Anda di halaman 1dari 3

Meningkatkan kinerja Sumber Daya Manusia memerlukan pengelolaan yang sistematis dan terarah, agar

proses pencapaian tujuan organisasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini berarti bahwa
manajemen Sumber Daya Manusia merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan perusahaan,
besar atau kecil, apapun jenis industrinya (Schuller and Jackson, 1997:32).

Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan
Sumber Daya Manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan.
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan suatu pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia
sebagai sumber daya yang cukup potensial dan sangat menentukan dalam suatu organisasi, dan perlu
terus dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi maupun
bagi pengembangan dirinya.

Persoalan manajemen memang tidak secara eksplisit dijelaskan dalam Al qur’an namun secara implisit,
sesungguhnya islam menganggap sangat penting hal tersebut. Dari sirah nabiwiyah kita bisa
menyimpulkan bahwa manajemen yang dibuat oleh Rosululloh SAW itu memang luarbiasa. Terbukti dari
pencapaiannya dalam menyebarkan islam ke seluruh penjuru bumi. Terlepas dari campur tangan dari
Alloh SWT, sebenarnya nabi SAW pun diaugerahi kecerdasan yang luarbiasa dalam perkara manajemen
sumber daya manusia.

Sebut saja pada peristiwa perang “khondak” atau “perang parit”, secara matematis posisi umat muslim
saat itu berada dalam posisi tertekan dan secara logis pasukan musuh akan dengan mudah mengalahkan
tentara islam, hal itu mengingat jumlah pasukan keduanya tidaklah seimbang. Tetapi berkat manajemen
yang baik hal itu justru yang terjadi sebaliknya, tentara muslim berhasil mengalahkan kaum kafir yang
jumlahnya berkali lipat.

Manajemen sumber daya manusia yang dilakukan rasul pun terlihat selepas beliau wafat. Islam saat itu
tidak lantas terlalu berlarut kehilangan sosok pemimpin selepas Nabi SAW wafat karena Rasul sudah
menyiapkan kader calon pemimpin yang tidak kalah tangguh, yakni para sahabatnya. Sebut saja 4
khulafaur rasyidin, yaitu: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan dan Ali Bin abi Thalib. Mereka
dan sahabat-sahabat lainnya telah disiapkan jauh-jauh hari untuk memimpin umat selepas beliau wafat.
Artinya, Rasul sudah melakukan perencanaan yang hebat dalam menghadapi persoalan transisi
kepemimpinan. Ada kaderisasi dan proses upgrading yang dilakukan oleh beliau sehingga tidak ada
kesenjangan terlampau jauh selepas beliau tidak memimpin dakwah umat.

Manajemen Sumber Daya Manusia di SD Muhammadiyah 01 Mantingan


Penulis mengambil penelitian di tempat ini karena memang sehari-hari mengabdikan diri di tempat
tersebut sehingga informasi yang diperoleh bisa lengkap dan sumbernya dapat dipertanggungjawabkan.

Di sekolah tersebut dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang sudah cukup tua karena beliau memang
sudah pensiunan pegawai negeri beberapa tahun yang lalu. Sebelumnya sekolah ini dipimpin oleh
seorang pegawai negeri yang memiliki jabatan kepala di sekolah lain yang sederajat hanya saja sekolah
tersebut berstatus sekolah negeri.

Pada kesempatan Penulis akan mencoba menganalisa manajemen sumber daya manusia yang dilakukan
oleh kedua kepala sekolah tersebut. Mulai dari dampak positif hingga negatifnya, tentu dilihat dari sudut
pandang teori manajemen Sumber Daya Manusia.

Pertama,kepala sekolah yang sebelumnya yakni seorang pegawai negeri yang memiliki rangkap jabatan.
Beliau secara intelektual memang mumpuni, hal itu karena memang beliau sudah aktif di dunia
pendidikan puluhan tahun bahkan sebelum penulis lahir. Ide-ide yang dicanangkan amat progresif,
namun karena beliau bestatus rangkap jabatan maka ide itu hanya berakhir dalam diskursus semata
atau dengan kata lain minim aktualisasi. Bahkan kehadirannya pun bisa dihitung dengan jari sebelah
tangan saja selama satu bulan.

Dan yang terjadi adalah manajemen sekolah menjadi tidak maksimal karena hanya dipasrahkan begitu
saja tanpa ada bimbingan atau evaluasi dari manajer dalam hal ini kepala sekolah dan yang terjadi
adalah guru bekerja seolah tidak memiliki target dan tujuan yang jelas sehingga murid-murid pun
mengalami hambatan dalam belajar.

