Anda di halaman 1dari 10

Kehamilan dan Apendisitis : Sistematik Review dan Meta-Analisis pada

Penggunaan Klinis MRI dalam Diagnosis Appendisitis pada Wanita Hamil


Mania Kave1, Fateme Parooie2 dan Morteza Salarzaei2

ABSTRAK
Latar Belakang Tujuan dari sistematis review dan meta-analisis ini adalah untuk
mengevaluasi penggunaan klinis MRI untuk evaluasi apendisitis akut selama kehamilan.
Metode Pencarian dilakukan oleh dua peneliti independen (MK, MS) untuk menemukan
studi relevan yang diterbitkan dari 1/1/2009 hingga akhir 30/12/2018. Kami mencari
literatur yang diterbitkan dalam bahasa Inggris di MEDLINE via PubMed, EMBASETM
via Ovid, The Cochrane Library, dan database Trip. Untuk literatur yang diterbitkan
dalam bahasa lain, kami mencari database nasional (Magiran dan SID), KoreaMed, dan
LILACS. Kata kunci yang digunakan dalam strategi pencarian adalah Kehamilan [MeSH],
Hamil [MeSH] ATAU — Magnetic Resonance Imaging [MeSH] ATAU — Apendisitis
[MeSH] ATAU— Ultrasound, [MeSH] ATAU, pencitraan, MRI [MeSH] ATAU "،" dan nyeri
kuadran kanan bawah [MeSH]. Risiko bias setiap artikel dievaluasi dengan
menggunakan QUADAS-2. Atas dasar hasil dari tabel 2 × 2, langkah-langkah
dikumpulkan untuk sensitivitas, spesifisitas, diagnostik rasio odds (DOR), dan area di
bawah kurva (AUC) bersama dengan 95% Convidence Interval (CI) yang dihitung
menggunakan metodologi DerSimonian Lair.
Hasil Sebanyak 1164 studi terpilih. Setelah menganalisis korespondensi studi dengan
kriteria yang diperlukan, 19 studi dipilih untuk review akhir. Untuk radang usus buntu
pada kehamilan, sensitivitas MRI adalah 91,8% dengan interval kepercayaan 95% (95%
CI 87,7-94,9%). Pada interval kepercayaan 95%, spesifisitasnya adalah 97,9% (95% CI
0,97.2-100%). Risiko bias dalam penelitian yang dilakukan diukur menggunakan alat
QUADAS-2.
Kesimpulan MRI memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi (masing-masing 91,8%,
97,9%) untuk diagnosis apendisitis akut pada pasien hamil dengan dugaan apendisitis
klinis. Ini adalah teknik pencitraan yang sangat baik dalam banyak hal, tanpa adanya
paparan radiasi pengion bagi ibu dan janin, menjadikannya pilihan terbaik untuk pasien
hamil dengan dugaan apendisitis akut.
Kata Kunci Kehamilan, appendisitis akut, Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Latar Belakang
Pendekatan untuk nyeri akut di kuadran kanan bawah pada kehamilan
merupakan tantangan. Hal ini memiliki berbagai penyebab meliputi pencernaan,
ginekologi dan obstetri, dan penyebab ginjal. Kemungkinan apendisitis akut harus
ditentukan secara spesifik, karena penyakit itu adalah penyebab paling umum dari
intervensi bedah dalam kehamilan yang membutuhkan penatalaksanaan segera [1-7].
Angka kejadian apendisitis akut pada kehamilan telah dilaporkan menjadi 1:
1250 dan 1: 1500 [8-15]. Kemungkinan apendisitis akut lebih tinggi pada dekade
kehidupan kedua dan ketiga yang merupakan tahun-tahun kesuburan [16-18].
Diagnosis yang akurat sulit ditegakkan karena gambaran klinis diagnosis khas tidak
nampak dalam setiap kasus [19-25]. Dengan bertambahnya usia kehamilan, ketepatan
diagnosis semakin menurun dan kemungkinan perforasi apendiks serta komplikasi lain
akan meningkat [26-29]. Angka laparotomi negatif dari suspek apendisitis adalah 25-
50% dalam kasus obstetric dan 15-35% pada kasus bedah umum [30-36].
Pencitraan dalam kombinasi dengan pemeriksaan fisik akan mengurangi hasil
negatif dari appendektomi [37–40]. Studi sebelumnya telah mengindikasikan bahwa CT
scan (computed tomography) memiliki sensitivitas yang lebih baik dan efisiens
dibandingkan dengan US (ultrasound) [41–43]. Selain itu, penelitian ini telah
menunjukkan tingkat kegagalan US yang tinggi dalam mendiagnosis penyakit
apendisitis pada pasien yang telah dikonfirmasi oleh teknik pencitraan lain [44-47].
Penggunaan umum CT telah dikonfirmasi untuk mengevaluasi pasien suspek
