Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIVITAS PENGAWET DAN RESPON PANELIS PENGGUNAAN MASKER WAJAH

BIJI KAKAO KOMBINASI RUMPUT LAUT

Preservative Effectiveness and Panelists Response Using Face Mask Combination of


Cocoa Beans and Seaweed
Wahyuni

Balai Besar Industri Hasil Perkebunan


Jl. Prof. Abdurahman Basalamah No. 28 Makassar 90231
Email: wahyunibakri24@gmail.com

ABSTRACT

Nonfermented cocoa beans can be used as healthy food and skin care products because the
antioxidant content that can resist toxins. This study aims to utilize nonfermented cocoa benas and
seaweed as raw material for skin health and care product (facial mask) with the influence of
preservative effectiveness and panelists response. Variations in the amount of seaweed added of 15,
20, and 25 g refer to the prelimanary study. Another ingredients are cocoa liquor, methyl paraben and
propyl paraben in the amount of 2,5 g; 0,9 g; and 0,02 g respectively. The results showed that
nonfermented cocoa beans can be processed as facial helath products (face cream mask). The
preservative effectiveness known through microbes test, on the 14 th days the number of bacteria that
still alive no more than 0.1% of initial population. Panelists are adult women or men and have no
allergies history with observation parameters and results test meet the requirements of face mask
cream.

Keywords: face mask cream, cocoa liquor, preservative effectiveness, panelists response

ABSTRAK

Biji Kakao nonfermentasi sebagai makanan kesehatan maupun produk perawatan kulit karena kaya
akan nutrisi sebagai antioksidan yang dapat menolak racun dalam tubuh baik untuk pemakaian dalam
maupun untuk pemakaian luar. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan biji cokelat
nonfermentasi dan rumput laut sebagai bahan baku produk untuk kesehatan dan perawatan kulit
wajah (masker wajah) dengan pengaruh efektivitas pengawet dan respon pada panelis. Variasi
jumlah rumput laut yang ditambahkan, yaitu 15, 20 dan 25g mengacu pada penelitian pendahuluan
dengan penggunaan pasta kakao yg konstan yaitu 2,5 gr resep krim, komposisi bahan tambahan
pengawet metil paraben 0,9g dan propil paraben 0,02g sedangkan formula lainnya dibuat tetap. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa biji cokelat non fermentasi dapat diolah sebagai bahan baku produk
untuk kesehatan perawatan wajah (krim masker wajah). Hasil Uji Efektivitas pengawet dengan
mikroba uji yang digunakan pada hari ke 14 yaitu jumlah bakteri yang masih memiliki daya hidup tidak
lebih dari 0,1 % dari kadar awal (Populasi Awal). Uji Panelis kriteria inklusi wanita/pria dewasa muda
dan tidak memiliki riwayat alergi dengan parameter pengamatan dan hasil uji memiliki skor yang
memenuhi syarat krim masker wajah.

Kata Kunci: Krim masker wajah, pasta kakao, efektivitas pengawet, respon panelis.

I. PENDAHULUAN

Kakao merupakan salah satu hasil perkebunan yang cukup potensial dalam
mewujudkan program pembangunan perkebunan terutama untuk penyediaan lapangan
kerja, pendorong pengembangan wilayah, peningkatan kesejahteraan rakyat/petani dan
peningkatan pendapatan/devisa Negara.

Pada era agro industri dimasa mendatang, upaya perbaikan mutu biji kakao perlu
dilakukan secara simultan dan terintegrasi dengan pengembangan industri sekunder.

40
Buah kakao secara garis besar terdiri 3 bagian, yaitu kulit buah 75,67%, plasenta
2,59%, dan biji kakao 21,74 %. Buah kakao yang masak memiliki kulit tebal dan berisi 30 –
40 biji yang di selimuti oleh plasenta.