Belum lagi komplain dari wali murid terhadap kualitas pelayanan sekolah yang serba tidak memuaskan.
Dalam hal ini penulis berkesimpulan bahwa kehadiran kepala sekolah itu sangatlah diperlukan dalam
mengelola Sumber Daya Manusia sekaligus dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. secerdas apapun
manajer apabila ia tidak mampu mengelola dengan baik program-program sekolah yang dicanangkan
maka hal itu akan berakhir dengan angka nol atau tanpa hasil.

Kedua,kepala sekolah periode kedua atau yang masih menjabat saat ini. Beliau adalah orang yang sangat
peduli terhadap pendidikan khususnya di lingkungan sekolahan tersebut. Berbagai macam upaya telah
dilakukannya, mulai dari pendekatan ke birokrasi (tingkat RT hingga Camat)kemudian pendekatan
kepada wali murid semua dilakukan dalam rangka mengambil hati dan mengambil simpati mereka.
Ketika ada momentum lebaran beliau selalu mengirimkan parsel dan kartu ucapan selamat idul fitri.
Dalam event – event sekolah selalu mengundang mereka supaya ada pendekatan secara psikologis.
Hal itu ternyata cukup efektif, semenjak 2 (dua) tahun beliau memimpin jumlah murid kian bertambah.
Yang semula hanya 3 anak per kelas, sekarang menjadi 20an anak perkelas. Ini prestasi yang luarbiasa
saya kira. Sebuah manajemen yang hebat yang dilakukan oleh beliau bahkan tidak segan untuk
menggunakan uang pribadi dalam setiap program-program tersebut. Dan yang lebih hebat adalah
kepala sekolah ini tidak menerima uang gaji sedikitpun bahkan lebih sering ‘tombok’ (bahasa jawa).Saya
kira tidak banyak kepala sekolah yang memiliki karakter semacam ini di indonesia.

Namun begitu, ada istilah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”begitulah peribahasa menyebutkan. Sebaik-
baik manusia pasti memiliki kekurangan dan itu merupakan keniscayaan ‘bahwa manusia memang
tempatnya salah dan lupa’. Dalam konteks ini penulis tidak bermaksud merendahkan atau mengungkit
kelemahan kepala sekolah yang hebat tadi tetapi mencoba membanding fakta yang terjadi dengan teori
manajemen yang ada, apakah sudah sesuai ataukah belum.

Dari segi usia, kepala sekolah tersebut sudah sudah tidak dalam usia produktif, artinya sudah saatnya
ada regenasi supaya kemajuan yang sudah ada tidak lantas hilang ditelan bumi. Regenerasi bukan hanya
dari seri manusia tapi juga segi pemikiran. Dalam hal ini berkaitan dengan usia, seringkali beliau lupa
atau bahasa jawa “pikun”sehingga ketika rapat sering mengulang pembahasan yang sama. Sudah
diingatkan pun ketika pertemuan berikutnya masih tanya lagi, hal ini terkadang membutuhkan
kesadaran dan kesabaran dari guru – guru. Selain itu tingkat responsifitas beliau pun lambat, karena
memang faktor usia itu tadi. Tidak jarang sekolah telat mendapat informasi dari dinas terkait.

Sesungguhnya beliau bukanlah praktisi pendidikan, beliau mantan kepala pertanian di tingkat
Kabupaten sehingga keahliannya justru dibidang pertanian bukan pendidikan. Sehingga yang terjadi
adalah administrasi kantor yang berkaitan dengan pendidikan tidak teratur. Beliau hanya fokus pada
manajemen luar sekolah tetapi manajemen internal sering tidak sesuai. Program – program pendidikan
semua diserahkan pada guru karena dianggap lebih paham. Tetapi perlu dicatat bahwa guru disana
belum memiliki pengalaman dalam mengajar di lembaga pendidikan lain. Sehingga yang terjadi adalah
tidak seimbangnya kekuatan manajemen luar sekolah dengan manajemen di dalam sekolah.

Maka dalam hal ini perlu adanya upgradinguntuk guru supaya ada keseimbangan dari dua lini tersebut.
Kekuatan manajemen luar sekolah sudah bagus tinggal penguatan di sektor internal. Sehingga ada
pembagian tugas dan tanggung jawab karena kita tidak bisa memaksa beliau berfikir di semua sektor.
Program sekolah beliau yang menyusun, pendanaan pun tidak luput ditambah lagi konsolidasi dengan
pihak eksternal pun menjadi tanggung jawab mereka. Lantas peran guru apa? Apa hanya di kelas
menyampaikan materi? Tentu tidak. Maka dari itu perlulah belajar mengenai Manajemen Sumber Daya
Manusia, supaya semuua unsur dalam sekolah dapat berdaya guna. Mulai dari yayasan, kepala sekolah,
guru, tokoh masyarakat, birokrasi, komite, orangtua dan semua pihak yang tergabung didalamnya. Perlu
ada komunikasi yang lebih serius supaya menghasilkan langkah nyata dan produktif dalam sekolah
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai