Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH

Selasa, 10 April 2012

PROPOSAL PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN BILIRUBIN DIREK


PADA PENGKOMSUMSI  ALKOHOL DAN YANG
TIDAK MENGKOMSUMSI ALKOHOL

OLEH :

EMANUEL GELI MARAN


09.901.275
PROGRAM D-III ANALIS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
 

2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang


Status kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam
pembangunan. Idealisme ini sejalan dengan paradigma sehat, bahwa orang sehat diharapkan
tetap sehat sedangkan yang sakit lekas sembuh ini disadari oleh pemerintah bahwasanya
pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pembangunan nasional.
Lagi pula sangat gamblang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ), yaitu
kesehatan menyangkut semua segi kehidupan, baik  dimasa lalu, sekarang, maupun yang akan
datang. Itikad baik  pemerintah ini semuanya bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia
yang sehat, produktif dan mempunyai daya saing yang tinggi. (anonym 2009).
Alkohol adalah derivate hidrokarbon yang molekulnya mengandung satu gugus hidroksil
(-OH) atau lebih sebagai ganti atau hydrogen. Alkohol tersederhana diturunkan dari alkana dan
mengandung hanya satu gugus hidroksil per molekul, senyawa ini mempunya rumus molekul
umum ROH, dengan R adalah gugus alkali dengan susunan CnH2n+1.
Penggunaan alkohol secara berlebihan dapat memberikan efek farmakologi terhadap
berbagai organ tubuh seperti system saraf, terhadap system cardiovaskuler, saluran pencernaan
dan gangguan pada fungsi hati (Lebuang Regina, 2011)
Dibalik kenikmatan sesaat setelah mengkomsumsi minuman beralkohol, tubuh akan
mengalami serangkaian perubahan. Hal ini karena alkohol yang masuk kedalam tubuh akan
langsung diserap dan menyebar melewati organ – organ tubuh melalui aliran darah dan sisanya
masuk ke saluran pencernaan, mulai dari kerongkongan, lambung, sampai ke usus untuk
dialirkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Jantung akan memompa darah bercampur
alkohol ke seluruh bagian tubuh, sampai ke otak, dan terakhir di hati (liver) akan membakar atau
menghancurkan alkohol dibantu dengan enzim khusus untuk dikeluarkan melalui air seni dan
keringat. (http://efekalkoholmerusakorgan-organdalamtubuh)
Organ yang paling bekerja keras untuk mengeluarkan racun alkohol didalam tubuh
adalah organ hati. Karena kerja yang terlalu berat, maka hati mengalami gangguan seperti
penumpukan lemak di hati serta penyakit sirosis hati. Sirosis hati merupakan jaringan parut atau
bekas luka yang menggantikan sel-sel hati yang sehat sehingga kerja dan fungsi hati terganggu
(Narto, 2011).
Dalam pemeriksaan darah khususnya yaitu bilirubin direk, atau pemeriksaan kimia darah
ini memegang peranan penting dalam diagnosis suatu penyakit, karena bilirubin merupakan
pemeriksaan kimia darah untuk mengetahui tes fungsi hati. Tes bilirubin darah merupakan tes
yang sering dilakukan di laboratorium. Dan biasanya diminta oleh klinis sebagai bagian dari tes
fungsi hati.(Goel DK. Routine biochemical tests, 1988).
Tujuan dari tes bilirubin adalah mengevaluasi hepatobilier dan eritropoetik,
mendiferensial diagnosis ikterus serta memonitor progresifitasnya. Hasil tes laboratorium yang
tepat sangat bermanfaat bagi klinis dalam menegakkan diagnosis, menyingkirkan suatu dugaan
diagnosis/ penyakit, meramalkan prognosis, monitoring terapi dan sebagai tes saring untuk
mendeteksi penyakit. (Henry JB dkk. methods. gth ed.2007).
Pada stadium rendah, bilirubin sebagai pigmen kuning yang menyebabkan empedu
berwarna kuning, menyebabkan feses berwarna putih keabu-abuan sebagai akibat dan
