BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi
yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap
sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami kekerasan,
terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai masalah
hidupnya (Aprillia, 2010).Banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil
setelah kehidupan seksual normal yang cukup lama.
Banyak pasutri yang memilih bercerai karena salah satu dari mereka tidak dapat
memberi keturunan. Ancaman terjadinya perceraian ini mencapai 43% dari masalah
dalam sebuah pernikahan yang ada. Mereka beranggapan bahwa peran mereka sebagai
orang tua tidak sempurna tanpa kehadiran seorang anak dalam kehidupan
perkawinannya. Pada umumnya faktor-faktor organic atau fisiologik yang menjadi sebab.
Akan tetapi,sekaran telah menjadi pendapat umum bahwa ketidakseimbangan jiwa dan
ketakutan yang berlebihan (emotional stress) dapat pula menurunkan kesuburan wanita
(Prawirohardjo, 2005).
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti
dikemukakan bahwa suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan dinyatakan sehat
jasmani dan rohani, karena kehamilan dapat terjadi apabila suami benar-benar sehat dan
kemampuan menunaikan tugas dengan baik, suami menyumbang 40% dari angka
kejadian infertil, sedangkan sisanya ada pada istri. Pada wanita dikemukakan beberapa
sebab infertilitas idiopatik, artinya semua keadaan fisik dan reproduksinya baik tetapi
pasangan tersebut belum dapat hamil (Manuaba, 1999).
Pendidikan agama yang terlampau kolot, yang menganggap segala yang
berhubungan dengan seks itu tabu dan prifasi sehingga tidak layak untuk dibicarakan
(Prawirohardjo, 2005).
Pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan pada tingkat dunia
mencapai 10-15%, dari jumlah tersebut 90% diketahui penyebabnya, sekitar 40%
diantaranya berasal dari faktor wanita (Hadibroto, 2007). Kejadian infertilitas di Amerika
Serikat sebesar 12%, ternyata fertilitas menurun setelah usia 35 tahun, kejadian
infertilitas pada wanita umur 16-20 tahun sebesar 4,5%, umur 35-40 tahun 31,3% dan
umur lebih dari 40 tahun sebesar 70% (Infertilitas, 2008)
Di Indonesia Infertilitas masih menjadi permasalahan bagi 15% pasangan suami
istri. Faktor infertilitas pria memegang peranan 50% dari keseluruhan kasus. Dan dari
keseluruhan kasus tersebut, dinyatakan bahwa 5% disebabkan oleh kualitas sperma
yang tidak baik dan berkurangnya jumlah sperma (Umami, 2009).
Menurut penelitian Mashuri, 2006, 93 pasangan infertile di Rumah Sakit Umum
dr. Pirngadi Medan, data yang diperoleh,49,46% infertilitas berasal dari pihak istri,
43,01% dari pihak suami dan 7,34% dari keduanya hasil penelitian menunjukkan bahwa
infertilitas paling banyak diderita oleh perempuan dan paling banyak ditemukan kasus
infertilitas primer sebanyak 90,32%. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan
bahwa angka kejadian infertilitas masih tinggi, serta pentingnya pengetahuan dan sikap
pasutri tentang kesehatan reproduksi khususnya infertilitas. Melihat fenomena di atas,
penulis tertarik untuk membuat konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah
yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
1. Apa definisi dari infertilitas?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan infertiitas.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mrngetahui definisi dari infertilitas?
b. Untuk mrngetahui saja klasifikasi dari infertilitas?
c. Untuk mrngetahui penyebab dari infertilitas?
d. Untuk mrngetahui patofisiologi dari Infertilitas?
e. Untuk mengetahui pathway dari infertilitas
f. Untuk mrngetahui manifestasi klinis dari infertilitas?
g. Untuk mrngetahui pemeriksaan diagnostik dari infertilitas?
h. Untuk mrngetahui penatalaksanaan medis dari Infertilitas?
i. Untuk mrngetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan infertilitas?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha
selama satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 1998).Infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas primer bila pasutri
tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.(Siswandi, 2006).
Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak menghasilkan
kehamilan dan kelahiran bayi hidup.
