PENANGGULANGAN BENCANA
1
DAFTAR GAMBAR
2
DAFTAR LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Umum Pusat DR. M.Djamil Padang sebagai tempat umum
di mana banyak potensi atau risiko bahaya yang sifatnya tidak dapat diduga.
Risiko atau bahaya tersebut dapat bersumber dari manusia ataupun alam.
Apapun bentuknya risiko atau bahaya yang dapat menimpa banyak orang
memerlukan penanganan khusus yang telah direncanakan, agar dapat
meminimalisir korban baik manusia, data maupun properti. Risiko maupun
bahaya terhadap pasien, staf, pengunjung dan kelangsungan operasional
rumah sakit juga dapat disebabkan oleh kegagalan sistem yang ada di rumah
sakit, maupun keadaan darurat medik / wabah.
Mengidentifikasi dampak dari sebuah bencana sama pentingnya dengan
mengidentifikasi jenis bencana. Hal ini akan membantu dalam perencanaan
strategi yang diperlukan saat bencana terjadi. Sebagai contoh,
bagaimanakah kemungkinan dari sebuah bencana alam, seperti gempa
bumi, akan memengaruhi air dan listrik? Apakah mungkin sebuah gempa
bumi akan menghalangi staf untuk menanggapi bencana, misalnya karena
jalan tertutup atau mereka sendiri atau keluarga mereka juga menjadi korban
bencana? Dalam situasi seperti ini, dapat timbul konflik antara tanggung
jawab pribadi staf dengan persyaratan rumah sakit dalam menanggapi situasi
darurat.
Selain itu, rumah sakit perlu mengidentifikasi perannya di dalam
masyarakat. Sebagai contoh, sumber daya apa saja yang diharapkan untuk
disediakan oleh rumah sakit untuk masyarakat di saat ada bencana terjadi,
dan metode komunikasi apa saja yang akan digunakan di dalam
masyarakat? Untuk merespons secara efektif, rumah sakit menyusun sebuah
panduan untuk mengelola keadaan darurat semacam itu.
Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya, dan rumah
sakit menjalankan program dan pedoman penanggulangan bencana itu serta
melaksanakan debriefing dengan tepat segera sesudahnya, maka hal ini
setara dengan uji tahunan. Untuk itulah RSUP Dr. M. Djamil menyusun
4
pedoman penanggulangan bencana di rumah sakit (Hospital Disaster
Management Plan).
B. PENGERTIAN
1. Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oeh faktor non alam maupun maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia. Kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis .
2. Musibah Massal
Musibah Massal adalah keadaan yang gawat dalam kehidupan sehari-
hari yang mendadak terganggu dan banyak orang terjerumus dalam
keadaan tak berdaya dan menderita, dan sebagai akibatnya
membutuhkan pengobatan, perawatan perlindungan, makanan, dan
kebutuhan lain.
3. KLB (Kejadian Luar Biasa)
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau
kematian bermakna secara epidemiologis pada suatu wilayah, dalam
kurun waktu tertentu, termasuk penyakit karantina, dan keracunan
makanan, yang memerlukan penanganan segera.
4. Internal Disaster
Internal Disaster adalah bencana, musibah massal dan kejadian luar
biasa (KLB) yang terjadi di dalam rumah sakit, yang memerlukan
koordinasi dan penanganan segera baik oleh staf di dalam rumah sakit
maupun staf luar rumah sakit agar bencana, musibah massal, dan
KLB tersebut dapat segera diatasi.
5. External Disaster
External Disaster adalah bencana yang terjadi di luar rumah sakit, di
dalam masyarakat, namun kemungkinan besar jumlah staf rumah sakit
yang menangani korban bencana yang masuk ke ruang rumah sakit
terbatas jumlahnya, sehingga memerlukan koordinasi baik internal
rumah sakit maupun external rumah sakit.
5
6. Identifikasi Hazard
Identifikasi Hazard adalah mengenali setiap fenomena (alam, buatan
manusia, teknologi maupun konflik sosial) yang mempunyai potensi
untuk menimbulkan ancaman terhadap penduduk dan lingkungan.
7. Mitigasi Hazard
Mitigasi Hazard adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan ancaman bencana.
8. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
9. Tanggap Darurat
Tanggap Darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan sarana & prasarana.
10. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana.
11. Siaga Waspada Bencana
Siaga Waspada Bencana adalah Persiapan akan kemungkinan
waspada Bencana. Biasanya mengawali kewaspadaan. Siapkan
petugas agar berada di tempat yang ditentukan bila ada tanda, panggil
semua petugas on-call, tutup semua pintu kecuali Pintu Masuk Utama
dan pintu IGD.
12. Waspada Bencana
Adalah ancaman bencana dan sejumlah korban yang harus ditololong
di RS dan ditransfer ke RS. Siapkan area tindakan dan Triase
6
lanjutkan dengan menyiagakan Penanggulangan Bencana Rumah
Sakit, mulai memanggil petugas, siapkan triase untuk menindak
korban. Tetapkan Pusat Komando.