penyumbatan bilirubin secara total oleh empedu (Joyce 2002). Namun apabila jumlah bilirubin
yang dibentuk lebih cepat dan yang dieksresikan, maka terjadi penimbulan bilirubin pada tubuh
Dampaknya pun makin tinggi yaitu timbulnya ikterus, sebuah kondisi dimana tubuh pasien
tampak kuning. Warna ini tampak jelas pada bagian mata. Pada keadaan ini, pasien terindikasi
mengalami gangguan fungsi hati.
Plasma dan serum walaupun keduanya merupakan cairan darah yang bebas dari sel dan
sama-sama berwarna kuning jernih namun terdapat perbedaan yang jelas oleh karena itu plasma
diperoleh dengan mencegah penggumpalan darah dan serum didapat dengan membiarkan proses
tersebut, plasma mengandung senyawa yang seharusnya dapat menggumpalkan darah Senyawa
tersebut mestinya sudah tidak ada lagi dalam serum. Senyawa tersebut adalah fibrinogen yaitu
suatu protein darah yang berubah menjadi jaring dan serat-serat fibrin pada peristiwa
penggumpalan. Dengan demikian di dalam serum tidak ada lagi fibrinogen, karena protein sudah
berubah menjadi jaring fibrin dan menggumpal bersama unsur figutait yang berupa sel.
Sebaiknya, di dalam plasma masih tetap terdapat fibrinogen, yang tidak dapat berubah menjadi
fibrin karena adanya antikoagulan yang ditambahkan.(Sadikin M. 2001 ).
Pemeriksaan bilirubin pada serum dan plasma merupakan  pemeriksaan laboratorium
yang sangat penting dan ikut memberikan gambaran tentang keadaan kesehatan tubuh seseorang.
Keakuratan suatu hasil tes sangat ditentukan oleh kualitas specimen yang akan dites (tahap pra
artalitk) disamping hasil pengamatan tahap analitik dan pasca analitik. Oleh karena itu perhatian
terhadap proses tahap pra analitik sangat besar artinya terhadap mutu hasil tes. Identifikasi
pasien, persiapan pasien, pengambilan dan pengumpulan specimen, penanganan specimen,
penyimpanan, pengemasan dan pengiriman specimen merupakan faktor-faktor yang sangat
penting dalam tahap pra analitik yang dapat mempengaruhi keakuratan hasil suatu lab.
(Hendrawati T. 1995).
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan atas uraian pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
sebagai berikut:
“Apakah ada perbandingan hasil pemeriksaan bilirubin direk pada pengkomsumsi alkohol dan
yang tidak mengkomsumsi alkohol?
C.   Tujuan Penelitian
1.    Tujuan umum
Untuk mengetahui perbandingan hasil  pemeriksaan bilirubin direk pada pengkomsumsi alkohol
dan yang tidak mengkomsumsi alkohol.
2.    Tujuan khusus
Untuk mengetahui seberapa besar perbandingan hasil pemeriksaan bilirubin direk pada
pengkomsumsi alkohol dan yang tidak mengkomsumsi alkohol.
D.   Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.    Tenaga laboratorium, hasil penelitian ini kiranya menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme kerja.
2.    Civitas academica Universitas Indonesia Timur, khususnya fakultas analis kesehatan. Hasil
penelitian ini kiranya menjadi satu sumbangan untuk memperluas wawasan analisis-medical
mereka, baik  pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktek
3.    Peneliti. Selain memperluas wawasan pengetahuan dan pengembangan daya kerja penulis, hasil
studi ini juga member orientasi dalam menganalisis darah pasien.
E.   Hipotesis
Terdapat 2 hipotesis yang coba ditegakkan:
1.            Hipotesis nol (HO); yang merupakan HO dalam penelitian ini adalah tidak ada
perbandingan hasil  pemeriksaan bilirubin direk pada pengkomsumsi alkohol dan yang tidak
mengkomsumsi alkohol”.
2.            Hipotesis alternative (Ha); Penulis menetapkan Ha dan penelitian ini yaitu, “ada
perbandingan hasil  pemeriksaan bilirubin direk pada pengkomsumsi alkohol dan yang tidak
mengkomsumsi alkohol”.