apendisitis dengan laporan pada pengurangan biaya perawatan kesehatan setiap pasien
dan mengurangi operasi appendictomy yang tidak perlu [48-52]. Namun, fakta bahwa
CT memancarkan radiasi pengion mengkhawatirkan janin dan ibu hamil selama proses
pencitraan. Selain itu, pemberian kontras intravena yang digunakan untuk
meningkatkan akurasi diagnosis CT dapat meningkatkan reaksi alergi dan nefropati
yang diinduksi kontras. Perubahan yang dibuat pada protokol CT dapat mengurangi
paparan radiasi janin kurang dari 3 mGy, yang lebih rendah dari dosis yang merugikan
efek janin [15, 53] mGy untuk risiko karsinogenesis, 50 mGy untuk efek determinan [16,
54, 55]. Namun, CT direkomendasikan pada kasus ketika temuan klinis dan hasil USG
secara inklusif diperoleh atau dalam situasi di mana MRI tidak dapat digunakan. Jadi,
mengikuti hasil awal negatif dari US, American College of Radiology telah
memperkenalkan MRI (magnetic resonance imaging) sebagai tata laksana yang
direkomendasikan [15, 16]. Oleh karena itu, sistematik review dan meta-analisis
terbaru telah dilakukan untuk menyelidiki sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi
diagnostik MRI dalam mendiagnosis apendisitis akut pada wanita hamil.
Metode
Menyajikan tinjauan sistematis dan meta-analisis berdasarkan prinsip PRISMA
[26].
Pencarian Metode untuk Studi yang Layak
Pencarian penelitian yang memenuhi syarat dilakukan dari 1/1/2009 hingga
akhir 30/12/2018 dengan menggunakan strategi pencarian berikut.
Pencarian dilakukan oleh dua peneliti independen (MK, MS) untuk mencari studi
relevan yang diterbitkan dari 1/1/2009 hingga akhir 30/12/2018. Kami mencari
literature yang diterbitkan dalam bahasa Inggris di MEDLINE via PubMed dan
EMBASETM via Ovid, The Cochrane Library, dan Trip database. Untuk literatur yang
diterbitkan dalam bahasa lain, kami mencari basis data nasional (Magiran dan SID),
KoreaMed, dan LILACS. Untuk memastikan saturasi literatur, daftar referensi penelitian
yang disertakan atau ulasan relevan ditemukan dengan pencarian yang dipelajari (FP).
Strategi pencarian khusus dibuat menggunakan website Health Sciences Librarian
dengan spesialisasi pada sistematik review, pencarian menggunakan frasa MESH dan
frasa terbuka sesuai standar PRESS. Setelah penyelesaian strategi MEDLINE, hasilnya
dibandingkan dengan pencarian dari database lain (MS, FP). Demikian pula, PROSPERO
dicari untuk menemukan sistematik review terbaru dan dalam proses (on-going). Kata
kunci yang digunakan dalam strategi pencarian adalah Kehamilan [MeSH], Hamil
[MeSH] ATAU — Magnetik Resonance Imaging [MeSH] ATAU — Apendisitis [MeSH]
ATAU — Ultrasound, [MeSH] ATAU, imaging, MRI [MeSH] ATAU "،", dan nyeri kuadran
kanan bawah [MeSH]. Daftar sumber studi dan sistematik review sebelumnya juga
dicari untuk mengidentifikasi studi yang telah diterbitkan (MK, MS). Selain itu, dicoba
untuk menghubungi penulis semua studi yang memenuhi kriteria inklusi dan meminta
data dan abstrak yang tidak dipublikasikan (FP).
Kriteria Kelayakan
Kriteria inklusi yang digunakan untuk memilih artikel adalah sebagai berikut :
(A) penelitian retrospektif original dan prospektif blind yang menyelidiki kinerja MRI
mendiagnosis apendisitis pada wanita yang diduga hamil dengan nyeri kuadran kanan
bawah; (B) menggunakan operasi terbuka laparoskopi atau pemeriksaan histopatologis
sebagai standar referensi, (c) berisi tabel 2 × 2 atau memiliki data
menyertakanpembentukan tabel 2 × 2, (d) Menggambarkan kriteria diagnostik
apendisitis pada MRI dalam perincian yang jelas, dan (e) memenuhi standar kualitas,
sebagaimana dinilai oleh 14 item Quality Assessment of Diagnostic Accuracy Studies
(QUADAS2).
Ekstraksi Data dan Penilaian Resiko Bias
Data diekstraksi untuk mengevaluasi karakteristik dari partisipan. Uji indeks
karakteristik meliputi peralatan khusus, standar referensi (pelaksana dan interval dari
uji). Informasi yang berkaitan dengan akurasi diagnosis juga diekstraksi. Pembaca
pertama mengekstraksi data (MS). Pembaca kedua mengkonfirmasi data (MK), dan dia
akan melengkapi data tersebut jika tidak lengkap.
Risiko bias setiap artikel dievaluasi menggunakan QUADAS-2 (alat sebagai
penilaian kualitas penelitian akurasi diagnostik); empat kemungkinan domain hasil bias
dievaluasi. Domain pertama adalah pemilihan pasien (memilih peserta berdasarkan
urutan atau acak). Peserta penelitian ini harus memenuhi syarat pengujian. Dengan
demikian, risiko bias tinggi dalam studi; hanya peserta yang diduga radang usus buntu
yang dipilih. Domain kedua adalah indeks tes (interpretasi yang salah dari tes indeks,
penjelasan akurat ambang deteksi). Domain ketiga adalah standar referensi atau "gold
standar" (akurasi 99%, interpretasi tanpa mempertimbangkan hasil indeks tes).
Domain terakhir adalah alur dan waktu (menggambarkan pasien yang menerima indeks
tes, interval waktu antara tes indeks, dan standar referensi). Dua reviewer
mengevaluasi artikel secara independen dengan kriteria QUADAS-2 (MS, FP). Setelah
evaluasi independen, reviewer mendiskusikan artikel. Setiap domain dibahas untuk
mencapai satu pandangan. Reliabilitas reviewer untuk setiap domain diukur dengan
menggunakan κ- statistik.
Analisis Statistik
Atas dasar hasil tabel 2 × 2, dikumpulkan pengukuran untuk sensitivitas,
spesifisitas, diagnostic odds ratio (DOR), dan area under the curves (AUC) bersama
dengan interval kepercayaan 95% (CI) yang dihitung menggunakan metodologi
DerSimonian Lair [56]. Berdasarkan DOR masing-masing indeks yang terkumpul, uji
summary receiver-operator curves (sROC) direkonstruksi menggunakan metodologi
Moses – Shapiro–Littenberg [57]. DOR mencerminkan kemampuan dari tes untuk
mendeteksi apendisitis. DOR 1 menunjukkan bahwa hasil tes tidak memiliki kekuatan
diskriminatif. Semakin tinggi DOR, semakin baik kemampuan diagnostic pencitraan.
Untuk mengevaluasi heterogenitas antar studi, digunakan statistik Cochran Q dan
indeks I2. Indeks I2 substansial menunjukkan heterogenitas di luar pengambilan variasi
sampel. Analisis meta-regresi dilakukan untuk mengidentifikasi heterogenitas sumber
yang belum didefinisikan sebelumnya. Kami membuat plot hutan dengan perangkat
lunak Meta-DiSc freeware, versi 1.4, (http://www.hrc.es/investigacion/ metadisc-
en.htm; Rumah Sakit Ramon y Cajal; Madrid, Spanyol) [58]. Data terkait akurasi
diagnostik USG dikumpulkan untuk memberikan analisis lengkap. Kemudian, untuk
setiap kategorinya, beberapa penelitian dimetaanalisis; studi ini memiliki risiko bias
yang tinggi dan rendah dari pemilihan peserta penelitian (berdasarkan kriteria
QUADAS-2). Sensitivitas, spesifisitas, dan positif dan negative Likelihood ratio (LR)
dihitung berdasarkan angka true-positive, true-negative, false-positive, dan false-
negative untuk setiap studi. Kedua LR tidak tergantung pada angka prevalensi, dan ada
konsensus bahwa LR positif> 10 dan LR negatif <0,1 memberikan bukti reliable dalam
hal diagnostik [59]. Rasio LR positif terhadap LR negatif digabungkan dalam satu
pengukuran akurat global, diagnostic odds ratio [60]. Ringkasan sensitivitas dan
spesifisitas, LR positif dan negatif, dan diagnostic odds ratio diperkirakan dengan
menggunakan model efek acak bivariate. Pendekatan ini mengasumsikan distribusi
normal bivariate untuk transformasi logit sensitivitas dan spesifisitas dari studi
individu [61, 62]. Selain itu, ringkasan hirarkis kurva receiver operating characteristics
(ROC) menyajikan titik estimasi untuk setiap studi, kurva ROC bersama, dan
karakteristik gabungan, meliputi 95% daerah kepercayaan dan 95%, daerah prediksi
telah dibangun [63].
Hasil Penelitian
Seleksi Penelitian
Berdasarkan strategi pencarian, sebanyak 1.164 studi terpilih. Setelah
menganalisis korespondensi studi dengan kriteria yang diperlukan, 19 studi dipilih
untuk final review (Gbr. 1).