13. Bencana internal
Adalah Membutuhkan tenaga luar RS untuk mengelola pasien dan
kemungkinan mengevakuasi korban akibat kecelakaan dalam RS
seperti kebakaran, ledakan dll.
14. Bencana External
Adalah Bencana yang terjadi di luar RS, di suatu wilayah, dimana
berakibat jumlah petugas tidak memadai untuk melayani korban di
IGD.
7
BAB II
RUANG LINGKUP
8
BAB III
KEBIJAKAN
9
BAB IV
TATA LAKSANA
10
Bahaya/ bencana yang nilai total resikonya ≥ 30%
Bahaya/ bencana yang meskipun nilai total resikonya dibawah 30%,
tapi harus dibuat penanganannya sesuai rekomendasi dan
ketentuan dari Departemen Kesehatan RI dan badan lainnya.
Sebelum HVA dilakukan, sudah dibuat pedoman/ rencana
penanggulangannya.
b. Analisis terhadap setiap bahaya/ bencana yang teridentifikasi,
dilakukan analisa mengenai:
Kemungkinan terjadinya (probability of occurance)
Dampaknya (magnitude), baik terhadap orang (human impact),
properti (property impact) dan bisnis (bussiness impact)
Pencegahan dan penanganan (mitigation): yang meliputi
kesiapan (preparedness), respon internal dan respon eksternal
c. Penentuan prioritas
Setelah setiap jenis bahaya/ bencana selesai dievaluasi, maka akan
didapat nilai total resiko untuk setiap bahaya/ bencana tersebut.
Dalam menentukan prioritas penanganan bahaya/ bencana dan
keperluan penyusunan emrgency planning, pertimbangannya adalah:
Bahaya/ bencana yang nilai total resikonya adalah ≥ 30%
Bahaya/ bencana yang meskipun nilai total resikonya dibawah 30%
harus dibuat penanganannya sesuai rekomendasi dan ketentuan dari
Departemen Kesehatan RI dan lain sebagainya.
11
3. Hasil HVA
Epidemic 3 3 0 0 1 1 1 33%
AVERAGE SCORE 1,88 1,06 0,56 0,63 1,38 1,13 1,44 21%
12
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
TECHNOLOGIC EVENTS
SEVERITY = (MAGNITUDE - MITIGATION)
PROBABILITY HUMAN PROPERTY BUSINESS PREPARED- INTERNAL EXTERNAL RISK
EVENT IMPACT IMPACT IMPACT NESS RESPONSE RESPONSE
Possibility of Physical Time, Community/
Likelihood this Interuption of
death or losses and Preplanning effectivness, Mutual Aid staff Relative threat*
will occur services
injury damages resouces and supplies
0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A
0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A
1 = Low 1 = High 1 = High
1 = Low 1 = Low 1 = Low 1 = High
SCORE 2= 2 = Moderate 2 = Moderate 0 - 100%
2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate
Moderate 3 = Low or 3 = Low or
3 = High 3 = High 3 = High 3 = Low or none
3 = High none none
Gangguan listrik 1 1 0 1 1 1 1 9%
Gangguan Generator Set 1 1 0 1 1 1 1 9%
Gangguan Transportasi Ambulans 0 0 0 0 1 1 1 0%
Gangguan supli air 3 0 0 3 3 2 1 50%
Gangguan saluran air 2 0 1 1 2 2 0 22%
Gangguan Steam boiler 1 0 0 1 1 1 1 7%
Gangguan Fire Alarm 1 0 0 0 3 3 1 13%
Gangguan Komunikasi 2 0 0 2 3 3 1 33%
Gangguan pada HVAC 3 0 2 3 2 2 2 61%
Compress air 1 1 0 1 1 1 1 9%
Gagal Sistem Informasi Rumah Sakit 3 0 0 3 3 3 3 67%
Fire, Internal 3 2 3 3 2 1 1 67%
Terpapar Hazmat, Internal 1 0 0 0 2 1 1 7%
Gangguan pada Alat Medis 3 0 0 3 2 2 1 44%
Kekurangan suply 2 0 0 3 2 2 1 30%
Kerusakan struktur Bangunan 3 2 3 3 2 2 2 78%
AVERAGE SCORE 1,58 0,37 0,47 1,47 1,63 1,47 1,00 19%
13
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
HUMAN RELATED EVENTS
DBD 3 3 0 0 1 1 1 33%
Situasi VIP 1 0 0 0 1 1 1 6%
14
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
2 2 0 2 1 1 0 22%
Tumpahan/ terpapar B3
2 2 0 2 1 2 0 26%
Penyimpanan Bahan B3
1 2 0 2 2 2 1 17%
Pelabelan Bahan B3
2 2 0 2 1 1 0 22%
Penangan Tumpahan B3
Large Internal Spill 0 2 0 0 1 1 0 0%
0 0 0 3 1 1 1 0%
Terrorism, Chemical
Radiologic Exposure, 2 2 0 0 2 2 1 26%
Internal
0 0 0 3 1 1 1 0%
Terrorism, Radiologic
AVERAGE 1,00 1,33 0,00 1,56 1,11 1,22 0,44 10%
15
B. JENIS BENCANA / KEADAAN DARURAT
1. Identifikasi Jenis Bencana yang Mungkin Terjadi di RSUP DR. M. Djamil
Padang
a. Kejadian Bencana Yang Disebabkan Oleh Alam
1) Gempa
Berdasarkan hasil HVA, nilai kemungkinan untuk gempa tinggi, di RSUP Dr.
M. Djamil Padang bisa saja terjadi melihat Provinsi Sumatera Barat berada
di antara pertemuan dua lempeng benua besar (lempeng Eurasia dan
lempeng Indo-Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Di dekat
pertemuan lempeng terdapat patahan Mentawai. Ketiganya merupakan
daerah seismik aktif. Menurut catatan ahli gempa wilayah Sumatera Barat
memiliki siklus 200 tahunan gempa besar yang pada awal abad ke-21 telah
memasuki masa berulangnya siklus.
2) Tsunami
Berdasarkan hasil HVA, nilai HVA kemungkinan untuk tsunami di RSUP
Dr. M. Djamil Padang, bisa saja terjadi melihat Peringatan tsunami yang
sempat dikeluarkan pada waktu gempa tahun 2009, namun segera dicabut.
3) Epidemi
Berdasarkan hasil HVA, nilai HVA kemungkinan terjadinya kasus epidemi
cukup tinggi, hal ini juga didasarkan pada pengalaman adanya kasus
pasien Difteri dan MERS yang terjadi setiap tahunnya di RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
b. Kejadian Bencana Terkait Teknologi Rumah Sakit
1) Kerusakan struktur Bangunan
Berdasarkan Hasil perhitungan HVA untuk permasalahan fasilitas gedung
rumah sakit kemungkinan untuk terjadinya kerusakan strukutur bangunan
sangat potensial terjadi. Hal ini disebabkan karena kondisi bangunan rumah
sakit yang sudah tua. Rata-rata usia bangunan sudah berumur 10 tahun
keatas. Kerusakan gedung bisa terjadi pada plafon ruangan, dinding
ruangan, atap bangunan dan beberapa komponen bangunan.
2) Gagal Sistem Informasi Rumah Sakit
Permasalahan gangguan sistem informasi memiliki kemungkinan yang
tinggi, RSUP M Djamil Padang menanggulanginya dengan melakukan
backup data server
16
3) Kebakaran
Kebakaran internal juga memiliki kemungkinan yang tinggi terjadi di RSUP
M Djamil Padang, dan penanggulangannya sudah diantisipasi dengan
melakukan pelatihan penggunaan APAR dan simulasi kebakaran.
c. Kejadian Bencana Terkait Manusia
1) Insiden Masal/ kecelakaan lalu lintas (Trauma)
Terkait insiden masal/ kecelakaan lalu lintas meimiliki kemungkinan yang
tinggi berdasarkan hasil perhitungan HVA. Hal ini membuat Rumah Sakit
harus mempersiapkan tindakan antisipasi untuk mengatasi kejadian
tersebut bila terjadi.
2) DBD
Penyakit DBD memiliki kemungkinan tertinggi kedua berdasarkan hasil
perhitungan HVA mengenai kejadian bencana terkait manusia. Hal ini
membuat Rumah Sakit harus mempersiapkan tindakan antisipasi untuk
mengantisipasi kejadian tersebut bila terjadi.
d. Kejadian Bencana Terkait Material Berbahaya (Penyimpanan Bahan B3)
1) Penyimpanan B3
Berdasarkan Hasil perhitungan HVA untuk permasalahan Penyimpanan
Bahan B3 memiliki potensi untuk menyebabkan terjadinya bencana.
Karena itu rumah sakit harus memberikan perhatian lebih mengenai
Penyimpanan Bahan B3 agar menekan kemungkinan adanya kejadian
bencana.
2) Terpapar Radiasi Radiologi
Kejadian yang memiliki kemungkinan terjadi adalah radiasi radiologi,
penanggulangannya dilakukan dengan penggunaan dan perbaikan pintu
Pb di ruangan radiologi
3) Teror bom
Teror bom juga bisa menjadi ancaman bencana disaster dirumah sakit.
Maka dari itu RSUP Dr. M. Djamil juga harus melakukan penanggulangan
terhadap teror bom.
Berdasarkan analisis HVA kemungkinan terjadinya bencana alam merupakan
yang paling tinggi dibandingkan bencana yang disebabkan manusia dan
gangguan teknologi. Tingginya kemungkinan terjadinya bencana alam juga
memiliki dampak yang tinggi terhadap RSUP Dr. M. Djamil Padang. Maka RSUP
17
Dr. M. Djamil Padang juga harus memiliki kesiapsiagaan yang tinggi untuk
mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan tersebut, dengan melakukan
simulasi bencana dan sosialisasi safety briefing.
C. PENGORGANISASIAN
18
penanganan korban
Melaporkan proses penanganan bencana kepada pihak Departemen
Kesehatan maupun Pemerintah Daerah Propinsi
Memberikan briefing kepada komandan bencana dan Koordinator lapangan
Memberikan informasi terkait proses penangan bencana kepada pihak lain
di luar Rumah Sakit.
Mendampingi kunjungan tamu Kenegaraan, tamu Pemerintahan Pusat dan
Propinsi
Mengkoordinasikan permintaan bantuan dalam negeri dan luar negeri
Melakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan bencana rumah sakit
KOMANDAN BENCANA
(Direktur Medik dan Keperawatan)
Bertanggung Jawab Kepada: Komandan Rumah sakit
Bertanggung jawab Untuk: Mengkoordinir pelaksanaan pelayanan medical support
dan management support
TUGAS:
Merencanakan dan mengendalikan pelayanan medical support dan
management support
Bertanggung jawab memberitahu Ka SMF/ Instalasi atau pengganti
Melakukan fungsi Komandan Rumah Sakit bila ybs tidak hadir
Merencanakan dan mengendalikan pelayanan medis dan manajemen
Memberikan laporan kepada Komandan Rumah Sakit.
Menindaklanjuti upaya permintaan bantuan oleh Komandan Rumah Sakit
Memastikan proses penanganan korban dan sumber pendukungnya
terlaksana dan tersedia
Melakukan koordinasi kerja kepada instansi lain dan rumah sakit jejaring
tentang sarana, pra sarana dan tenaga kesehatan.
KOORDINATOR LAPANGAN
(Ketua Komite K3RS)
Bertanggung Jawab Kepada: Komandan Bencana
Bertanggung jawab sebagai koordinator lapangan pada saat terjadi bencana
Tugas:
19
Menyusun kebijakan dasar program penanggulangan bencana / keadaan darurat
rumah sakit
Memimpin program pencegahan dan penanggulangan bencana / keadaan darurat
rumah sakit
Menyusun hospital disaster management plan
Mengkoordinasikan tindakan evaluasi dan penanganan korban sesuai dengan
prosedur.
Mengkoordinasikan tindakan evakuasi dan penanganan korban sesuai dengan
prosedur.
Memimpin proses penanggulangan bencana rumah sakit bersama Sub. Komite
Bencana K3RS
Membentuk dan menyiapkan tim penanggulangan bencana rumah sakit.
20
Melaporkan proses penanganan korban hidup dan korban mati kepada Komandan
Bencana
Mengkoordinir proses evakuasi korban ke luar RS
Memberikan briefing kepada tim pra-hospital dan intra hospital
Menyampaikan laporan proses pelaksanaan penanganan korban dan evakuasi
korban (data hasil kegiatan) kepada komandan bencana
Koord. KEUANGAN
(Direktur Keuangan)
Bertanggung Jawab Kepada: Ketua Management Support
Bertanggung Jawab Untuk: Pengelolaan keuangan baik dari sumber APBD, APBN maupun
donatur
TUGAS:
Merencanakan, memobiliasi dan mengevaluasi pengelolaan keuangan untuk
menunjang keperluan penanganan bencana.
Melakukan koordinasi kerja dengan tim perencanaan, tim pengadaan terkait
pengelolaan dana bencana.
Melaporkan pengelolaan keuangan baik bersumber APBD, APBN maupun donatur
kepada Ketua Management Support dan Komandan Bencana
23
Melaporkan pelaksanaan pelayanan medik dan penunjang kepada ketua
management support
Dalam pelaksanaan kegiatan dari struktur di atas maka dari tiap-tiap ketua tim terdapat
beberapa area kegiatan yang menjadi lingkup tanggung jawabnya sbb:
1. TIM KEUANGAN
- Bagian Perencanaan
- Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana
2. TIM SDM
- SDM RS
- Relawan
3. TIM LOGISTIK DAN OPERASIONAL
- Pengadaan
- Gizi
- Satpam (Keamanan dan Pengaturan Lalu Lintas)
- Bagian Perencanaan
- Instalasi Humas (Data, Informasi dan Dokumentasi)
- Instalasi Kesling (Sanitasi dan Kebersihan)
- IPS Non Medis (Pemeliharaan gedung dan alat)
- Kamar Jenasah
- Donasi
4. TIM MEDIS DAN PENUNJANG
- Laboratorium
- Farmasi
- CSSD
- Laundry
- Radiologi
- Rekam Medik
5. TIM PRA-HOSPITAL
- Ambulance
- Pelayanan Medis dan Keperawatan
6. TIM INTRA-HOSPITAL
- Penanganan Emergency
- Penanganan Kamar Operasi
24
- Penanganan ICU
- Rawat Inap
- Rawat jalan
- Forensik
- Evakuasi
7. TIM KEPERAWATAN
- Pelayanan Keperawatan
- Informasi Mobilisasi Korban/ Pasien
1. Kode
a. Code Red: Kebakaran
b. Code Yellow: Banjir
c. Code Pink: Penculikan Bayi
d. Code Blue: Kedaruratan Medis
e. Code Black: Ancaman Bom
f. Code Orange: Tumpahan B3
g. Code Purple: Evakuasi
h. Code Grey: Gangguan Keamanan
i. Code Green: Gempa Bumi
j. Code Brown: Kegagalan fungsi, seperti terjebak lift
25
Langkah-langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran yaitu :
1. Orang pertama yang melihat api harus memberitahukan kejadian kebakaran
dengan berteriak misalnya CODE RED... CODE RED... CODE RED... GIZI...
GIZI... GIZI... lalu menuju APAR terdekat.
2. Upayakan pemadaman dengan menggunakan APAR (cara penggunaan APAR
terdapat dalam Panduan Proteksi Kebakaran)
3. Apabila api tidak bisa dipadamkan, laporkan kepada Operator Telpon (Ext. 9)
atau 0751 32331 dengan memberitahukan Code Red dan Lokasi kejadian serta
meminta bantuan
4. Operator Telpon menghubungi:
IPS Non Medik untuk mematikan aliran listrik dan pengaktifan hydrant
Gas Medis untuk menutup katup gas
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Padang (0751-28558)
Bila kebakaran terjadi di jam kerja maka hubungi: Komandan Bencana dan
Ka. Komite K3
Jika kebakaran terjadi diluar jam kerja maka hubungi: Pengawas Umum Rumh
Sakit (PURS)
5. Operator mengumumkan Code Red dan lokasi melalui pengeras suara
6. Tim TRC K3 yang bertugas pada saat kejadian langsung menuju lokasi
kejadian
7. Penanggung jawab evakuasi atau petugas yang dinas melakukan evakuasi
terhadap korban, pasien, alat dan dokumen penting. Pindahkah korban ke
tempat yang aman
8. Lakukan debriefing dengan seluruh staf untuk mengevaluasi kekurangan dan
hal-hal penting lainnya
26
Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik
harus diketahui:
- Titik APAR dan cara menggunakannya.
- Rute evakuasi dan pintu-pintu darurat.
- Ada satu orang Pj. Kebakaran ruangan pada setiap shift jaga.
- Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore atau
malam yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi bencana.
b. Gempa Bumi
Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi
Di dalam ruangan
1. Dalam menghadapi bencana jangan panik. Jangan langsung berlari keluar.
Pastikan keadaan aman terlebih dahulu
2. Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di tempat aman
3. Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman terdekat, seperti tiang
bangunan sambil tetap melindungi kepala. Menjauhlah dari jendela dan rak
yang mungkin jatuh.
4. Bila berada kurang dari 12 meter dari pintu keluar utama, berlarilah keluar
ruangan dan menuju titik kumpul terdekat
5. Pasien yang tidak bisa mobilisasi lindungi kepala pasien dengan bantal
6. Tetaplah di dalam ruangan sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman
untuk keluar
Di luar gedung
1. Jangan panik
2. Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel
3. Atau cari titik kumpul (assembly point ) terdekat
4. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam
Di dalam lift : Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran.
Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah
semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah.
27
Setelah gempa betul-betul berhenti Koordinator lapangan (Ketua Komite
K3RS) tiba di RSUP Dr. M. Djamil Padang melapor kepada Komandan
bencana (Direktur Medik dan Keperawatan) dan Direktur RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
Tim penanggulangan bencana berkumpul di posko bencana atau di tempat
aman jika posko bencana mengalami kerusakan akibat gempa dan
mendapatkan laporan dari anggota di lapangan mengenai jumlah pasien
dan kerusakan yang terjadi
Berdasarkan laporan-laporan tersebut, Komandan Bencana memutuskan
perlu tidaknya evakuasi pasien, pengunjung dan staf rumah sakit
Setelah Code purple diaktifkan pasien dan staf melakukan evakuasi sesuai
dengan kriteria pasien
Dokter IGD bertindak sebagai Ketua Tim Pra Hospital, yang bertugas
untuk
Sebagai gerbang masuk seluruh pasien di RSUP DR M Djamil Padang
Melaksanakan Triage dan RHA (Rapid Health Assessment)
Menentukan prioritas pasien
Koordinator lapangan (Ketua Komite K3RS) menerima laporan tentang
kerusakan akibat gempa dari anggota tim lainnya dan melaporkan kembali
kepada Komandan Bencana
Lakukan debriefing dengan seluruh staf untuk mengevaluasi kekurangan
dan hal-hal penting lainnya
c. Ancaman Bom
Ancaman bom bisa tertulis dan bisa juga lisan atau lewat telepon. Ancaman bom
ada dua jenis :
a) Ancaman bom yang tidak spesifik: pengancam tidak menyebutkan secara detail
tentang ancaman bom yang disampaikan.
b) Ancaman bom spesifik: pengancam menyebutkan tempat ditaruhnya bom, jenis
bom yang digunakan, kapan bom akan meledak dan lain lain.
Semua ancaman bom HARUS ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh tim
penjinak bom bahwa situasi aman.
28
Jika anda menerima ancaman bom melalui telpon:
a. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi
yang diterima dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom.
b. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara dan usahakan tetap
bicara dengan penelpon, catat waktu ancaman setepat-tepatnya: jam,menit dan
detik. Catat juga ciri suara (wanita/ pria, berat/ ringan suara, logat/ aksennya)
asal telepon (telepon internal atau luar), kalimat lengkap ancaman, suara latar
belakang telepon.
c. Petugas penerima telpon ancaman mengusahakan memperoleh informasi
dimana tepatnya lokasi bom, kapan waktunya peledakkan, jenis bomnya dan
alasan peledakan.
d. Panggil teman atau beri kode pada teman bahwa ada telpon ancaman bom.
Gunakan telpon lain atau handphone untuk menghubungi satpam dan PURS
e. Hubungi satpam (ext.2303) informasikan mengenai:
- Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom
- Ada ancaman bom
- Tempat/ ruangan yang menerima ancaman
- Contoh pelaporan: Saya Ani Code Black di Operator...
f. Laporkan kepada Komite K3RS
g. Satpam melakukan penanganan ancaman bom sesuai SPO
h. Lakukan evakuasi sesuai prosedur
i. Pelaporan kepada polisi dilakukan oleh
- Bila shift pagi atau hari kerja oleh: Komite K3RS
- Bila shift sore atau malam oleh: PURS
30
3. Tumpahan besar > 500 cc : CS/ Pekarya/ Perawat yang terlatih diawasi oleh
Kepala/Koordinator Satuan Kerja, Instalasi kesehatan lingkungan, dan Komite
K3.
h. Penculikan Bayi
a. Sampaikan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada
ketua tim saat shift sore atau malam bahwa terjadi penculikan bayi
b. Hubungi satpam (ext.2303), informasikan mengenai:
- Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom
- Ada ancaman bom
- Tempat / ruangan yang menerima ancaman
- Contoh pelaporan: Saya perawat Ani Code Pink di NICU...
c. Kepala ruangan atau ketua tim melaporkan kepada Komite K3RS
d. Petugas satpam melaporkan adanya tindakan penculikan bayi kepada
pimpinan terkait
e. Petugas satpam menutup semua akses keluar masuk di tempat kejadian dan
mengamankan tempat kejadian perkara.
f. Petugas satpam melaksanakan investigasi penanganan korban terhadap
keluarga bayi dan petugas kesehatan serta mencatat semua data tentang
penculikan di buku saku, dengan pertanyaan antara lain :
- Dimana
31
- Kapan
- Ciri-ciri pelaku
- Ciri-ciri bayi / korban
g. Petugas satpam melakukan verifikasi dengan melihat rekaman kejadian
dimonitor CCTV sesuai dengan hasil investigasi.
h. Petugas satpam melakukan penyisiran di lingkungan rumah sakit.
j. Pelaporan kepada polisi dilakukan oleh
- Bila shift pagi atau hari kerja oleh: Komite K3RS
- Bila shift sore atau malam oleh: PURS
i. Lakukan debriefing dan pembuatan laporan kronologis kejadian kepada
pimpinan rumah sakit
E. EVAKUASI
Evakuasi adalah suatu upaya memindahkan orang-orang (pasien, karyawan dan
pengunjung) RSUP. Dr. M. Djamil Padang dari suatu lokasi atau daerah tertentu ke
lokasi yang dianggap aman karena diperkirakan pada tempat tersebut diperkirakan
akan atau terjadi hal – hal yang dianggap mengancam keamanan dan keselamatan
jiwa manusia seperti bencana alam, kebakaran, gempa bumi, ancaman bom, huru
hara, peperangan, wabah penyakit dan sebagainya.
32
Sebagai langkah preventif agar evakuasi berjalan lancar pada saat yang dibutuhkan,
harus dilakukan pemantauan jalur evakuasi dengan memastikan bahwa
- jalur evakuasi tersedia dan aman
- adanya penandaan arah jalur evakuasi
- jalur evakuasi bebas hambatan
Prosedur evakuasi:
1. Evakuasi dilakukan setelah code purple diaktifkan oleh Komandan bencana
2. Evakuasi dilakukan dengan tenang tanpa memberitahukan kepada pasien agar
tidak terjadi kepanikan
3. Lakukan evakuasi dengan langkah:
Pasien mandiri, berjalan sendiri dibantu keluarga pasien dipandu tim
evakuasi
Pasien parsial didorong dengan kursi roda/ brankar/diangkat dengan tandu
atau kain minimal 2 lapis (sprei/ laken)
Pasien total care, didorong dengan brankar dengan satu orang dokter dan
dua orang perawat, lalu bawa ke IGD
4. Tempatkan anggota pada tiap titik jalur evakuasi untuk memastikan pasien atau
penghuni sampai ke titik kumpul
5. Pandu setiap pasien maupun penghuni selama proses evakuasi berlangsung
6. Utamakan pasien dengan harapan hidup tinggi
7. Jika unit kerja dilengkapi dengan ram segera angkat pasien yang tidak dapat
berjalan sendiri dengan brankar/ kursi roda melalui ram
8. Jika unit kerja tidak menggunakan ram segera angkat pasien yang tidak dapat
berjalan menggunakan tandu atau kain minimal 2 lapis (sprei dan boven laken)
9. Angkat pasien dengan tandu/ stretcher pada pasien yang menggunakan
peralatan khusus (seperti ventilator), dimana 1 petugas/ perawat melakukan
baging, 2 orang petugas mengangkat tandu
10. Letakkan seluruh korban pada titik kumpul yang telah ditentukan, rujuk segera
pasien yang memerlukan perawatan khusus lebih lanjut
11. Selama proses evakuasi tidak boleh menggunakan lift
12. Selama proses evakuasi petugas melakukan perhitungan jumlah pasien yang
berhasil dievakuasi harus sama jumlah dengan jumlah pasien sebelumnya
33
13. Ketua regu masing-masing unit kerja melaporkan pelaksanaan evakuasi ke
Koordinator lapangan (ketua komite K3RS)
14. Koordinator lapangan (Ketua Komite K3RS) melaporkan kepada Komandan
Bencana (Direktur Utama)
Titik kumpul untuk peralatan medik adalah di depan Instalasi Gawat Darurat
F. GARIS KOMUNIKASI
Garis komunikasi yang dilaksanakan pada situasi bencana adalah:
