Anda di halaman 1dari 1

Anakku, sapi perahku.

Ada dua kewajiban kita kepada anak-anak kita:


menyiapkan mereka agar mampu mandiri
menjalani hidup, dan menyiapkan diri kita agar
tak menjadi beban bagi mereka.

Reksa Dana
Manulife

www.klikmami.com

Anakku, Sapi Perahku


Anak-anak kita, malaikat-malaikat kecil yang wangi cologne bayi bercampur bau acem dan bikin kangen, atau jagoan-jagoan kecil
berisik yang kerap bandel dan menangis. Siapa sih, yang tak sayang mereka? Ingin rasanya mereka tak pernah tumbuh besar,
supaya enggak lepas dari pelukan. Tak ada seorang pun orangtua yang tega menyakiti anaknya. Kita menjaga anak-anak kita
dengan seluruh upaya, hingga kalau perlu tak sekali pun mereka digigit nyamuk.

Tapi coba tanya sekali lagi, kenapa sih, kita memiliki anak-anak? Kenapa kita rela pergi pagi pulang midnite buat mereka? Sambil
malu-malu, kita akan mengakui di dalam hati: supaya mereka jadi orang, lalu ketika aku tua nanti, mereka bisa menanggung
hidupku. Hayo, ngaku!

Jadi kesimpulannya, kita membesarkan anak-anak kita agar mereka bisa membalas budi kelak? Agar mereka bisa menanggung
beban ketika kita tak kuat lagi bekerja dan mengais rejeki sendiri? Pamrih, dong? Sama dong, anak-anak kesayangan kita
dengan sapi perah? Yuk, keluar dari lingkaran paham sadis ini.
Ada dua kewajiban kita kepada anak-anak kita: menyiapkan mereka agar mampu mandiri menjalani hidup dan menyiapkan diri
kita agar tak menjadi beban bagi mereka. Yang pertama, topik untuk lain kali. Yang kedua, mari kita selesaikan di sini.

Hidupku, bebanku

Coba tilik, berapa banyak kakak dan adik yang dimiliki orangtua kita? Bandingkan dengan berapa banyak kakak dan adik yang
kita miliki. Sejalan waktu, orang cenderung memiliki lebih sedikit anak. Maklum, biaya hidup dan biaya pendidikan naik terus
pantang turun. Nah, dengan jumlah anak bak kesebelasan sepak bola, orangtua zaman dulu bisa nyaman mengandalkan
anak-anaknya bergotong-royong, untuk mengongkosi hidupnya semasa pensiun nanti.

Orangtua zaman sekarang–alias kita-kita ini beda lagi ceritanya. Punya anak satu atau dua, kita enggak bisa berharap anak-anak
kita akan mampu melakukan hal yang sama. Ingatlah, bahwa mereka juga akan berkeluarga dan memiliki tanggung jawabnya
masing-masing, dengan beban yang lebih berat karena biaya hidup kian tinggi.

Siapkan bekal pensiun

Langkah pertama, tentu menghitung berapa dana pensiun yang cukup. Untuk menjamin kelangsungan dana pensiun, pastikan
kita punya sejumlah uang yang bunganya cukup untuk dimakan setiap bulan. Asumsi, biaya hidup sebulan kita adalah Rp1 juta
(sama dengan Rp12 juta setahun), sementara bunga deposito (netto setelah pajak) adalah 4% per tahun. Maka, untuk
menghasilkan Rp12 juta setahun, kita perlu pokok untuk didepositokan sejumlah Rp300 juta.

Jika biaya hidup kita Rp2 juta, artinya kita perlu mengumpulkan Rp600 juta. Jika biaya hidup kita Rp10 juta, artinya kita perlu
mengumpulkan Rp3 miliar. Dengan memiliki jumlah dana pensiun cukup, kita dapat mempertahankan pokoknya dan hanya
mengonsumsi bunganya (ini penting, karena kita nggak tau sampai usia berapa kita akan hidup). Kaget dengan besarnya uang
yang perlu dikumpulkan? Sama. Saya juga kaget ketika pertama berhitung, mules! Tapi kita cuma punya dua pilihan: berusaha
mewujudkan rencana ini atau mengorbankan anak-anak kesayangan kita.

Buat saya, cuma ada satu jalan: mulai sesegera mungkin.

Yuk, rencanakan masa tua kita dan bersiaplah menjadi papa-mama dan opa-oma favorit.

#yaREKSADANAaja #SekarangAja

Anda mungkin juga menyukai

  • DSP
    DSP
    Dokumen93 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2014 Desember
    2014 Desember
    Dokumen130 halaman
    2014 Desember
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen93 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen103 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2004 Desember No 15 Oke
    2004 Desember No 15 Oke
    Dokumen181 halaman
    2004 Desember No 15 Oke
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen215 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen112 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen135 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2017 Juni Ok
    2017 Juni Ok
    Dokumen115 halaman
    2017 Juni Ok
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • 2015 April Ok
    2015 April Ok
    Dokumen124 halaman
    2015 April Ok
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen119 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat
  • DSP
    DSP
    Dokumen132 halaman
    DSP
    Tugas Utomo
    Belum ada peringkat