Karakteristik Penelitian
Karakteristik yang diperlukan dari setiap penelitian yang terpilih ditunjukkan
pada Tabel 1. Secara total, 2400 pasien (2400 wanita hamil suspek apendisitis dengan
nyeri kuadran kanan bawah) diselidiki dalam 19 penelitian. Dari 19 penelitian,
sebanyak 17 penelitian (94,7%) adalah studi retrospektif, dan 2 penelitian (5,2%) studi
prospektif. Populasi yang diselidiki adalah wanita hamil yang dicurigai menderita
apendisitis. Usia pasien berkisar antara 16 hingga 47 tahun. Tujuh belas studi
menggunakan 1,5-T MRI. Studi lain telah menggunakan kekuatan medan MRI yang lebih
rendah, dan beberapa belum melaporkannya. Dari 2400 pasien, 996 pasien dievaluasi
dengan kekuatan magnet yang lebih tinggi dari 1 T. Gambaran MRI yang didapatkan
dari semua penelitian telah dianalisis oleh radiologis berpengalaman yang dalam
sebagian besar kasus merupakan fellowship-terlatih yang mengikuti radiologis.

Resiko Bias
Temuan penilaian QUADAS-2 telah digambarkan dalam Gambar. 2 dan 3;
mereka mengindikasikan bahwa hanya satu parameter memiliki risiko bias yang rendah
dalam penilaian. Beberapa penelitian memiliki dua atau beberapa keterbatasan spesifik
(Gambar 2 dan 3).

Meta Analisis Keseluruhan


Untuk apendisitis pada kehamilan, sensitivitas MRI adalah 91,8% dengan
interval kepercayaan 95% (95% CI 87,7-94,9%). Dengan interval kepercayaan 95%,
spesifisitasnya adalah 97,9% (95% CI 97,2-100%). DORnya adalah 177,60 (95% CI
35.012-900,91) menunjukkan akurasi tinggi MRI dalam mendiagnosis apendisitis pada
wanita hamil (Tabel 2). Plot SROC menunjukkan ringkasan perkiraan sensitivitas dan
spesifisitas dan area di bawah kurva SROC mengenai MRI dalam mendiagnosis
apendisitis pada wanita hamil (Gambar 3, 4, dan 5). LR positif dan negatif MRI dalam
mendiagnosis apendisitis pada wanita hamil adalah 30,98 (21,33-44,99) dan 0,10 (0,03
hingga 0,32) (Gambar 6 dan 7).
Meta Regresi
Meta-regresi menunjukkan bahwa kekuatan medan utama MRI mengintervensi
(p = 0,0017) (Tabel 3).

Analisis Subkelompok dengan Kekuatan Medan MRI


Menganalisis studi dengan kekuatan medan ≥ 1,5 T menunjukkan bahwa
sensitivitas adalah 0,94% (95% CI 88– 0,98%) dan spesifisitas 0,92% (dengan interval
kepercayaan 95% CI 0,64-100%). DOR adalah 325,74 (dengan interval kepercayaan
95%) menunjukkan tingginya akurasi MRI dengan kekuatan medan ≥ 1,5 T
mendiagnosis apendisitis pada wanita hamil dan konsistenansinya adalah 56%. Plot
SROC menunjukkan ringkasan estimasi sensitivitas, spesifisitas, dan area di bawah
kurva SROC pada MRI dengan kekuatan medan ≥ 1,5 T dalam mendiagnosis apendisitis
pada wanita hamil (Gambar 6, 7, dan 8).

Negara
Menganalisis 13 studi yang dilakukan di AS [64-69, 73, 74, 76, 77, 79-81]
menunjukkan sensitivitas 91,5% (95% CI 86,8–95%) dan spesifisitas 98,1% (95% CI
97,4–98,7%) dan DOR 559,41 (95% CI 262.40– 1192.6) (Gambar 9 dan 10).
sensitivitas, spesifisitas, dan DOR MRI dalam mendiagnosis appendisitis pada wanita
hamil di Korea Selatan berdasarkan 2 artikel [70, 78] adalah 100% (95% CI 88,1-
100%), 95,6% (95% CI 90,1– 98,6%), 596,36 (95% CI 55,640-6391,9). Sensitivitas,
spesifisitas, dan DOR MRI dalam diagnosis apendisitis pada wanita hamil di Kanada
berdasarkan 2 artikel [72, 82] adalah 57,1% (95% CI 18,4-90,1%), 94,4% (95% CI 84,6-
98,8%), 20,523 (95% CI 3,250-129,61) masing-masing (Gbr. 11).

Pembahasan
Banyak peneliti sebelumnya telah menunjukkan bahwa MRI untuk pemeriksaan
apendisitis akut pada kehamilan sangat andal dan bermanfaat. Dalam sistematik review
dan meta analisis ini, kami menghitung sensitivitas 91,8% dan spesifisitas 97,9% dari
MRI untuk diagnosis apendisitis pada wanita hamil. Kami dapat memasukkan 7 studi
lagi dari meta-analisis terbaru yang diterbitkan oleh Eugene Duke et al [83], yang
mengulas 12 studi antara 2004 dan 2015 terdiri dari 933 ibu hamil dan menghitung
sensitivitas yang dikumpulkan sebesar 94% (95% CI 87-98%), dan spesifisitas 97%
(95% CI 96-98%) dan DOR 309,8 (95% CI 140,5-711). Juga menganalisis penelitian
dengan kekuatan medan ≥ 1,5 T (yang merupakan kekuatan medan yang digunakan
dalam sebagian besar studi) melaporkan bahwa sensitivitasnya 0,94% (95% CI 88-
0,98%) dan spesifisitasnya adalah 0,92% (pada interval kepercayaan 95% CI 0,64-
100%). DORnya adalah 325,74 (dengan interval kepercayaan 95%) yang merupakan
indikasi akurasi MRI yang lebih baik dengan kekuatan medan ≥ 1,5 T dalam diagnosis
apendisitis pada wanita hamil. Perhitungan sensitivitas dan spesifisitas kita lebih
rendah daripada apa yang Blumenfeld YJ et al. [84] laporkan dalam meta-analisis
mereka (spesifisitas 99,9% dan sensitivitas 95,0%). Ssuai dengan banyaknya studi yang
dilakukan di Amerika Serikat [64-69, 73, 74, 76, 77, 79-81], kami memutuskan untuk
menampilkan meta-analisis subkelompok berdasarkan negaranya yang menunjukkan
sensitivitas 91,5% (95% CI 86,8-95%) dan spesifisitas 98,1% (95% CI 97,4-98,7%) dan
DOR 559,41 (95% CI 262.40–1192.6) untuk MRI dalam diagnosis apendisitis pada
wanita hamil. Sensitivitas, spesifisitas, dan DOR MRI dalam diagnosis apendisitis pada
wanita hamil di Korea Selatan berdasarkan pada 2 artikel yang disertakan [70, 78]
adalah 100% (95% CI 88,1-100%), 95,6% (95% CI 90,1– 98,6%), dan 596,36 (95% CI
55,640-6391,9). Mahesh K et al. [85] dalam studi 5 tahun pada 39 wanita hamil
melaporkan bahwa sensitivitas CT dalam diagnosis appendicitis pada wanita hamil
adalah 100%; mereka juga melaporkan sensitivitas 46,1% untuk USG, tetapi di sisi lain,
Kevin A et al. [86] dalam metaanalisis mereka menyajikan sensitivitas 89,9% dan
spesifisitas 93,6% untuk CT scan dalam mendiagnosis apendisitis akut pada orang
dewasa termasuk wanita hamil yang cukup dekat dan bahkan di beberapa negara
seperti Korea Selatan, Belanda, dan Italia, kurang dari yang kami hitung terkait
sensitivitas dan spesifisitas MRI dalam mendiagnosis apendisitis akut pada wanita
hamil. Pedoman SAGES tidak merekomendasikan penggunaan CT scan sebagai teknik
pencitraan awal untuk pasien hamil, kecuali dalam kasus di mana informasi mendesak
diperlukan untuk trauma atau nyeri akut abdomen [87-90]. Efektivitas USG, MRI, dan
CT harus digunakan hanya dalam keadaan kasus darurat atau dalam situasi di mana
MRI tidak dapat diakses atau tidak bisa digunakan [91, 92]. Ketika pencitraan radiasi
pengion diperlukan, teknik khusus dapat digunakan sesuai dengan prinsip serendah
mungkin (ALARA) [93]. MRI dapat dilakukan tanpa menggunakan intravena gadolinium
untuk wanita hamil. MRI disukai dibandingkan dengan CT scan untuk mendiagnosis
nyeri abdomen non-obstetrik pada pasien hamil, sebagai lini pertama yang
memungkinkan untuk mengambil gambar jaringan lunak yang sangat baik tanpa
menggunakan radiasi pengion dan lebih aman bila diterapkan pada pasien hamil [67,
94, 95].
Hasil ibu dan janin dapat terlihat jika kondisi abdomen selama kehamilan
didiagnosis akurat dan tepat waktu. Laparoskopi diagnostik adalah pilihan yang disukai
untuk kasus-kasus di mana sumber daya yang tersedia mencegah pencitraan cepat
untuk diagnosis atau saat pencitraan tidak dapat disimpulkan. Risiko keterlambatan
diagnosis harus dibandingkan dengan kemungkinan risiko yang terkait dengan
kemungkinan laparoskopi negatif. Keadaan yang didiagnosis dengan laparoskopi harus
dirawat oleh ahli bedah sesegera mungkin [96].
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan kecil antara
sensitivitas CT scan dan MRI dalam mendiagnosis apendisitis pada kehamilan
berdasarkan beberapa komplikasi CT scan pada kehamilan termasuk paparan pasien
untuk radiasi pengion, yang menjadi perhatian khusus di populasi anak dan kebidanan
[87], MRI tampaknya menjadi pencitraan yang lebih masuk akal daripada CT scan dalam
kasus suspek apendisitis pada kehamilan, terutama pada pusat perawatan tersier yang
memiliki akses ke ahli radiologi khusus.
Keterbatasan meta-analisis ini sebagian besar berkaitan dengan data yang
tersedia dan desain heterogenitas, interpretasi hasil, dan pelaporan data dalam studi
primer. Studi kami juga dibatasi oleh fakta bahwa sebagian besar penelitian adalah case
series retrospektif. Jumlah pasien yang terdaftar berkisar antara 12 hingga 709, yang
dalam beberapa kasus menyebabkan ketidakkonsistenan dalam hasil, terutama dalam
perhitungan akurasi MRI. Sebagian besar penelitian tidak memasukkan angka kejadian
keseluruhan apendisitis di masing-masing lembaga, dengan demikian, kami tidak dapat
menghitung nilai prediksi prevalensi positif dan negatif. Selain itu, penelitian
divariasikan berdasarkan kriteria inklusi mereka.
Kesimpulan
MRI memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi (91,8% dan 97,9%) untuk
mendiagnosis apendisitis akut pada pasien hamil yang secara klinis suspek apendisitis.
MRI merupakan teknik pencitraan yang sangat baik dalam beberapa kondisi, yang tidak
mengekspos janin atau ibu radiasi pengion, membuatnya menjadi pilihan terbaik untuk
pasien hamil dengan suspek apendisitis akut. MRI dapat dilakukan pada setiap tahap
kehamilan, tanpa bukti efek samping hasil janin, seperti yang saat ini sedang digunakan.
Sebagai ahli radiologi menjadi semakin nyaman dengan menafsirkan MRI abdomen dan
pelvis, dan oleh karena itu menjadi lebih banyak tersedia sebagai prosedur darurat,
penggunaannya akan terus meningkat di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai