Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Informasi Jurnal


a. Judul
Misoprostol with foley bulb compared with misoprostol alone for cervical
ripening

b. Penulis
Zainab Al-Ibraheemi, MD, Lois Brustman, MD, Brianne E. Bimson, MD,
Natalie Porat, MD, dan Barak Rosenn, MD

c. Penerbit / Tahun
The American College of Obstetricians and Gynecologists (2018).

1.2 Gambaran Umum


a. Latar Belakang
Sekitar 25% dari semua kelahiran di Amerika dilakukan dengan
induksi pada persalinan [1,2] dan pematangan serviks sering menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari proses ini [3]. Terdapat berbagai metode
dalam pematangan serviks dan beberapa studi telah berusaha untuk
membandingkan beberapa metode dalam upaya untuk menentukan metode
yang paling optimal.
Beberapa peneliti telah membandingkan pematangan serviks
menggunakan kombinasi misoprostol dengan transervikal Foley bulb dengan
misoprostol saja, tetapi dalam penelitian metode ini terdapat berbagai hasil
dan pendapat yang diutarakan. Meskipun Carbone et al menemukan bahwa
menggabungkan misoprostol dengan Foley bulb dapat memperpendek waktu
induksi dalam 3 jam dibandingkan dengan menggunakan misoprostol saja,
para peneliti lain [5,6] tidak menemukan kelebihan dalam penggunaan
kombinasi misoprostol dengan transervikal foley bulb.
Mengingat terdapat berbagai hasil yang bertentangan, peneliti berusaha

1
menyediakan data yang berkualitas untuk membantu mengatasi masalah yang
ada. Tujuan dari studi ini adalah untuk menguji hipotesis bahwa pematangan
serviks menggunakan kombinasi misoprostol dan Foley bulb akan
menyebabkan waktu persalinan yang lebih singkat dibandingkan dengan
penggunaan misoprostol saja.

b. Subjek dan Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode randomized controlled trial (RCT)
yang dilakukan pada wanita yang sedang dalam proses persalinan dan
pematangan serviks pada 30 September 2015 hingga 14 Juli 2016. Studi ini
telah disetujui oleh Institutional Review Board di Rumah Sakit Mount Sinai
West pada bulan Agustus 2015 dan telah terdaftar di ClinicalTrials.gov.
Penelitian ini dilakukan kepada wanita dengan kehamilan 37 minggu
atau lebih, janin tunggal, presentasi kepala, dan skor Bishop 6 atau kurang.
Kriteria eksklusi meliputi ketuban pecah dini, kontraksi uterus yang teratur
(tiga atau lebih kontraksi per 10 menit), riwayat operasi rahim sebelumnya
(sesar atau miomektomi), kehamilan kembar, malpresentasi, kontraindikasi
terhadap prostaglandin, denyut jantung janin cepat (kategori 3 atau kategori 2
persisten), perdarahan vagina, kematian janin, janin anomali, atau
kontraindikasi terhadap persalinan pervaginam.
Pasien dirawat yang akan melakukan induksi persalinan, terlebih
dahulu dinilai kelayakan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Persetujuan
diperoleh dan ditandatangani oleh pasien dan peneliti. Metode yang akan
digunakan pasien dalam pematangan serviks akan dipilih secara acak
(misoprostol dan Foley bulb secara bersamaan atau misoprostol saja).
Pengacakan diperoleh melalui komputerisasi untuk masing-masing kelompok
penelitian. Penentuan penggunaan metode dilakukan dengan mengambil
amplop yang diambil secara berurut. Peserta, penyedia layanan kesehatan, dan
peneliti tidak menerapkan sistem “blinding” dalam alokasi grup setelah
pengacakan.
Subjek yang sudah dipilih untuk menggunakan misoprostol akan

