Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian


Responden penelitian ini berjumlah 20 orang mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang terdiri dari angkatan
2014 dan 2015. Mahasiswa angkatan 2014 sebanyak 10 orang dan mahasiswa
angkatan 2015 sebanyak 10 orang. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang setiap 2 tahun melakukan Evaluasi Dua Tahunan
(EDT) sehingga responden terdiri dari 5 orang mahasiswa angkatan 2014 yang
lulus EDT, 5 orang mahasiswa angkatan 2014 yang tidak lulus EDT, 5 orang
mahasiswa angkatan 2015 yang lulus EDT, dan 5 orang mahasiswa angkatan 2015
yang tidak lulus EDT.
Penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan dua kuesioner yaitu
kuesioner Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42) dan kuesioner motivasi
belajar yang telah dilakukan uji validitas kepada setiap responden yang
dikumpulkan di ruang kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada responden
tentang cara pengisian kuesioner dan responden menjawab secara self assessment.

4.2. Hasil
4.2.1. Analisis Univariat
A. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Penelitian dilakukan pada 20 orang responden yang merupakan mahasiswa
di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang dan memenuhi
kriteria inklusi.
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik F %
Jenis Kelamin
Laki-laki 8 40
Perempuan 12 60
Total 20 100

34
Universitas Muhammadiyah Palembang
35

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, diketahui bahwa pada penelitian ini responden laki-
laki sebanyak 8 orang (40%) dan responden perempuan sebanyak 12 orang (60%).

B. Tingkat Stres Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Palembang Berdasarkan Depression Anxiety Stress Scales
(DASS 42)
Responden yang ikut serta dan memenuhi kriteria inklusi diberi kuesioner
DASS 42 yang terdiri dari 14 pertanyaan. Setiap pertanyaan diberi skor 0 - 3
dengan total skor 42. Selanjutnya dari total skor tersebut dapat diketahui tingkat
stres responden, yaitu:
a. Skor 0-14 = tingkat stres normal,
b. Skor 15-18 = tingkat stres ringan,
c. Skor 19-25 = tingkat stres sedang,
d. Skor 26-33 = tingkat stres berat, dan
e. Skor > 34 = tingkat stres sangat berat.

Tabel 4.2. Distribusi Tingkat Stres Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Palembang yang Lulus EDT I pada TA 2015/2016 dan TA
2016/2017 Berdasarkan Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42)
Kategori F %
Normal 7 70
Ringan 2 20
Sedang 1 10
Berat 0 0
Sangat berat 0 0
Total 10 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa mahasiswa FK UM Palembang


yang lulus EDT I pada TA 2015/2016 dan TA 2016/2017 sebanyak 7 orang (70%)
responden memiliki tingkat stres normal, 2 orang (20%) responden memiliki
tingkat stres ringan, dan 1 orang (10%) responden memiliki tingkat stres sedang.

Universitas Muhammadiyah Palembang


36

Tabel 4.3. Distribusi Tingkat Stres Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Palembang yang Tidak Lulus EDT I pada TA 2015/2016 dan TA
2016/2017 Berdasarkan Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42)
Kategori F %
Normal 3 30
Ringan 2 20
Sedang 4 40
Berat 1 10
Sangat berat 0 0
Total 10 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, diketahui bahwa mahasiswa FK UM Palembang


yang tidak lulus EDT I pada TA 2015/2016 dan TA 2016/2017 sebanyak 3 orang
(30%) responden memiliki tingkat stres normal, 2 orang (20%) responden
memiliki tingkat stres ringan, 4 orang (40%) responden memiliki tingkat stres
sedang, dan 1 orang (10%) responden memiliki tingkat stres berat.

C. Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Palembang Berdasarkan Kuesioner Motivasi Belajar
Responden yang ikut serta dan memenuhi kriteria inklusi diberi kuesioner
motivasi belajar yang telah divalidasi yang terdiri dari 20 pertanyaan. Setiap
pertanyaan diberi skor 1 - 4 dengan total skor 80. Selanjutnya dari total skor
tersebut dapat diketahui tingkat stres responden, yaitu:
a. Skor 0-20 = tidak ada motivasi belajar,
b. Skor 21-40 = motivasi belajar rendah,
c. Skor 41-60 = motivasi belajar sedang, dan
d. Skor 61-80 = motivasi belajar tinggi.

Tabel 4.4. Distribusi Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Palembang yang Lulus EDT I pada TA 2015/2016
dan TA 2016/2017 Berdasarkan Kuesioner Motivasi Belajar
Kategori F %
Tidak ada 0 0

Universitas Muhammadiyah Palembang


37

Rendah 0 0
Sedang 7 70
Tinggi 3 30
Total 10 100

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, diketahui bahwa mahasiswa FK UM Palembang


yang lulus EDT I pada TA 2015/2016 dan TA 2016/2017 sebanyak 7 orang (70%)
responden memiliki motivasi belajar sedang dan 3 orang (30%) responden
memiliki motivasi belajar tinggi.

Tabel 4.5. Distribusi Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Palembang yang Tidak Lulus EDT I pada TA
2015/2016 dan TA 2016/2017 Berdasarkan Kuesioner Motivasi Belajar
Kategori F %
Tidak ada 0 0
Rendah 0 0
Sedang 5 50
Tinggi 5 50
Total 10 100

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, diketahui bahwa mahasiswa FK UM Palembang


yang tidak lulus EDT I pada TA 2015/2016 dan TA 2016/2017 sebanyak 5 orang
(50%) responden memiliki motivasi belajar sedang dan 5 orang (50%) responden
memiliki motivasi belajar tinggi.

4.2.2. Analisis Bivariat


A. Perbedaan Tingkat Stres Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang yang Lulus dengan yang Tidak Lulus EDT I
pada TA 2015/2016 dan TA 2016/2017

Tabel 4.6. Hasil Uji T-Tidak Berpasangan untuk Tingkat Stres


Hasil EDT Tingkat Stres Nilai P Mean
Normal Ringan Sedang Berat Sangat Berat Rank

Universitas Muhammadiyah Palembang


38

n % n % n % n % n %
Lulus 7 70 2 20 1 10 0 0 0 0 12,40
0,040
Tidak Lulus 3 30 2 20 4 40 1 10 0 0 18,50
Total 10 50 4 20 5 25 1 5 0 0

Perbedaan tingkat stres mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Palembang yang lulus dengan yang tidak lulus EDT I pada
TA 2015/2016 dan TA 2016/2017 dapat dilihat dari tabel 4.6. Hasil penelitian
didapatkan bahwa pada mahasiswa FK UM Palembang yang lulus EDT I yang
memiliki tingkat stres normal sebanyak 7 orang (70%), tingkat stres ringan
sebanyak 2 orang (20%) dan yang memilik tingkat stres sedang sebanyak 1
orang (10%), sedangkan pada mahasiswa FK UM Palembang yang tidak lulus
EDT yang memiliki tingkat stres normal sebanyak 3 orang (30%), tingkat stres
ringan sebanyak 2 orang (20%), tingkat stres sedang sebanyak 4 orang (40%)
dan memiliki tingkat stres berat sebanyak 1 orang (10%). Berdasarkan hasil
uji analisis t-tidak berpasangan menunjukkan nilai p adalah 0,040 yang berarti
terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat stress mahasiswa yang lulus
EDT I dengan mahasiswa yang tidak lulus EDT I. Mean Rank untuk tingkat
stres pada mahasiswa yang lulus EDT I adalah 12,40 dan Mean Rank untuk
tingkat stres pada mahasiswa yang tidak lulus EDT I adalah 18,50. Hal ini
berarti mahasiswa yang tidak lulus EDT I memiliki tingkat stres yang lebih
tinggi dibanding mahasiswa yang lulus EDT I.

