Kelompok I
A. PENGERTIAN
Stroke atau cedera cerebrovaskuler ( CVA ) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. (Brunner & Suddarth, 2002.
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. volume 3).
B. ETIOLOGI
1. Trombosis à iskemi jaringan otak serta udema dan bendungan sekitar
trombus à muncul pada saat klien sedang tidur / istirahat
2. Emboli à dapat berupa serpihan-serpihan darah yang beku, tumor, lemak /
udara
3. Perdarahan intracerebral à ruptur dinding pembuluh darah cerebral à
perdarahan pada jaringan otak à akibat aterosklerosis dan hipertensi pada klien > 50
tahun
4. Kompressi pembuluh darah otak à disebabkan karena tumor, bekuan darah
yang besar dan sebagainya
C. PATOFISIOLOGI
Ateroskelrosis
Embolisme
Aneurisma sakular
Hipertensi yang menyebabkan perdarahan intraserebral
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Scan tomografi komputer bermanfaat untuk membandingkan lesi serebrovaskular,
dan lesi non vaskuler, misalnya hemoragi subdural, abses otak, tumor atau hemoragi
intraserebral dapat dilihat pada CT scan.
2. Angiografi digunakan untuk membedakan lesi serebrovaskuler dengan lesi non
vaskuler. Penting untuk diketahui apakah terdapat hemoragi karena informasi ini
dapat membantu dokter memutuskan dibutuhkan pemberian antikoagulan atau tidak.
3. Pencintraan resonan magnetik (MRI) dapat juga membantu dalam membandingkan
diagnosa stroke.
4. Pemeriksaan ultrasonografi atau doppler yang merupakan prosedur non invasif,
sangat membantu dalam mendiagnosa sumbatan arteri karotis.
5. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) dapat membantu menentukan apakah terdapat
disritmia, yang dapat menyebabkan stroke, dimana ditemukannya inversi gelombang
T, depresi ST, dan kenaikan serta perpanjangan QT.
6. Laboratorium
a. Peningkatan Hb & Ht terkait dengan stroke berat
b. Peningkatan WBC indikasi adanya infeksi à endokarditis bakterialis.
c. Analisa CSF (merah) à perdarahan sub arachnoid
7. CT Scan untuk mengetahui lokasi perdarahan, infark dan bekuan darah di daerah sub
arachnoid
8. EKG : T invertit, ST depresi dan QT elevasi dan memanjang
I. KOMPLIKASI
1. Hipoksia serebral
Fungsi otak tergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirim ke jaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada
tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas pembuluh darah
serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas
darah dan memperbaiki aliran darah serebral, hipertensi atau hipotensi eksterm perlu
dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
meluasnya area cedera.
J. PENGOBATAN
1. Penggunaan vasodilator dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan aliran darah
otak dengan menurunkan tekanan darah sistemik dan menurunkan aliran darah
anastomosis intra serebral.
2. Antikoagulasi dapat diberikan melalui intavena dan oral, namun pemberiannya harus
dipantau secara terus menerus untuk mencegah overdosis obat sehingga
mengakibatkan meningkatnya resiko perdarahan intra serebral.
3. Jika klien mengalami sakit kepala dan nyeri pada leher biasanya diberikan obat
analgesic ringan, sejenis codein dan acetaminophen. Sering dihindari pemberian obat
narkotik yang kuat, karena dapat menenangkan klien dan menyebabkan pengkajian
tidak akurat.
4. Jika klien mengalami kejang, berikan obat phenytoin (dilantin) atau phenobarbaital.
Hindari pemberian obat jenis barbiturate dan sedative lainnya. Jika klien demam
berikan obat antipiretik.
K. DIET
1. Klien dengan gangguan serebrovaskular beresiko tinggi terhadap aspirasi, sumbatan
jalan nafas dan muntah, sehingga tidak diberikan makanan melalui oral pada 24-48
jam pertama.
2. Jika klien tidak dapat makan atau minum setelah 48 jam, maka alternatif pemberian
makanan dengan menggunakan selang makanan.
PENYIMPANGAN KDM STROKE
Udema serebral
Perubahan perfusi cerebral
Kurang mengenal
sumber informasi
Penurunan aliran darah cerebral
Kerusakan neuromuskular
Gangguan Metabolisme cerebral Kurang informasi tentang penyakit
& pengobatan
Kehilangan tonus/kontrol otot
Penurunan fungsi cerebral
Kurang pengetahuan mengenai kondisi
dan pengobatan
Parastesia; flaksid/paralysis apatis
RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
55 58
29 27 24 18 17 16 14
Keterangan :
: Laki-Laki : Meninggal : Satu Rumah : Klien
: Perempuan : Kawin ? : Tidak Diketahui
Komentar :
Generasi I : Meninggal dunia tidak diketahui penyakitnya.
Generasi II :Ayah klien menderita penyakit gangguan sistem vaskular (Hipertensi)
Riwayat penyakit DM dan jantung disangkal keluarga.
RIWAYAT LINGKUNGAN
Kebersihan / Bahaya / Polusi : Klien tinggal dilingkungan pada penduduk/perkotaan.
ASPEK PSIKOSOSIAL
1. Pola Pikir & Persepsi
a. Alat Bantu yang digunakan : Kacamata
b. Kesulitan yang dialami :
( ) menurunnya sensitifitas terhadap sakit,
( ) menurunnya sensitifitas terhadap panas atau dingin
( ) membaca & menulis
2. Persepsi sendiri
Hal yang amat dipikirkan saat ini : Belum bisa dikaji karena klien belum bisa
berbicara ( afasia global )
Harapan setelah perawatan : Belum bisa dikaji karena Klien belum bisa berbicara
Perubahan setelah sakit : Belum bisa dikaji
3. Suasana hati : Suasana hati klien tidak dapat dikaji karena klien tidak bisa bicara.
Rentang perhatian : Saat diajak bicara klien menatap lawan bicara, namun tak
mengucap sepatah kata pun
4. Hubungan / komunikasi
a. Tempat Tinggal.
( ) Sendiri
( ) Bersama , yaitu : Istri dan anak-anaknya
b. Bicara
Sebelum sakit klien dapat berbicara dengan jelas, relefan, mampu
mengekspresikan dan mengerti orang lain.
Setelah sakit klien tidak dapat berbicara dan tidak mampu mengekspresikan
perasaannya.
Bahasa Utama : Bahasa indonesia
Bahasa Daerah : Bahasa Makassar..
c. Kehidupan Keluarga.
1) Adat istiadat yang dianut : Makassar
2) Pembuat Keputusan Keluarga : Musyawarah
3. Pola komunikasi : Terbuka
4. Pola keuangan : Cukup
d. Kesulitan dalam hubungan keluarga.
Hubungan klien dengan orang tua sanak saudara harmonis, saling membantu
terutama pada saat klien sakit di RS.
5. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi :
Sebelum sakit tidak ditemukan adanya gangguan pada fungsi seksual
b. Pemahaman tentang seksual : Tidak dikaji.
6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan.
( ) Sendiri
( ) Dibantu orang lain : Istri dan anak-anaknya
b. Yang ingin dirubah dari kehidupan : Pola makan
c. Yang dilakukan jika stres :
( ) Lain (diam/marah/dll) : Terkadang bila pasien merasa kesal/marah, perasaan
itu terpendam
d. Apa yang dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman : Merawat dan
membantu memenuhi kebutuhan/aktifitas sehari-harinya dan memberikan
informasi tentang keadaan dan perkembangan penyakitnya
b. Palpasi :
- Massa:Tidak teraba adanya massa tumor,
Nyeri Tekan tidak ada
c. Keluhan yang berhubungan :
- Pusing / sakit kepala / Terkadang nyeri pada
area tengkuk
3. Mata :
a. Inspeksi :
Kelopak mata : Tidak ada ptosis
Konjungtiva Hiperemis
Sklera : Tidak icterus
Ukuran pupil Isokor 2,5 mm/2,5 mm
Reaksi terhadap cahaya RCL /RCTL +/+
Gerak bola mata : kiri cenderung kelateral, kanan cenderung ke arah medial.