2
menerima misoprostol sebanyak 25 μg (tablet 100 μg dipotong menjadi
perempat oleh apoteker rumah sakit) dimasukkan melalui vagina ke dalam
forniks posterior setiap 4 jam dan diulang sampai maksimal enam dosis.
Setelah terjadi pematangan serviks (Bishop skor lebih dari 6) atau jika pasien
sedang dalam persalinan fase aktif (telah terjadi pembukaan 6 cm atau lebih)
atau jika tidak ada kemajuan selama 24 jam yang telah dinilai oleh tenaga
kesehatan, administrasi misoprostol dihentikan dan manajemen lebih lanjut
akan dialihkan ke tenaga kesehatan yang bertanggung jawab pada subjek
tersebut.
Subjek yang telah terpilih secara acak untuk menggunakan metode
kombinasi (misoprostol dengan transervikal Foley bulb) akan menerima
misoprostol dengan dosis yang sama pada kelompok metode non kombinasi
misoprostol. Dengan tambahan kateter, yang akan dimasukkan secara digital
atau visualisasi secara langsung dengan penggunaan spekulum steril. Kateter
Foley akan dimasukkan melalui ostium internum dan balon diisi dengan 60 cc
normal saline. [7] Kateter akan dilekatkan pada paha pasien bagian dalam. [8]
Jika kateter tidak dapat dimasukkan pada upaya awal, maka tindakan
selanjutnya akan dilakukan setelah 4 jam dengan pemasukan dosis kedua
misoprostol.
Oksitosin diberikan pada semua pasien yang tidak memiliki setidaknya
tiga kontraksi yang teratur dalam 10 menit, setelah 4 jam pemberian dosis
misoprostol yang terakhir. Oksitosin yang diberikan melalui infuse dimulai
pada 2 miliunit / menit dan meningkat 2 miliunit / menit setiap 30 menit
sampai kontraksi telah stabil dengan 3-5 kontraksi di setiap interval 10 menit.
Lakukan pemantauan pada denyut jantung janin dan aktivitas uterus pada
semua pasien. Amniotomi akan dilakukan pada proses persalinan sesuai
kebijaksanaan penyedia tenaga kesehatan dan anestesi epidural akan diberikan
permintaan pasien.
Penemuan utama yang diharapkan adalah waktu yang dibutuhkan dari
pemasukan misoprostol dosis pertama sampai ke proses persalinan. Lalu
penemuan sekunder yang diharapkan adalah waktu yang dibutuhkan agar

3
terjadinya fase aktif (didefinisikan sebagai dilatasi 6 cm atau lebih), waktu
dari fase aktif ke proses persalinan, cesarean delivery rate, tachysystole rahim
(didefinisikan sebagai lima kali kontraksi atau lebih dalam interval 10 menit)
[9], estimasi kehilangan darah yang diperkirakan secara visual oleh tenaga
kesehatan, korioamnionitis (didiagnosis secara klinis), pH darah, dan skor
apgar 5 menit pertama.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa rata-rata waktu yang
diperlukan dari proses induksi ke proses persalinan dengan menggunakan
misoprostol adalah 18±8 jam dan data ini menyerupai data yang dimiliki oleh
rumah sakit. Salah satu penelitian secara acak [4] menunjukkan bahwa induksi
dengan menggunakan metode kombinasi kateter dan misoprostol
memperpendek wakttu menuju ke persalinan hingga 3 jam dibandingkan
dengan penggunaan misoprostol saja. Peneliti telah memperhitungkan bahwa
untuk mencapai kemampuan 80% dalam mendeteksi perbedaan 3 jam dari dua
kelompok dengan total 188 pasien (94 dalam setiap kelompok) akan diacak
dengan menggunakan two-sided t test dengan penerimaan error 0.05. Analisis
statistik dilakukan berdasarkan tujuan untuk mengobati. Student t test, Fisher
exact test, dan Wilcoxon rank-sum test digunakan sebagaimana mestinya.

c. Hasil
Penelitian yang dilakukan dari 30 September 2015 hingga 14 Juli 2016
dari 4767 pasien yang terdapat 1.423 pasien (29%) yang melakukan induksi
pada persalinan. Perempuan yang menjalani prosedur induksi dihubungi
secara pribadi oleh peneliti dan pada studi ini terdapat 200 pasien yang setuju
untuk berpartisipasi dalam penelitian dan dipilih secara acak 100 subjek
untuk masing-masing kelompok. Sembilan puluh empat dari 100 pasien yang
dipilih ke dalam kelompok kombinasi menerima intervensi, 6 subjek tidak
mendapatkan intervensi karena sudah dalam proses persalinan atau memiliki
perdarahan pervaginam. Hanya satu pasien dalam kelompok kombinasi yang
tidak dipasang foley bulb kateter karena terdapat kesulitan saat dalam proses
pemasangan. Di antara 100 pasien dalam kelompok misoprostol, 92 pasien