B. Perbedaan Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Palembang yang Lulus dengan yang Tidak Lulus EDT I
pada TA 2015/2016 dan TA 2016/2017

Tabel 4.7. Hasil Uji T-Tidak Berpasangan untuk Motivasi Belajar


Mean
Motivasi Belajar Nilai P
Rank
Hasil EDT Tidak
Rendah Sedang Tinggi
ada
n % n % n % n %
Lulus 0 0 0 0 7 70 3 30 0,190 57,20

Universitas Muhammadiyah Palembang


39

Tidak Lulus 0 0 0 0 5 50 5 50 61,20


Total 0 0 0 0 12 60 8 40

Perbedaan motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Palembang yang lulus dengan yang tidak lulus
EDT I pada TA 2015/2016 dan TA 2016/2017 dapat dilihat dari tabel 4.7.
Hasil penelitian didapatkan bahwa mahasiswa FK UM Palembang yang lulus
EDT I yang memiliki motivasi belajar sedang sebanyak 7 orang (70%) dan
yang memiliki motivasi belajar tinggi sebanyak 3 orang (30%). Mahasiswa
FK UM Palembang yang tidak lulus EDT yang memiliki motivasi belajar
sedang sebanyak 5 orang (50%) dan yang memiliki motivasi belajar tinggi
sebanyak 5 orang (50%). Berdasarkan hasil uji analisis t-tidak berpasangan
menunjukkan nilai p adalah 0,190 yang berarti terdapat perbedaan namun
tidak bermakna pada motivasi belajar mahasiswa yang lulus EDT I dengan
yang tidak lulus EDT I. Mean Rank untuk motivasi belajar pada mahasiswa
yang lulus EDT I adalah 57,20 dan Mean Rank untuk motivasi belajar pada
mahasiswa yang tidak lulus EDT I adalah 61,20. Hal ini berarti mahasiswa
yang tidak lulus EDT I memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dibanding
mahasiswa yang lulus EDT I.

4.3. Pembahasan
A. Karakteristik Sosiodemografi Responden Penelitian
Dari hasil pengambilan data didapatkan bahwa lebih banyak responden
perempuan dibanding responden laki-laki. Menurut Brizendine (dalam
Nasrani, 2016) jenis kelamin berperan terhadap terjadinya stres. Ada
perbedaan respon antara laki-laki dan perempuan saat menghadapi konflik.
Otak perempuan memiliki kewaspadaan yang negatif terhadap adanya konflik
dan stres. Pada perempuan, ketika terjadi konflik, hormon estrogen dan
progesteron memicu penurunan respon HPA dan simpatoadrenal sehingga
menyebabkan penurunan umpan balik negatif hormon kortisol ke otak. Hal
inilah yang menyebabkan perempuan mudah mengalami stres. Sedangkan

Universitas Muhammadiyah Palembang


40

pada laki-laki, ketika terjadi konflik, respon HPA dan autonomik justru
meningkat, menyebabkan respon terhadap stresor psikososial menurun.