b. Palpasi :
Massa Tumor : Tidak ada Nyeri Tekan Tidak ada
4. Hidung :
a. Inspeksi :
Bentuk /kesimetrisan: simetris. Tidak ada pembengkakan. Secret tidak ada.
b. Palpasi :
Sinus : Tidak ada pembengkakan Nyeri tekan: Tidak ada
6. Leher
a. Inspeksi :
- Bentuk/kesimetrisan : Simetris kanan dan kiri
- Mobilisasi leher : klien dapat menggerakkan leher kekiri dan kekanan secara
bebas/ tidak ada hambatan
b. Palpasi:
- Kelenjar tiroid : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid.
- Kelenjar limfe : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe
- Vena jugelaris : Tidak ada peningkatan vena jugularis
8. Abdomen :
Inspeksi :
Kesimetrisan dan warna sekitar : Simetris kanan dan kri, warna kulit sama dengan
warna kulit sekitar, bentuk agak cembung ( gemuk )
Auskultasi :
Perilstatik : Peristaltik usus : 8 x/ menit. Bising usus (-).
Perkusi : Tympani pada area gastric dan pekak pada area hepar
Palpasi : Nyeri tekan dan ketuk tidak ada
Hepar/Lian/Ginjal/Kandung kemih : Hepar tidak teraba. Lien tidak teraba. Ginjal
tidak teraba, kandung kemih tidak traba. Tidak ada nyeri tekan.
Genitalia dan Status Reproduksi :
Prostat : tidak ada keluhan. Penggunaan kateter : Folley catheter
9. Status Neurologis : GCS E 3M5V2 Syncop (- )
Refleks Patologis : Kernig sign (-) Laseq Sign (-) Brusinsky (-) Babinsky (+)
Chaddock (-)
Refleks Fisiologis : Bisep ( +3/+ ) Trisep (+3/+ ) Patella (+3/+ )
Nervus I : Tidak dapat dikaji
Nervus II : Tidak dapat dikaji
Nervus III, IV: Gerak bola mata : kiri cenderung kelateral, kanan cenderung ke
arah medial.
Nervus V : Klien tidak mampu mengunyah makanan yang keras, tapi klien
masih mampu membuka dan menutup mulut
Nervus VI : Klien mampu menggerakkan bola mata kearah atas
Nervus VII : Klien merasa bebal pada area lateral kanan
Nervus VIII : Mengalami penurunan fungsi pendengaran
Nervus IX, X : Sulit berbicara dan kesulitan dalam menelan
Nervus XI : Klien mampu menggerakkan kepala kekiri dan kekanan
Nervus XII : Lidah tidak mengkerut, hanya agak mencong kearah kiri
10. Ekstremitas :
Keadaan ekstremitas : terpasang infus pada kaki kanan dengan larutan RL 20 tets /
menit.
Atropi otot tidak ada. ROM tangan/ kaki kanan tidak bisa digerakkan . Edema pada
pergelangan tangan kanan. Cyanosis Akral teraba hangat
Kekuatan Otot : 1 1 1 1 3 3 3 3
1 1 1 1 3 3 3 3
Klien tidak dapat menggerakkan ekstremitas kanan atas dan bawah, ekstremitas kiri
dapat menggerakkan melawan gaya gravitasi, namun tidak dapat menahan tahanan.
Nadi perifer : 68 x/menit, Capilarry refilling 2 detik. Nyeri Tidak ada
Palpitasi (- )
Perubahan warna (kulit, kuku, bibir, dll) tidak ada perubahan warna kulit.
Clubbing (- ) Baal ( +) pada sisi tubuh sebelah kanan
2. Radiologi
Hasil (24 November 2018) :
Densitas jaringan otak tampak dalam batas normal
Tidak tampak focal lesion
Sistem ventrikel normal
Midline shift (-)
KESAN : CT – Scan kepala masih dalam batas normal
V. TERAPI MEDIS
Obat – obatan :
Neurotam 3 gram / 8 jam / IV
Neurosanbe 1 amp / drip/ hari
Reotal 1 mg / 12 jam
Aspilet 1 x 1 tab sehari
Novalgin 1 amp / 8 jam / IV
1 DS : -
DO :
Kesadaran : GCS E3 M5 V2
(stupor)
Gerak bola mata : kiri cenderung
kelateral, kanan cenderung ke arah
medial.
Tonus otot : ekstremitas atas bawah Gangguan perfusi serebral
kanan meningkat.
Tekanan darah 180/90 mmHg
Nadi 64 x / menit
Pernapasan 28 x permenit
Suhu 36,5 C
Gelisah
2 Data Subjektif :
Keluarga mengatakan klien tidak
mampu menggerakkan anggota tubuh
bagian kanan
Data Objektif :
Kekuatan otot : 1 1 1 1 3 3 3
Hambatan Mobilitas Fisik
3
1 1 1 1 3 3 3 3
-
-
atas dan bawah
3 Faktor Risiko :
Risiko tinggi terhadap/kerusakan
Ketidakmampuan menelan makanan
menelan
yang keras
4 DS :
Keluarga mengatakan klien tidak bisa
berbicara
DO : Kerusakan komunikasi verbal
( hipoglosus)
5 DS:
Keluarga mengatakan tidak tahu tentang
faktor risiko, pencetus dan perawatan
dirumah sakit
Kurang pengetahuan
DO:
Keluarga selalu bertanya tentang :
Faktor risiko, Faktor pencetus , Kondisi
dan perkembangan klien
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan iskemia jaringan serebral ditandai :
DS : -
DO :
- Kesadaran : GCS E3 M4 V2 (soporous)
- Gerak bola mata : kiri cenderung kelateral,
kanan cenderung ke arah medial.
- Tonus otot : ekstremitas atas bawah kanan
meningkat.
- Tekanan darah 180/90 mmHg
- Nadi 64 x / menit
- Pernapasan 28 x permenit
- Suhu 36,5 C
- Gelisah
Diagnosa Keperawatan
No Tgl Tujuan Rencana Tindakan Rasional
& Data Penunjang
1 28/11/18/18 Perubahan perfusi Klien akan 1. Tentukan Mempengaruhi penetapan
serebral berhubungan menunjukkan perbaikan faktor-faktor yg berhubungan intervensi dan sebagai acuan
dengan iskemia perfusi serebral dgn dgn keadaan/ penyebab khusus kewaspadaan bila tiba-tiba
jaringan serebral kriteria : selama penurunan perfusi terjadinya penurunan kesadaran
ditandai : - serebral & potensial terjadinya
DS : - GCS E4 M6 V5 peningkatan TIK.
DO : (compos mentis) Mengetahui lokasi dan luas
- Tingkat kognitif : 2. Pantau & catat kerusakan SSP
M5 V2 (stupor) orientasi, daya status neurologis tiap 4 jam.
- ingat, fungsi bicara
kiri cenderung normal. Bradicardi dapat terjadi akibat
kelateral, kanan - 3. Pantau TTV, kerusakan otak, ketidakteraturan
cenderung ke arah kekuatan otot 5 terutama TD bandingkan pada pernapasan dapat memberikan
medial. - kedua lengan. gambaran lokasi kerusakan
- rangsang nyeri, serebra;l/peningkatan TIK
ekstremitas atas suhu, getaran,
bawah kanan diskiminasi. Menurunkan tekanan arteri
meningkat. - dengan meningkatkan drainase
- 60-90)Nadi 60-90 4. Letakkan dan meningkatkan sirkulasi
180/90 mmHg x/mnt. RR 16 – 20 kepala dengan posisi agak serebral
- x/mnt ditinggikan & dalam posisi
- anatomis (netral). Aktifitas yang kontinyu dapat
permenit meningkatkan TIK
- 5. Pertahankan
- keadaan tirah baring, berikan
istirahat secara periodik, batasi Secara umum fungsi
lamanya prosedur. farmakologis dari obat yang
diberikan pada kasus stroke
6. Penatalaksanaa berfungsi untuk meningkatkan
n pemberian obat antikoagulan aliran darah serebral misalnya
(Reotal 1 gr/12 jam ddrips) dan mencegah pembentukan emboli,
neuroprotektor (Neurotam 3 gr/8 mengurangi udema dan
jam IV), Neurosanbe 1 hipertensi
amp/drips/hari dan vasodilator
(aspilets 1x1 tab oral), novalgin
1 amp/8 jam
2 28/11/18 Kerusakan mobilitas Klien dapat mempertahan 1. Kaji kemampuan secara Mengidentifikasi
fisik berhubungan – fungsional/ luasnya kerusakan awal kekuatan/kelemahan dan dapat
dengan kan/meningkatkan dan dengan teratur memberikan informasi mengenai
kelemahan/paralysis kekuatan pemulihan
ekstremitas kanan dan fungsi bagian tubuh
Data Subjektif : yang terkena dengan 2. Ubah posisi minimal tiap 2 jam Menurunkan resiko terjadinya
Keluarga mengatakan kriteria trauma/iskemia jaringan
klien tidak mampu - Tidak terdapat
menggerakkan kontraktur, 3. Lakukan latihan rentang gerak Meminimalkan atrofi otot,
anggota tubuh bagian footdrop,integritas kulit aktif dan pasif pada semua meningkatkan sirkulasi, membantu
kanan elastis ekstremitas mencegah kontraktor
Data Objektif :
- Mencegah kontraktur/footdrop dan
1 1 1 1 3 4. Sokong ekstermitas dalam memfasilitasi
3 3 3 posisi fungsional (gunakan papan kegunaanya jika berfungsi
1 1 1 1 3 kaki)guanakan penyangga lengan kembali.
3 3 3 saat klien dalam posis tegak
- (sesuai indikasi),evaluasi
Paralisis pada area pengggunaan alat bantu untuk
ekstremitas kanan pengaturan posisi
Program khusu dapat
5. Konsultasikan dengan ahli dikembangkan dalam menjaga
fisioterafi secara aktif, latihan keseimbangan, koordinai dan
dan ambulasi pasien kekuatan
28/11/18
3 Risiko tinggi Mendemonstrasikan Pilihan rute makanan ditentukan
terhadap/ kerusakan metode makan yang tepat 1. Tinjau ulang kemampuan oleh faktor ini
menelan untuk situasi individual menelan, gangguan lidah,
Faktor risiko : dengan aspirasi tercegah kemampuan untuk melindungi jalan
Kesulitan menelan dengabn kriteria : napas Menggunakan gravitasi untuk
- Mempertahankan memudahkan proses menelkan
berat badan yang 2. Letakkan pasien pada posisi danmenurunkan risiko terjadinyan
diinginkan duduk atau tegak selama makan aspirasi
- Tidak terjadi
aspirasi
Membantu ddalam melatih kembali
sensori dan meningkatkan kontrol
3. Stimulasi bibir untuk menutup muskuler
dan membuka mulut secara manual
denganmenekan ringan diatas
bibir/dibawah dagu jika diperlukan Untuk memberikan cairan
pengganti dan juga makanan
4. Penatalaksanan pemberian
28/11/18 cairan melalui IVFD dan makanan
melalui selang
4 Kerusakan Membantu menentukan daerah dan
komunikasi verbal derajat kerusakan serebral yang
b/d kehilangan Setelah diberikan 1. Kaji tipe/ derajat terjadi dan kesulitan dalam
tonus/kontrol otot intervensi klien diharapkan disfungsi,seperti pasien tidak beberapa atau seluruh tahap proses
fasial/oral ditandai dapat mengidikasikan tampak memahami kata atau komunikasi
dengan : pemahaman tentang mengalami kesulitan berbicara
Ds : - masalah lomunikasi Intervensi yang dipilih tergantung
Do : - klien tidak dengan kriteria : pada tipe kerusakannya
mampu/tidak - Klien dapat 2. Bedahkan antara afasia dan
bisa bicara mengucapkan kata- disatria Memberikan komunikasi tentang
- kerusakan pada kata /mengekspresikan kebutuhan berdasarkan
nervus XII kebutuhannya perlahan- keadaan/defisit yang
( hipoglosus) lahan 3. Berikan metode komunikasi mendasarinya
alternatif, seperti menulis,gambar. kebingungan/ansietas selama
Berikan petunjuk visual (gerakan proses komunikasi
tangan,daftar
kebutuhan,demonstrasi) Mengurangi isolasi sosial klien
dan meningkatkan penciptaan
5 28/11/18 Kurang pengetahuan Menyatakan 1. Kaji tingkat pengetahuan Perlu untuk pembuatan rencana
tentang faktor risiko, pemahaman tentang pasien/orang terdekat tentang : instruksi individu,
pencetus dan faktor risiko, Faktor risiko mengidentifikasi secara verbal
perawatan tindak pencetus dan Faktor pencetus kesalahpahaman dan
lanjut berhubungan perawatan tindak Perawatan tindak lanjut memberikan penjelasan
dengan informasi lanjut dirumah
yang tidak adekuat Menyebutkan gejala
ditandai dengan yang memerlukan 2. Berikan informasi dalam Penggunaan metode belajar
DS: perhatian cepat bentuk belajar yang bervariasi yang bermacam-macam
Keluarga mengatakan misalnya leaflet tentang : meningkatkan penyerapan
tidak tahu tentang Faktor risiko materi
faktor risiko, pencetus Faktor pencetus
dan perawatan Perawatan tindak lanjut
dirumah sakit dirumah
DO:
Keluarga selalu 3. Dorong penguatan faktor Memberikan kesempatan
bertanya tentang : risiko, pembatasan diet, aktifitas kepada pasien untuk mencakup
Faktor risiko, Faktor seksual dan gejala yang informasi dan mengasumsi
pencetus , Kondisi memerlukan perhatian medis kontrol/partisipasi dalam
dan perkembangan program rehabilitasi
klien
07.00 2 1. Mengkaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan 29/11/18 jam 07.30
awal : Terdapat paralysis pada ekstremitas kanan S : Keluarga klien mengatakan tangan
Hasil : paralysis ekstremitas kanan atas dan bawah. kanan klien belum bisa digerakkan
07.10 2. Mengkaji kemampuan rentang gerak ekstremitas ; O : ROM pasif pada ekstremitas
Hasil : ROM pasif pada ekstyremitas kanan atas dan bawah, kanan, ROM aktif ekstremitas kiri
ROM dengan bantuan.
07.15 aktif pada ekstrmitas kiri dengan bantuan A: Kerusakan mobilitas fisik blm
3. Mengubah posisi baring teratasi
Hasill : klien baring posisi terlentang P : Lanjutkan intervensi
1. Ubah posisi miring kanan-kiri
tiap 2 jam ( kecuali klien
tertidur )
2. Bantu pemenuhan kebutuhan
klien ditempat tidur.
06.30 3 1. Observasi kemampuan menelan, gangguan lidah, kemampuan Tgl 29/11/18 Jam : 07.30
untuk melindungi jalan napas S : Keluarga klien mengatakan klien
Hasil : Klien makan melalui NGT susah menelan.
06.45 2. Mengatur posisi pasien O : Lidah agak tertarik kearah kiri,
Hasil : posisi setengah duduk dengan sandaran punggung selama jalan napas paten, tidak ada
makan. hambatan,
3. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara Mulut bisa membuka dan
06.50 manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu menutup.
Hasil : klien dapat membuka dan menutup mulut dengan bantuan A: Kesukaran menelan belum teratasi
4. Penatalaksanaan pemberian makan melalui NGT P : Lanjutkan intervensi
07.00 Hasil : Pemberian bubur saring 1 gelas. 1. Kaji kembali kemampuan
menelan, gangguan lidah,
kemampuan untuk melindungi
jalan napas
2. Atur posisi pasien pada posisi
setengah duduk selama makan
3. Stimulasi bibir untuk menutup
dan membuka mulut secara
manual dengan menekan ringan
diatas bibir/dibawah dagu jika
diperlukan
4. Penatalaksanaan pemberian
makan melalui NGT : susu
6x250 cc/hari.
09.00 5 1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat tentang : Tgl 29/11/18 Jam 14.00
Faktor risiko S : Keluarga mengatakan mengerti
Faktor pencetus dan akan merawat klien sesuai
Perawatan tindak lanjut dirumah informasi yang telah diketahui
Hasil : keluarga kurang memahami tentang faktor resiko, O:
09.30 pencetus dan perawatan klein. Kelurga mampu
2. Memberikan informasi dalam bentuk informasi lisan dan mengulangi informasi yang telah
tanya jawab mengenai : diberikan
a) Faktor risiko A: Kurang pengetahuan teratasi
b) Faktor pencetus P : Pertahankan intervensi
c) Perawatan tindak lanjut dirumah
09.30 Hasil; : keluarga mengatakan mengerti tentang faktor resiko,
faktor pencetus dan bersedia uintuk bekerja sama merawat klien.
3. Memotivasi penguatan faktor risiko, pembatasan diet, aktifitas
seksual dan gejala yang memerlukan perhatian medis dan
penggunaan sarana kesehatan terdekat
Hasil : keluarkan menyatakan bersedia mengikuti anjuran yang
disampaikan.
Tgl/Jam Diagnosa Implementasi SOAP
30/11/05 1 30/11/18 jam 13.30
07.40 1. Memantau status neurologis: S : -----
Hasil; GCS E4M5V3, paralysis ekstremitas kanan O:
08.00 2. Merubah posisi Klien kadang gelisah, GCS E3M5V2,
Hasil : Klien posisi miring kanan paralysis ekstremitas kanan
09.30 3. Mengukur TTV,: TTV,: TD 150/90 mmHg, Nadi
Hasil : TD : 150/90 mmHg, Nadi 76 x/menit, P : 20 x / menit S. 86x/menit P: 22 x/mnt S : 36,6 C
0
10.00 37 C A :Perubahan perfusi serebral belum
4. Mengatur posisi kepala dengan posisi agak ditinggikan & teratasi
11.20 dalam posisi anatomis (netral). P : Lanjutkan intervensi
5. Mempertahankan keadaan tirah baring, berikan istirahat 1. Kaji faktor yg berhubungan
secara periodik dan rubah posisi tiap 2 jam ; terlentang dgn keadaan/ penyebab
11.30 6. Penatalaksanaan pemberian obat : penurunan perfusi serebral
12.00 a) Antikoagulan Reotal 1 gr 2. Pantau status neurologis: GCS
b) Neuroprotektor Neurotam 3 gr 3. Ukur TTV.
13.00 c) Neurosanbe 1 amp/drips 4. Atur posisi kepala dengan
7. Mengukur tanda vital : TD 150/90 mmHg, Nadi 886x/menit posisi agak ditinggikan &
P: 22 x/mnt S : 36,6 C dalam posisi anatomis .
5. Pertahankan keadaan tirah
baring, berikan istirahat secara
periodik dan rubah posisi tiap
2 jam
6. Penatalaksanaan pemberian
obat
1) Antikoagulan Reotal 1
gr/12 jam drips)
2) Neuroprotektor
(Neurotam 3 gr/8 jam IV),
3) Neurosanbe 1
amp/drips/hari dan
vasodilator