4
menerima intervensi yang telah ditetapkan, sedangkan 8 pasien lainnya
ditetapkan menerima intervensi metode kombinasi setelah dipertimbangkan
oleh peneliti. (Fig 1.)

Tidak ada perbedaan berarti mengenai karakteristik ibu pada penelitian


ini, baik dari segi paritas, indeks massa tubuh, usia kehamilan, ras, skor
Bishop, atau indikasi untuk induksi (Tabel 1). Tetapi, terdapat banyak pasien
yang menerima misoprostol lebih dari satu pada kelompok non-kombinasi
(Tabel 2).

5
Hasil primer yang didapatkan, waktu persalinan secara signifikan
terjadi lebih pendek pada kelompok kombinasi yaitu penggunaan foley bulb
kateter dan misoprostol: 15,0 (11.0 - 21,8) jam (median [kisaran interkuartil])
vs 19,0 (14,0 - 27,3) jam pada kelompok non-kombinasi misoprostol (P=.
001). Perbedaan waktu ini tetap signifikan terjadi walaupun dianalisa setelah
paritas atau setelah eksklusi persalinan sesar (Tabel 3). Tidak ada perbedaan
antara kelompok sehubungan dengan tingkat atau indikasi untuk sesar,
estimasi total darah yang hilang, korioamnionitis, atau tingkat tachysystole
(Tabel 4). Mengenai keadaan neonatal, tidak ada perbedaan antara kelompok
sehubungan dengan pH pada tali pusat, berat lahir, skor apgar 5 menit
pertama, dan yang masuk ke neonatal intensive care unit masuk. Tingkat
kejadian cairan ketuban bercampur dengan mekonium terjadi lebih tinggi pada
kelompok non-kombinasi misoprostol dibandingkan dengan kelompok
kombinasi misoprostol dengan Foley bulb kateter (P=.025) (Tabel 5).

6
Setelah itu dilakukan analisa pada kelompok intent-to-treat, analisisa
tersebut diulang dengan menggunakan metode yang sama pada subjek
penelitian. Median waktu dari induksi ke proses persalinan secara signifikan
lebih pendek pada kelompok misoprostol kombinasi (n=94) vs kelompok
misoprostol non-kombinasi (n=92): 16,0 (11.0 - 22,0) jam (median [kisaran
interkuartil]) vs 18,9 (13,8 - 26,4) jam, masing-masing ( P=.009; Tabel 3).
Terdapat 20 pasien dalam kelompok misoprostol dan 18 pasien di
kelompok kombinasi misoprostol dan Foley bulb kateter yang tidak mencapai
fase aktif dari persalinan (dilatasi serviks 6 cm atau lebih besar; P>05).
Setelah subjek di eksklusi dan dilakukan analisa berdasarkan “intent-to-treat”,
tetap terjadi perbedaan yang signifikan dari waktu induksi menuju ke
persalinan pada kedua kelompok, yaitu 15,5 (11,4 - 22,0) jam pada kelompok
kombinasi vs 19,0 (14,0 - 27,3) jam pada kelompok non-kombinasi (median
[kisaran interkuartil]; P=.005). Namun, di antara 162 pasien yang mencapai
fase aktif, tidak ada perbedaan yang berarti untuk waktu yang diperlukan dari
proses fase aktif menuju ke persalinan. (Tabel 4).

d. Diskusi

7
Didapatkan waktu yang diperlukan dari proses induksi sampai
terjadinya persalinan dengan penggunaan kombinasi antara misoprostol dan
Foley bulb kateter membutuhkan waktu yang lebih singkat yaitu sekitar 4 jam
baik pada pasien yang nulipara dan multipara. Hasil ini dapat
dipertanggungjawabkan meskipun analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk
“intent-to-treat” atau perlakukan saat penelitian atau pasien yang dieksklusi
karena akan dilakukan persalinan sesar. Waktu yang diperlukan saat dilakukan
induksi sampai ke fase aktif dari persalinan (tetapi bukan dari fase aktif ke
persalinan) juga secara signifikan lebih singkat pada kelompok kombinasi.
Temuan ini menunjukkan bahwa kombinasi antara misoprostol dan Foley bulb
kateter memiliki kemampuan mempercepat proses pematangan serviks dalam
memasuki fase aktif dalam persalinan. Meskipun tidak ada perbedaan antara
kelompok sehubungan dengan tingkat atau indikasi untuk sesar, estimasi
kehilangan darah, korioamnionitis, atau keadaan neonatal (kecuali tingginya
kejadian percampuran mekonium pada cairan ketuban pada pada kelompok
misoprostol), studi ini memiliki keterbatasan untuk mengatasi masalah ini.
Peneliti juga menganalisa hasil yang didapatkan setelah dilakukan
eksklusi pada pasien tidak dapat mencapai fase aktif persalinan. Waktu yang
diperlukan untuk menuju ke proses persalinan adalah 3,5 jam tetap lebih
pendek pada kelompok kombinasi walaupun sebelumnya pasien telah
dieksklusi dan diklasfikasikan kedalam kelompok “intent-to-treat”. Karena
waktu persalinan pada pasien dapat dipengaruhi oleh keputusan dokter untuk
dilanjutkan dengan sesar, maka dari itu sangat penting untuk menunjukkan
bahwa hasil dari penelitian ini didapatkan setelah eksklusi dari pasien yang
tidak dapat mencapai fase aktif.
Pada kelompok misoprostol, banyak subjek yang medapatkan lebih
dari satu dosis misoprostol dibandingkan dengan kelompok kombinasi.
Berdasarkan klinis, menurut protokol rumah sakit terkait, dosis tambahan
misoprostol akan dihentikan jika pasien sudah tiga kali kontraksi dalam 10
menit. Dengan demikian, kombinasi misoprostol dengan Foley bulb kateter
cenderung menyebabkan aktivitas uterus meningkat dan mungkin untuk

8
administrasi awal oksitosin. Tetapi dalam penelitian ini tidak dianalisa durasi
yang dibutukan dalam pemberian oksitosin. Tapi terlepas dari faktor tersebut,
hasil akhir yang didapatkan adalah dapat dibuktikannya waktu yang
diperlukan lebih singkat tanpa adanya risiko tachysystole.
Terdapat banyak metode yang diusulkan untuk pematangan serviks
dan induksi persalinan, termasuk mekanik (misalnya transervikal Foley bulb
dan dilator osmotik) dan metode farmakologis (misalnya, prostaglandin,
oksitosin). Misoprostol adalah prostaglandin E1 analog dan secara luas
digunakan sebagai pematangan serviks.[11] Low-dose (25 mikrogram)
misoprostol intravaginal efektif untuk pematangan serviks pada kehamilan
untuk pasien tanpa riwayat kelahiran sesar dan penggunaannya didukung oleh
American College of Obstetricians dan Gynecologists.[2] Dibandingkan
dengan metode pematangan serviks lainnya, misoprostol memiliki tingkat
kejadian persalinan pervaginam lebih tinggi dalam waktu 24 jam.[12,13]
Foley bulb kateter sangat membantu dalam proses pematangan serviks
untuk induksi, dengan meningkatkan mekanisme pelepasan prostaglandin.
Pada tahun 1967, Embrey dan Mollison [14] melaporkan tingkat keberhasilan
induksi 94% setelah menggunakan kateter Foley untuk pematangan serviks.
Sejak itu, beberapa studi telah menemukan bahwa transervikal Foley kateter
memiliki efektifitas yang tinggi untuk pematangan serviks tanpa risiko
pecahnya rahim. [15,16]
Beberapa studi telah mempelajari mengenai penggunaan metode
kombinasi dari misoprostol dan Foley kateter untuk pematangan serviks dan
induksi persalinan dengan hasil bertentangan. Sebuah uji coba kecil yang
dilakukan secara acak oleh Rust et al [6] pada 81 subjek penelitian pada tahun
2001 dan, memiliki hasil yang bertentangan pada penelitian kami, ditemukan
bahwa pemasangan transervikal Foley kateter dan misoprostol secara
intravaginal tidak mengubah waktu pematangan serviks untuk mempercepat
persalian atau tingkat kejadian sesar. Selain itu, dalam penelitian itu,
misoprostol dimasukkan setiap 3 jam dan dikaitkan dengan tingkat 30% dari
tachysystole.

9
Dalam sebuah studi oleh Chung et al, [5] 146 pasien diacak kedalam
tiga kelompok dan induksi dengan metode misoprostol saja, lalu dibandingkan
dengan kelompok yang menggunakan Foley kateter saja, dan kelompok yang
menggunakan kombinasi kateter foley dan misoprostol. Tidak ada perbedaan
yang berarti untuk waktu yang diperlukan dalam proses pematangan serviks
dan persalinan. Meskipun penelitian ini tidak didukung untuk hasil ini. Dalam
penelitian tersebut, misoprostol dimasukkan setiap 3 jam dan dikaitkan dengan
tingginya kejadian tachysystole (47 - 63%).
Bertentangan dengan Carbone et al [4], pada 117 subjek yang dipilih
secara acak dilakukan intervensi dengan metode non-kombinasi misoprostol
vaginal atau dikombinasikan misoprostol dengan Foley bulb kateter untuk
pematangan serviks dan induksi persalinan. Mirip dengantemuan pada
penelitian ini, peneliti tersebut menemukan bahwa rata-rata induksi untuk
waktu persalinan adalah 3 jam lebih pendek pada kelompok kombinasi
dibandingkan dengan kelompok non-kombinasi misoprostol vaginal.
Namun, terdapat perbedaan subjek pada penelitian tersebut, mayoritas
(66%) dari peserta dalam uji coba ini adalah ras hitam. Sedangkan pada
penelitian ini tidak dianalisa berdasarkan kriteria paritas atau metode
persalinan. Sebuah studi terbaru oleh Levine et al [17] mengevaluasi
efektivitas penggunaan metode mekanis dan farmakologi dalam induksi
persalinan. Uji coba secara acak ini memiliki empat metode dalam penelitian
yaitu membandingkan misoprostol saja, Foley kateter saja, kombinasi Foley
kateter dengan misoprostol, dan kombinasi Foley kateter dengan oksitosin.
Mirip dengan temuan pada penelitian ini, induksi dengan menggunakan
kombinasi misoprostol – Foley kateter mengakibatkan memperpendek waktu
induksi hingga 4 jam 30 menit dibandingkan dengan kelompok non-kombinasi
misoprostol. Tetapi, berbeda dengan penelitian ini, populasi pada penelitian
Lavine sangat homogen, dengan lebih dari 75% pasien kulit hitam dan lebih
dari 60% memiliki asuransi umum. Selain itu, teknik standar yang dilakukan
pada pengelolaan persalinan adalah ditandai dengan pecahnya ketuban apabila
telah terjadinya pembukaan 4 cm dan dilakukan manajemen aktif persalinan

10
apabila pembukaan mencapai 5 cm. Faktor-faktor ini mungkin dapat
mempengaruhi hasil dari penelitian ini.
Berdasarkan penemuan dalam penelitian ini, mempersingkat wwaktu
persalinan hingga 4 jam memiliki implikasi penting bagi keadaan pasien,
penyedia layanan kesehatan, dan rumah sakit. Mempersingkat waktu induksi
memiliki potensi untuk menurunkan komplikasi ibu seperti korioamnionitis
dan penyakit tromboemboli, menghemat waktu untuk penyedia layanan
kesehatan, menghemat biaya rumah sakit dan meningkatkan pemanfaatan
sumber daya, dan meningkatkan kepuasan pasien.
Kekuatan dari penelitian ini adalah menggunakan desain acak,
sampelnya banyak dan diambil dari satu lembaga, dengan populasi yang
beragam. Setelah pasien diacak dan diletakkan pada kelompok masing-
masing, keputusan lebih lanjut akan ditentukan oleh penyedia layanan
kesehatan sesuai dengan kebijakan rumah sakit. Hal ini meningkatkan
generalisasi penelitian kami.
Keterbatasan penelitian ini adalah bahwa para peserta, penyedia
layanan kesehatan, dan peneliti tidak “blinding” untuk penatalaksanaan yang
dilakukan. Penggunaan “Sham” kateter intravaginal tidak diakui karena
pengelolaan dan pemberiksaan kandungan pasien dilakukan oleh tenaga
kesehatan pribadi secara langsung. Karena peneliti tidak terlibat dalam
manajemen kebidanan pasien, menyilaukan para peneliti tidak dianggap
penting untuk penelitian ini.
Keterbatasan lain yang didapatkan pada penelitian ini, beberapa pasien
tidak menerima Intervensi yang sudah dialokasikan sebagai akibat dari
preferensi penyedia layanan kesehatan. Namun, hasil dasarnya tetap tidak
berubah setelah analisis perprotokol pengobatan. Selain itu, kami tidak
mendalami penggunaan prostaglandin lainnya (seperti prostaglandin E2 gel)
karena dibutuhkan biaya yang lebih tinggi.

e. Kesimpulan

11
Kesimpulannya, penelitian kami mendukung pematangan serviks
menggunakan misoprostol kombinasi dengan Foley bulb kateter sebagai
metode yang efektif untuk mempersingkat waktu induksi persalinan
dibandingkan dengan misoprostol saja. Kami mengusulkan penggunaan
kombinasi ini sebagai pilihan pertama tindakan pada pasien yang memiliki
gangguan pada pematangan serviks.

BAB II

12
TELAAH JURNAL

Telaah jurnal merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-


based medicine) yang diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan
sistematis suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan
kegunaannya dalam praktik klinis. Komponen utama yang dinilai dalam critical
appraisal adalah validity, importancy, applicability. Tingkat kepercayaan hasil
suatu penelitian sangat bergantung dari desain penelitian dimana uji klinis
menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu
penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil, dan diskusi.
Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam
menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai
referensi.
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari
komponen pendahuluan, metodologi, hasil, dan diskusi. Masing-masing
komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah
hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.

I. Telaah Kelengkapan Jurnal


 Judul jurnal : Ada
 Pengarang dan institusi : Ada
 Abstrak : Ada
 Pendahuluan : Ada
 Metode : Ada
 Hasil : Ada
 Pembahasan : Ada
 Kesimpulan dan saran : Ada
 Daftar pustaka : Vancouver
 Lampiran : Tidak ada

13
II. Penilaian PICO VIA (Population, Intervention, Comparison, Outcome,
Validity, Importancy, Applicability)
1. Population
Total populasi pada penelitian ini adalah 200 wanita di Department Obstetrics
dan Gynecology, Rumah Sakit Mount Sinai West, New York pada 30
September 2015 hingga 14 Juli 2016.

2. Intervention
Pada penelitian ini terdapat intervensi terhadap subjek penelitian. Metode
yang akan digunakan subjek dalam pematangan serviks akan dipilih secara
acak (misoprostol dan foley bulb kateter secara bersamaan atau misoprostol
saja). Subjek yang dipilih untuk menggunakan misoprostol akan menerima
misoprostol sebanyak 25 μg dimasukkan melalui vagina ke dalam forniks
posterior setiap 4 jam dan diulang sampai maksimal enam dosis. Sedangkan
subjek yang telah terpilih untuk menggunakan metode kombinasi (misoprostol
dengan transervikal Foley bulb) akan menerima misoprostol dengan dosis
yang sama pada kelompok metode non kombinasi misoprostol. Dengan
tambahan kateter, yang akan dimasukkan secara digital atau visualisasi secara
langsung dengan penggunaan spekulum steril.

3. Comparison
Penelitian ini membandingkan penggunaan metode misoprostol dan foley bulb
kateter secara bersamaan dengan metode misoprostol saja. Dalam penelitian
ini di uji coba mengenai metode yang lebih efektif untuk mempersingkat
waktu induksi persalinan

4. Outcome
Didapatkan hasil waktu persalinan secara signifikan lebih singkat pada
kelompok kombinasi. Waktu yang diperlukan pada penggunaan kombinasi
foley bulb kateter dengan misoprostol adalah 15,0 (11.0 - 21,8) jam (median
[kisaran interkuartil]) sedangkan pada kelompok non-kombinasi misoprostol

14
dibutuhkan waktu 19,0 (14,0 - 27,3) jam (P=.001). Maka dari itu peneliti
mendukung pematangan serviks menggunakan kombinasi antara misoprostol
dengan Foley bulb kateter sebagai metode yang efektif untuk mempersingkat
waktu induksi persalinan dibandingkan dengan penggunaan misoprostol saja.

5. Validity
 Research question
a) Is the data collected in accordance with the purpose of the research?
Iya. Data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini
merupakan studi yang membandingkan keefektifan antara dua metode
dalam mempersingkat waktu dalam induksi persalinan.

b) Are the inclusion and exclusion criteria in this research clearly


defined?
Iya. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu wanita dengan kehamilan 37
minggu atau lebih, janin tunggal, presentasi kepala, dan skor Bishop 6
atau kurang. Kriteria eksklusi meliputi ketuban pecah dini, kontraksi
uterus yang teratur (tiga atau lebih kontraksi per 10 menit), riwayat
operasi rahim sebelumnya (sesar atau miomektomi), kehamilan kembar,
malpresentasi, kontraindikasi terhadap prostaglandin, denyut jantung
janin cepat (kategori 3 atau kategori 2 persisten), perdarahan vagina,
kematian janin, janin anomali, atau kontraindikasi terhadap persalinan
pervaginam.

c) Are the research subjects explained in detail?


Iya. Subjek pada penelitian ini adalah ibu hamil yang sedang dalam
proses persalinan dan pematangan serviks di Department Obstetrics dan
Gynecology, Rumah Sakit Mount Sinai West, New York pada 30
September 2015 hingga 14 Juli 2016, dan berpartisipasi.

15
 Randomization
Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and
researchers?
Tidak. Pada penelitian ini baik pasien, peneliti maupun tenaga kesehatan
mengetahui kelompok yang telah ditentukan.

 Interventions and co-interventions


Were the perfomed interventions described in sufficent detail to be
followed by other?
Iya, Pada penelitian ini sudah dijelaskan mengenai intervensi yang
dilakukan.

6. Importancy
Is this study is important?
Iya, penelitian ini penting karena hasil dari penelitian ini dapat mengevaluasi
seberapa besar keberhasilan dari penggunaan kombinasi misoprostol dengan
Foley bulb kateter dalam mempersingkat waktu induksi persalinan.

7. Applicability
Is your environment so different from the one in study that the methods could
not be use there?

Telaah Applicability
1 Apakah PICO jurnal diperoleh sesuai pertanyaan klinis? Ya
2 Apakah pasien Anda cukup mirip dengan pasien penelitian? Ya
Apakah intervensi dalam penelitian dapat diterapkan untuk Ya
3
manajemen pasien di lingkungan Anda?
4 Apakah outcome penelitian ini penting bagi pasien Anda? Ya
Apakah manfaat lebih besar dibanding potensi merugikan Ya
5
pasien Anda?
Apakah hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dengan nilai- Ya
6
nilai serta harapan pasien Anda?

BAB III

16
SIMPULAN

Berdasarkan telaah jurnal yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan


bahwa jurnal ini valid, penting, dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini dapat
digunakan sebagai referensi.

DAFTAR PUSTAKA

17
Al-Ibraheemi, Z., et al. 2018. Misoprostol with foley bulb compared with
misoprostol alone for cervical ripening. Diakses dari
https://journals.lww.com/greenjournal/Fulltext/2018/01000/Misoprostol_
With_Foley_Bulb_Compared_With.4.aspx pada tanggal 3 September
2019.

18

Anda mungkin juga menyukai