva anemis, lelah (kurang berenergi): gejala klasik anemia
- Koilonychia dan stomatitis angularis: gejala khas anemia defisiensi besi, namun baru
muncul pada tahapan ADB ke 3
5. Hb normal wanita 12 g/dl (RENDAH)
Leukosit normal
Plt normal
MCV normal 80-100 RENDAH)
Retikulosit normal
Feritin (RENDAH)
TIBC (TINGGI)
6. Pemeriksaan ginekologi dan USG (untuk memastikan kelainan yang mungkin terjadi
pada uterus yang dapat menyebabkan perdarahan)
Apusan darah tepi
7. – anemia defisiensi besi
- Anemia penyakit kronis
- Anemia hemoragik (karena perdarahan lama)
8. Hilangkan penyebab (hemoroid, menorrhagia)
Suplemen besi: oral (ferrous sulfate 200 mg) atau parenteral (pada pasien yang tidak bisa
konsumsi preparat oral, iron dextran)
Perbaiki diet, perbanyak konsumsi protein untuk meningkatkan absorpsi zat besi pada
tubuh
Transfusi diperlukan jika Hb < 7 g/dl atau ada gangguan hemodinamik (exp: syok)
STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Definisi Anemia Defisiensi Besi


2. Etiopatomekanisme Anemia Defisiensi Besi
3. Manifestasi Klinis Anemia Defisiensi Besi
4. Penegakkan Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
5. Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi

Anda mungkin juga menyukai