B. Perbedaan Tingkat Stres Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Palembang yang Lulus dengan yang Tidak Lulus EDT I
pada TA 2015/2016 dan TA 2016/2017
Hasil uji analisis t-tidak berpasangan menunjukkan nilai p adalah
0,040 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat stress
mahasiswa yang lulus EDT dengan mahasiswa yang tidak lulus EDT I dan
Mean Rank untuk tingkat stres pada mahasiswa yang lulus EDT I adalah 12,40
dan Mean Rank untuk tingkat stres pada mahasiswa yang tidak lulus EDT I
adalah 18,50 yang berarti mahasiswa yang tidak lulus EDT I memiliki tingkat
stres yang lebih tinggi dibanding mahasiswa yang lulus EDT I.
Perbedaan yang kecil ini dikarenakan stres pada mahasiswa kedokteran
bukan hanya dipengaruhi stresor akademik saja tetapi ada banyak faktor lain
yang dapat mempengaruhi stres mahasiswa, sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang mengatakan bahwa sumbangan efektif penyesuaian diri
terhadap tuntutan akademik terhadap stres adalah 16,2% yang menunjukkan
bahwa terdapat 83,8% faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap
kecenderungan stres terhadap mahasiswa kedokteran, diantaranya adalah
faktor lingkungan, faktor kepribadian-pola tingkah laku, faktor kognitif dan
faktor sosial budaya (Christyanti, Mustami’ah dan Sulistiani, 2010).
Selain itu, hal ini juga diperkuat oleh teori lain yang mengatakan
bahwa stres pada mahasiswa kedokteran disebabkan oleh enam domain, yaitu
academic related stressor, interpersonal and intrapersonal related stressor,
teaching and learning related stressor, social related stressor, drive and
desire related stressor, dan group activity related stressor (Yusoff dan Rahim,
2010).
Siklus stres diawali dengan kadar opioid di otak menjadi rendah, dan
secara otomatis akan memicu peningkatan dopamin, sehingga meningkatkan
kewaspadaan dan timbul kegelisahan. Tingginya dopamin menyebabkan
kelelahan emosi. Kadar opioid rendah juga menyebabkan menurunnya

Universitas Muhammadiyah Palembang


41

neurotransmiter GABA. Ketika hal ini terjadi, timbul perasaan gelisah,


ketidakamanan dan panik. GABA yang rendah, otomatis membuat tubuh
melawan kecemasan, depresi dengan melepaskan norefineprin. Zat kimia ini
mendorong respons emosi seperti marah, mudah tersinggung, frustasi dll.
Kadar norefineprin yang tinggi menyebabkan pelepasan adrenalin dari
kelenjar adrenal dan menyebabkan denyutan jantung yang lebih cepat disertai
aliran darah yang lebih kuat. Kadar rendah GABA akan menurunkan serotonin
dan dapat membuat tidur menjadi sulit. Orang yang kurang tidur menjadi tidak
rasional, mudah marah, dan dapat histeris. Kurang tidur menyebabkan stres
berat dan pernah dilaporkan bahwa obat-obatan/alkohol dapat melelahkan
mental, dengan kecenderungan gangguan kejiwaan. Serotonin selanjutnya
akan mendorong level opioid semakin rendah. (Sherwood, 2012)
Perbedaan yang cukup rendah antara tingkat stres mahasiswa yang
lulus dan yang tidak lulus EDT I kemungkinan disebabkan karena pada
dasarnya beban akademik yang mereka miliki sama saja, yang
membedakannya hanya pada materi yang mereka pelajari. Selain itu, setiap
mahasiswa memiliki cara masing-masing dalam menghadapi stresor yang
mereka dapatkan sehingga tingkat stres mahasiswa menjadi bervariasi, sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa setiap mahasiswa
tentunya memiliki pengalaman yang berbeda dan dipersepsikan berbeda
walaupun dengan stresor yang sama, sehingga tingkat stres yang dialami
mahasiswa juga bervariasi tergantung dari pengalaman stres akademik
individu tersebut (Bingku, Bidjuni dan Wowiling, 2014).
Tingkat stres lebih tinggi yang dimiliki oleh mahasiswa yang tidak
lulus EDT I bisa jadi disebabkan oleh tekanan akademik yang lebih tinggi
dibanding mahasiswa yang lulus EDT I. mahasiswa yang tidak lulus EDT I
diibaratkan seperti siswa yang tidak naik kelas, hal ini tentu saja membuat
mereka memiliki tuntutan untuk naik kelas dan mengejar ketertinggalan
mereka dari teman-teman mereka yang sudah lebih dulu naik kelas atau dalam
hal ini lulus EDT I. Selain itu ada pula tekanan sosial dari dalam diri mereka
sendiri, seperti menjadi menarik diri dari teman-temannya karena merasa
minder.

Universitas Muhammadiyah Palembang


42

C. Perbedaan Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Palembang yang Lulus dengan yang Tidak Lulus EDT I
pada TA 2015/2016 dan TA 2016/2017
Hasil uji analisis t-tidak berpasangan menunjukkan nilai p adalah
0,190 yang berarti terdapat perbedaan namun tidak bermakna antara motivasi
belajar mahasiswa yang lulus EDT I dengan mahasiswa yang tidak lulus EDT
I dan Mean Rank untuk motivasi belajar pada mahasiswa yang lulus EDT I
adalah 57,20 dan Mean Rank untuk motivasi belajar pada mahasiswa yang
tidak lulus EDT I adalah 61,20 yang berarti mahasiswa yang tidak lulus EDT I
memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dibanding mahasiswa yang lulus
EDT I.
Hal ini dikarenakan ketika mereka mendapat kenyataan bahwa mereka
tidak lulus EDT I, kegagalan tersebut berubah menjadi sesuatu yang
mendorong mereka untuk kembali bangkit dan mencapai tujuan mereka,
sejalan dengan penjelasan pada bab sebelumnya yang mengatakan bahwa
motivasi merupakan keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (Wahab,
2015).
Selain itu, seperti yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya
bahwa mahasiswa yang tidak lulus EDT I memiliki tingkat stres yang lebih
tinggi dibanding mahasiswa yang lulus, hal ini tentu ikut berpengaruh pada
tingkat motivasi belajar mahasiswa yang tidak lulus EDT I. Sistem limbik
merupakan bagian otak yang berkaitan dengan emosi dan insting. Dalam
struktur hirarki otak, sistem limbik berada ditengah diantara diensefalon
(batang otak) dengan serebrum. Sistem limbik mempunyai fungsi sebagai
pengendali emosi, perilaku instingtif, dorongan, motivasi dan perasaan
(Campbell dan Reece, 2010). Hipotalamus yang terletak didasar otak
berfungsi untuk menerjemahkan kondisi emosional menjadi perasaan relaks
atau tegang secara fisik. Hipotalamus anterior mengirimkan sinyal
menenangkan ke seluruh tubuh melalui sistem saraf parasimpatis. Sedangkan
hipotalamus posterior mengirimkan sinyal menstimulasi atau ketakutan pada

Universitas Muhammadiyah Palembang


43

saraf simpatis. Stimulasi ini menyebabkan individu akan bertanggung jawab


terhadap reaksi “lawan atau lari” (Suciati, 2015). Apabila individu memilih
“lari”, maka tekanan yg ia dapatkan akan membuatnya melarikan diri dari
masalah yang ia hadapi. Sedangkan apabila individu tersebut memilih
“lawan”, maka tekanan yang ia terima justru akan membuatnya bangkit dan
termotivasi untuk melawan tekanan tersebut.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Demolingo et al (2018)
dijelaskan bahwa stres dapat mempengaruhi motivasi belajar, jika stres
dikelola dengan baik maka stres akan menjadi suatu dorongan atau motivasi
untuk melakukan hal-hal yang positif, dalam hal ini adalah belajar.
Motivasi belajar yang lebih tinggi pada mahasiswa yang tidak lulus
EDT I bisa jadi disebabkan oleh peran keluarga dan orang-orang disekitarnya
tentu sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar. Dukungan
yang diberikan oleh keluarga dan orang-orang disekitar dapat memicu
peningkatan motivasi belajar pada mahasiswa yang tidak lulus EDT I, sejalan
dengan penemuan pada penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan
motivasi berprestasi mahasiswa (Toding et al, 2015).

D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah cara pengisian kuesioner
yang dilakukan secara self assessment membuat peneliti tidak dapat memantau
secara langsung apakah responden penelitian benar-benar menjawab kuesioner
sesuai dengan keadaan responden yang sebenar-benarnya sehingga
dikhawatirkan terjadi bias.

Universitas Muhammadiyah Palembang

Anda mungkin juga menyukai