1. Aktivasi Sistem Penanganan Bencana RS.
2. Mobilisasi tim medik
3. Mobilisasi tim manajemen
4. Aktivasi Pos Komando
5. Penggunaan media komunikasi yang ada, yaitu radio medik, operator RS
6. Peran dan tanggung jawab inti pada kartu instruksi kerja, yang dilaksanakan oleh
tiap orang sewaktu-waktu sesuai jabatannya
7. Tetap memberikan informasi yang up to date yang telah disetujui oleh Komando
Rumah Sakit.
-
Agar tim penanggulangan bencana dikenal oleh unit internal maupun eksternal,
maka semua yang terlibat langsung memakai identitas berupa rompi warna COKLAT
untuk personal sbb :
- Komandan RS
- Komandan Bencana
- Ketua Medical Support
34
- Ketua Manajemen Support
- Tim Medis
- Ketua Pos
- Ketua Tim dibawah Manajemen Support
- Ketua Tim dibawah Medical support
35
2. Pengelolaan Barang Milik Korban
Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dll
ditempatkan secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun
tertukar. Sedangkan barang milik korban meninggal, setelah di dokumentasi oleh
koordinator tim forensik, selanjutnya diserahkan ke pihak kepolisian yang
bertugas di forensik.
Tempat : Ruang Triage-IGD
Penanggungjawab : Kepala Ruangan Triage IGD
Prosedur:
- Catat barang yang dilepaskan dari korban atau dibawa oleh korban
- Bila ada keluarga maka barang tersebut diserahkan kepada keluarga korban
dengan menandatangani form catatan.
- Tempatkan barang milik korban pada kantong plastik dengan identitas pemilik
dan disimpan di lemari/ locker terkunci.
- Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum diambil baik oleh pasien
sendiri maupun keluarganya, maka barang-barang tersebut diserahkan
kepada Ka Instalasi Humas dengan menandatangani dokumen serah terima,
selanjutnya Ka Instalasi Humas menghubungi pasien maupun keluarganya.
Apabila dalam waktu 1 bulan barang belum diambil, maka barang tersebut
diserahkan oleh Ka Instalasi Hukor dan Humas ke Polsek Padang Timur.
36
- Ka Ruangan dan Wakil serta Perawat Primer menjelaskan pada pasien/
keluarganya alasan pengosongan ruangan.
- Ka Ruangan mencatat ruangan-ruangan tempat tujuan pasien pindah dan
menginstruksikan petugas billing untuk melakukan mutasi pada system
billing.
- Ka Ruangan melaporkan proses pengosongan ruangan kepada Ka. Bidang
Keperawatan.
- Ka ruangan mengintruksikan kepada petugas untuk memindahkan pasien ke
ruangan yang dimaksud
38
Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di RS
ditertibkan dan diarahkan pada tempat berkumpul yang ditentukan. Demikian
pula korban diarahkan untuk dikumpulkan pada ruangan/ area tempat berkumpul
yang ditentukan.
Tempat: Lihat pembahasan ruangan dan area berkumpul
Penanggung jawab: Satuan Pengamanan
Prosedur:
- Umumkan kejadian dan lokasi bencana melalui speaker dan informasikan
agar korban dipindahkan dan diarahkan ke area yang ditentukan.
- Perintahkan Ka.ruangan terkait untuk memindahkan korban.
- Koordinir proses pemindahan dan alur pengunjung ke area dimaksud.
41
- Lakukan koordinasi dengan Instansi terkait (PLN, PT TELKOM, PDAM) untuk
menambah daya, menambah line dan tetap menjaga ketersediaan listrik,
telpon, maupun Air.
- Distribusikan kebutuhan listrik, telpon dan air ke area yang membutuhkan
- Berkoordinasi dengan pengguna/ ruangan dan penanggung jawab area.
- Lakukan monitoring secara rutin
42
- Informasi di update setiap 12 jam untuk 2 hari pertama (jam 08.00 dan jam
20.00) dan 24 jam untuk hari-hari berikutnya (jam 08.00)
- Informasi ditulis pada papan informasi dan dipasang di pos informasi.
- Setiap lembar informasi yang keluar ditandatangani oleh komandan bencana
dan diserahkan kepada pihak yang membutuhkan oleh penanggung jawab
pos informasi.
47
8. Dinas Kesehatan Propinsi Sumbar : Laporan kepada Dinas Kesehatan menjadi
prioritas pertama pada saat bencana. Hal ini menjadi jembatan bagi
diupayakannya mobilisasi bantuan dari pihak/ instansi terkait, khususnya Pemda
dan intansi kesehatan jejaring lainnya.
9. Rumah Sakit Jejaring : Pada situasi korban yang sangat besar dimana RSUP DR.
M. Djamil tidak mampu menampung untuk penanganannya, maka kerja sama
penanganan dengan rumah sakit lain sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu
diinformasikan upaya meminta bantuan kepada rumah sakit lain yang menjadi
rumah sakit jejaring RSUP DR. M. Djamil. Rumah sakit yang merupakan jejaring
untuk penanganan bencana adalah rumah sakit pemerintah di seluruh Kota
Padang, rumah sakit angkatan darat, rumah sakit POLRI dan beberapa rumah
sakit swasta.
10. SAR: Tim SAR sangat diperlukan untuk membantu proses evakuasi dalam
penanganan bencana.
11. Institusi Pendidikan Kesehatan: Pada situasi korban yang sangat besar dimana
RSUP DR. M. Djamil tidak mampu menampung untuk penanganannya, maka
kerja sama bantuan tenaga relawan untuk membantu penanganan bencana
sangat diperlukan.
Khusus untuk laporan donasi perlu dibuat tersendiri dilaporkan ke Gubernur dan
Menteri Kesehatan RI yang mencakup secara lengkap semua donasi yang diterima
baik berupa barang, uang maupun bantuan kegiatan. Kesimpulan laporan ini
ditempel dipapan pengumuman rumah sakit.
49
BAB V
DOKUMENTASI
B. PELATIHAN
Pelatihan eksternal untuk tim penanggulangan bencana
Pelatihan internal untuk semua karyawan tetntang prosedur penanganan bencana.
C. SIMULASI / DRILL
Simulasi penanggulangan bencana adalah pelatihan yang diberikan kepada seluruh
karyawan RSUP Dr. M. Djamil Padang tentang prosedur penanganan
kegawatdaruratan ketika terjadi bencana, dengan menggunakan skenario pelatihan
yang mendekati kenyataan.
Simulasi penanggulangan bencana diselenggarakan sedikitnya satu kali dalam
setahun dengan sasaran seluruh karyawan, pasien dan pengunjung RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Setiap karyawan RSUP Dr. M. Djamil Padang diharapkan mengikuti
minimal satu kali simulasi penanggulangan bencana dalam setahun.
Beberapa kebijakan dasar terkait simulasi penanganan bencana:
a. Adanya pengumuman terhadap seluruh karyawan, pasien dan pengunjung bahwa
akan diadakan simulasi penanganan bencana, sehingga tidak mengagetkan dan
tidak menimbulkan kepanikan.
b. Skenario dibuat seriil mungkin sehingga mendekati kenyataan.
c. Melakukan Debriefing setelah simulasi
50
Lampiran DENAH JALUR EVAKUASI
Denah Jalur Evakuasi RSUP DR. M. DJAMIL
AHAN
JLN S AW
N
RDEKAA
S KE ME
ER IN TI
JLN P
GE RBANG PJKA GERBANG UTAMA
51
Zona ResikoRESIKO
ZONA Kebakaran
RSUP DR. M.DJAMIL
RSUP DR M DJAMIL
HAN
JLN SAWA
GERBANG GIZI
SM F BEDAH G ENSET
I PS NO N MEDIK
RRI KULIT &
KEL AMIN
G ENSET
M USHOLA I NST ALASI I PAL I NCENERATOR
RRI I SO L ASI PARU KESL ING
RRI JIWA
RRI SYARAF
RRI PARU
RRI PETRI
RRI BEDAH
EKAAN
KE MERD
RRI EM BUNPAGI PUSAT J ANTUNG
( VI P ) T ERPADU
HD RRI T HT &MATA
RI NTIS
I NST AL ASI LABOR
CENT RAL
RRI PENYAKI T DALAM
JLN PE
I DT
M RI
KOM ITE
PPI RS SPI
RRI EM BUNPAGI
( KLAS I )
I NST AL ASI RAWAT JALAN
I NST ALASI
SI M RS CSSD
GERBANG UTAMA
GERBANG PJKA
POSKO
BENCANA RUM AH DI NAS KM MR
I NST ALASI KOM ITE
RUM AH DI NAS DI REKT UR DI KL AT
HUM AS I NST ALASI K3
DI REKT UR UL P I NST ALASI
I NST ALASI HUM AS
M ASJID RADIO LO GI I NST ALASI PENG AWAS
PRO DUKSI I NST AL ASI FARMASI I NST AL ASI RUM AHTANGGA REHABI L I T ASI MEDIK
& PERL ENG KAPAN T I SSUE BANK UM UM
F ARM ASI I PS M EDIK
52