Komponen – komponen khusus menurut Bernard, W. Minifie (1980) antara lain


adalah: polifenol/flavonoid (anthocyanin, leucoantocyanin 3%, catechol/cathecin 3% dan
polifenol kompleks) yang berguna sebagai anti oksidan baik sebagai makanan kesehatan
maupun sebagai perawatan kulit.

Sebagai perawatan kulit karena adanya lemak sebagai emollient yang mengandung
vitamin E dan berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat mencegah masuknya radikal
bebas yang dapat mengganggu aktifitas enzim selain itu vitamin E dapat mencegah
pengerutan dan penuaan pada kulit.

Rumput laut adalah tanaman yang liar dan tumbuh dilautan yang merupakan kategori
algae atau ganggang. Rumput laut memiliki ciri dan bentuk yang beragam, salah satunya
memiliki bentuk yang pipih dan bercabang. Dalam kandungan rumput laut itu sendiri
mengandung nutrisi alami seperti vitamin A, B1, B2, B12, C, D, E, F, K, mineral dan asam
lemak yang baik bagi tubuh.

Manfaat rumput laut untuk kecantikan karena mengandung mineral yang sangat kaya
dan dibutuhkan oleh kulit sperti Vitamin B Kompleks, vitamin C, Magnesium, dan berbagai
mineral lainnya yang membantu metabolism sel kulit. Kandungan Mineral yang ada pada
rumput laut dapat melancakan metabolism aliran darah dan mengeluarkan racun yang ada
pada tubuh.

Rumput laut mengandung antioksidan. Senyawa fenol yang terdapat pada rumput laut
adalah senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan, selain itu rumput laut kaya juga serat
iodium dan mineral – mineral penting lainnya. Radikal bebas adalah suatu molekul sifatnya
sangat stabil dan sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh
manusia, disinilah sebenarnya fungsi dari Antioksidan disamping manfaat lainnya seperti
mencegah pemicu penyakit regenerative.

Rumput laut hijau, merah ataupun coklat merupakan sumber potensial senyawa
bioaktif yang sangat bermanfaat bagi pengembangan (1) industri farmasi seperti sebagai
anti bakteri, anti tumor, anti kanker atau sebagai reversal agent dan (2) industri agrokimia
terutama untuk antifeedant, fungisida dan herbisida (Bachtiar, 2007).

Menurut Kordi (2010) bahwa rumput laut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
pesisir sebagai obat luar, salah satunya sebagai bahan antiseptik alami. Hasil penelitian
Pringgenies et al., (2011) menunjukkan potensi rumput laut sebagai antibakteri patogen
yang dapat menyebabkan penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi
adalah infeksi pada kulit. Bakteri Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa
merupakan kuman patogen yang sering menyebabkan infeksi kulit pada manusia,
sedangkan Micrococcus luteus merupakan bakteri yang sering ditemukan menginfeksi kulit
ikan (Refdanita et al, 2004; Aydin et al, 2005).

Pemaikaian rumput laut dalam bentuk masker secara teratur bias membuat kulit halus
dan bercahaya. Kulitpun akan terlihat segar dan berseri, selain itu akan terlihat awet muda
dan terhindar dari masalah jerawat. Tidak hanya itu rumput laut yang berwarna cokelat juga
dipercaya dapat mengatasi jerawat yang terjadi pada kulit wajah, rumput laut cokelat
mempunyai efek anti-inflamasi (anti radang) untuk membantu mengurangi pembengkakan
jerawat.

Bahan pengawet merupakan salah satu bahan yang penting dalam suatu sediaan
kosmetik, terutama sediaan yang mengandung kandungan air yang tinggi. Sediaan
kosmetik merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisma seperti
41
bakteria dan kulat. Pertumbuhan mikroorganisma dalam suatu sediaan kosmetik bukan saja
akan merusak sediaan tersebut malah mungkin mendatangkan resiko kesehatan kepada
pengguna seperti infeksi atau irritasi kulit. Oleh sebab itu, bahan pengawet berperanan
untuk memanjangkan jangka waktu sediaan kosmetik dengan memberi perlindungan dari
kontaminasi mikrobial semasa penggunaan atau penyimpanan kosmetik.

Fungsi utama bahan pengawet dalam sediaan kosmetik adalah untuk menghalang
pertumbuhan mikroorganisma semasa kosmetik digunakan dan mengurangi kerusakan
kosmetik dari segi perubahan bau atau komposisi yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroorganisma. Oleh sebab itu, bahan pengawet sangat penting untuk menjamin kualitas
dan keselamatan suatu sediaan kosmetik selama masa penggunaannya.

Kegiatan penelitian efektivitas pengawet dan respon panelis penggunaan masker


wajah biji kakao kombinasi rumput laut dimaksudkan untuk memanfaatkan biji kakao non
fermentasi dan rumput laut sebagai bahan baku produk untuk kesehatan dan perawatan
kulit wajah (masker). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan
pengawet dan bagaimana respon panelis pada penggunaan masker wajah sebagai bahan
produk kosmetik.

II. BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi biji kakao non fermentasi dan
rumput laut jenis ecottoni yang berasal dari daerah Bantaeng. Adapun bahan penolong yang
digunakan Zink Oksida, Veegum, Propilen Glikol, Asam Stearat, Emulgator (novemmer),
Metil Paraben, Propil Paraben, Alkohol 70%, Setil Alkohol, Aquabidest.

Alat yang digunakan mencakup Spectrofotometer, AAS, CentrifugeHettich, Brookfield


Helipeth Stand, tanur, oven, waterbath, mixer dan alat – alat gelas lainnya untuk analisis.

II.1. Metode Penelitian

Metode penelitian mencakup formulasi dan analisis sediaan masker wajah rumput laut
berbentuk krim yang diformulasi dari pasta kakao non fermentasi dan rumput laut jenis e-
cottoni. Penelitian mencakup penelitian pendahuluan yang menggunakan formula dari
penelitian yang telah dilakukan yaitu masker wajah dari pasta kakao dan dilanjutkan dengan
penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan bertujuan menentukan perbandingan pasta
kakao dengan kolagen rumput laut dalam satu resep produk dan , yang secara visual
menghasilkan masker bentuk krim yang tidak menunjukkan terjadinya pemisahan fase cair
dengan fase minyak. Pada tahap ini dilakukan pada 2 komposisi bahan dengan jumlah tetap
pada bahan pengawet.

Tabel. 1. Komposisi penelitian pendahuluan Bahan Sediaan Masker Wajah Rumput Laut

Bahan Formula %
I II III
Pasta kakao 5 7 9
Zink oksida 5 5 5
Veegum 5 5 5
Propilen glikol 10 10 10
Asam stearat 1 1 1
Emulgator (Novemmer) 1 1 1
Metil paraben 0,9 0,9 0,9
Propil paraben 0,02 0,02 0,02
Alkohol 70% 20 20 20
Setil alkohol 0,5 0,5 0,5
Air 57,58 57,58 57,58
42
Pada penelitian lanjutan, jumlah pasta divariasikan kembali dengan mengacu pada
hasil penelitian yang telah dilakukan dua variant. Mutu krim masker wajah rumput laut
diujikan pada laboratorium, yang meliputi uji Mikrobiologi keterkaitan dengan uji efektivitas
pengawet.

Tabel. 1. Komposisi Bahan Sediaan Masker Wajah Rumput Laut

Bahan Formula %
I II III
Pasta (A) 2,5 2,5 2,5
Zink Oksida 2,5 2,5 2,5
Veegum 5 5 5
Propilen Glikol 10 7,5 5
Asam Stearat 0,5 0,5 0,5
Emulgator (B) 1,25 1,25 1,25
Metil Paraben 0,9 0,9 0,9
Propil Paraben 0,02 0,02 0,02
Alkohol 70% 20 20 20
Setil Alkohol 0,5 0,5 0,5
Aquadest 45,58 45,58 45,58
Rumput Laut 15 20 25

II.2. Proses pembuatan masker wajah rumput laut.

Menyiapkan kolagen rumput laut dengan cara timbang 100 gr rumput laut bersihkan
dengan cara mencucinya hingga bersih 5-6 kali, lakukan perendaman selama 8 jam dengan
ganti air rendaman setiap 2 jam, angkat dan tiriskan hingga air rendaman tuntas, blender
agar benar – benar halus, rebus 15 – 20 menit kedalam 2,5 lliter air, simpan dalam lemari
es.

Masing – masing bahan ditimbang dengan kebutuhan, pasta kakao di satukan dengan
zink oksida (ZnO), veguum hingga homogen. Bahan – bahan senyawa fase minyak yaitu
asam stearat, setil alkohol dilebur diatas penangas air. Setelah melebur sempurna,
dilarutkan propil paraben sambil diaduk hingga suhunya mencapai 70 0C, kemudian
ditambahkan propilen glikol sambil suhu tetap dipertahankan pada suhu 70 0C.

Masker wajah rumput laut dibuat dengan cara bahan fase minyak ditambahkan sedikit
demi sedikit. Secara terus meneruskedalam bahan – bahan fase cair sambil diaduk dengan
mixer selama dua menit. Hasil pencampuran kemudian didiamkan selama 30 detik,
dilanjutkan dengan pengadukan sampai terbentuk cairan kental. Campuran pasta kakao,
zink oksida dan veegum kemudian ditambahkan kedalam campuran fase minyak dan fase
cair secara perlahan sedikit demi sedikit. Jika suhu sudah mencapai 50 0C ditabahkan
emulgator novemmer dan dilakukan pengadukan dengan kecepatan tinggi hingga terbentuk
basis krim kemudian tembahkan kolagen rumput laut dan alcohol sambil terus diaduk
sampai homogeny. Pengadukan dihentikan jika krim masker wajah rumput laut yang
terbentuk mempunyai teksturyang halus. Selanjutnya dikemas dalam tube yang telah
disterilkan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. Penelitian Pendahuluan

Dari hasil penelitian, teramati secara visual bahwa penggunaan pasta kakao 2,5 g,
emulgator 1,25 g dan rumput laut 15 g menghasilkan masker berbentuk krim ( semi padat)
dengan tekstur lembut dan tercampur sempurna (tidak terjadi pemisahan fase cair).
43
Berdasarkan hasil penelitian formula krim masker wajah rumput laut dengan komposisi
pasta kakao masing – masing 2,5 g dengan variasi rumput laut 15, 20, dan 25 g, propilen
glikol sebagai bahan tambahan dengan variasi 10; 7, 5 dan 5 g dan dimana komposisi
bahan lainnya konstan.

Uji Efektivitas Pengawet

Tabel 2. Hasil Uji Efektivitas Pengawet Sampel W1

Mikroba Uji Perhitungan Hasil Keterangan


Staphylococcus aureus 2,0 x 103
ATCC 6538 ----------- x 100% 0,04% Efektif
5,1x106
Pseudomonas 2,3 x 102
aeruginosa ----------- x 100% 0,0013% Efektif
ATCC 9027 1,8 x 107
Esherichia coli 3,1 x 102
ATCC 8939 ----------- x 100% 0,0045% Efektif
6,9 x 106
Salmonella typhi 4,1 x 102
ATCC 6539 ----------- x 100% 0,0029% Efektif
1,4 x 107
Candida albicans - Populasi awal
ATCC 10231 Mikroba : 2,1x105 Berkurang Efektif
-Populasi hari ke 14 :
2,0x103
Aspergillus niger -Populasi awal
Mikroba : 1,0x105 Berkurang Efektif
-Populasi hari ke 14 :
1,5x104

Interpretasi Hasil

Suatu pengawet dinyatakan berdaya guna, jika:


1. Pada hari ke 14, jumlah bakteri yang masih memiliki daya hidup tidak lebih dari 0,1%
dari kadar awal (Populasi Awal).
2. Selama 14 hari pertama, jumlah ragi atau kapang yang masih memiliki daya hidup tetap
pada kadar awal (Populasi awal) atau berkurang.
3. Untuk hari berikutnya sampai hari ke 28, jumlah tiap mikroba TETAP seperti no1 dan 2
atau berkurang.
Dari hasil pengujian sampel masker W1 bahwa efektivitas pengawet terhadap formula
masker wajah dari biji kakao nonfermentasi dengan kombinasi rumput laut dengan
penggunaan pasta kakao 2,5 g dan 10 g rumput laut sedangkan bahan pengawet metil
paraben 0,9 dan propil paraben 0,02 masih memenuhi syarat uji efektivitas pengawet
dengan hasil jumlah tiap mikroba uji tetap/berkurang sampai hari ke 28 dan daya hidup
tidak lebih dari 0,1% dari kadar awal (Populasi Awal).

44
Tabel 3. Hasil Uji Efektivitas Pengawet Sampel W2

Mikroba Uji Perhitungan Hasil Keterangan


Staphylococcus aureus 1,0 x 103
ATCC 6538 ----------- x 100% 0,0196% Efektif
5,1x106
Pseudomonas 1,0 x 102
aeruginosa ----------- x 100% 0,0006% Efektif
ATCC 9027 1,8 x 107
Esherichia coli 1,5 x 102
ATCC 8939 ----------- x 100% 0,0022% Efektif
6,9 x 106
Salmonella typhi 1,0 x 102
ATCC 6539 ----------- x 100% 0,0007% Efektif
1,4 x 107
Candida albicans -Populasi awal
ATCC 10231 Mikroba : 2,1x105 Berkurang Efektif
-Populasi hari ke 14 :
2,2x104
Aspergillus niger -Populasi awal
Mikroba : 1,0 x 105 Berkurang Efektif
-Populasi hari ke 14 :
2,3x103
Interpretasi Hasil

Suatu pengawet dinyatakan berdaya guna, jika:

1. Pada hari ke 14, jumlah bakteri yang masih memiliki daya hidup tidak lebih dari 0,1%
dari kadar awal (Populasi Awal).
2. Selama 14 hari pertama, jumlah ragi atau kapang yang masih memiliki daya hidup
tetap pada kadar awal (Populasi awal) atau berkurang.
3. Untuk hari berikutnya sampai hari ke 28, jumlah tiap mikroba TETAP seperti no1 dan 2
atau berkurang.
Dari hasil pengujian sampel masker W2 bahwa efektivitas pengawet terhadap formula
masker wajah dari biji kakao nonfermentasi dengan kombinasi rumput laut dengan
penggunaan pasta kakao 2,5 g dan 10 g rumput laut sedangkan bahan pengawet metil
paraben 0,9 dan propil paraben 0,02 masih memenuhi syarat uji efektivitas pengawet
dengan hasil jumlah tiap mikroba uji tetap/berkurang sampai hari ke 28 dan daya hidup
tidak lebih dari 0,1% dari kadar awal (Populasi Awal).

45
Tabel 4. Hasil Uji Efektivitas pengawet Sampel W3

Mikroba Uji Perhitungan Hasil Keterangan


Staphylococcus aureus 2,0 x 102
ATCC 6538 ----------- x 100% 0,0039% Efektif
5,1 x 106
Pseudomonas 3,7 x 102
aeruginosa ----------- x 100% 0,0021% Efektif
ATCC 9027 1,8 x 107
Esherichia coli 8,9 x 102
ATCC 8939 ----------- x 100% 0,0129% Efektif
6,9 x 106
Salmonella typhi 3,0 x 102
ATCC 6539 ----------- x 100% 0,0021% Efektif
1,4 x 107
Candida albicans -Populasi awal
ATCC 10231 Mikroba : 2,1x105 Berkurang Efektif
-Populasi hari ke 14 : 8,2 x
103
Aspergillus niger -Populasi awal
Mikroba : 1,0x105 Berkurang Efektif
-Populasi hari ke 14 : 6,3 x
103
Interpretasi Hasil

Suatu pengawet dinyatakan berdaya guna , jika:

1. Pada hari ke 14, jumlah bakteri yang masih memiliki daya hidup tidak lebih dari 0,1%
dari kadar awal (Populasi Awal).
2. Selama 14 hari pertama, jumlah ragi atau kapang yang masih memiliki daya hidup
tetap pada kadar awal (Populasi awal) atau berkurang.
3. Untuk hari berikutnya sampai hari ke 28, jumlah tiap mikroba TETAP seperti no1 dan 2
atau berkurang.
Hasil pengujian sampel masker W3 bahwa efektivitas pengawet terhadap formula
masker wajah dari biji kakao nonfermentasi dengan kombinasi rumput laut dengan
penggunaan pasta kakao 2,5 g dan 10 g rumput laut sedangkan bahan pengawet Dari
metil paraben 0,9 dan propil paraben 0,02 masih memenuhi syarat uji efektivitas
pengawet dengan hasil jumlah tiap mikroba uji tetap/berkurang sampai hari ke 28 dan
daya hidup tidak lebih dari 0,1% dari kadar awal (Populasi Awal).

III.2. Uji Panelis

Uji Panelis dilakukan pada 8 wanita dan 2 pria, usia 19-40 tahun. Kriteria inklusi :
wanita /pria dewasa muda dengan tangan normal dan tidak memiliki riwayat alergi. Seluruh
subyek terlebih dahulu mencuci lengan dan telapak tangan kemudian dikontakkan dengan
masing – masing sampel W1, W2 dan W3. Sampel uji dibiarkan kontak selama 2 jam.
Parameter pengamatan dan hasil uji dapat dilihat pada tabel 5.

46
Tabel 5. Tabel respons panelis terhadap sampel W1

Parameter Penilaian Skor Kesimpulan


Aroma 1. tidak harum Sedikit harum
2.harum,menyenangkan 1,5
3.sangat harum
Konsistensi 1.Sangat Lembek 1,1 Sangat Lembek
2.Lembek
3.Keras
Tekstur 1.Kasar 1,7 Halus
2.Halus
3.Sangat Halus
Lengket 1.Sangat Lengket 2,9 Tidak Lengket
2.Lengket
3.Tidak Lengket
Sensasi 1.Tidak Berasa 1,9 Sejuk dingin
2.Sejuk dingin
3.Sensasi panas
Homogen 1.Tidak homogeny 1,4 Penampilan awal :
2.Homogeny kurang homogen
Setelah dioles:
tampak homogen
Warna 1.Tidak suka 1,1 Kurang disukai
2.Suka
3.Sangat Suka
Penampilan 1.Mengkilap 1,3 Mengkilap
2.Tidak mengkilap
Rasa Gatal 1.Tidak berasa gatal 1,1 Secara umum
2.Ada rasa gatal tidak menimbulkan
3.Sangat gatal rasa gatal, tetapi
pada individu yang
sensitive, timbul
rasa gatal
Merah (Eritema) 1.Tidak merah 1 Tidak bersifat
2.Merah mengiritasi mata
3.Sangat merah
Mudah dicuci 1.Sulit 2 Mudah dicuci
2.Mudah
3.Sangat mudah
Respons setelah 1.Terasa Kering 2 Biasa
mencuci 2.Biasa
3.Lengket

47
Tabel 6. Tabel respons panelis terhadap sampel W2

Parameter Penilaian Skor Kesimpulan


Aroma 1. tidak harum Sedikit harum
2.harum,menyenangkan 1,5
3.sangat harum
Konsistensi 1.Sangat Lembek 1,1 Sangat Lembek
2.Lembek
3.Keras
Tekstur 1.Kasar 1,7 Halus
2.Halus
3.Sangat Halus
Lengket 1.Sangat Lengket 2,9 Tidak Lengket
2.Lengket
3.Tidak Lengket
Sensasi 1.Tidak Berasa 1,9 Sejuk dingin
2.Sejuk dingin
3.Sensasi panas
Homogen 1.Tidak homogeny 1,4 Penampilan awal :
2.Homogeny kurang homogen
Setelah dioles:
tampak homogen
Warna 1.Tidak suka 1,1 Kurang disukai
2.Suka
3.Sangat Suka
Penampilan 1.Mengkilap 1,3 Mengkilap
2.Tidak mengkilap
Rasa Gatal 1.Tidak berasa gatal 1,1 Secara umum tidak
2.Ada rasa gatal menimbulkan rasa
3.Sangat gatal gatal, tetapi pada
individu yang
sensitive, timbul
rasa gatal
Merah (Eritema) 1.Tidak merah 1 Tidak bersifat
2.Merah mengiritasi mata
3.Sangat merah
Mudah dicuci 1.Sulit 2 Mudah dicuci
2.Mudah
3.Sangat mudah
Respons setelah 1.Terasa Kering 2 Biasa
mencuci 2.Biasa
3.Lengket
Tabel 7. Tabel respons panelis terhadap sampel W3

48
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengawet dan respon
panelis terhadap formula masker wajah dari biji kakao nonfermentasi dengan kombinasi
rumput laut dengan penggunaan pasta kakao 2,5 g dan 10 g rumput laut sedangkan bahan
pengawet metil paraben 0,9 dan propil paraben 0,02 masih memenuhi syarat uji efektivitas
pengawet. Hasil Uji Efektivitas pengawet dengan mikroba uji yang digunakan pada hari ke
14 yaitu jumlah bakteri yang masih memiliki daya hidup tidak lebih dari 0,1 % dari kadar
awal (Populasi Awal) dengan hasil jumlah tiap mikroba uji tetap/berkurang sampai hari ke 28
pada masker sampel W1,W2 dan W3.
Sedangkan respon panelis terhadap krim masker wajah dengan parameter penilaian
pada homogenisasi panelis yaitu penampilan awal kurang homogeny, setelah dioles tampak
homogen sedangkan parameter penilaian rasa gatal secara umum tidak menimbulkan rasa
gatal, tetapi pada individu yang sensitive menimbulkan rasa gatal. Tetapi tidak bersifat
mengiritasi pada kulit.

DAFTAR PUSTAKA

A.Syamsul Bakhri, 2011, Pengaruh Emulgator Novemmer Dan Viscolam Terhadap


Kestabilan Fisik Krim Dari Kombinasi Ekstrak Etanol Akar Murbei (Morus albaL.) Dan
Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpaBoierl.), Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin Makassar.

BSN, 2009. SNI 3749 – 2009: Kakao Massa. Badan Standardisasi Nasional.

BSN, 1996. SNI 16- 4399-1996: Pelembab Kulit. Badan Standardisasi Nasional.

Buckleet et al., 1987. IlmuPangan, (Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono), Penerbit;
Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta.

Dahlan.N.H. 2011. Pengaruh Pemberian Pelembab Terhadap Perbaikan Sawar Kulit Pada
Dermatitis Atopik Anak. Fakultas Kedokteran

Duma, N. 2014, Mempelajari Kestabilan dan Efek Iritasi Losion Alas Bedak Yang Diformulasi
Dengan Lemak Kakao, J. Industri Hasil Perkebunan, 9(1): 9-17

Hariyadi dan Supriyanto, 1991. Pengolahan Kakao Menjadi Bahan Pangan. Pusat Antar
Universitas, Pangan dan Gizi, Universitas Gajah Mada, Yoyakarta.

Harry, R. G. 1973. Harry’s Cosmeticology. Edisi Keenam. New York. Chemical Publishing
Co., Inc

Hayes, A.W., 2001, Principles and Methods of Toxicology, 4th ed., Taylor &Francis,
Philadelphia.

HCHN, 2009. From Nature to Nutrition. Hershey Center for Health And Nutrition.

ISO 10993-10-1995, Biological Evaluation of Medical Devices– Part 10: Test for Irritation
and Sensitization, Geneva, 1995, 2-5.

Juntawong, S, J. Charoenteeraboo, G. Chansiri, T. Tuntarawongsa, P. Katewongsa, dan T.


Phaechamud. 2010. Cream Prepared from Emulsifying Polymer: Effect of zOil
Contrnt, Stirring Intensity, Mixing Temperature. Research J. Pharmaceutical,
Biological,and Chemical Science, 1(2): 360-365.

49
LLowe, N.J., 1990, Sun Protection Factors:Comparative Techniquesand Selectionof
Ultraviolet Sources, inSunscreen:Development,Evaluation,and RegulatoryAspects,
Lowe, N.J. and N. A., Shaath (Eds.,), Marcel Dekker Inc.,New York.

Nursiah Hasyim dan Karunia. 2008. Formulasi Sari Mentimun(CucumissativusL.) sebagai


Krim Masker dengan Berbagai Konsentrasi Emulgator Nonionik.
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id//admin/jurnal/122084245), Diakses 03 Juli 2011

Primadiati, R. 2003. Kecantikan, Kosmetika. dan Estetika. Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

Ramlah, S., Suprapti, dan Medan Yumas 2007. Pengaruh Proses Fermentasi Terhadap
Komponen Utama Organik Biji Kakao. Laporan Hasil Penelitian. BBIHP.

Ritter, L. and C.A., Franklin, 1990. Dermal Toxicity Testing: Exposure and Absorption, in
HandbookofIn vivo ToxicityTesting, D.L. Arnold, H. C. Grice, and D.R.Krewski (Eds.,)
Academic press, Inc., Toronto 247-257

Soehargo, (2001), Daya Saing Kakao dan Produk Kakao. Training Quality Assurance in
Cacao Processing. Program Studi Teknologi Hasil Perkebunan., Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Gadjah Mada.

Suprapti, Wahyuni, Alfrida, dan Mamang, 2011, Pembuatan Makanan Kesehatan Dari Pasta
Cokelat Non Fermentasi Kaya Polifenol. Laporan Hasil Penelitian. BBIHP

Tranggono, R.L.S., 1992. Kiat Apik Menjadi Sehat dan Cantik. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Wasitaatmadja,S.M.1997 Penuntun Ilmu Kosmetik Medi UIP.Jakarta.

Wahyuni, Alfrida, W.A.,Dyah, 2016. Formulasi Dan Peningkatan Mutu Masker Wajah Dari
Biji Kakao Non Fermentasi Dengan Penambahan Rumput Laut, J. Industri Hasil
Perkebunan, 12 (2) : 89-95.

Yunus, M.R., A. Assa, dan R. Pasae, 2013. Pengembangan Pohon Industri Kakao
(Theobroma cacao L) Dengan Menggunakan Model Conseptual Entity Relationship, J.
Industri Hasil Perkebunan, 8 (1): 9-26.

Zague, V., Silva, D.A., Baby. A.R., Kaneko, T.M and Velasco, M.V. R, Clay facial masks:
Physicochemical stability at different storage temperatures. J.Cosmet. Sci., 58, 45-51
(January/February 2007).

50

Anda mungkin juga menyukai