Anda di halaman 1dari 67

i

GAMBARAN TINGKAT STRESS PASIEN DIABETUS MILETUS


A SYSTEMATIC RIVIEW

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

SAHRUL ROMADHONA RIZKI


NIM. 201601132

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJEKWESI


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
BOJONEGORO
2020
GAMBARAN TINGKAT STRESS PASIEN DIABETES MELLITUS
A SYSTEMATIC RIVIEW

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Dipertanggungjawabkan Dihadapan Dewan Penguji Guna


Memperoleh Ijin Penelitian Pada Program DIII Keperawatan
Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro

OLEH :

SAHRUL ROMADHONA RIZKIA


NIM. 201601132

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJEKWESI


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
BOJONEGORO
2020

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh : SAHRUL ROMADHONA RIZKI

Judul : GAMBARAN TINGKAT STRESS PASIEN


DIABETUS MELLITUS : A SYSTEMATIC RIVIEW

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Ujian Karya tulis ilmiah

Karya Tulis Ilmiah Keperawatan pada tanggal, 18 Juni 2020.

Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Fidrotin Azizah, S.Kep.Ns.,M.Kes Ahmad Maftukhin, SST., M.MKes


NIK. 02 0201 016 NIK. 98 0201 008

Mengetahui
Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Rajekwesi Bojonegoro

Fidrotin Azizah, S.Kep.Ns.,M.Kes


NIK. 02 0201 016

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah Diuji dan Dipertahankan Pada Ujian Literatur Riview di Program Diploma III

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajekwesi

Bojonegoro

Tanggal, 18 Juni 2020

TIM PENGUJI

Tanda tangan

Ketua Penguji :

Ketua Penguji : Wiwik Utami, SST., S.Pd., M.Kes (.......................)


NIK. 97 02 01 006

Penguji 1 : Fidrotin Azizah, S.Kep.Ns.,M.Kes (.......................)


NIK. 02 0201 016

Penguji 2 : Ahmad Maftukhin,SST., M.MKes (.......................)


NIK. 98 0201 008

Mengetahui
Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Rajekwesi Bojonegoro

Fidrotin Azizah, S.Kep.Ns.,M.Kes.


NIK. 02 0201 016

iv
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SAHRUL ROMADHONA RIZKI

NIM : 201601132

Tempat, tanggal lahir : Bojonegoro, 16 Januari 1998

Institusi : Program Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro.

Menyatakan bahwa Karya tulis ilmiah Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Gambaran Tingkat Stress Pasien Diabetus Mellitus : A Systematic Riview”.

adalah bukan milik orang lain secara keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan

yang disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi akademis.

Bojonegoro, 18 Juni 2020


Yang menyatakan

SAHRUL ROMADHONA RIZKI


NIM. 201601132

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-

Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul

“Gambaran Tingkat Stress Pasien Diabetus Mellitus : A Systematic Riview”.

Karya tulis ilmiah Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat Akademi

dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro.

Karya tulis ilmiah Karya Tulis Ilmiah ini peneliti susun berdasarkan materi

yang telah didapatkan diperkuliahan, pengalaman peneliti dan didukung pengetahuan

dari bacaan perpustakaan. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak/Ibu :

1. Fidrotin Azizah, S.Kep.,Ns., M.Kes., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro yang memberikan kesempatan pada peneliti

selama mengikuti proses pendidikan dan memberikan izin untuk menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini dan selaku pembimbing I yang telah memberikan

kesempatan pada peneliti untuk mengikuti proses pendidikan dan memberikan

bimbingan serta motivasi kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini dengan tepat.

2. Ahmad Maftukhin, SST., M.Kes., selaku Pembimbing II yang senantiasa

memberikan bimbingan dan motivasi yang luar biasa baik dari teori, penelitian

yang membuat saya ingin menjadi lebih maju dalam belajar.

vi
3. Para Dosen dan Staff Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro

Program DIII Keperawatan.

4. Orang tuaku dan seluruh keluarga tercinta yang telah mendukung, membantu dan

mencurahkan kasih sayang dan memberi semangat, selalu mendo’akan sehingga

Karya Tulis Ilmiah Keperawatan ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Seluruh teman-teman mahasiswa/i DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro terima kasih atas dukungan dan

kebersamaannya.

Semoga bimbingan, arahan, dukungan, serta bantuan yang telah diberikan

kepada peneliti mendapat balasan dari Allah SWT, sebagai amal kebijakan

dikemudian hari, peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah Keperawatan ini. Semoga Karya

Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

Bojonegoro, 18 Juni 2020

Peneliti

vii
ABSTRAK

Diabetes Mellitus merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan


kenaikan kadar gula darah, akibat adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya. Pasien Diabetes Mellitus harus melakukan terapi pengelolaan sepanjang
hidupnya baik secara farmakologis maupun non farmakologis untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan mengontrol kestabilan kadar gula darahnya. Terapi
tersebut dapat menimbulkan suatu dampak tertentu, baik secara fisik maupun secara
psikologis. Salah satu dampak psikologis yang dapat dirasakan oleh pasien Diabetes
Mellitus adalah stress.
Desain metode dengan menggunakan A systematic Riview. Jenis penelitian
yang digunakan dari 2 jurnal adalah Deskriptif. Populasi jurnal 1 : seluruh pasien
DM yang tercatat mengikuti kegiatan prolanis sebanyak 54 responden, jurnal 2 :
Seluruh pasien DM di Panti Werda Santu Yosef Surabaya. Sampel jurnal 1 :
sebagian pasien DM yang tercatat mengikuti kegiatan prolanis sebanyak 37
responden, jurnal 2 : sebagian pasien DM di Panti Werda Santu Yosef Surabaya
sebanyak 30 responden. Jurnal 1 teknik dengan purposive sampling, jurnal 2 : simple
random sampling. Variabel independent kedua jurnal yaitu tingkat stres, variabel
dependent kedua jurnal yaitu pasien diabetus mellitus. Alat ukur kedua jurnal dengan
menggunakan Depression Anxiety Stress Scale (DASS).
Hasil penelitian jurnal 1 : menunjukkan bahwa karakteristik pasien DM dalam
penelitian ini sebagian besar berusia 25-60 tahun, berjenis kelamin perempuan,
Sekolah Menengah Atas, tidak bekerja, memiliki penghasilan kurang dari UMR
Kabupaten Kendal, menikah, dan lama menderita DM lebih dari lima tahun, dan
sebanyak 46,0% mengalami stres ringan, Jurnal 2 : menujukkan bahwa sebagian
besar penderita DM diderita oleh perempuan, tingkat stress pada penderita DM
sebagian besar dalam kategori normal sampai stres sangat berat dilihat dari lama
menderita DM, penderita tersebut baru menderita DM selama 3-4 bulan.
Stres berpengaruh terhadap kenaikan gula darah pada pasien Diabetus mellitus.
Oleh karena itu, keluarga dan perawat yang merawat sebaiknya memberikan
motivasi kepada pasien dan memberikan terapi atau pengobatan yang tepat secara
dini, sehingga stres yang dialami oleh pasien DM dapat segera ditangani.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Stress ....................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian ................................................................................ 6
2.1.2 Etiologi Stress........................................................................... 9
2.1.3 Tanda dan Gejala Stress............................................................ 10
2.1.4 Tingkatan Stress........................................................................ 11
2.1.5 Alat Ukur Tingkat Stress.......................................................... 13
2.1.6 Kriteria Penilaian Menurut DASS............................................ 13
2.1.7 Faktor Stress.............................................................................. 14
2.1.8 Tahapan Stress........................................................................... 18

ix
2.1.9 Indikator Stress.......................................................................... 19
2.1.6 Tanda-tanda Stress..................................................................... 20
2.2 Konsep Diabetus Mellitus .................................................................... 21
2.2.1 Definisi ................................................................................... 21
2.2.2 Klasifikasi................................................................................. 22
2.2.3 Manifestasi Klinis ................................................................... 24
2.2.4 Patofisiologi Diabetus Mellitus Type 2 ................................... 25
2.2.5 Penatalaksanaan Diabetus Mellitus Type 2.............................. 27
2.3 Kerangka Konseptual ........................................................................... 28
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 29
3.2 Tahapan Syestematic Literatur Riview ................................................. 30
3.3 Kerangka Kerja..................................................................................... 32
3.4 Populasi, Sampel dan Sampling ........................................................... 33
3.4.1 Populasi ................................................................................... 33
3.4.2 Sampel ..................................................................................... 33
3.4.2 Sampling .................................................................................. 34
3.5 Idetifikasi Variabel................................................................................ 34
3.5.1 Variabel Independent..................................... 34
3.5.2 Variabel Dependent....................................... 35
3.6 Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data....................................... 35
3.7.1 Proses Pengumpulan Data........................................................ 35
3.7.2 Instrumen Penelitian................................................................. 36
3.7.3 Pengolahan Data....................................................................... 36
3.7 Etika Penelitian..................................................................................... 38
3.8 Keterbatasan Penelitian......................................................................... 38
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisa Jurnal............................................................................... 40
4.1.1 Jurnal 1......................................................................................... 40
4.1.2 Jurnal............................................................................................ 41
4.2 Pembahasan............................................................................................. 41

x
4.2.1 Jurnal 1.......................................................................................... 41
4.2.2 Jurnal 2.......................................................................................... 42
4.2.3 Persamaan dan Perbedaan Jurnal 1 dan Jurnal 2.......................... 42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 45
5.2 Saran....................................................................................................... 46
5.2.1 Jurnal 1.......................................................................................... 46
5.2.2 Jurnal 2.......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 47
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Analisa jurnal 1 (“Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetus


Mellitus di Wilayah Kerja Dokter Keluarga Djazariyah
Kabupaten Kendal”)............................................................... 40

Tabel 4.2 Analisa jurnal 2 (“Gambaran Tingkat Stres Penderita Diabetus


Mellitus di Panti Werda Santu Yoef Surabaya”).................... 41

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Stress Pasien


Diabetes Mellitus............................................................... 28

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Gambaran Tingkat Stress Pasien Diabetes


Mellitus.............................................................................. 32

xiii
DAFTAR SINGKATAN

ADA : American Diabetes Association

Batlitbangkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

DASS : Drepresion Anxiety Stress Scale

Dinkes : Dinas Kesehatan

DM : Diabetus Mellitus

GCU : Glukometer Easy Touch

GDP : Gula Darah Puasa

GDS : Gula Darah Sewaktu

IDDM : Dependent Diabetes Mellitus

LES : Life Event Scale

NDDM : Non dependent Diabetus Mellitus

NIDDM : Insulin Non Dependent Diabetes Mellitus

OHO : Obat Hiperglikemia Oral

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

WHO : World Health Organization

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Shcedule....................................................................

Lampiran 2 Surat Ijin Pengambilan Data Awal ........................................

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian................................................................

Lampiran 4 Surat Rekomendasi Penelitian...............................................

Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden.............................

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .............................

Lampiran 7 Lembar Kuesioner..................................................................

Lampiran 8 Tabulasi Data Umum.............................................................

Lampiran 9 Tabulasi Data Khusus............................................................

Lampiran 10 Lembar Uji.............................................................................

Lampiran 11 Lembar Konsultasi.................................................................

xv
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang bersifat menahun,

berhubungan dengan suatu sistem dalam tubuh, dan disebabkan oleh berbagai

faktor, yang ditandai dengan adanya jumlah kadar gula (glukosa) darah yang

berlebihan (hiperglikemia) dan jumlah kadar lemak (lipid) yang berlebihan

(hiperlipidemia), akibat kurangnya sekresi insulin, atau ketidak efektifan kerja

insulin yang telah disekresi oleh pankreas (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009).

Penyakit DM menjadi induk dari berbagai macam penyakit, sehingga pasien DM

akan mengalami dampak berupa perubahan fisik maupun psikologis. Hal tersebut

akan mempengaruhi motivasi pasien DM untuk menjaga kualitas hidupnya.

Stress adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan

tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari dan tidak dapat di hindari, setiap orang mengalaminya. Stress dapat

member dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis,

intelektual, sosial, dan spiritual, stress dapat mengancam keseimbagan fisiologis.

Stress emosi dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri

sendiri dan orang lain. Stress intelektual akan mengganggu persepsi dan

kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah, Stress social akan

mengganggu hubungan individu terhadap kehidupan (Rasmun, 2004).

Gejala-gejala stress yang timbul menurut Cohen, Kamarck dan Mermelstein

(2001) mengemukakan bahwa gejala atau aspek stres terbagi atas 3 yaitu : Feeling

of unpredictability (kejadian stres yang terjadi secara tiba-tiba), Feeling of

1
2

uncontrollability (perasaan/stres yang tidak terkontrol), dan Feeling of overloaded

(perasaan yang tertekan). Lebih lanjut Robbins (2001) menjelaskan gejala stres

yang timbul pada seseorang meliputi yaitu: a) gejala fisiologis, stres dapat

menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan laju detak jantung dan

pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala serta

menyebabkan serangan jantung b) gejala psikologis, stres dapat menyebabkan

ketidakpuasan. Stres muncul dalam keadaan psikologis lain, misalnya:

ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, dan suka menunda-nunda dan

c) gejala perilaku, gejala stres yang dikaitkan dengan, perubahan dalam kebiasaan

makan, meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah dan

gangguan tidur.

Prevalensi DM dari tahun ke tahun semakin meningkat. Data yang diperoleh

dari World Health Organization (WHO), terdapat 422 juta pasien DM di dunia

(Global report on diabetes mellitus, 2016). Prevalensi DM di Indonesia menurut

hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) terus mengalami kenaikan yaitu dari

1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan data riset kesehatan dasar prevalensi penderita Diabetus Mellitus di

Jawa timur mencapai 3.8 juta tiap tahunnya. Menurut data dari Dinas Kesehatan

Bojonegoro tahun 2017 jumlah pasien DM terdapat 37 orang. Berdasarkan data

dari Puskesmas pembantu Buntalan kecamatan Temayang terdapat 28 pasien DM

terhitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan Oktober 2019.

Melihat komplikasi pada DM dapat mengenai berbagai organ, maka penting

sekali untuk melakukan pencegahan, agar tidak terjadi komplikasi. Salah satu
3

untuk mencegah komplikasi terebut, Tingkat stress harus selalu

di kendalikan (Rasmun, 2004). Stress dan Diabetes Mellitus memiliki hubungan

yang sangat erat terutama pada penduduk perkotaan. Tekanan kehidupan dan gaya

hidup tidak sehat sangat berpengaruh, ditambah dengan kemajuan teknologi yang

semakin pesat dan berbagai penyakit yang sedang di derita menyebabkan

penurunan kondisi seseorang sehingga memicu terjadinya stress. Vranic (2000)

menyebutkan dampak stress pada penderita Diabetes Mellitus dapat berakibat

gangguan pada pengontrolan kadar gula darah. Pada keadaan stress akan terjadi

peningkatan ekskresi hormon katekolamin, gkukagon, gluko kortikoid, endorfin

dan hormon pertumbuhan.

Berdasarkan wawancara dengan tiga pasien Diabetes Mellitus yang di

lakukan oleh peneliti, dua diantaranya merasakan stress akibat penyakit Diabetes

Mellitus, ketidak nyamanan, masalah keuangan serta ketidak pastian hidup.

Keadaan ini akan memperbesar gejala dan akibat sakit yang sudah ada. Kesiapan

pasien secara psikologis dan dukungan keluarga berperan penting dalam

keberlangsungan penyakit Diabetes Mellitus yang sedang di derita. Sehingga

perawat perlu memberikan Health Education tentang pentingnya menjaga pola

makan pada pasien DM agar tidak terjadi komplikasi yang dapat menimbulkan

peningkatan stress pada pasien DM.

Berdasarkan masalah diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul “ Bagaimana gambaran tingkat stress pasien diabetus mellitus type 2

tentang kenaikan kadar gula darah di Puskesmas Temayang Kabupaten

Bojonegoro ”.
4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti dapat menyimpulkan

rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana gambaran tingkat stress pasien

diabetus?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Meriview jurnal 1 “Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetus Meliitus di

Wilayah Kerja Dokter Keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal”.

2. Meriview jurnal 2 “Gambaran Tingkat Stres Penderita Diabetus Meliitus di

Panti Werda Santu Yoef Surabaya”.

3. Menganalisis 2 jurnal yaitu “Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetus Meliitus

di Wilayah Kerja Dokter Keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal” dan jurnal 2

berjudul “Gambaran Tingkat Stres Penderita Diabetus Meliitus di Panti Werda

Santu Yoef Surabaya”.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Pasien Diabetus Mellitus hendaknya senantiasa menjaga kondisi

psikologinya guna menghindari timbulnya stress. Langkah yang dapat dilakukan

antara lain dengan meningkatkan kepasrahan dirinya kepada Tuhan, dan

melaksanakan kegiatan-kegiatan religius yang dapat menenangkan jiwa.

1.4.2 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk senantiasa

memberikan pengarahan kepada pasien DM di wilayahnya untuk menghindari

kondisi stres untuk menjaga kestabilan kadar gula darahnya. Selain itu petugas
5

perlu pula untuk mengingatkan kepada pasien DM untuk rutin memeriksakan

kadar gula darahnya, sehingga dapat terhindar dari kondisi komplikasi yang lebih

parah.

1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan

Institusi kesehatan khususnya pendidikan perawat, hendaknya

mempersiapkan anak didiknyaagar mereka memiliki pengetahuan yang memadai

tentang penyakit DM, sehingga ketika mereka terjun di masyarakat mampu

menjadi narasumber bagi masyarakat khususnya mengenai penyakit DM.

1.4.4 Bagi Peneliti

Penelitian dapat dijadikan sebagai bahan belajar dan menerapkan ilmu serta

teori yang didapatkan selama kuliah kedalam praktek, peningkatan daya pikir dan

mengamati suatu permasalahan sehingga dapat menambah pengetahuan.


6

BAB 2
TINJAUAN TEORI

Pada bab ini akan akan dibahas beberapa konsep dasar yang

digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam proses penelitian, meliputi 1)

Konsep Stress, 2) Konsep Diabetus Mellitus, 3) Kerangka Konseptual, 4)

Hipotesis Penelitian.

2.1 Konsep Stress

2.1.1 Pengertian

Ada beberapa istilah psikologis populer yang sering dikaburkan sebagai

“Stress”. Pada hakikatnya, tentunya kata ini merujuk pada sebuah kondisi

seseorang yang mengalami tuntutan emosi berlebihan dan atau waktu yang

membuatnya sulit memfungsikan secara efektif semua wilayah kehidupan.

Keadaan ini dapat mengakibatkan munculnya cukup banyak gejala, seperti

depresi, kelelahan kronis, mudah marah, gelisah, impotensi, dan kualitas kerja

yang rendah (Richards, 2010).

Hawari (dalam Yusuf, 2004) berpendapat bahwa istilah Stres tidak dapat

dipisahkan dari diStress dan depresi, karena satu sama lainnya saling terkait. Stres

merupakan reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya dan

apabila fungsi organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress. Sedangkan

depresi merupakan reaksi kejiwaan terhadap stressor yang dialaminya. Dalam

banyak hal manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-

pengaruh pengalaman stress. Manusia mempunyai suplai yang baik dan energi

penyesuaian diri untuk dipakai dan diisi kembali bilamana perlu.


7

Sarafino (1994) mendefinisikan stress adalah kondisi yang disebabkan oleh

interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara

tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis,

psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah tekanan internal maupun

eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan (an internal and

eksternal pressure and other troublesome condition in life). Ardani (2007)

mendefinisikan Stress merupakan suatu keadaan tertekan baik itu secara fisik

maupun psikologis.

Menurut Richard (2010) Stres adalah suatu proses yang menilai suatu

peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu

merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.

Peristiwa yang memunculkan Stres dapat saja positif (misalnya merencanakan

perkawinan) atau negatif (contoh : kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan

sebagai peristiwa yang menekan (Stressful event) atau tidak, bergantung pada

respon yang diberikan oleh individu terhadapnya. Compas (dalam Preece, 2011)

berpendapat bahwa stress adalah suatu konsep yang mengancam dan konsep

tersebut terbentuk dari perspektif lingkungan dan pendekatan yang ditransaksikan.

Baum (dalam Yusuf, 2004) mendefinisikan stress sebagai pengalaman emosional

yang negatif yang disertai dengan perubahan-perubahan biokimia, fisik, kognitif,

dan tingkah laku yang diarahkan untuk mengubah peristiwa Stres tersebut atau

mengakomodasikan dampak-dampaknya.

Menurut Dilawati (dalam Syahabuddin, 2010) Stress adalah suatu perasaan

yang dialami apabila seseorang menerima tekanan. Tekanan atau tuntutan yang
8

diterima mungkin datang dalam bentuk mengekalkan jalinan perhubungan,

memenuhi harapan keluarga dan untuk pencapaian akademik. Lazarus dan

Folkman (dalam Evanjeli, 2012) yang menjelaskan Stres sebagai kondisi individu

yang dipengaruhi oleh lingkungan. Kondisi Stres terjadi karena

ketidakseimbangan antara tekanan yang dihadapi individu dan kemampuan untuk

menghadapi tekanan tersebut. Individu membutuhkan energi yang cukup untuk

menghadapi situasi stress agar tidak mengganggu kesejahteraan mereka.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stress adalah suatu

peristiwa atau pengalaman yang negatif sebagai sesuatu yang mengancam,

ataupun membahayakan dan individu yang berasal dari situasi yang bersumber

pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

2.1.2 Etiologi Stress

Sumber stress atau penyebab stress dikenali sebagai stresor. Stresor adalah

segala situasi atau pemicu yang menyebabkan individu merasa tertekan atau

terancam. Penyebab stresor dapat di bagi menjadi dua, yaitu stresor eksternal dan

stresor internal. Stresor eksternal merupakan stresor berasal dari luar individu

seperti stresor yang berada di lingkungan dan stresor sosial yaitu tekanan dari luar

disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya, banyak stresor sosial

yang bersifat traumatic yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang

dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun dari pekerjaan, perceraian, masalah

keuangan, pindah rumah dan lain-lain. Sedangkan stresor internal merupakan

Stresor yang berasal dari dari dalam individu seperti stresor psikologis tekanan

dari dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan
9

(anxiety), rasa bersalah, kuatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa

kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri. Stresor biologis seperti pelepasan

neurotrasmitters saat stres dari kelenjar adrenal, medula yaitu epinefrin dan

norepinefrin dalam respon terhadap stres. Pelepasan neurotransmitter

menyebabkan efek fisiologis seperti denyut jantung meningkat, peningkatan

kewaspadaan dan lain-lain (Robbins, 2015)

2.1.3 Tanda dan Gejala Stress

Stres dapat mempengaruhi tubuh dan jiwa seseorang. Saat seseorang

mengalami stress tubuh, jiwa dan perilaku individu akan menampakkan tanda-

tanda dan gejala stress. Robbins (2015) menggambarkan suatu model yang dapat

menggambarkan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap Stres dan dampak yang

ditimbulkan dari adanya Stres tersebut. Model ini mengidentifikasikan tiga

perangkat faktor yaitu lingkungan, organisasional, dan individual yang menjadi

sumber potensial dari stress. Penderita yang mengalami stres dengan berbagai

penyebabnya akan menimbulkan dampak yang bersifat fisiologis, psikologis, dan

perilakunya.

Tanda dan gejala fisik yang muncul akibat stres adalah mudah lelah,

meningkatnya denyut jantung, insomnia, nyeri kepala, berdebardebar, nyeri dada,

napas pendek, gangguan lambung, mual, tremor, ekstremitas dingin,wajah terasa

panas, berkeringat, sering flu, menstruasi terganggu, otot kaku dan tegang

terutama pada bagian leher, bahu dan punggung.

Tanda dan gejala psikologis stress : kecemasan, ketegangan, kebingungan

dan mudah tersinggung, menangis tiba-tiba, perasaan frustrasi, rasa marah, dan
10

dendam (kebencian), sensitif dan hyperreactivity, phobia, menarik diri dari

pergaulan, menghindari kegiatan yang sebelumnya disenangi, dan kehilangan

konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas serta menurunnya rasa percaya

diri.

Tanda dan gejala perilaku dari stress adalah: gelisah, selalu mondar-mandir,

menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas, meningkatnya penggunaan

minuman keras dan obatobatan, perubahan pola makan mengarah ke obesitas,

perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan

kehilangan berat badan secara tiba-tiba, berjudi, meningkatnya agresivitas,

vandalisme, dan kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal

dengan keluarga dan teman serta kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

Pengalaman stres sangat individual. Stresor yang sama akan dinilai berbeda

oleh setiap individual. Demikian pula, gejala dan tanda-tanda stres akan berbeda

pada setiap individu.

2.1.4 Tingkatan Stress

Klasifikasi stres menurut Robbins (2015) dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu

stres ringan, sedang dan berat :

1. Stress ringan

Pada tingkat stres ringan adalah stress yang tidak merusak aspek fisiologis

dari seseorang. Stress ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya lupa,

ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stress ringan sering terjadi pada kehidupan

sehari-hari dan kondisi dapat membantu individu menjadi waspada. Situasi ini

tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.


11

2. Stress sedang

Stress sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari.

Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan pada lambung dan usus misalnya

magh, buang air besar tidak teratur, ketegangan pada otot, gangguan pola tidur,

perubahan siklus menstruasi, daya konsentrasi dan daya ingat menurun. Contoh

dari stresor yang menimbulkan stres sedang adalah kesepakatan yang belum

selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, dan anggota

keluarga yang pergi dalam waktu yang lama.

3. Stress berat

Stress berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai

beberapa tahun. Respon dari tingkat stress ini didapat gangguan pencernaan berat,

debar jantung semakin meningkat, sesak napas, tremor, persaan cemas dan takut

meningkat, mudah bingung dan panik. Contoh dari stresor yang dapat

menimbulkan stress berat adalah hubungan suami istri yang tidak harmonis,

kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkatan Stres ada 3, yaitu :

stress ringan, stress sedang, dan stress berat. Masing-masing tingkatan stress

memiliki dampak tanda dan gejala fisiologis serta psikologis yang berbeda.

2.1.5 Alat Ukut Tingkat Stress

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat Stres yaitu dengan

menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stres Scale). Unsur yang


12

dinilai antara lain skala Stres. Pada kuesioner ini terdiri dari 14 pertanyaan.

Penilaian dapat diberikan dengan menggunakan 0 : tidak pernah, 1 : kadang-

kadang, 2: sering, 3: hampir setiap saat. Untuk penilaian tingkat Stres dengan

ketentuan sebagai berikut, Lestari (2015).

- Normal : 0 – 14

- Ringan : 15 – 18

- Sedang : 19 – 25

- Berat : 26 – 33

- Sangat berat : > 34

2.1.6 Kriteria Penilaian Menurut DASS

Tingkatan stress pada instrumen ini berupa normal, sedang, berat, dan

sangat berat. Psvchometric Properties Of The Depression Anxiety Stres Scale 42

(DASS) yang terdiri dari 42 item, yang mencakup :

1. Skala depresi

Skala depresi termasuk respon fisiologis atau fisik menurut DASS terdiri

dari beberapa nomor antara lain : 3, ( Tidak dapat melihat hal yang positif dari

suatu kejadian), 5 (merasa sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu

kegiatan), 10 (pesimis), 13 (merasa sedih dan depresi), 16 (kehilangan minat pada

banyak hal misal makan, ambulasi, sosialisasi), 17 (tidak ada harapan untuk masa

depan), 38 (merasa hidup tidak berarti), 42 (sulit untuk meningkatkan inisiatif

dalam melakukan sesuatu). Dengan skor normal (0-9, ringan (10-13), sedang (14-

20), berat (21-27), sangat berat(>28).

2. Skala kecemasan
13

Skala kecemasan termasuk respon perilaku menurut DASS terdiri dari

beberapa nomor antara lain : 2 (mulut terasa kering), 4 (merasakan gangguan

dalam bernafas seperti nafas cepat, sulit bernafas), 7 (kelemahan pada anggota

tubuh), 9 (cemas yang berlebihan dalam suatu situasi namun bisa lega bila hal

sesuatu itu berakhir), 15 (kelelahan), 19 (berkeringat seperti tangan berkeringat

tanpa stimulus oleh cuaca maupun latihan fisik)

2.1.7 Faktor-faktor Stress

Setiap teori yang berbeda memiliki konsepsi atau sudut pandang yang

berbeda dalam melihat penyebab dari berbagai gangguan fisik yang berkaitan

dengan stres. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa sudut pandang tersebut.

1. Sudut pandang psikodinamik

Sudut pandang psikodinamik mendasarkan diri mereka pada asumsi bahwa

gangguan tersebut muncul sebagai akibat dari emosi yang direpres. Hal-hal yang

direpres akan menentukan organ tubuh mana yang terkena penyakit. Sebagai

contoh, apabila seseorang merepres kemarahan, maka berdasarkan pandangan ini

kondisi tersebut dapat memunculkan essensial hypertension.

2. Sudut pandang biologis

Salah satu sudut pandang biologis adalah somatic weakness model. Model

ini memiliki asumsi bahwa hubungan antara stres dan gangguan psikofisiologis

terkait dengan lemahnya organ tubuh individu. Faktor biologis seperti misalnya

genetik ataupun penyakit yang sebelumnya pernah diderita membuat suatu organ

tertentu menjadi lebih lemah daripada organ lainnya, hingga akhirnya rentan dan
14

mudah mengalami kerusakan ketika individu tersebut dalam kondisi tertekan dan

tidak fit .

3. Sudut pandang kognitif dan perilaku

Sudut pandang kognitif menekankan pada bagaimana individu mempersepsi

dan bereaksi terhadap ancaman dari luar. Seluruh persepsi individu dapat

menstimulasi aktivitas sistem simpatetik dan pengeluaran hormon stres.

Munculnya emosi yang negatif seperti perasaan cemas, kecewa dan sebagainya

dapat membuat sistem ini tidak berjalan dengan berjalan lancar dan pada suatu

titik tertentu akhirnya memunculkan penyakit.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa bagaimana seseorang mengatasi

kemarahannya ternyata berhubungan dengan penyakit tekanan darah tinggi

(Fausiah dan Widury, 2005), stres bersumber dari frustasi dan konflik yang

dialami individu dapat berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia. Dalam

hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang biasanya dihadapi oleh

individu seperti :

a. Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya.

b. Hambatan sosial : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup

yang keras, perubahan tidak pasti dalam berbagai aspek kehidupan. Hal-hal

tersebut mempersempit kesempatan individu untuk meraih kehidupan yang

layak sehingga menyebabkan timbulnya frustasi pada diri seseorang.

c. Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam bentuk

cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu

frustasi dan stres pada individu.


15

Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai,

yang ingin dicapai, yang terjadi secara berbenturan juga bisa menjadi penyebab

timbulnya stress. Seringkali individu mengalami dilema saat diharuskan memilih

diantara alternatif yang ada apalagi bila hal tersebut menyangkut kehidupan di

masa depan. Konflik bisa menjadi pemicu timbulnya stres atau setidaknya

membuat individu mengalami ketegangan yang berkepanjangan yang akan

mengalami kesulitan untuk mengatasinya.

Yusuf (2004) faktor pemicu stress itu dapat diklasifikasikan ke dalam

beberapa kelompok berikut :

a. Stresor fisik biologik, seperti : penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik

atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, wajah yang tidak cantik

atau ganteng, dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal (seperti : terlalu

kecil, kurus, pendek, atau gemuk).

b. Stresor psikologik, seperti : negative thinking atau berburuk sangka, frustrasi

(kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan), hasut (iri hati

atau dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan

keinginan yang di luar kemampuan.

c. Stresor Sosial, seperti iklim kehidupan keluarga : hubungan antar anggota

keluarga yang tidak harmonis (broken home), perceraian, suami atau istri

selingkuh, suami atau istri meninggal, anak yang nakal (suka melawan kepada

orang tua, sering membolos dari sekolah, mengkonsumsi minuman keras, dan

menyalahgunakan obat-obatan terlarang) sikap dan perlakuan orang tua yang


16

keras, salah seorang anggota mengidap gangguan jiwa dan tingkat ekonomi

keluarga yang rendah, dan faktor pekerjaan.

Ada dua macam stress yang dihadapi oleh individu yaitu :

a. Stress yang ego-envolved : Stress yang tidak sampai mengancam kebutuhan

dasar atau dengan kata lain disebut dengan Stres kecilkecilan.

b. Stress yang ego-involved : Stress yang mengancam kebutuhan dasar serta

integritas kepribadian seseorang. Stress semacam ego involved membutuhkan

penanganan yang benar dan tepat dengan melakukan reaksi penyesuaian agar

tidak hancur karenanya.

2.1.8 Tahapan Stress

Martaniah dkk, 1991 (dalam Rumiani, 2006 ) menyebutkan bahwa Stres

terjadi melalui tahapan :

1. Tahap 1

Stress pada tahap ini justru dapat membuat seseorang lebih bersemangat,

penglihatan lebih tajam, peningkatan energi, rasa puas dan senang, muncul rasa

gugup tapi mudah diatasi.

2. Tahap 2

Menunjukkan keletihan, otot tegang, gangguan pencernaan.

3. Tahap 3

Menunjukkan gejala seperti tegang, sulit tidur, badan terasa lesu dan lemas.

4. Tahap 4 dan 5

Pada tahap ini seseorang akan tidak mampu menanggapi situasi dan

konsentrasi menurun dan mengalami insomnia.


17

5. Tahap 6

Gejala yang muncul detak jantung meningkat, gemetar sehingga dapat pula

mengakibatkan pingsan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan tahapan

Stres terbagi menjadi 6 tahapan yang tingkatan gejalanya berbeda-beda di setiap

tahapan.

2.1.9 Indikator Stres

Teknik pengukuran Stres sebagai mana banyak digunakan dalam studi

amerika serikat menurut caroley (1985 dalam Desy, 2002) dapat digolongkan

dalam tiga cara, yaitu :

1. Self Report Measure

Cara ini mencoba Stres dengan menanyakan melalui kuesioner tentang

intensitas pengalaman psikologis, fisiologis, dan perubahan fisik yang dialami

dalam peristiwa kehidupan seseorang. Teknik ini disebut “Life Event Scale”.

Teknik ini mengukur Stres dengan melihat atau mengobservasi perubahan-

perubahan perilaku yang ditampilkan oleh seseorang, sperti prestasi kerja yang

menurun dan dapat dilihat dengan gejala :

a. Cenderung berbuat salah

b. Cepat lupa, kurang perhatian terhadap detail

c. Meningkatnya waktu reaksi (menjadi lambat)

2. Physiological Measure

Pengukuran ini berusaha untuk melihat perubahan yang terjadi pada fisik

seperti perubahan-perubahan tekanan darah, ketagangan otot-ototo bahu, leher,


18

dan pundak. Cara ini sering dianggap paling tinggi reliabilitasnya, namun sangat

tergantung pada alat yang digunakan.

3. Biochemical Measure

Pengukuran dengan cara ini adalah berusaha untuk melihat respon biokimia

lewat perubahan kadar hormone ketekolamin dan kortikosteroid setelah pemberian

suatu stimulus. Walaupun cara ini dianggap memiliki reliabilitas yang tinggi,

namun mempunyai kelemahan seandainya subyek penelitian adalah perokok atau

perineum alkohol dan kopi karena kondisi atau keadaan tersebut juga dapat

meningkatkan kadar kedua hormon tersebut. Dari ketiga cara tersebut, yang paling

sering digunakan dalam penelitian mengenai Stress alah Life Event Scale, karena

dianggap paling management dan biayanya relatif murah walaupun sering ada

keterbatasan tertentu.

2.1.10 Tanda-tanda Stres

1. Gejala emosi, misalnya mudah gusar, frustasi, suasana hati yang mudah

berubah atau moody, sulit untuk menenangkan pikiran, rendah diri, serta

merasa kesepian, tidak berguna, bingung, dan hilang kendali, hingga tampak

bingung, menghindari orang lain, dan depresi.

2. Gejala fisik, seperti lemas, pusing, migrain, sakit kepala tegang, gangguan

pencernaan (mual dan diare atau sembelit), nyeri otot, jantung berdebar, sering

batuk pilek, gangguan tidur, hasrat seksual menurun, tubuh gemetar, telinga

berdengung, kaki tangan terasa dingin dan berkeringat, atau mulut kering dan
19

sulit menelan. Stres pada wanita juga dapat menimbulkan keluhan atau

gangguan menstruasi.

3. Gejala kognitif, contohnya sering lupa, sulit memusatkan perhatian, pesimis,

memiliki pandangan yang negatif, dan membuat keputusan yang tidak baik.

4. Gejala perilaku, misalnya tidak mau makan, menghindari tanggung jawab,

serta menunjukkan sikap gugup seperti menggigit kuku atau berjalan bolak-

balik, merokok, hingga mengonsumsi alkohol secara berlebihan.

2.2 Konsep Diabetes Mellitus

2.2.1 Pengertian

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme glukosa yang disebabkan

oleh gangguan dalam tubuh. Tubuh individu dengan diabetes tidak menghasilkan

cukup insulin, sehingga menyebabkan kelebihan glukosa dalam darah (Yuniarti,

2013:26). Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang tidak menular

melanda beberapa jutaan orang di seluruh dunia. Hal ini terkait dengan beberapa

komplikasi mikro dan makrovaskuler. Hal ini juga merupakan penyebab utama

kematian. Masalah yang belum terselesaikan adalah bahwa definisi dari ambang

diagnostik untuk diabetes (Kumar, 2016:397).

Diabetes adalah kompleks, penyakit kronis yang membutuhkan perawatan

medis terus-menerus dengan strategi pengurangan risiko multifaktorial di luar

kendali glikemik (ADA, 2016:1)

2.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2010

(ADA) dalam (Ndraha 2014:10), dibagi dalam 4 jenis yaitu :


20

1. Diabetes melitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab

autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali. Sekresi insulin

dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak

terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinis pertama dari penyakit ini adalah

ketoasidosis.

2. Diabetes melitus tipe 2 atau Insulin Non Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM)

Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa

membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang

merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa

oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh

karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena

dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi

relatif insulin.

Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya

glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan

mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi

perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi insulin yang

terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa

berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.

3. Diabetes melitus gestasional komplikasi perinatal


21

Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM

yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. DM tipe ini

terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali

pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional

berhubungan dengan meningkatnya.

4. Diabetes melitus tipe lain

DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi

sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit

metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan

genetik lain.

2.2.3 Manifetasi Klinis

Gejala diabetes mellitus digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.

Gejala akut ini adalah gejala yang umum muncul pada penderita diabetes mellitus

seperti banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsi), banyak kencing

(polyuria) atau yang biasanya disingkat 3P. Fase ini biasanya penderita

menunjukan berat badan yang terus naik (bertambah gemuk), karena pada saat ini

jumlah insulin yang masih mencukupi, bila keadaan tersebut tidak segera diobati,

lama-kelamaan akan timbul gejala yang disebakan karena kurangnya insulin

seperti mual dan nafsu makan mulai berkurang. Kadang-kadang penderita DM

tidak menunjukan gejala akut (mendadak) tetapi baru menunjukan gejala sesudah

beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit DM gejala seperti ini

disebut gejala kronik.


22

Gejala kronik ini seperti kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk

tusuk, rasa tebal dikulit sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur,

kram, mudah mengantuk, mata kabur dan sering ganti kacamata, gatal di sekitar

kemalauan, gigi mudah goyah dan mudah lepas, dan kemampuan seksual

menurun bahkan impoten (Misdiarly, 2006).

2.2.4 Patofisiologi Diabetus Mellitus Tipe 2

Kadar gula darah pada kondisi normal akan selalu terkendali berkisar 70-

110 mg/dl, karena pengaruh kerja hormon insulin oleh kelenjar pankreas. Setiap

sehabis makan terjadi penyerapan makanan seperti tepung-tepungan (karbohidrat)

di usus dan kadar gula darah akan meningkat. Peningkatan kadar gula darah ini

memicu produksi hormon insulin oleh pankreas. Berkat pengaruh hormon ini,

gula dalam darah sebagian masuk ke dalam berbagai macam sel tubuh (terbanyak

sel otot) dan akan digunakan sebagai bahan energi dalam sel tersebut.

Sel otot kemudian menggunakan gula untuk beberapa keperluan yakni

sebegai energi, sebagian disimpan sebagai glikogen dan jika masih ada sisa maka

sebagian sisa tersebut di ubah menjadi lemak dan protein. Jika fungsi insulin

mengalami defisiensi (kekurangan) insulin, hiperglikemia akan timbul dan

hiperglikemia ini adalah diabetes. Kekurangan insulin dikatakan relatif apabila

pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang normal, tetapi insulinnya tidak

efektif. Hal ini seperti pada DM tipe II ada resistensi insulin, Baik kekurangan

insulin maupun relative akan mengakibatkan gangguan metabolisme bahan bakar,

yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Tubuh memerlukan metabolisme untuk


23

melangsungkan fungsinya, membangun jaringan baru, dan memperbaiki jaringan.

Semua hormon yang terkait dalam metabolisme glukosa, hanya insulin yang bisa

menurunkan gula darah. Insulin adalah hormon yang kurang dalam penyakit DM

(Aulia, 2009).

Hormon insulin dihasilkan oleh sel beta pulau langherhans yang terdapat

pada pankreas. Peran insulin untuk memastikan bahwa sel tubula dapat memakai

bahan bakar. Insulin mempunyai peran untuk membuka pintu sel agar bahan bakar

bisa masuk ke dalam sel. Permukaan setiap sel terdapat reseptor. Dengan reseptor

membuka (oleh insulin), glukosa bisa masuk ke dalam tubuh. Glukosa bisa masuk

ke dalam sel, sehingga sel tanpa hormon insulin tidak bisa memproduksi untuk

mendapatkan energi. Pulau Langerhans mengandung sel khusus seperti sel alfa,

sel beta, sel delta, dan sel F. Sel alfa menghasilkan glukagon, sedangkan sel beta

menghasilkan insulin. Kedua hormon ini membantu mengatur metabolisme. Sel

delta menghasilkan somastotatin (faktor penghambat pertumbuhan hipotalamik)

yang bisa mencegah sekresi glukagon dan insulin. Sel F menyekresi polipeptida

pankreas yang di keluarkan ke dalam darah setelah individu makan. Penyebab

gangguan pankreas adalah produksi dan kecepatan pemakain metabolik insulin.

Kekurangan insulin dapat mengakibatkan pengikatan glukosa dalam darah dan

peningkatan glukosa dalam urin, dengan insulin, hepar dapat mengambil glukosa,

lemak, dan dari peredaran darah. Hepar menyimpan glukosa dalam bentuk

glikogen, yang lain disimpan dalam sel otot, dan sel lemak.

Glikogen dapat diubah kembali menjadi glukosa apabila di butuhkan.

Kekurangan insulin dapat mengakibatkan hiperglikemia dan tergantung pada


24

metabolisme lemak. Setelah makan, karena jumlah insulin yang berkurang atau

insulin tidak efektif, glukosa tidak bisa ditarik dari peredaran darah dan

glikogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) akan terhambat. Karena sel

tidak memperoleh bahan bakar, hepar memproduksi glukosa (melalui glikogenesis

atau gluconeogenesis) dan mengirim glukosa ke dalam peredaran darah, keadaan

iniakan memperberat hiperglikemia (Baradero, 2009).

2.2.5 Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2

Tujuan utama terapi diabetes adalah utuk menormalkan aktifitas insulin dan

kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimblkan akibat DM.

caranya yaitu menjaga kadar glukosa dalam batas normal tanpa terjadi

hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Ada lima macam

komponen dalam penatalaksanaan DM tipe 2 yaitu :

1. Manajement diet

Tujuan dari penatalaksanaan diet antara lain yaitu untuk mencapai dan

mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal, mencapai dan

mempertahankan berat badan dalam batas normal kurang lebih dari 10% dari berat

badan idaman, mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas

hidup (Damayanti, 2015).

2. Terapi nutrisi

Terapi nutrisi khusus untuk meningkatkan pasien dengan lebih intensif lagi

menilai makan dan asupan gizi, memberikan konseling yang menghasilkan

peningkatan kesehatan dan dapat mengurangi komplikasi DMT2. terapi nutrisi

diabetes dapat menghasilkan penghematan biaya dan peningkatan hasil seperti


25

pengurangan A1c. terapi nutrisi dapat dipersonalisasi berdasarkan kebutuhan

pasien, komorbiditas, kondisi kronis yang ada dan faktor kunci lainnya (Redmon,

2014).

3. Latihan fisik (olahraga)

Dengan berolahraga dapat mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di

membrane plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Latihan fisik yang rutin dapat memelihara berat badan yang normal dengan indeks

massa tubuh. Manfaat dari latihan fisik ini adalah dapat menurunkan kadar gula

darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki

pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot, mengubaha kadar

lemak dalam darah (Damayanti,2015).

4. Pemantauan kadar gula darah (monitoring)

Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau self-monitoring blood

glucose (SMBG) memungkinkan untuk deteksi dan mencegah hiperglikemia atau

hipoglikemia, pada akhirnya akan mengurangi komlikasi diabetik jangka panjang.

Beberapa hal yang harus dimonitoring adalah glukosa darah, glukosa urin, keton

darah, keton urin. Selain itu juga pengkajian tambahan seperti cek berat badan

secara regular, pemeriksaan fisik secara teratur dan pendidikan kesehatan

(Damayanti, 2015).

5. Pendidikan perawatan kaki

Pendidikan harus disesuaikan dengan pengetahuan pasien saat ini, kebutuhan

individu dan faktor risiko. Pasien harus menyadari faktor risiko dan langkah yang

tepat untuk menghindari komplikasi. Pendidikan harus mencakup: 1) memeriksa


26

kaki setiap hari terkait luka, memar, perdarahan, kemerahan dan masalah kuku. 2)

usahakan Cuci kaki setiap hari kemudian keringkan dengan benar, termasuk di

antara sela-sela jari kaki. 3) Jangan merendam kaki kecuali ditentukan oleh

dokter, perawatan atau tenaga kesehatan (Redmon, 2014).

6. Berhenti mengkonsumsi tembakau (merkokok)

Tembakau atau prilaku merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi

makrovaskuler 4-400% pada orang dewasa dengan DMT2. Seiring berjalannya

waktu, produk tembakau dan nikotin telah diperluas (Termasuk e-rokok, pipa air

dan produk larut). Tim perawatan harus disarankan tentang ini, Perkembangan

dalam rangka untuk menyaring dan memberi nasihat tepat. Berhenti

mengkonsumsi tembakau atau merokok sangat mungkin menjadi salah satu faktor

kebanyakan intervensi bermanfaat yang tersedia, dan harus ditekankan oleh dokter

(Redmon, 2014).

7. Terapi farmakologi

Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah tetap dalam kondisi

mendekati normal. Pada DM tipe 2, insulin terkadang diperlukan seagai terapi

jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika dengan diet,

latihan fisik dan obat hipoglikemia ora (OHO) tidak dapat menjaga gula darah

dalam rentang normal. Pada pasien DM tipe 2 kadang membutuhkan insulin

secara temporer selama sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa

kejadian Stres lainnya. Berdasarkan consensus perkeni (2006), OHO saat ini
27

terbagi dalam 2 kelompok, 1) obat yang memperbaiki kerja insulin, 2) obat yang

meningkatkan produksi insulin. Obat-obatan seperti metformin, glitazone, dan

akarbose adalah termasuk dalam kelompok pertama. Mereka bekerja pada hati,

otot dan jaringan lemak, usus. Singkatnya mereka bekerja ditempat dimana

terdapat insulin yang mengatur glukosa darah. Sulfonil, replaginid, nateglinid dan

insulin yang disuntikkan adalah obat-obatan kelompok kedua. Mereka bekerja

meningkatkan pelepasan insulin yang disuntikkan dan menambah kadar insulin

disirkulasi darah (Damayanti, 2015).

Metformin dapat mengurangi A1C dari 1-1,5%, jarang menyebabkan

hipoglikemia jika digunakan sebagai monoterapi dan tidak menyebabkan

kenaikan berat badan. Ini adalah biaya-rendah, obat oral dengan catatan akumulasi

jangka panjang pasien dan keselamatan, yang memiliki efek lipid

menguntungkan. Metformin juga dapat digunakan dalam kombinasi dengan

semua agen penurun glukosa lainnya. Peningkatan mikrovaskuler dan hasil

makrovaskular telah dibuktikan di klinik besar percobaan. Dalam UKPDS, pasien

obesitas diobati dengan metformin telah mengurangi komplikasi dan kematian

secara keseluruhan (Redmon, 2014).

8. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan pada pasien DM memerlukan perilaku penanganan yang

khusus seumur hidup. Pasien tidak hanya belajar keterampilan untuk merawat

dirinya sendiri guna menghindari fluktuasi kadar glukosa darah yang mendadak,

tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari

komplikasi diabetic jangka panjang. Pasien harus mengerti mengenai nutrisi,


28

manfaat dan efek samping terapi, latihan, perkembangan penyakit, strategi

pencegahan, teknik pengontrolan gula darah dan penyesuaian terhadap terapi

(Damayanti, 2015).

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

dilakukan (Notoadmodjo S, 2012:83).

Diabetus Mellitus

DASS

Indikator tingkatan Stress :


1. Tidak mampu untuk
bersantai
2. Memuncukan kegugupan
3. Mudah marah dan gelisah
4. Mengganggu lebih reaktif
5. Ketidaksabaran

Normal Ringan Sedang Berat Sangat berat


Skor Skor Skor Skor Skor
0-14 15-18 19-25 26-33 >34
Keterangan:
29

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Mempengaruhi

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Tingkat Stres Pasien Diabetes Miletus


30

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan sebagai dasar

perkembangan metode ilmiah (Notoatmodjo S, 2018). Pada bab ini akan

dibahas dan diuraikan tentang konsep desain penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, kerangka kerja, populasi dan sampel, variabel penelitian,

definisi operasional, pengumpulan dan analisa data, etika penelitian dan

keterbatasan penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang

dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

diterapkan (Nursalam, 2017). Metode Systematic Literature Review (SLR)

yaitu sebuah studi literatur secara sistematik, jelas, menyeluruh dengan

mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengumpulkan data-data penelitian

yang sudah ada. Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu peneliti

lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi subyek topik

yang dicari serta memahami kenapa dan bagaimana hasil dari penelitian

tersebut sehingga dapat menjadi acuan untuk penelitian baru yang akan

dilakukan (Okoli, 2015). Pada penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan tingkat stress pasien diabetus mellitus.

Pada jurnal 1 “Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetus Mellitus”.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pada jurnal


31

2 “Gambaran Tingkat stres penderita Diabetus Mellitus di Panti Werda

Santu Yosef Surabaya”. Penelitian menggunakan penelitian deskriptif.

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada

fenomena-fenomena objektif yang dikaji secara kuantitatif (Hamdi,

Bahruddin, 2014). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

mendeskripsikan sebuah fenomena atau masalah disebuah tempat misalnya

komunitas, puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain (Lapau, 2012).

3.2 Tahapan Systematic Literatur Riview

Menurut Okoli (2015), dalam penelitian yang menggunakan metode

SLR, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi

literatur tersebut dapat diakui kredibilitasnya. Berikut beberapa tahapan

yang dapat dilakukan dalam SLR :

1. Tujuan Studi Literatur

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat adanya pengaruh

kompres dingin terhadap nyeri akibat fraktur melalui beberapa sumber

penelitian yang sudah ada.

2. Pencarian Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan mencakup kata kunci kompres

dingin dan nyeri fraktur pada sumber penyedia jurnal penelitian terkait yakni

GOOGLE scholar yang dapat diakses secara bebas.

3. Screening

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal kesehatan

dengan kata kunci kunci kompres dingin dan nyeri fraktur, serta rentang tahun
32

terbit jurnal mulai dari tahun 2015-2019. Data didapatkan dari penyedia laman

jurnal yang dapat diakses secara bebas dengan menggunakan mesin pencari

GOOGLE Scholar.

4. Penilaian Kualitas

Dalam penilaian kualitas pada metode SLR yang dimaksud adalah kriteria

eksklusi yang dapat membatalkan data atau jurnal yang sudah didapat untuk

dianalisa lebih lanjut. Pada penelitian ini kriteria eksklusi yang digunakan

yakni jurnal penelitian dengan topik permasalahan tidak berhubungan dengan

kejadian nyeri fraktur, serta jurnal penelitian yang terbitnya sebelum tahun

2015.

5. Ekstraksi

Data Ekstraksi data dapat dilakukan jika semua data yang telah memenuhi

syarat telah diklasifikasikan untuk semua data yang ada. Setelah proses

screening dilakukan maka hasil dari ekstraksi data ini dapat diketahui pasti dari

jumlah awal data yang dimiliki berapa yang masih memenuhi syarat untuk

selanjutnya di analisa lebih jauh.

6. Analisa Data

Dalam penelitian ini setelah melewati tahapan screening sampai dengan

ekstraksi data maka analisa dapat dilakukan dengan menggabungkan semua

data yang memenuhi persyaratan inklusi menggunakan teknik baik secara

kuantitatif, kualitatif atau keduanya. Pada penelitian ini peneliti akan

menggunakan kedua teknik analisa data yakni secara kuantitatif dan kualitatif.
33

7. Penulisan Hasil Studi Literatur

Hasil dari analisa data selanjutnya akan diketahui PICOT (population,

intervention, comparison, outcome, time) sehingga dapat dilihat apakah dari

data yang sudah dikumpulkan membuktikan bahwa ada hubungan secara

signifikan antara pengaruh kompres dingin terhadap nyeri fraktur.

3.3 Kerangka Kerja (Frame Work)

Kerangka kerja (frame work) merupakan langkah-langkah dalam

aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya

yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian (Nursalam,2018).

Kerangka kerja dalam penyusuan literatur riview adalah sebagai berikut :

Pencarian jurnal di mesin pencari Google Scolar

Jurnal yang diseleksi karena memiliki judul yang sama

Skrening jurnal yang diperoleh yaitu jurnal kesehatan dengan kata


kunci tingkat stres dan diabetus mellitus serta rentan tahun terbit
jurnal mulai dari tahun 2015-2019

Jurnal yang dapat diakses penuh pada hasil penelitiannya sebanyak 2 jurnal

Jurnal dianalisa sesuai dengan rumusan masalah

Penyajian hasil analisa


34

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Literatur Riview


3.4 Populasi, Sampel Dan Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo,2018). Dalam jurnal 1 populasi dalam penelitian

adalah seluruh pasien DM yang tercatat mengikuti kegiatan Prolanis

terakhir pada bulan September 2016 di wilayah kerja Dokter keluarga

Djazariyah Kabupaten Kendal sebanyak 54 responden. Pada jurnal 2

populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien DM di Panti Werda Santu

Yosef Surabaya.

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan dianggap

mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Hidayat,2019).

Sampel pada penelitian jurnal 1 sebagian pasien DM yang tercatat

mengikuti kegiatan Prolanis terakhir pada bulan September 2016 di

wilayah kerja Dokter keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal sebanyak 37

responden.

Sedangkan pada jurnal 2 sampelnya adalah sebagian pasien DM di

Panti Werda Santu Yosef Surabaya sebanyak 30 responden.

Dengan kriteria inklusi sampel dalam penelitian adalah :

1. Bisa membaca
35

2. Bisa menulis

Dengan kriteria ekslusi sampel dalam penelitian adalah :

1. Responden dengan gangguan pendengaran

2. Responden dengan gannguan muskuloskeletal

3. Responden dengan gannguan gangguan jiwa

3.4.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam,2018). Teknik pengambilan sampel pada

jurnal 1 menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling

adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau

masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnnya (Nursalam, 2018).

Pada jurnal 2 teknik sampling yang digunakan adalah simple random

sampling. Teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu (Sugiyono, 2017).

3.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota

suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki

oleh kelompok tersebut (Nursalam, 2017).Variabel dalam penelitian ini

ada dua, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat

(dependent).
36

3.5.1 Variabel Independent (Bebas)

Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2017). Pada penelitian jurnal 1 variabel

independent adalah tingkat stres dan pada jurnal 2 adalah tingkat stres.

3.5.2 Variabel Dependent (Bebas)

Variabel dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2017). Pada penelitian jurnal 1 variabel

dependent adalah diabetus mellitus dan pada jurnal 2 diabetus mellitus.

3.6 Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data

Proses pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan

dalam suatu penelitian. (Nursalam, 2016: 191).

3.6.1 Proses Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu

mendapat surat rekomendasi dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Rajekwesi Bojonegoro. Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui

oleh pembimbing. Dikarenakan pada saat penelitian sedang ada pandemi

Covid-19 khususnya di Kabupaten Bojonegoro yang masuk zona merah

maka diterapkan Physical distancing sebagai upaya dalam pencegah

penyebaran Covid-19, sehingga tidak memungkinkan peneliti melakukan

pendekatan secara langsung dengan responden, sehingga penelitian diganti


37

dengan mereview 2 jurnal yang relevan dengan penelitian yang seharusnya

dilakukan oleh peneliti. Pada langkah awal pencarian jurnal dilakukan

dengan mengidentifikasi semua jenis jurnal mengenai gambaran tingkat

stres pasien diabetus mellitus. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian

jurnal merupakan penggabungan kata kunci sebagai berikut gambaran

tingkat stres pasien diabetus mellitus dibatasi tahun 2015 – 2019.

3.6.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo S, 2012: 87). Instrumen dalam penelitian

jurnal 1 menggunakan Depression Anxiety Stres Scale (DASS) untuk

mengetahui tingkat stres. Pada jurnal 2 instrumen menggunakan kuesioner

Depression Anxiety Stress Scale (DASS).

3.6.3 Pengolahan Data

1. Pemeriksaan data (Editing)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui

kuesioner perlu disunting (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir

atau kuesioner tersebut apakah lengkap,dalam arti semua pertanyaan sudah

terisi (Notoatmodjo S, 2018).

2. Pemberian kode (Coding).

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
38

menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo S, 2018). Setiap responden

diberi kode sesuai dengan nomor urut.

3. Tabulating

Tabulasi (tabulating) adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo S, 2018). Setelah

data terkumpul kemudian dilakukan analisis deskriptif (univariate) yang

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian (Notoatmodjo S, 2012: 182). Salah satu pengamatan yang

dilakukan pada tahap analisis deskriptif adalah pengamatan pada tabel

frekuensi. Tabel frekuensi terdiri dari kolom-kolom yang menurut frekuensi

dan prosentase untuk setiap kategori dengan rumus :

f
p = x 100%
n
Keterangan:

p: Prosentase

n: Jumlah seluruh observasi.

f: Frekuensi

Hasil prosentase tersebut dapat diinterpretasikan dengan menggunakan

kriteria kualitatif sebagai berikut:

90% - 100 % : Mayoritas

70% - 89% : Sebagian besar

51% - 69% : Lebih dari sebagian

50% : Sebagian

< 50% : Kurang dari sebagian (Nursalam, 2017).


39

Data variabel independent dan variabel dependent yang terkumpul kemudian

akan disajikan dalam bentuk tabel bivariate. Tabel bivariate adalah suatu tabel

yang menyajikan data dari dua variabel secara silang. Tabel ini sering disebut

tabel silang atau cross tabulation (Notoatmodjo S, 2018).

3.7 Etika Penelitian

Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan

dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai dengan publikasi hasil

penelitian. Peneliti hendaknya berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun

mungkin penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan

bagi subjek penelitian. Dalam penelitian ini prinsip-prinsip yang harus dipegang :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian

yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau

menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan

bahwa data diperoleh hanya dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

2. Tanpa Nama (Annonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, pada lembar pengumpula data

atau observasi yang diisi adalah kode responden atau hanya nama inisialnya

saja dan lembar tersebut hanya diberi kode.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
40

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Hidayat, 2015).

3.8 Keterbatasan Penelitian

1. Dalam penelitian ini peneliti mengalami keterbatasan dalam pengumpulan

data yang seharusnya peneliti memberikan perlakuan langsung kepada

responden (pemberian kompres dingin) diganti dengan mereview 2 jurnal

yang terkait dengan judul yang telah dibuat oleh peneliti, dikarenakan ada

pandemi covid-19 peneliti tidak dapat berinteraksi secara langsung kepada

responden.

2. Untuk metode penyusunan literature review ini peneliti mengalami

kesulitan dikarenakan peneliti belum pernah melukan literature riview

sebelumnya dan tidak adanya buku panduan terbaru dari kampus.


41

BAB 4

HASIL ANALISA JURNAL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan data analisis dari 2 jurnal. Jurnal 1 berjudul

“Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetus Meliitus di Wilayah Kerja Dokter

Keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal”. Sedangkan jurnal 2 berjudul “Tingkat

Stres Penderita Diabetes Melitus Di Panti Werda Santu Yosef Surabaya”.

4.1 Hasil Analisa Jurnal

4.1.1 Jurnal 1 (“Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetus Meliitus di

Wilayah Kerja Dokter Keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal”)

Tabel 4.1 Analisa jurnal 1 (“Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetus


Meliitus di Wilayah Kerja Dokter Keluarga Djazariyah
Kabupaten Kendal”)

No Jurnal 1 Uraian
1 Jenis Penelitian Deskriptif
2 Pelaksanaan Penelitian
3 Sampling Purposive sampling
4 Populasi Seluruh pasien DM yang tercatat mengikuti
kegiatan Prolanis terakhir pada bulan
September 2016 sebanyak 54 responden.
5 Sampel Pasien DM yang tercatat mengikuti kegiatan
Prolanis terakhir pada bulan September 2016
sebanyak 37 responden
6 Alat ukur Tingkat Stres :
Depression Anxiety Stress Scale (DASS)
7 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik pasien DM dalam penelitian ini
sebagian besar berusia 25-60 tahun, berjenis
kelamin perempuan, Sekolah Menengah
Atas, tidak bekerja, memiliki penghasilan
kurang dari UMR Kabupaten Kendal,
menikah, dan lama menderita DM lebih dari
lima tahun, dan sebanyak 46,0% mengalami
stres ringan.
42

4.1.2 Jurnal 2 “Gambaran Tingkat Stres Penderita Diabetes Melitus Di Panti

Werda Santu Yosef Surabaya”

Tabel 4.2 Analisa jurnal 2 (“Gambaran Tingkat Stres Penderita Diabetus


Meliitus di Panti Werda Santu Yoef Surabaya”)

No Jurnal 1 Uraian
1 Jenis Penelitian Deskriptif
2 Pelaksanaan Penelitian 10 – 15 November 2017
3 Sampling Simple random sampling
4 Populasi Seluruh pasien DM di Panti Werda Santu
Yosef Surabaya.

5 Sampel Sebagian pasien DM di Panti Werda Santu


Yosef Surabaya sebanyak 30 responden.
6 Alat ukur Tingkat Stres :
Depression Anxiety Stress Scale (DASS)
7 Hasil Penelitian a. Sebagian besar penderita DM
diderita oleh perempuan dibandingkan
dengan laki-laki
b. Tingkat stress pada penderita DM
sebagian besar dalam kategori normal
sampai stres sangat berat.
c. Hasil penelitian didapatkan 2 orang
penderita DM mengalami stres sangat
berat. Dilihat dari lama menderita DM,
penderita tersebut baru menderita DM
selama 3-4 bulan

4.2 Pembahasan

4.2.1 Jurnal 1 (“Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetus Meliitus di

Wilayah Kerja Dokter Keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal”)

Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan purposive sampling dan

sampel 37 responden. Dalam penelitin di dapatkan hasil terdapat 20 responden

(54,0%) berusia 25- 60 tahun, sebanyak 20 responden (54,0%) berjenis kelamin

perempuan, 13 responden (35,0%) berpendidikan Sekolah Menengah Atas, dan


43

sebanyak 22 responden (59,0%) tidak bekerja. Maka dapat disimpulkan bahwa

karakteristik pasien DM dalam penelitian ini sebagian besar berusia 25-60 tahun,

berjenis kelamin perempuan, Sekolah Menengah Atas, tidak bekerja, memiliki

penghasilan kurang dari UMR Kabupaten Kendal, menikah, dan lama menderita

DM lebih dari lima tahun, dan sebanyak 46,0% mengalami stres ringan.

4.2.2 Jurnal 2 “Gambaran Tingkat Stres Penderita Diabetes Melitus Di Panti

Werda Santu Yosef Surabaya”

Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan simple random

sampling dan sampel 30 responden. Dalam penelitian ini didapatkan hasil

sebagian

besar penderita DM berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 responden (66,7%)

dengan usia terbanyak adalah > 65 tahun sebanyak 25 responden (83,3%). Maka

dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien DM dalam penelitian ini sebagian

besar berjenis kelamin perempuan dan berusia >65 tahun.

4.2.3 Persamaan dan Perbedaan Jurnal 1 dan Jurnal 2

Persamaan jurnal 1 dan jurnal 2 adalah sama-sama penelitian menggunakan

jenis penelitian deskriptif. Alat ukur yang digunakan sama-sama menggunakan

Depression Anxiety Stress Scale (DASS).

Perbedaan jurnal 1 dan jurnal 2 yaitu lama penelitian, sampling, sampel,

indikator penelitian dan hasil penelitian. Berdasarkan lama penelitian jurnal 1

pelaksanaannya tidak dicantumkan sedangkan pada jurnal 2 dilaksanakan selama

5 hari. Berdasarakan teknik sampling yang digunakan jurnal 1 menggunakan

purposive sampling sedangkan pada jurnal 2 menggunakan simple random

sampling. Berdasakan sampel yang digunakan pada jurnal 1 sebanyak 37

responden sedangkan pada jurnal 2 sebanyak 30 responden. Berdasarkan indikator


44

pada jurnal 1 yang digunakan adalah dengan menggunakan kuisioner Depression

Anxiety Stress Scale (DASS) sebanyak 42 pertanyaan sedangkan pada jurnal 2

indikator yang digunakan adalah dengan menggunakan kuisioner Depression

Anxiety Stress Scale (DASS) sebanyak 21 pertanyaan. Berdasarkan hasil

penelitian pada jurnal 1 meneliti usia, jenis kelaim, pendidikan, dan pekerjaan,

sedangkan pada jurnal 2 hanya meneliti tentang jenis kelamin dan usia.

Berdasarkan 2 jurnal diatas, menunjukkan bahwa pada jurnal 1 sebagian

besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 17 responden (46,0%). Hal tersebut

dapat diketahui dari pertanyaan kuesioner DASS yang telah digunakan dalam

penelitian ini, terdapat 89,1% pasien DM sulit sabar dalam menghadapi gangguan

terhadap hal yang sedang dilakukan. Karakteristik pasien DM dalam penelitian ini

seperti usia, pekerjaan, dan tingkat ekonomi dapat menjadi pemicu hal tersebut.

Usia pasien DM dalam penelitian ini mayoritas berusia 25-60 tahun, pada usia

tersebut seseorang dapat memiliki kemampuan kontrol diri dalam menghadapi

gangguan atau masalah dikehidupan sehari-hari yang lebih baik tetapi tidak

menutup kemungkinan bahwa ada beberapa orang dengan usia yang lebih dewasa

atau lebih tua justru memiliki kontrol diri yang kurang baik sehingga dapat

muncul tanda gejala gangguan psikologis seperti stres. Sebagian besar pasien DM

juga tidak bekerja dan memiliki tingkat ekonomi yang rendah, hal ini dapat

memicu munculnya ketidaksabaran atau kontrol diri yang buruk dalam

menghadapi suatu gangguan. Selain itu, terdapat 86,4% pasien DM merasa

dirinya menjadi marah karena hal-hal yang sepele, 81% cenderung bereaksi

berlebihan terhadap suatu situasi, 78,3% mudah kesal, 83,7% sangat mudah

marah, 83,7% sulit tenang setelah sesuatu membuatnya menjadi kesal, dan 89,1%

sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan. Beberapa pertanyaan kuesioner


45

tersebut menggambarkan bahwa pasien DM mengalami kondisi emosional yang

buruk. Sedangkan pada jurnal 2 berdasarkan penjelasannya dapat disimpulkan

bahwa pada waktu seseorang memasuki masa usia lanjut, terjadi berbagai

perubahan baik yang bersifat fisik, mental, maupun sosial. Apabila lansia tidak

siap akan perubahanperubahan yang dialami, justru akan menjadi sumber

akumulasi stres dan frustasi. Penderita DM yang baru didiagnosa menderita DM,

akan mengalami perubahan dalam hidupnya. Perubahan dalam pengobatan, pola

makan serta aktivitas membuat penderita menjadi frustasi. Apabila penderita DM

tidak mampu beradaptasi dengan keadaannya, akan timbul stres.


46

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari hasil pembahasan analisis dari

2 jurnal. Jurnal 1 berjudul “Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetus Meliitus di

Wilayah Kerja Dokter Keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal”. Sedangkan jurnal

2 berjudul “Tingkat Stres Penderita Diabetes Melitus Di Panti Werda Santu Yosef

Surabaya”.

5.1 Kesimpulan

1. Pada jurnal 1 karakteristik pasien DM dalam penelitian ini sebagian besar

berusia 25-60 tahun, berjenis kelamin perempuan, Sekolah Menengah Atas,

tidak bekerja, memiliki penghasilan kurang dari UMR Kabupaten Kendal,

menikah, dan lama menderita DM lebih dari lima tahun, dan sebanyak 46,0%

mengalami stres ringan.

2. Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar (70%) lansia penderita

Diabetes Melitus yang berada di Panti Werda St. Yosef berada pada kategori

normal.

3. Ada perbedaan antara 2 jurnal, yaitu lama penelitian, sampling, sampel, dan

hasil penelitian.
47

5.2 Saran

1. Jurnal 1 : Untuk klinik praktik untuk dapat mengidentifikasi stres yang dapat

dialami oleh pasien DM secara dini sehingga stres yang dialami dapat segera

diatasi, karena stres yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan depresi.

Pasien yang mengalami stres dapat memberikan terapi atau pengobatan yang

tepat secara dini, sehingga stres yang dialami oleh pasien DM dapat segera

ditangani.

2. Jurnal 2 : Untuk petugas panti yang berada di Panti Werda Santu Yosef selalu

mendampingi lansia dalam beradaptasi dengan diri dan lingkungannya

sekarang (panti) melalui penyediaan dan peningkatan layanan-layanan

baik psikologis, medis, maupun sosial sehingga terhindar dari stres dan

kualitas hidup lansia yang dapat terjaga optimal.


48

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S (2016). Penuntun Diet Edisi Baru, Jakarta, PT Gramedia Pustaka


Umum.
American Diabetes Association (ADA). 2014. Diagnosis And Classification of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 2(1)
Ardani. 2007. Diabetes Melitus Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi, Edisi ketiga,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arikunto. 2015. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Bumi
Aksara
Atun. 2010. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus 2 di
Indonesia. Jakarta.
Aulia. 2009. Hubungan kadar Glukosa Darah dan Lama Menderita Diabetes
Dengan Derajat Retinopati Diabetika. http://www. m3undip.org
Balitbangkes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Diabetes
Mellitus: Jakarta
Baum (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stress kerja perawat
psikiatri di rumah sakit jiwa provinsi kepulauan Bangka Belitung. (Skripsi)
Fakultas ilmu kedokteran UGM.
Caroley. 2002. Hubungan tingkat stres dengan peningkatan kadar gula darah
pada pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas
Perkotaan Rasimah Ahmad Bukittinggi. STIKes Yarsi Sumatera Barat
Bukittinggi Tahun 2016.
Damayanti. 2015. Diet dan pola makan penyakit DM. Jakarta, EGC.
Depkes. 2008. Metode Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko Diabetes
Melitus. Jakarta: Depkes RI
Dilawati (2010). Hubungan asupan serat larut (soluble dietary fiber)
dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe II pasien
rawat jalan di RSUD Dr. Rubini Mempawah Kalimantan Barat Tahun 2017.
Evanjeli (2012). Faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada
penderita diabetes melitus di perkotaan Indonesia. Majalah Kedokteran
Indonesia
Fatimah dan Restyana Noor. 2015. Diabetes Mellitus Type 2. Dalam Journal
Majornity vol 4 no 5
Fausiah. 2005. Diabetes mellitus: gangren, ulcer, infeksi. Mengenal gejala,
menanggulangi, dan mencegah komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
49

Kamarck. 2001. Awas pankreas rusak penyebab diabetes. Jakarta: Cerdas Sehat.
Lestari. 2015. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: GPU
Notoatmodjo. 2010 .Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Nugraha. 2014. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes, dalam
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI.
Nugroho SA dkk. 2014. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukoharjo I Kabupaten Sukoharjo. Dalam Joulnal Majornity vol 3 no 4
Nurlaili dkk. 2013. Hubungan Empat Pilar Pengendalian Dm Tipe 2 Dengan
Rerata Kadar Gula Darah. Vol 2 no 2
Nursalam dan Pariani. 2011. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta : CV. Agung Setyo
Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Rasmun. 2004. Adolescence : Perkembangan Remaja Ed. 6 .Jakarta ,Erlangga.
Richard. 2010. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit yang Paling Mematikan.
Yogyakarta: Buana Pustaka.
Riskesdas. 2010. Riset kesehatan dasar. Akses: 28 Februari 2015, http: //www.
litbang.depkes.go.id
Soegondo, Sidartawan, Pusat Diabetes dan LIPID FKUI/RSCM. 2005. Penderita
Diabetes Indonesia Meningkat tajam, http://www.kompas.com
Sugiono. 2014. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung :
Alfabeta
World Health Organization (WHO). Diabetes Mellitus http://www.WHO,int
topics/
Yusuf (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stress kerja terhadap
pasien DM di rumah sakit provinsi kepulauan Bangka Belitung. (Skripsi),
Fakultas ilmu kedokteran UGM.
49

Lampiran 1

TIME SCHEDULE PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH


MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO
TAHUN AKADEMI 2019/2020

N Okt November Desember Januari Feb Maret April Mei Juni Juli
Kegiatan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V
o
1. Pengajuan masalah & Judul
2. Konsul BAB I, II, III
3. Pengumpulan Proposal
4. Ujian sidang Proposal
5. Revisi & Remidial
6. Pengurusan surat penelitian
7. Pengumpulan Proposal KTI
8. Pengambilan Data/Konsultasi
9. Konsul BAB IV, V
10. Ujian sidang KTI
11. Revisi dan Pengumpulan KTI
12. Yudisium KTI

Mengetahui,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro
Ketua

Fidrotin Azizah, S.Kep.Ns., M.Kes


NIK. 020201016
50

KUESIONER
GAMBARAN TINGKAT STRESS PASIEN DIABETUS MELLITUS

A. DATA UMUM RESPONDEN


1. Inisial Nama :
2. Usia :
a. 18-20 tahun d. 33-39 tahun
b. 21-27 tahun e. 40-65 tahun
c. 28-32 tahun
3. Jenis kelamin :
a. Laki-laki
b.Perempuan
4. Pendidikan :
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMK/SLTA
e. Perguruan tinggi
5. Pekerjaan :
a. Tidak bekerja e. wiraswasta
b. Pedagang
c. Petani
d. Pegawai negeri
6. Berapa lama menderita Diabetus Mellitus?
a. < 5 tahun
b. 5-10 tahun
c. > 10 tahun
7. Berapa kali dirawat di rumah sakit?
a. Belum pernah
b. 1-3 kali
c. > 3 kali
51

Petunjuk Pengisian Angket


1. Isilah angket dengan jujur sesuai dengan apa yang paling anda rasakan saat ini
Apapun jawaban anda akan dijamin kerahasiaanya
2. Berilah tanda (√) pada salah atu kolom yang menurut anda setuju dengan
pernyataan tersebut
3. Untuk kerjasama dan perhatiannya, peneliti mengucapkan terimakasih
Keterangan :
a. 0 : Tidak pernah
b. 1 : Kadang-kadang
c. 2 : Sering
d. 3 : Hampir setiap saat (Nursalam, 2016)

No Pertanyaan Tidak Kadang- Sering Setiap


pernah kadang saat
1 Saya sudah menjadi marah karena
hal-hal kecil dan sepele
2 Saya mudah cenderung berekasi
berlebihan pada situasi
3 Saya mengalami kesulitan untuk
relaksasi atau bersantai
4 Saya mudah merasa kesal
5 Saya menjadi merasa banyak
menghabiskan energi karena
cemas
6 Saya mudah menjadi tidak
sabaran
7 Saya mudah tersinggung
8 Saya mengalami sulit untuk
beristirahat
9 Saya mudah menjadi marah saya
mengalami kesulitan untuk tenang
setelah sesuatu yang mengganggu
10 Saya mengalami kesulitan untuk
tenang setelah sesuatu yang
mengganggu
11 Saya mengalami sulit untuk
menoleransi gangguan-gangguan
terhadap hal yang dilakukan
12 Saya berada pada keadaan tegang
13 Saya tidak dapat memaklumi hal
apa pun yang menghalangi anda
untuk menyelesaikan hal yang
sedang anda lakukan
14 Saya mudah gelisah

Anda mungkin juga menyukai