BAB II
TINJAUAN UMUM DAN KERANGKA PIKIR

A.   Tinjauan Umum


Pemahaman yang komperhensif akan apa yang merupakan masalah dalam penelitian
tidak terlepas dari pemahaman yang baik  akan landasan teoritis penelitian itu sendiri. Oleh
karena itu, sebelum memetakan kerangka berpikir, peneliti terlebih dahulu membahas konsep-
konsep yang terkait dengan masalah penelitian.
1.     Hati
Hati merupakan parenkim yang paling besar. Organ yang paling bertanggung jawab atas
lebih dan 500 aktifitas metabolisme ini memiliki dua peran sentral, yaitu mempertahankan hidup
dan membentuk dan mengeksresikan empedu.
Fungsi hati dalam membentuk dan mengeksresi empedu dimulai dari  proses
pengangkutan empedu melalui saluran empedu sampai ke kandung empedu untuk selanjutnya
disimpan dan disekresikan ke usus halus sesuai kebutuhan. Volume empedu yang dieksresikan
pun amat banyak, yaitu berkisar antara 500 hingga 1000 ini empedu kuning per hari.
Empedu yang terkomposisi atas air elektrolit, garam empedu, dan fosfolipid (terutama
esitin) ini, berperanan dalam mengabsorpsi lemak dalam usus halus setelah diubah oleh bakteri
usus halus. Namun demikian, garam empedu yang diabsorpsi dalam illium mengalami sirkulasi
ke hati yang kemudian di sekresi lagi oleh hati.
Akhirnya, bilirubin atau pigmen empedu menjadi hasil akhir dari proses sekresi
metabolisme itu. Pigmen empedu tersebut meski secara fisiologis tidak penting, namun ia
merupakan petunjuk akan adanya penyakit. Demikian halnya saluran empedu, ia penting karena
bilirubin cenderung mewarnai jaringan kontak lainnya ( Price dan Wilson, 2006).
2.    Pengertian Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen empedu yang terbentuk dari  pemecahan eritrosit tua dalam
system monosit makrofag. Seperti diketahui, masa hidup rata-rata eritrosit adalah 120 hari dan
setiap hari dihancurkan sekitar 50 ml untuk menghasilkan 250-350 mg bilirubin. Ia merupakan
konstituen utama empedu. Meski ia tidak berperan dalam pencernaan, tetapi merupakan salah
satu produksi sisa yang dieksresikan dalam empedu. Empedu terdiri dari cairan alkali encer
(serupa dengan sekresi NaHCO2 pankreas ) dan beberapa konstituen organic seperti garam-
garam empedu, kolesterol, lesitin, dan bilirubin. Empedu penting untuk proses pencernaan dan
penyerapan lemak, terutama melalui aktifitas garam empedu.
Bilirubin terdiri atas dua jenis yaitu 1) bilirubin terkonjugasi yaitu bilirubin yang dapat
bereaksi langsung larut dalam air, dan 2) bilirubin tak terkonjugasi yaitu bilirubin yang memiliki
reaksi tidak langsung atau bilirubin yang membentuk ikatan protein. Korelasi keduanya pada
kondisi kisaran normal Di mana, jika bilirubin total maka kadar bilirubin langsung dan tidak
langsung perlu dianalisis, namun jika hanya satah satu nilai dilaporkan maka nilai tersebut
mewakili bilirubin total.
Bilirubin darah normal terikat sebagian besar ke albumin yang sifatnya tidak larut.
Proses ini bermula dan set retikuloendental sebelum dan hati, kemudian di dalam plasma
interkonjugasi yang larut di dalam air masuk ke dalam darah. Karena kebocoran minor pada
hepatosit, ia menjauhi dalam pembentukan, dan eksresi empedu. Jumlah total dan fraksi bilirubin
yang terkonjugasi dan yang tidak terkonjugasi sangat bermanfaat dalam diagnosis ikterus dan
penyakit hati. Sementara bilirubin pascahepatik terkonjugasi bereaksi cepat pada berbagai
percobaan. Karena kelarutan laheren zat inilah sehingga Ia disebut sebagai zat yang bereaksi
langsung.
Jika dikategorikan, maka bilirubin di dalam darah dibagi atas dua bentuk, yaitu bilirubin
direk dan bilirubin indirek. Hal yang membedakan keduanya adalah sifat kelarutannya. Karakter
utama dari  biIirubin direk adalah Ia larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin.
Sedangkan karakter utama dari  bilirubin indirek adalah tidak larut dalam air dan terikat pada
albumin. Jika kemudian kedua bilirubin ini digabungkan, maka disebut bilirubin total. Atau
dalam rumusan lain, bilirubin total merupakan penjumlahan dari bilirubin direk dan indirek.
Adanya kadar peningkatan bilirubin direk menunjukan adanya penyakit hati (liver) atau
saluran empedu. Sedangkan peningkatan bilirubun indirek jarang terjadi pada penyakit hati
(liver).
Pemeriksaan bilirubin dilakukan dengan cara mereaksikan bilirubin dengan Diazotized
Sulfanilic Acid sampai membentuk azobilirubin berwarna, Dari  reaksi tersebut, biasanya
diketahui bahwa hanya bilirubin direk yang larut (dalam air) dan yang mampu bereaksi dengan
reagen. Dengan demikian, untuk mendapatkan nilai bilirubin total diperoleh dengan melepas
bilirubin indirek dan ikatan dengan albumin sehingga larut dalam air
(http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/bilirubin-serum.)
3.     Metabolisme Bilirubin
Proses metabolisme bilirubin bermula dan proses katabolisme hemoglobin terutama
terjadi di dalam limfa. Dimana globulin mula-mula dipisahkan dan hem. Setelah itu, hem diubah
menjadi biliverdin. Biliverdin adalah pigmen kehijauan yang dibentuk melalui oksidasi bilirubin.
Bilirubin yang tak terkonjugasi, yang berkarakter larut dalam lemak tetapi tidak larut dalam air
serata tidak dapat disekresiakan dalam empedu atau urin bilirubin, membentuk ikatan dengan
albumin dalam satu ikatan kompleks larut dalam air yang kemudian diangkut oleh darah ke set-
sel hati (Price dan Wilson, 2006).
Proses metabolisme Bilirubin pun di bagi atas tiga fase, yaitu prehepatik, intrahepatik,
dan pascahepatik. Ketiga fase ini kemudian diperluas lagi dengan due fase baru .sehingga
menjadi lima fase, yaitu fase pembentukan bilirubin, transport plasma, liver uptake konjugasi,
dan eksresi bilier. Namun demikian, peneliti hanya membahas pembagian pertama karena
pembagian kedua sudah tercakup dalam pembahasan ketiga fase tersebut. Berikut penjelasan
lanjutan atas ketiga fase tersebut;