B. Klasifikasi Infertilitas
1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun bersenggama
teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-
turut.
2. Infertilitas sekunder yaitu Disebut infertilitas sekunder jika perempuan penah hamil,
akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilanselama 12 bulan berturut- turut.
C. Etiologi Infertilitas
j. Faktor penyakit
ii. Infeksi Panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi
wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur,
atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada
daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual,
nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau
berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas
fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
iii. Mioma Uteriadalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang
ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar,
lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam
(lapisan endometrium). Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif
saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri
akan mengecil atau sembuh.
iv. Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya
diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh
kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan
pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal
janin akan susah tumbuh.
v. Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran)
yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh
manusia.Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang
berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran
kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi
standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan
infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai
amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan,
dapat terdistribusi normal maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan
pembesaran indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon
yang mempengaruhi reproduksi wanita.
vi. Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu
dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi
kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang
tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam
pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
vii. Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya
merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium
polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid.
Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid
80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di
luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
k. Faktor fungsional
ii. Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses pengeluaran
sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan hormonal. Salah
satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah satu penyebab
utama kegagalan proses ovulasi yang normal. Ovarium polikistik disebabkan
oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang
berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam
darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel sel telur
tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga
akan terganggu.
iii. Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka
perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang
berperan adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu
dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan
hormon prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah
gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu
dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka
sperma tidak bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya
disebabkan oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic
Inflammatory Disease) atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur
klamidia.Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus
yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
dan akhirnya terjadi abortus berulang.Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan
sperma tidak dapat bertemu.
iv. Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.Setelah sel telur dibuahi
oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio, selanjutnya terjadi
proses nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan yang memiliki
kadar hormon progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan
pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena struktur
jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang
memadai.
c. Manifestasi klinis.
D. Patofisiologi
1. Wanita
Pada Wanita
Hasil konsepsi
Tidak kunjung Timbul rasa malu
tidak berkembang Gg. Harga Diri
hamil dan tidak berguna
normal
MK : HDR
MK : Ansietas
F. Manifestasi Klinis
a. Wanita
- Terjadi kelainan system endokrin
- Hipomenore dan amenore
- Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetic
- Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
- Wanita infertil dapat memiliki uterus
- Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor
- Traktus reproduksi internal yang abnormal
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik
a. Hirsutisme diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat
b. Pembesaran kel. Tiroid
c. Galaktorea
d. Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus
e. PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa
b. Pemeriksaan penunjang
a. Analisis Sperma :
Jumlah > 20 juta/ml
Morfologi > 40 %
Motilitas > 60 %
b. Deteksi ovulasi :
Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah ovulasi : Bifasik
Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks
encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis
dan terjadi Estradiol meningkat
c. Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus
ovulatoar, Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus
Anovulatoar
d. Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
FSH serum : 10 - 60 mIU/ml
LH serum : 15 - 60 mIU/ml
Estradiol : 200 - 600 pg/ml
Progesteron : 5 - 20 mg/ml
Prolaktin : 2 - 20 mg/ml
e. USG transvaginal
Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m
f. Histerosalpinografi
i. Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini
dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan
parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal. Menilai
Faktor tuba : lumen, mukosa, oklusi, perlengketan
ii. Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus, Duplex),
mioma, polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)
iii. Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum
perkiraan ovulasi
iv. Keterbatasan : tidak bisa menilai
v. Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
vi. Fimbria : Fimosis fimbria
vii. Perlengketan genitalia Int.
viii. Endometriosis
ix. Kista ovarium
x. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas CO2)
g. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi
kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra
uterin.
h. Uji paska sanggama (UPS)
Syarat :
Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama. Waktu
sanggama sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat seperti
daun pakis.
Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks.
Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB
Analisa semen.
- Parameter
- Warna putih keruh
- Bau bunga akasia
- Ph 7,2 – 7,8.
- Volume 2-5 ml
- Vikositas 1,6 – 6,6 centipose
- Jumlah sperma 20 juta / ml
- Sperma motil > 50 %
- entuk normal > 60 %
- Kecepatan gerak sperma 0,18 – 1,2 detik
- Persentasi gerak motil > 60 %
- Aglutinasi tidak ada
- Sel – sel sedikit, tidak ada
- Uji fruktosa 150 – 650 mg/dl.
i. Laparoskopi :
Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh
Menilai faktor :
Peritoneum/endometriosis
Perlengketan genitalia Interna
Tuba : patensi, dinding, fimbria
Uterus : mioma
Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum
Keterbatasan:
Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
Bersifat invasif dan operatif
H. Penatalaksanaan Medis
1. Medikasi
a. Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)
Klomifen sitrat
i. Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH
ii. Diberikan pd hari ke-5 siklus haid
iii. 1 x 50 mg selama 5 hari
iv. Ovulasi 5 - 10 hari setelah obat terakhir
v. Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal
vi. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 - 200 mg/hari
vii. 3 - 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 - 10.000 IU
b. Epimestrol
Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 - 14 siklus haid, 5 - 10 mg/hari
c. Bromokriptin
Menghambat sintesis & sekresi prolaktin
Indikasi : Kdr prolaktin tinggi (> 20 mg/ml) dan Galaktore
Dosis sesuai kadar prolaktin :
Oligomenore 1,25 mg/hari
Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari
Gonadotropin
HMG (Human Menopausal Gonadotropine)
FSH & LH : 75 IU atau 150 IU
Untuk memicu pertumbuhan folikel
Dosis awal 75 - 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5 siklus haid
d. HCG
T IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi
Diameter folikel17 - 18 mm dgn USG transvaginal
Mahal, sangat beresiko :
Perlu persyaratan khusus
Hanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi
Catatan : Untuk pria diterapi dengan FSH, Testosteron
e. Terapi hormonal pada endometriosis
Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis
f. Danazol
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 200 - 800 mg/hari, dosis dibagi 2x pemberian
g. Progesteron
Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
h. Medroksi progesteron asetat 30 - 50 mg/hari
i. GnRH agonis
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 3,75 mg/IM/bulan
Tidak boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang
2. Tindakan Operasi Rekontruksi
Koreksi :
a. Kelainan Uterus
b. Kelainan Tuba : tuba plasti
c. Miomektomi
d. Kistektomi
e. Salpingolisis
f. Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis +
infertilitas
g. Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan Operasi Varicokel.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFERTILITAS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Diri Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
dihubungi : Suami
Nama : Tn. B
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
b. Keluhan Utama
Saat dikaji klien mengeluh nyeri perut.
b. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
BB : 49 kg TB : 157 cm
c. Poal Eliminasi
i. Sebelum Sakit
BAB : Frekuensi : 1-2 x/hari
Konsistensi : Lembek
waktu : pagi
Warna : Kuning
Bau : Ammonia
4. Riwayat Reproduksi
a. Pertama kali haid Umur : 15 tahun, lamanya 6-7 hari, teratur warna darah
merah, konsiotensi cair tanpa gumpalan.
b. Pertama kali menikah usia 20 tahun, kehamilan banyaknya 2 x
Abortus : tidak pernah
section cesarra : tidak pernah
c. Menjadi peserta KB
5. Riwayat Keluarga
Genogram :
: Laki-laki
3 : Perempuan
* : meninggal
: tinggal bersama
Komentar :
Dikeluarga klien tidak ada yang menderita penyakit ini, hanya klien yang menderita
penyakit ini. Mengenai penyakit turunan seperti : hipertensi, DM, disangkal oleh
keluarga. Penyakit menular seperti : TBC, dan infeksi daerah kewanitaan disangkal
oleh keluarga.
6. Riwayat Lingkungan
Klien tinggal dilingkungan rumah yang bersih dan masyarakat yang terbuka,
jauh dari bahaya radiasi dan polusi. Klien pernah mengalami ataupun terpajan
dengan udara bahaya dan polusi.
7. Aspek psikososial
a. Pola pikir dan persepsi menggunakan bantuan dengan menurunkan sensitifitas
pengaruh sakit, saat ini lebih berfokus dengan kondisi penyakit dengan harapan
dapat sembuh dan berkumpul kembali dengan keluarga besar dirumah.
Suasana hati tidak terbebani dengan kondisi penyakit, banyak mendapat
dukungan, Dokter, Perawat dan teman.
b. Hubungan/komunikasi
Bicara relevan, jelas dan mampu mengekspresikan, menggunakan adat
istiadat lebih dominant suku tombulu.
Pola komunikasi langsung, pola keuangan memadai, biaya hidup ditanggung oleh
suami, kesulitan dalam keluarga tidak ada.
c. Pertahanan/mekanisme koping
Pengambilan keputusan adalah suami dan dibantu oleh klien sebagai istri,
mampu memecahkan masalah, selau mencari jalan keluar dalam setiap
permasalahan yang dihadapi.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/90 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T : 36,6 0C
b. Kepala
Bentuk : Bulat simetris
c. Mata
Reaksi terhadap cahaya : Baik
Konjugtiva : Anemis
d. Hidung
Nasal septum : Centralis
g. Abdomen
Inspeksi : Terdapat luka operasi secara Horizontal.
j. Ekstremitas
i. Ekstremitas atas
Kesimetrisan : Simetris
Cyanosis : Tidak ada
Akral : Hangat
Akral : Hangat
- Ureum : 20 mg/dl
- Kreatinin : 0,8 mg/dl
- Albumin : 3,8 mg/dl
- Hb : 11,5 mg/dl
Persepsi nyeri
Nyeri akut
2. DS : Infertilitas Ansietas
- klien mengatakan cemas
↓
dengan keadaan
penyakitnya. Kurang pengetahuan pasien dan
DO : keluarga mengenai proses
penyakitnya
- Pasien dan keluarga
sering bertanya pada ↓
dokter dan perawat
tentang penyakitnya Merupakan stressor bagi pasien
↓
Ansietas
D. INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC )
1. Nyeri akut b/d reseptor NOC : NIC :
nyeri Pain
Level, Pain Management
DS :
Pain Kaji tipe dan sumber
- klien mengatakan control, nyeri untuk
nyeri daerah Comfort menentukan intervensi
perut. level Observasi reaksi
DO : Kriteria Hasil : nonverbal dari
Mampu mengontrol ketidaknyamanan
- wajah tampak
nyeri (tahu penyebab Gunakan teknik
meringis nyeri, mampu komunikasi terapeutik
- TD : 110/90 mmHg menggunakan tehnik untuk mengetahui
- N : 84 x/mnt nonfarmakologi pengalaman nyeri
- R : 24 x/mnt untuk mengurangi pasien
nyeri, mencari
Evaluasi
bantuan)
pengalaman nyeri
Melaporkan bahwa
masa lampau
nyeri berkurang
dengan Kontrol lingkungan
menggunakan yang dapat
manajemen nyeri mempengaruhi nyeri
Mampu mengenali seperti suhu ruangan,
nyeri (skala, pencahayaan dan
intensitas, frekuensi kebisingan
dan tanda nyeri) Kurangi faktor
Menyatakan rasa presipitasi nyeri
nyaman setelah nyeri
Pilih dan lakukan
berkurang
penanganan nyeri
Tanda vital dalam
(farmakologi, non
rentang normal
farmakologi dan inter
personal)
Ajarkan tentang
teknik non farmakologi
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan
dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration
2. DS : NOC : NIC :
Anxiety Reduction
- klien mengatakan Anxiety control
(penurunan kecemasan)
cemas dengan Coping
Gunakan
keadaan penyakitnya. Kriteria Hasil :
pendekatan yang
DO : Klien menenangkan
mampu
- Pasien dan keluarga Nyatakan dengan
mengidentifikasi dan jelas harapan terhadap
sering bertanya pada
mengungkapkan pelaku pasien
dokter dan perawat
gejala cemas Jelaskan semua
tentang penyakitnya
Mengid prosedur dan apa yang
entifikasi, dirasakan selama
mengungkapkan dan prosedur
menunjukkan tehnik Temani pasien untuk
untuk mengontol memberikan keamanan
cemas dan mengurangi takut
Vital Berikan informasi
sign dalam batas faktual mengenai
normal diagnosis, tindakan
Postur
tubuh, ekspresi wajah, prognosis
bahasa tubuh dan Dengarkan dengan
tingkat aktivitas penuh perhatian
menunjukkan Identifikasi tingkat
berkurangnya kecemasan
kecemasan Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
1. Mencatat masalah
medis/psikologis
hasil : adanya nyeri
Tanggal 14
2. Mencatat adanya
November
sakit, karakteristik,
2015 jam :
intensitasdan durasi
08.30 WIB
Hasil : nyeri tekan dan
lepas 2-3 detik
meningkat dengan S : Klien
penekanan dan mengatakan
pergerakan berlebih nyeri masih
pada perut . terasa.