A.   Fase Prahepatik


Fase prahepatik atau hemolitik adalah tahapan menyangkut jaundice yaitu hal-hal yang
disebabkan oleh meningkatnya hemolisis (rusaknya sel darah merah). Pada tahap ini terjadi dua
proses yaitu pembentukan bilirubin dan transport plasma.
1)    Pembentukan bilirubin, sekitar 250 sampai 350 mg bilirubin atau sekitar 4 mg/kg berat badan
terbentuk setiap harinya dan 70 sampai 80% berasal dan pemecahan sel darah merah matang.
Sedangkan sisanya 20 sampai 30% dating dan protein heme lainnya yang berada di dalam sum-
sum tulang dan hati. Meningkatnya hemolisiz sel darah merah tersebut merupakan penyebab
utama peningkatan pembentukan billrubin.
2)    Transport Plasma, bilirubin tidak larut dalam air sehingga bilirubin transportnya dalam plasma
yang terikat dengan albumin Ia juga tidak dapat melalui membrane glomerolus sehingga tidak
muncul dalam air seni.
B.   Fase Intrahepatik
Fase intrahepatik yaitu tahap dimana terjadinya peradangan atau adanya kelainan pada
hati yang biasanya mengganggu proses pembuangan bilirubin. Pada tahap ini terjadi beberapa
proses yaitu liver uptake dan konjugasi.
1). Liver uptake, proses pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh hati secara rind belum jelas.
Demikian halnya dalam peningkatan protein seperti ligandin atau protein Y. pengambilan
bilirubin pun begitu aktif dan berjalan cepat namun tidak termasuk dalam proses pengambilan
albumin.
2). Konjugasi, bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami konjugasi dengan
asam glukoronik sehingga membentuk bilirubin diglukuronida) bilirubin konjugasil bilirubin
direk.
Karena bilirubin yang tidak terkonjugasi merupakan bilirubin yang tidak larut dalam air,
kecuali bila jenis bilirubin terikat sebagai kompleks dengan molekul amfipatik seperti albumin
dan tidak terdapat dalam empedu, maka bilirubin harus dikonversikan menjadi deavate yang
larut dalam air sebelum dieksresikan oleh system biller. Proses ml terutama dilaksanakan oleh
konjugasi bilirubin pada asam glukoronat hingga terbentuk bilirubin glukoronid. Reaksi
konjugasi terjadi di dalam retikulum endoplasmah hepatosit dan dikatalis oleh enzim bilirubin
glukoronosil transferase dalam reaksi dua tahap.
C.   Fase Pascahepatik
organik atau obat-obatan. Untuk itu, bilirubin perlu dieksresi secara konjugasi yang
dikeluarkan lewat kanalikyus bersama bahan lainnya. Pada usus flora, bakteri mendekonjugasi
dan mereduksi bilirubin menjadi sterkobilinogen dan mengeluarkannya sebagian besar kedalam
tinja yang berwarna coklat
Sementara path bilirubin yang tak terkonjugasi yang bersifat tidak larut dalam air namun
larut dalam lemak, akan melewati bailer darah otak atau masuk ke dalam plasenta. Sedangkan
dalam sel hati, bilirubin tak terkonjugasi mengalami proses konjugasi dengan gula melalui enzim
glukurontransferase den larut dalam empedu cair.
(http://freshlifegreen.blogspot.com/2011/03/metabolisme-bilirubin.html).
4.    Patofisiologi Bilirubin
Bilirubin adalah produk penguraian hem yang sebagian besar terjadi dan penguraian
hemoglobin dan sebagian kecil dan senyawa lain seperti mioglobin. Sel retikuloendotel
menyerap kompleks haploglobin dengan hematobin yang telah dibebaskan dan set darah merah.
Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari  hem sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya
dan memutuskan cincin hem untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin hem untuk
menghasilkan tetrapisol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air
(bilirubin tidak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma terikat
ke albumin dan diangkat dalam medium air sewaktu beredar dalam tubuh dan melewati lobules
hati Kemudian hepatosit melepas bilirubin dan albumin sehingga terlarut air dan mengakibatkan
bilirubin ke asam glukoronat yaitu ke bilirubin konjugasi direk (Sacher RA, 2004).
Bilirubin sebagai pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning,
mengalami modifikasi di dalam saluran pencernaan oleh enzim-enzim bakteri yang kemudian
menyebabkan feses berwarna coklat. Jauh dan itu, apabila duktur bilirubin tersumbat secara total
oleh empedu, maka feses akan berwarna putih keabu-abuan. Pada kondisi normal, sejumlah kecil
bilirubin diabsobpsi oleh usus untuk kembali ke darah dan akhirnya di keluarkan bersama urin.
Bilirubin itulah penyebab utama warna kuning pada air kemih. Sementara ginjal baru mampu
mengeksresikan bilirubin apabila zat ini telah di modifikasi dari hati dan usus (Sherwood, 1996).
Pada bilirubin langsung atau terkonjugasi kerap muncul akibat ikterus obstruktif, baik
yang bersifat ekstrahepatika yaitu akibat pembentukan batu atau tumor maupun yang bersifat
intrahepatika. Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dan empedu menuju usus sehingga
kembali diabsorbsi oleh darah. Sel hati yang rusak dapat menyebabkan hambatan sinosit empedu
sehingga meningkatkan kadar bilirubin langsung maupun tidak langsung (Joice, 2002).
Apabila jumlah bilirubin yang dibentuk lebih cepat dan pada dieksresikan, maka
terjadi penimbulan bilirubin pada tubuh. Efeknya adalah ikterus, yaitu tubuh pasien tampak
kuning. Warna ini tampak jelas pada bagian mata.
Ikterus sendiri ditimbulkan oleh tiga mekanisme, yaitu 1) ikterus prahepatik atau
hemolik yaitu ikterus yang disebabkan oleh penguraian (hemolisis) berlebihan sel darah merah
sehingga hati lebih banyak bilirubin dan pada kemampuan normalnya. 2) ikterus hakpatik yaitu
ikterus yang terjadi jika hati sakit sehingga tidak mampu menangani beban normal bilirubin. 3)
ikterus pascahepatik atau obstruktif yaitu ikterus yang terjadi jika duktus bitaris tersumbat.
5.    Mekanisme Patofisiologi Kondisi Hiperbilirubinemia dan ikterik
Ada empat mekanisme umum untuk bias menentukan terjadinya hiperbilirubinemia
dan ikterus, yaitu 1) pembentukan bilirubin secara berlebihan. 2) gangguan pengambilan
bilirubin tak terkonjugasi oleh hati. 3) gangguan konjugasi bilirubin. Dan 4) penurunan ekskresi
bilirubin terkonjugasi dalam empedu akibat faktor intrahepatik dan ekstrahepatik yang bersifat
obstruksi fungsional atau mekanik.