3. Mengkaji TTV
hasil :
TD : 110/90 mmHg
O : Nyeri
N : 24 x/mnt
tekan durasi
R : 84 x/mnt
1-2 dtk
4. Mengkaji
ketidaknyamanan TD : 110/90
yang berasal dari mmHg
perut
N : 84 x/mnt
Hasil : klien
Minggu, 15 merasakan nyeri R : 20 x/mnt
November hanya di daerah perut
A : Masalah
2015. 5. Menganjurkan teknik
belum teratasi
relaksasi, menarik
nafas dalam
Hasil : klien mampu P : Lanjutkan
mempraktekkan dan intervensi,
merasa sedikit
nyaman.
1. Mencatat adanya
sakit, karakteristik,
intensitas dan durasi Tanggal 15
Hasil : nyeri tekan, 1-2 November
detik meningkat 2015 jam :
dengan pergerakan 08.30 WIB
2. Mengkaji TTV
Hasil :
TD : 110/90 mmHg S : Klien
N : 84 x/mnt mengatakan
R : 24 x/mnt nyeri
3. Menganjurkan berkurang
penggunaan teknik O :
relaksasi
Hasil : klien TD : 110/90
Senin,16 mengatakan sudah mmHg
November praktekkan teknik R : 24 x/mnt
2015. relaksasi, tarik nafas
N : 84 x/mnt
dalam setiap merasa
nyeri Klien mampu
mempraktekk
an teknik
relaksasi nafas
dalam
A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan
Tindakan.
1. Mencatat adanya
sakit, karakteristik
Hasil : klien
Tanggal 16
mengatakan nyeri
November
berkurang
2010 jam :
2. Mengkaji TTV
08.30 WIB
Hasil :
TD : 120/80 mmHg S : Klien
N : 80 x/mnt mengatakan
R : 24 x/mnt nyeri hilang.
3. memberikan obat
O :
sesuai indikasi
TD : 120/90
mmHg
N : 80
x/mnt
R : 20
x/mnt
A : Masalah
teratasi
P: Intervensi
dihentikan
2. Selasa, 17 1. Mengkaji tingkat Tanggal 17
November kecemasan pasien oktober jam :
2015 Hasil : pasien tidak 09.00 WIB
cemas lagi dan pasien
S : pasien
tampak tenang
mengatakan
2. Memberikan tidak cemas
penjelasan mengenai lagi dengan
penyakit keadaannya
Hasil : pasien
mengerti dengan
penjelasannya O : Pasien
memahami
3. Menganjurkan
dan mengerti
keluarga untuk
dengan
memberikan support
keadaannya
atau dukungan pada
pasien.
4. Memberikan
A : Masalah
dorongan spiritual
teratasi.
terhadap pasien
P : Intervensi
dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Di bidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurang
mampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidak mampuan
mutlak untuk memiliki keturunan. Jadi, pasangan suami istri
dikategorikan mengalami infertilitas bila tidak juga mengalami pembuahan,
sekalipun sudah melakukan hubungan seksual secara teratur - tanpa kontrasepsi
- dalam periode setahun. Sedangkan kemandulan atau sterilitas adalah perempuan
yang rahimnya telah diangkat atau laki-laki yang telah dikebiri (dikastrasi).infertilitas
terbagi menjadi infertilitas primer dab inrfertilitas sekunder. Infertilitas primer
adalah bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali,
sedangkan infertilitas sekunder adalah bila pasangan tersebut sudah memiliki anak,
kemudian memakai kontrasepsi namun setelah di lepas selama satu tahun belum
juga hamil.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Harapan, Rustam E. 1994. Neoplasia Intraepitel Pad Serviks. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.