Terjadinya hiperbilirubinemia tak terkonjugasi disebabkan oleh mekanisme pertama,


kedua, dan ketiga. Sedangkan hiperbilirubinemia terkonjugasi disebabkan oleh mekanisme Re
empat (Widman Frances K, 1995).
6.     Pembentukan Bilirubin Secara Berilebihan
Penyakit hemolitik atau peningkatan kecepatan destruksi sel darah merah merupakan
penyebab utama pembentukan bilirubin yang berlebihan. Kondisi ini bermula saat terjadi
konjugasi dan transfer pigmen empedu yang berdampak pada bilirubin tak terkonjugasi
melampaui kemampuan hati. Akibatnya, kadar bilirubin serum jarang melebihi 5mg/100ml pada
penderita hemolitik berat dan ikterus yang timbul bersifat ringan, berwarna kuning pucat.
Selanjutnya, karena bilirubin tidak terkonjugasi tidak larut dalam air, maka Ia tidak
dapat diekskresikan ke dalam kemih yang berdampak bilirubinuria tidak terjadi. Tetapi
peningkatan urobilinogen menjadi meningkat sebagai akibat peningkatan beban bilirubin
terhadap hati dan peningkatan konjugasi dan ekskresi, selanjutnya mengakibatkan peningkatan
ekskresi dalam feces dan kemih. Ini tampak pada perubahan warna kemih dan feces yaitu
berwarna gelap (Sacher RA, 2004).
Ada beberapa penyebab terjadinya ikterus hemolitik, antara lain : 1) hemoglobin
abnormal (hemoglobin S pada anemia sel sabit). 2) sel darah merah abnormal (sferositosis
herediter). 3) antibody dalam serum (Rh atau inkompatibilitas tranfusi atau sebagian akibat
penyakit hemoiltik autoimun). 4) pemberIan beberapa obat-obatan. 5) beberapa limfoma
(pembesaran limfa dan peningkatan hernotitis). 6) peningkatan destruksi sel darah merah atau
prekursornya dalam sum-sum tulang (thalasemia,  anemia pernisiosa, dan porfiria). Penyebab
terakhir ini dikenal sebagai eritropoesis tak efektif (Sacher RA, 2004).
Pada orang dewasa, pembentukan bilirubin secara berlebihan dan sifatnya kronik dapat
mengakibatkan pembentukan batu empedu yang banyak mengandung bilirubin. Di luar itu,
hiperbilirubinemia ringan umumnya tidak membahayakan. Akan tetapi bilirubin yang tidak
terkonjugasi yang melebihi 20mg/100ml pada bayi dapat mengakibatkan kernikterus. Kita
dilakukan pengobatan, maka tujuannya hanya untuk memperbaiki penyakit hemolitik.
7.    Gangguan Pengambilan Bilirubin
Pengambilan bilirubin tidak terkonjugasi yang terikat albumin oleh sel-sel hati,
dilakukan dengan cara meningkatkan protein penerima sehingga Ia terpisah dan albumin. Proses
ini membias dengan bantuan beberapa obat yang terbukti menunjukan pengaruh terhadap
pengambilan bilirubin oleh sel-sel hati seperti asam flesvapidat (dipakai untuk mengobati cacing
pita), novobiosom, dan beberapa zat warna kolesisgrafik.
Sementara hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi dan ikterus biasanya hilang bila obat
yang menjadi penyebab dihentikan. Dahulu, ikterus neonatal dan beberapa kasus sindrom gilbert
dianggap disebabkan oleh defisisensi protein penerima dan gangguan dalam pengambilan oleh
hati. Namun pada kebanyakan kasus demikian telah ditemukan efisiensi glukorenil transferase,
sehingga keadaan ini terutama dianggap sebagai cacat konjugasi bilirubin (Price dan Wilson,
2006).
8.    Tinjauan umum serum dan plasma
Plasma yaitu penggumpalan unsure figurative dalam tabung dapat dicegah dengan
senyawa tertentu, yang secara umum dinamai antikoagulan Dan, serum adalah darah yang
diambil dan vena dengan menggunakan sempit dan jarum suntik yang steril dan kering. Setelah
beberapa waktu, dibiarkan dalam suhu ruangan, darah tersebut akan terpisah menjadi dua bagian
utama, kedua bagian tersebut dapat dilihat dengan langsung dengan mata, untuk lebih jelas lagi
tabung tersebut dipusing dengan bantuan alat pemusing (centrifuge) setelah pengeraman
beberapa waktu tadi, akan tampak gumpalan darah yang tidak beraturan bila penggumpalan
berlangsung sempurna, gumpalan darah tersebut akan terlepas atau dengan mudah dapat
dilepaskan dan darah. Gumpalan darah tersebut terdiri atas seluruh unsur figurative darah yang
telah mengalami proses penggumpalan atau koagulasi spontan, sehingga terpisah dari  unsur
yang berwarna (Sadikin M, 2001).
Plasma darah merupakan komponen cairan darah yang meliputi 55% dan seluruh
volume darah, 91-99% terdiri dari  air yang berperan sebagai medium transport, gumpalan darah
terdiri atas unsure figurative darah yang telah mengalami proses penggumpalan atau koagulasi
spontan, sehingga terpisah dan unsur larutan berwarna kuning jernih. Unsur larutan yang
diperoleh dengan membiarkan penggumpalan spontan dan unsur figurative disebut serum dan
bagian larutan dapat dilakukan lebih cepat dan sempurna bila tabung yang berisi darah langsung
disentrifugasi Hasil  akan diperoleh dua bagian yaitu endapan sel-sel yang membentuk unsure
figurative, serta cairan jernih yang juga berwarna kuning jernih yang disebut juga sebagai serum
Antara plasma dan serum keduanya merupakan cairan darah yang bebas dan sel dan
sama-sama berwarna kuning jernih. Tetapi terdapat perbedaan yang jelas, plasma diperoleh
dengan mencegah proses penggumpalan darah, sedangkan serum didapat dengan membiarkan
proses tersebut. Pada plasma mengandung senyawa fibninogen, suatu protein darah yang
berubah menjadi faring dan serat-serat fibrin dan penggumpalan, sedangkan pada serum tidak
terdapat fibrinogen karena fibrinogen sudah menjadi jaring fibrin yang menggumpal bersama
unsur figurative yang berupa sell sebaiknya didalam plasma masih tetap terdapat fibrinogen yang
tidak berubah menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang ditambahkan.
Dalam pembuatan serum sel-sel darah menggumpal dan terjebak dalam suatu anyaman
yang luas dan kontraktif dan jaringan serat-serat fibrin. Sel-sel ini tidak dapat dilihat secara
terpisah-pisah melalui mikroskop. Sebaiknya dalam penyimpanan plasma, sel-sel darah merah
terendapkan dengan jelas didasar tabung seperti penendapan plasma menghasilkan perusakan sel
berdasarkan massa jenis menjadi dua bagian. Sel-sel darah dengan cara seperti ini akan terpisah
menjadi lapisan eritrosit atau set darah merah yang merupakan lapisan tebal yang dapat
mencapai hampir seluruh volume darah. Dan terdapat lapisan tipis dan putih diatas lapisan
eritrosit yang terjadi diatas sel-sel leukosit dan sejumlah trombosit atau keping darah (Sadikin M,
2001).
9.    Spektofotometer
a.    Pengertian
Spektofotometer adalah suatu instrument yang digunakan untuk mengukur transmitan
atau absorbans Media ini sering digunakan dalam mengukur panjang gelombang. Dengan media
tersebut, maka panjang gelombang tunggal dapat dideteksl biasanya, alat ini bisa dioperasi secara
manual.
b.    Prinsip Dasar
Prinsip dasar dalam mekanisme pemeriksaan dengan spektofotometer adalah jika suatu
hem dikenakan pada suatu larutan molekul atom, maka sebagian energy radiasi tersebut ada yang
diserap dan ada pula yang dikeluarkan.
c.    Mekanisme Pemeriksaan Spektofotometer
1.    Komponen
Ada empat komponen dasar dan mekanisme pemeriksaan spektofotometer, yaitu :
a)    Sumber cahaya;
b)    Monochromator

c)    Kuvet;
d)    Photodetector.
2.    Pengukuran
Zat yang diukur diidentifikasi (berupa atom atau molekul), kemudian dibuat interaksi
antara radiasi elektromagnetik pada suatu panjang gelombang dengan jenis zat tersebut.
Informasi dari  zat kemudian ditransmisikan ke photodetektor yang bertindak sebagai transducer
yang merubah besaran tersebut menjadi besaran listrik agar mudah diidentifikasi. Dengan kata
lain, secara kuantitatif energy yang diserap oleh zat akan identik dengan jumlah zat per
kandungan zat tersebut, sedangkan secara kualitatif panjang gelombang dimana energy dapat
diserap akan menunjukan jenis zatnya (www.xains-info.blocispot.com/2008)
3.    Pompa calibrasi
System kerja pompa kalibrasi adalah sebagai berikut:
a)    Tekan on untuk menyalakan alat;
b)    Tekan jenis program;
c)    Tekan pompa;
d)    Tekan pompa kalibrasi;
e)    Tekan cud, biarkan alat mengisap udara;
f)     Pipet aquadest dengan tepat, kemudian alat akan mengisap;
g)    Tekan ok
h)   Muncul air;
i)     Ok
4.    Cara membaca spektofotometer 5010
Ada beberapa langkah untuk membaca spektofotometer, yaitu :
a)    Tekan pengukuran dengan metode;
b)    Pilih no metode;
c)    Tekan enter 2 kali;
d)    Tekan ok 2 kali;
e)    Muncul di Iayar ukur blanko;
f)     Tekan nol lalu isap aquadest;
g)    Jika muncul reagen isap reagen;
h)   Jika muncul sampel isap sampel;
i)     Lalu tekan ok

B.   Kerangka Pikir


Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh manusia. Beratnya sekitar 1500 gr atau 2% dan
berat badan. Pada orang sehat, posisi normal dan hati adalah pada kuba kanan diagfragma dan
sebagian dan kuba kiri. Adapun fungsi hati yaitu metabolisme dan mensintesis bilirubin.
Pemeriksaan bilirubin merupakan salah satu uji diagnostik fungsi hati.
Berikut matriks kerangka berpikir penulis dalam menelaah masalah pokok penelitian ini.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.           Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini yaitu eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil
pemeriksaan bilirubin direk pada pengkomsumsi alkohol dan yang tidak mengkomsumsi alkohol.
B.           Desain Penelitian
Alur penelitian dapat dilihat pada matriks di bawah ini,
 
Serum
 
           
 

C.           Definisi Operasional


1.    Alkohol adalah senyawa organik antara karbon hyrogen dan oksigen yang molekulnya
mengandung satu atau lebih radikal hidoksil (OH-) yang terikat pada atom karbon.
2.    Darah adalah bahan atau specimen darah diambil dari vena.
3.    Serum adalah bagian cair dan darah yang tidak mengandung jaring fibrin dan menggumpal
bersama unsur viguratif yang berupa sel.
4.    Plasma adalah bagian cairan darah yang mengandung fibrinogen yang tidak dapat berubah
menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang ditambahkan.
5.    Bilirubin adalah pigmen empedu yang terbentuk dari pemecahan eritrosit tua dalam system
monosit makrofag.
6.    Bilirubin direk adalah pemeriksaan bilirubin secara langsung.
7.    Spektofotometer adalah suatu instrument yang digunakan untuk mengukur transmitan atau
absorbans.
D.           Populasi, Sampel, Dan Kriteria Sampel
1.    Populasi
Populasi dalam penelitian adalah serum pada mahasiswa  pengkomsumsi alkohol dan yang tidak
mengkomsumsi alkohol.

2.    Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah darah pada mahasiswa pengkomsumsi alkohol dan yang tidak
mengkomsumsi alkohol sebanyak 20 orang.
3.    Kriteria sampel
Dalam penelitian ini terdapat kriteria tertentu, karena yang di gunakan adalah serum
pengkomsumsi alkohol secara aktif dan yang tidak mengkomsumsi alkohol pada mahasiswa
Universitas Indonesia Timur.
E.           Waktu dan lokasi Penelitian
1.    Waktu Penelitian
Penelitian ini akan direncanakan pada bulan April – Mei 20012
2.    Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Program Studi D-III Analis Kesehatan
Universitas Indonesia Timur
F.         Variabel Penelitian
Ada dua variable yang ditetapkan pada penelitian ini yaitu, variable bebas dan variable
terikat.
1.    Variable bebas
Yang merupakan variabel bebas pada penelitian ini adalah pemeriksaan bilirubin direk pada
pengkomsumsi alkohol dan yang tidak mengkomsumsi alkohol yang menggunakan serum.

2.    Variable terikat


Yang merupakan variable terikat pada penelitian ini adalah hasil  pemeriksaan bilirubin direk
pada peminum alkohol dan yang tidak mengkomsumsi alkohol dengan menggunakan specimen
serum.
G.        Pengumpulan Data
1.    Tujuan untuk mengetahui adanya gangguan eksresi pada fungsi hati dan membantu dalam
mendiferensial diagnose ikterus.
2.    Metode pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode langsung.
3.    Prinsip pemeriksaan
Bilirubin bereaksi dengan Diazitied Sulphanilic Acid (DSA) dengan adanya cafein akan
membentuk zat warna azo. Sedangkan pada penentuan Bilirubin Direk tidak digunakan.
Absorbant zat warna ini pada 546 nm, sebanding dengan konsentrasi bilirubin dalam sampel.
Glukoronides bilirubin yang larut dalam air bereaksi langsung dengan DSA, yang mana albumin
yang terkonjugasi dalam bilirubin indirek hanya akan bereaksi dengan DSA yang dibantu oleh
accelerator (zat warna), seperti bilirubin direk + bilirubin indirek. Berikut skema reaksinya.
 

4.    Sampel pemeriksaan


Specimen yang diambil adalah serum. Peneliti berusaha sedemikian rupa agar bahan
pemeriksaan yang akan digunakan dalam keadaan segar (< 2 jam dari pengambilan sampel). Hal
yang perlu diketahui bahwa bilirubin dalam serum tetap stabil selama 3 bulan disimpan pada
suhu 2O°.
H.           Prosedur Kerja

Alat dan Bahan


a.     Alat :
1.    Spektofotometer, Hg. 546 nm, tebal kuvet 1 cm.
2.    Klinipet 1000µI, 100µl, dan l0µl
3.    Tabung reaksi
4.    Rak tabung
5.    Tips warna kuning dan biru
6.    Stopwatch
b.     Reagensia Bilirubin
1.    Reagen 1      : Sulfanilac acid                   29 mmol/l
: HCl                                       0,17 N
2.    Reagen 2      : Sodium Nitrate                   25 mmol/l
3.    Reagen 3      : Cafein                                  0,25 mol/l
: Sodium bensoat                 0,62 mol/l
4.    Reagen 4      : Tartrate                                 0,93 mol/l
: NaOH                                   1,9 mol/l
: Larutan NaCl                      0,9%
c.     Specimen
1. Serum segar
2. Hindari sinar matahari langsung dan sinar lainnya
3. Hemolisis dan lipemik mengganggu pemeriksaan
d.     Cara kerja
1.    siapkan 2 buah tabung yang bersih dan steril dan diberi label (blanko dan sampel)
2.    Masing-masing tabung dimasukkan reagen 1 (sulfanilac acid) sebanyak 200µI
3.    Kedalam tabung sampel diisi dengan reagen 2 (sodium nitrate) sebanyak 50µl
4.    Pipet reagen 4 (Nacl 0,9%) sebanyak 2000µl dan masukan kedalam tabung blanko dan sampel
5.    Pipet serum sebanyak 200µI, lalu masukkan kedalam tabung bianko dan sampel
6.    Dihomogenkan
7.    Diinkubaasi selama 5 sampai 10 menit pada suhu kamar ±20°C sampai dengan 25°C

8.    Baca hasilnya pada alat spektophotometer dengan panjang gelombang 546 nm (530-555 nm),

tebal kuvet 1 cm.

9.    Dicatat hasilnya.


e.     Nilai Normal :Sampai dengan 227 mmol/l (0,05 – 0,3 mg/dl
I.              Analisis Data
Seluruh hasil pemeriksaan akan direkap ke dalam untuk mengetahui ada perbedaan atau

tidak atas bilirubin direk dalam darah pada peminum alkohol dan yang tidak mengkomsumsi

alcohol, akan dihitung statistic T. dengan menggunakan komputerisasi SPSS.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.


T hitung :                    X1 + X2

                
                                       n1              n2
Keterangan:
X1        = Nilai rata-rata sampel 1
X2        = Nilai rata-rata sampel 2
n1        = Jumlah Sampel 1
n2        = Jumlah Sampel 2
S1        = Standar Deviasi Sampel 1
S2        = Standar Deviasi Sampel 2
Kriteria
Th > Tt = Ada perbandingan
Th <Tt = Tidak ada perbandingan.

DAFTAR PUSTAKA
Ditulis oleh Jim Clark,diposting pada 28-10-2007
http://info-narkotika.blogspot.com/2011/05/pengertian-alskohol.html diakses pada tanggal 03
maret 2012
Ditulis oleh Jim Clark,diposting pada 28-10-2007
http://www.chem-is-ateri_kimia/sifat_senyawa_organik/alkohol
diakses pada tanggal 05 maret 2012
Posted on 07 April 2011.Reviewed by: Narto,
http://efekalkoholmerusakorgan-organdalamtubuh diakses pada tanggal 05 maret 2012
Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009
            www.scribd.com/ihallatu/d/50198425-Bilirubin
diakses pada tanggal 10 maret 2012
Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009
http://artikelkedokteran.bilirubin.net.laboratoriumkesehatan
diakses pada tanggal 10 maret 2012
Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009
http://freshlifegreen.blogspot.com/2011/03/metabolisme-bilirubin.html
diakses pada tanggal 15 maret 2012
Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009
http://yayanakhyar.wordpress.com/2010/04/06/sedikit-mengenai-metabolisme-
bilirubin/http://www.hi-lab.co.id/node/188
diakses pada tanggal 15 maret 2012
Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009
http://obstetriginekologi.com/artikel/patofisiologi+mekanisme+pembentukan+bilirubin.html
diakses pada tanggal 16 maret 2012
Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009
http://obstetriginekologi.com/artikel/patofisiologi+bilirubin.html
diakses pada tanggal 17 maret 2012
Ditulis oleh Susy, diposting pada 23-11-2009 
Diposkan oleh EMAN MARAN di 23.42 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Beranda
Langganan: Entri (Atom)

Arsip Blog
 ▼  2012 (1)
o ▼  April (1)
 <!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}o...
SUARA RINDU TANA WAIKLIBANG
EMAN MARAN
FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai