Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH ANEMIA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1.ELMI RANDAN (K.18.01.008)


2.EVA FIRDAYANTI (K.18.01.009)

PROGRAM STUDI (S1.KEPERAWATAN DAN NERS)


STIKES MEA BUANA PALOPO
TAHUN AJARAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirannya Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW
beserta para sahabatnya.

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Trauma dimana
makalah ini berisi tentang ANEMIA.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak akan dapat
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui anemia merupakan penyakit kurang darah yang
ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal (Soebroto, 2010). Anemia pada umumnya terjadi di seluruh
dunia, terutama di Negara berkembang (Developing countries) dan pada kelompok
sosio-ekonomi rendah (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di
samping masalah-masalah gizi yang lainnya, yaitu: kurang kalori protein, defisiensi
vitamin A, dan gondok endemik (Arisman, 2007). Anemia pada wanita masa nifas
(pasca persalinan) juga umum terjadi, sekitar 10% dan 22% terjadi pada wanita post
partum dari keluarga miskin (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat, dan / atau vitamin B12,
yang kesemuanya berakar pada asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah
(buruk), dan kecacingan yang masih tinggi (Arisman, 2007).
Penyebab anemia gizi besi, selain karena adanya pantangan terhadap makanan
hewani faktor ekonomi merupakan penyebab pola konsumsi masyarakat kurang baik,
tidak semua masyarakat dapat mengkonsumsi lauk hewani dalam sekali makan.
Padahal pangan hewani merupakan sumber zat besi yang tinggi absorbsinya
(Waryana, 2010). Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa
prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70% mengalami anemia
sedangkan di Sumatera Barat jumlah ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 69%
(Dinkes Sumbar, 2008). Dari hasil laporan Dinas Kesehatan Pasaman Barat tahun
2008 kejadian anemia pada ibu hamil adalah 19,7%, tahun 2009 sebanyak 12,5% dan
tahun 2010 sebanyak 9,2%. Ibu hamil yang mengalami anemia di wilayah kerja
UPTDK 3 Puskesmas Desa Baru tahun 2008 sebanyak 28,5%, tahun 2009 sebanyak
24,3% dan tahun 2010 sebanyak 21,1%. Sebagian besar anemia di Indonesia selama
ini dinyatakan sebagai akibat kekurangan besi dan perhatian yang kurang terdapat ibu
hamil merupakan perdisposis anemia divisiensi di Indonesia (Saifuddin, 2006 :
281).Tablet besi sangat diperlukan pada ibu hamil untuk pembentukan hemoglobin,
sehingga pemerintah Indonesia mengatasinya dengan mengadakan pemberian
suplemen besi untuk ibu hamil mulai tahun 1974, namun hasilnya belum memuaskan
(Depkes, 2003).
Karena Anemia gizi besi merupakan masalah gizi utama bagi semua kelompok
umur dengan prevalensi paling t inggi pada ibu hamil (70%), dan pekerja yang
berpenghasilan rendah (40%). Sedangkan prevalensi pada anak sekolah sekitar 30%
serta pada balita sekitar 40% (Supariasa, 2002). Berdasarkan data Rekam Medik
RSUD Prof. Margono Soekarjo diperoleh data mengenai jumlah kasus anemia pada
tahun 2008 sebanyak 186 kasus,2009 sebanyak 320 kasus, 2010 sebanyak 533 kasus
dan 2011 sebanyak 467 kasus. Untuk tahun 2012 sejak bulan Januari sampai dengan
Mei sebanyak 132 kasus.
Berdasarkan data tersebut diatas, saya tertarik untuk mempelajari lebih lanjut
tentang asuhan keperawatan pasien dengan anemia.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapat pengatahuan dan perjalanan penyakit tentang gangguan system
kardivaskuler pada pasien dengan anemia di ruang Cendana RSUD Prof.dr.
Margono Soekarjo Purwokerto

2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan dengan gangguan system
kardiovaskuler pada pasien anemia.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan gangguansystem
kardiovaskuler pada pasien anemia.
c. Penulis mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan dengan gangguan
system kardiovaskuler pada pasien anemia.
d. Penulis mampu melakukan tindakan/implementasi keperawatan dengan
gangguan system kardiovaskuler pada pasien anemia
BAB II
KONSEP TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Anemia
Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai
dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E Richard, IKA
Nelson ; 1680). Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah
SDM, kualitas Hb, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml
darah (Syilvia A. Price.2006). Anemia adalah istilah yang menunjukkan
rendahnya hitung sel darah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
(gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan Hb untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia tidak merupakan
satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang
mendasari (Smeltzer C Suzane, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner
dan Suddarth ; 935).
2. Etiologi
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :
a. Anemia Pasca Pendarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan, operasi
dan persalinan dengan perdarahan atau yang menahun seperti pada
penyakit cacingan.
b. Anemia Defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
c. Anemia Hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :
1. Factor Intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE, sickle
cellanemia), sferositas, defisiensi enzim eritrosit (G –
6PD,piruvatkinase, alutation reduktase).
2. Factor Ekstrasel
Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitas
golongan darah, reaksi hemolitik pada transfuse darah).
d. Anemia Aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sum sum tulang (kerusakan
sumsum tulang).
3. Manifestasi Klinis
Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan
timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingakat aktivitasnya,
keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum
gejala anemia adalah :
a. Hb menurun (< 10 g/dL), thrombosis / trombositopenia, pansitopenia
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardi, TD menurun, penurunan kapiler lambat, ekstremitas
dingin,palpitasi, kulit pucat.
d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk
(bayi).
e. Sakit kepala, pusing, kunang – kunang, peka rangsang.
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyababkan destruksi sel dar ah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal, ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1.5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin
akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin
bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan menganai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy, dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia.
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang
anak – anak. Bayi cukup bulan yang lahir dan ibu nonanemik dan bergizi baik,
memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua
kali lipat umumnya saat berusia 4 – 6 bulan. Sesudah itu zat besi harus
tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat
besi beri makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini
paling sering terjadi pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum
usia 4 – 6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi
atau ASI sebelum usia 1 t ahun dab minum susu sapi berlebihan tanpa
tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan
perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang
zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko
lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan banyak
darah yang kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik
yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas.Pada
anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1 – 7 ml dari saluran cerna
setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.Pada remaja puteri
anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karenamenstruasi.Anemia aplastik
diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang.Gangguan berupa
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibatterhentinya
pembentukan sel hemotopoetik dalam sumsum tulang. Aplasiadapat terjadi
hanya pada satu, dua atau ketiga system hemotopoetik(eritropoetik,
granulopoetik, dan trombopoetik).
Aplasia yang hanya mengenai system eritropoetik disebut eritroblastopenia
(anemia hipoplastik) yang mengenai system trombopoetik disebut
agranulositosis (penyakit Schultz), dan yang mengenai system trombopoetik
disebut amegakariositik trombositopenik purpura (ATP). Bila mengenai ket
iga system disebut panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia
aplastik.Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia
megaloblastik.Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan
RNA, yang paling penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan
sel.

5. Pathway

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostic :
a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.
1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV dan MCH
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan
(AP), pansitopenia (aplast ik).
2) Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), meningkat (hemolisis).
3) Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasikan tipe khusus anemia).
4) LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
5) Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.
6) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7) SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal / tinggi
(hemolitik).
c. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb.
d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
e. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia.
f. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik).
g. TIBC serum : menurun (DB).
h. Masa perdarahan : memejang (aplastik).
i. LDH serum : mungkin meningkat ( AP).
j. Tes Schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP)
k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi
gaster,menunjukan perdarahan akut / kronis (DB)
l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorotik bebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia.
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi
perdarahan,perdarahan GI.
7. Penatalaksanaan
1. Anemia Karena Perdarahan
Pengobatan terbaik adalah transfuse darah. Pada perdarahan kronik
diberikan transfuse packed cell. Mengatasi rejatan dan penyebab perdarahan.
Dalam keadaan darurat pemberian cairan intravena dengan cairan infuse apa
saja yang tersedia (Keperawatan Medikal Bedah 2).
2. Anemia Defesiensi
Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap sejumlah
besi cukup mempunyai arti diagnostic, pemberian oral garam ferro sederhana
(sulfat, glukanat, fumarat). Merupakan terapi yang murah dan memuaskan.
Preparat besi parenteral (dektram besi) adalah bentuk yang efektif dan aman
digunakan bila diperhitungkan dosis tepat, sementara itu keluarga harus diberi
edukasi tentang diet penerita, dan konsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500
ml/24 jam. Jumlah makanan ini mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah
makanan yang kaya akan besi bertambah dan kehilangan darah karena
intolerasni protein susu sapi tercegah (Behrman E Richard, IKA Nelson ;
1692). Anemia defesiensi asam folat, meliputi pengobatan terhadap
penyebabnya dan dapa dilakukan pula dengan pemberian / suplementasi asam
folat oral 1 mg/hari (Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran ; 553).
3. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik autoimun. Terapi inisial dengan menggunakan
prednisone 1 -2 mg/kg/BB/hari. Jika anemia mengancam hidup, transfuse
harus diberikan dengan hati – hati. Apabila prednisone tidak efektif dalam
menanggulangi kelainan itu, atau penyakit mengalami kekambuhan dalam
periode tapperingoff dari prednisone maka dianjurkan untuk dilakukan
splektomi. Apabila keduanya tidak menolong, maka dilakukan terapi dengan
menggunakan berbagai jenis obat imunosupresif. Immunoglobulin dosis tinggi
intravena (500 mg/kg/BB/hari selama 1 – 4 hari ) mungkin mempunyai
efektifitas tinggi daam mengontrol hemolisis. Namun efek pengobatan ini
hanya sebentar (1 – 3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan demikian
pengobatan ini hanya digunakan dalam situasi gawat darurat dan bila
pengobatan ini hanya digunakan prednisone merupakan kontra indikasi
(Manjoer Arif, kapita Selekta Kedokteran ; 552). Anemia hemolitik karena
kekurangan enzim. Pencegahan hemolisis adalah cara terapi yang paling
penting. Transfuse tukar mungkin terindikasi untuk hiperbillirubenemia pada
neonates. Transfuse eritrosit terpapar diperlukan untuk anemia berat atau kritis
aplastik. Jika anemia terus menerus berat atau jika diperlukan transfuse yang
sering, splektomi harus dikerjakan setelah umur 5 – 6 tahun ( Behrman E
Richard, IKA Nelson ; 1713). Sferositosis herediter. Anemia dan
hiperbilirubenemia yang cukup berat memerlukan fototerapi atau transfuse
tukar, karena sferosit pada SH dihancurkan hampir seluruhnya oleh limfa,
maka splektomi melenyapkan hampir seluruh hemolisis pada kelainan
ini.Setelah splenektomi sferosis mungkin lebih banyak, meningkatkan
fragilitas osmotic, tetapi anemia retikalositosis dan hiperbilirubinemia
membaik (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1700). Thalasemia.
Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya.
Transfuse darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari 6%) atau
bila anak mengeluh tidak mau makan atau lemah. Untuk mengeluarkan besi
dari jaringan tubuh diberikan ion chelating agent, yaitu Desferal secara
intramuscular atau intravena. Splenektomi dilakukan pada anak lebih dari 2
tahun sebelum didapatkan tanda hiperplenome atau hemosiderosis. Bila kedua
tanda itu telah tampak, maka splenektomi tidak banyak gunanya lagi. Sesudah
splenektomi biasanya frekuensi transfuse darah menjadi jarang. Diberikan
pula bermacam – macam vitamin, tetapi preparat yang mengandung besi
merupakan indikasi kontra (Keperawatan Medikal Bedah 2).

8. Pengakajian
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah / ibu. Pekerjaan ayah / ibu, agama,pendidikan,
alamat.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
Prenatal : ibu Selma hamil pernah menderita penyakit berat, pemeriksaan
kehamilan barapa kali, kebiasaan pemakaian obat –obatan dalam jangka waktu
lama.
Intranasal : usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang dan
berat badan waktu lahir.
Postnatal : keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post partun
akibat tindakan misalnya forcep, vakum dan pemberian ASI.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Adaya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demma tinggi.
4) Adanya riwayat penyakit ISPA.
e. Keadaan kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah, diaphoresis,
takikardi dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga.
2) Riwayat penyakit – prnyakit seperti : kanker, jantung, hepatitis,DM, asthma,
penyakit – penyakit insfeksi saluran pernafasan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran :Composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat
kesadaran apatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda – tanda vitalTD : tekanan darah menurun ( N : 90 – 110 / 60 – 70
mmHg)N : frekuensi nadi meningkat , kuat samapai lemah ( N : 60 –100
x/i)S : bias meningkat atau menurun ( 36, 5 – 37, 20C )RR : meningkat
( anak N : 20 –30 x/i ).
4) TB dan BB : menurut rumus dari Behermen, 1992 pertambahan BB anak
adalah sebagai berikut :
a) Lahir -3,25 kg
b) 3 – 12 bulan = umur (bulan ) – 9
2
c) 1 – 6 tahun = umur (tahun ) x 2 – 8
d) 6 – 12 tahun = umur (tahun ) x 7 -5
2
Tinggi badan rata – rata waktu lahir adalah 50 cm. secara garis besar,
tinggi badan anak dapat diperkirakan, sbb :
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
13 tahun : 3 x TB lahir
Dewasa : 3,5 x TB lahir ( 2 x TB 2 tahun ).
5) Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat perdarahan
dibawah kulit.
6) Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal
7) Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, terdapat
perdarahan sub conjugtiva, keadaan pupil, palpebra, reflex cahaya biasanya
tidak ada kelainan.
8) Hidung
Keadaan / bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung, fungsi
penciuman biasanya tidak ada kelainan.
9) Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.
10) Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibi pecah –pecah
atau perdarahan.
11) Leher
Terdapat pembedaran kelenjar getah bening, thyroid lebih membesar, tidak
ada distensi vena jugularis.
12) Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur. Fremitus
yang meninggi, perkusi sonor, suara nafas bias veskuler atau ronchi,
wheezing,. Frekuensi nafas neonates 40 – 60 x/I, anak 20 – 30 x/i irama
jantung tidak teratur, frekuensi pada anak 60 –100 x/i.
13) Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bissing usus normal dan juga bias dibawah
normal bias juga meningkat.
14) Genetalia
Laki – laki, testis sudah turun kedalam skrotum
Perempuan : labia minora tertutup labia mayora.
15) Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral dingin.

16) Anus
Keadaana anus, posisinya, anus +
17) Neurologis
Refleksi fasiologis + sperti reflex patella, reflex patologis – seperti babinski
tanda kerniq – dan brunzinski 1 – 11 = -

9. Pemeriksaan Penunjang
Kadar Hb turun, pemeriksaan darah : eritrosit dan berdasarkan penyebab.
a. Riwayat Social
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat tinggal,
orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,pekarangan,
pembuangan sampah.
b. Kebutuhan Dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet yang
harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang dugunakan jika ada. Pola
tidur bias terganggu. Mandi dan aktivitas : dapat terganggu berhubungan
dengan kelemahan fisik. Eliminasi : biasanya terjadi perubahan frekuensi,
konsistensi bisa diare atau konstipasi.
c. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan
bahasa.
d. Data Psikologis
Akibat dampak hospitalisasi, anak menjadi cengeng, menangis, dan terlihat
cemas dan takut. Orang tua terhadap penyakit anaknya sangat bervariasi.
Psikologis orang tua yang harus diperhatikan :
1) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
2) Pengalaman sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
3) Prosedur medic yang akan dilakukan
4) Adanya support system
5) Kemampuan koping orangtua
6) Agama, kepercayaan, adat.
7) Pola komunikasi dalam keluarga.

10. Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna / absorbsi nutrient yang diperlukan untuk
pembuatan SDM normal.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman oksigen ke
jaringan.
e. Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostic / tr ansfuse.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
misal penurunan hemoglobin, penurunan granulosit.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Kasus
Ny.K 35 tahun datang ke RS Raden, dengan keluhan klien mengatakan dadanya nyeri,
sakit kepala dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu
makan berkurang dan berat badannya sebelum sakit 50 Kg, klien mengatakan mual,
lemas/lemah, sesak napas, dan klien tampak pucat, mukosa bibir dan tangan tampak pucat,
konjungtiva tampak pucat, pada sudut tampak bercak berwarna pucat keputihan, kuku pasien
tampak melengkung seperti sendok.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data TD : 110/70 mmHg, Suhu : 350 C, HR
: 89x/i, RR : 25x/i, (Hb didapat ; Hb 9 g/dl, kadar zat besi 3mg),TB 158 cm, BB : 45 Kg.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Diri Klien:
Nama: Ny.K
Umur: 35 Tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Alamat: Cirebon
Agama: Islam
Suku: Sunda
Pendidikan: SLTA
Pekerjaan: Swasta
Lama Bekerja: 3 Tahun
Sumber Informasi: Klien dan Keluarga
Tanggal masuk RS: 8 September 2014
S. Perkawinan: Menikah
Tanggal Pengkajian: 10 September 2014
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit:
Klien mengatakan dadanya nyeri, sakit kepala dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat
beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan berat badannya sebelum
sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah, sesak napas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Tidak ada riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Klien tidak ada menderita Penyakit sebelumnya.

3. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan secara: Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, dan Perkusi.
a. Inspeksi
1. Sistem Penglihatan posisi Mata: simetris, konjungtiva tampak pucat, pada sudut tampak
bercak berwarna pucat keputihan,
2. Sistem Pendengaran daun telinga: normal, serumen (-), cairan dalam telinga (-)
3. Sistem Pernafasan: RR: 25x/i abnormal
4. Sistem Pencernaan: keadaan mulut mukosa bibir tampak pucat, mual, nafsu makan
kurang.
5. Sistem integumen: turgor kulit lambat, klien tampak pucat, kuku pasien tampak
melengkung seperti sendok.

b. Palpasi
1. Sistem pencernaan abdomen: tidak ada pembesaran, nyeri tekan di daerah abdomen (-)
2. Sistem Kardiovaskuler: TD: 110/70 mmHg (normal), nadi: 89x/i (takikardi)

c. Auskultasi
Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik normal.

d. Perkusi
Hipertimpani
B. KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan dadanya nyeri, sesak 1. Klien tampak pucat, mukosa bibir dan
nafas. tangan tampak pucat, konjungtiva
2. Klien mengatakan mual tampak pucat, pada sudut tampak bercak
3. Klien mengatakan sesak napas dan lemas, berwarna keputihan, kuku pasien
cepat lelah pada saat beraktivitas. tampak melengkung seperti sendok
4. Klien mengatakan nafsu makan berkurang 2. Tanda –tanda vital:
5. Klien mengatakan berat badan sebelum TD: 110/70mmHg
sakit 50 Kg SH: 350 C
HR: 89x/i
RR: 25x/i
3. Pemeriksaan Fisik:
TB: 158Cm
BB: 45Kg
4. Hasil lab penunjang:
Hb: 9 g/dl
Kadar zat besi: 3mg

C. ANALISA DATA

Data Subjektif/Objektif Masalah Kemungkinan Penyebab


1. DS: Gangguan kebutuhan Penurunan suplai O2 ke
 Klien mengatakan Dada oksigenisasi Organ
Nyeri
DO:
 Klien tampak meringis
 TD: 110/70mmHg
 HR: 89x/i
 SH: 350 C
 RR: 25x/i
 Hb: 9g/dl, Kadar zat besi:
3mg
2. DS: Gangguan pemenuhan Intake yang tidak adekuat
 Klien mengatakan nafsu Nutrisi kurang dari
makan berkurang dan mual Kebutuhan tubuh
 Klien mengatakan sebelum
sakit BB: 50Kg
DO:
 TB: 158cm
 BB: 45Kg
BB 45
 IMT= 2
= 2
TB ( m ) (1,58)
45
¿ =18,03
2,4964
Analisa: Index Masa Tubuh
(IMT) klien ≤ batas normal
IMT 20-25 (Underweight)
3. DS: Intoleransi Aktivitas Ketidakseimbangan antara
Klien Mengatakan lemas, suplai oksigen (pengiriman)
cepat lelah pada Saat dan kebutuhan ke jaringan
beraktifitas.
DO:
 Klien tampak pucat, Mukosa
bibir dan tangan tampak
pucat
 Konjungtiva tampak pucat,
sudut tampak bercak
berwarna pucat keputihan

D. DAFTAR MASALAH

Nama Klien: Ny.K No.Registrasi: 050505

No Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan kebutuhan oksigenisasi b.d Penurunan suplai O2 ke Organ. Yang ditandai
oleh:
DS:
a. Klien mengatakan Dada Nyeri
DO:
a. Klien tampak meringis kesakitan
b. TD:110/70mmHg
c. HR: 89x/i
d. SH: 35o C
e. RR: 25x/i Hb: 9g/dl, Kadar zat besi: 3mg
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Intake yang tidak adekuat.
Yang ditandai oleh:
DS:
a. Klien mengatakan nafsu makan berkurang dan mual
b. Klien mengatakan BB sebelum sakit 50Kg
DO:
a. TB: 158cm
b. BB: 45Kg
BB 45 45
c. IMT= = = =18,03
TB ( m ) (1,58) 2,4964
2 2

*Analisa index IMT (Indeks Massa Tubuh) klien ≤ IMT Normal 20-25 (Underweight)
3. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan. Yang ditandai oleh:
DS:
a. Klien Mengatakan sesak nafas dan lemas, cepat lelah pada Saat beraktifitas.
DO:
a. Klien tampak pucat, Mukosa bibir dan tangan tampak pucat
b. Konjungtiva tampak pucat, sudut tampak bercak berwarna pucat keputihan
E. PERENCANAAN

Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Rencana Tindakan Rasional


Hasil
15/09/ Gangguan kebutuhan Setelah dilakukan 1. Kaji lokasi dan lamanya nyeri 1. Nyeri pada anemia membuat
2014 oksigenasi b.d Penurunan intervensi 3x24 Jam klien (skala 0-10) hipoksia dan dapat menimbulkan
Suplai O2 ke Organ, yang menunjukan kebutuhan infark
ditandai dengan: O2 mulai tercukupi, yang 2. Anjurkan klien mengambil posisi 2. Meningkatkan ekspansi dada,
DS: ditandai dengan: yang nyaman (mis: tinggikan sirkulasi O2 yang masuk ke dalam
a. Klien mengatakan dada Kriteria Hasil: kepala sedikit pada tempat tidur paru-paru berjalan normal,
nyeri dan sesak nafas. a. Menunjukan postur tanpa menggunakan bantal) meningkatkan kenyamanan &
DO: badan yang rileks, dan resiko terjadi cedera, serta
a. Klien tampak meringis bisa bergerak ringan menurunkan nyeri
b. TD: 110/70mmHg b. Mampu istirahat 3. Kolaborasi pemberian transfusi 3. Mencegah bahaya decom curdis
c. HR: 89x/i dengan cukup darah jenis PRC (Packed Red yang berakibat menurun.
d. SH: 350 C Cell) 500cc
e. RR: 25x/i
f. Hb: 9g/dl
g. Kadar zat besi: 3mg
PERENCANAAN

Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan & Rencana Tindakan Rasional


Kriteria Hasil
15/09/ Gangguan pemenuhan nutrisi Setelah dilakukan a. Kaji pola makan bila dikaitkan a. Dengan pemahaman klien akan
2014 kurang dari kebutuhan b.d Intake intervensi 3x24 dengan kondisi klien saat ini. lebih kooperatif mengikuti aturan
yang tidak adekuat. Yang Jam klien b. Beri makanan dalam keadaan b. Untuk meningkatkan selera dan
ditandai oleh: menunjukan hangat dan porsi kecil serta diet mencegah mual, mempercepat
DS: kebutuhan Nutrisi TKTP perbaikan nutrisi, serta mengurangi
a. Klien mengatakan nafsu mulai tercukupi, c. Libatkan keluarga pasien dalam beban kerja jantung
makan berkurang dan mual yang ditandai pemenuhan kebutuhan nutrisi c. Dengan bantuan keluarga dalam
b. Klien mengatakan BB dengan: tambahan yang tidak bertentangan pemenuhan nutrisi dengan tidak
sebelum sakit 50Kg Kriteria Hasil: dengan penyakitnya. bertentangan dengan pola diet akan
DO: a. Nafsu makan d. Lakukan & ajarkan perawatan meningkatkan pemenuhan nutrisi.
a. TB: 158cm membaik mulut sebelum & sesudah d. Hygine oral yang baik akan
b. BB: 45Kg b. BB mulai naik intervensi atau pemeriksaan peroral meningkatkan nafsu makan klien
c. 0,5 Kg e. Beri motivasi & dukungan e. Meningkatkan secara psikologis.
c. Keadaan psikologis f. Koreksi anemi defisiensi besi
BB 45 45
IMT= = = =18,03
umum f. Kolaborasi pemberian preparat zat absolute dan fungsional, sampai
TB ( m ) (1,58) 2,4964
2 2

*Analisa index IMT (Indeks membaik besi peroral (ferrous glukonat, status besi cukup.

Massa Tubuh) klien ≤ IMT fumarat dan suksinat) dan

Normal 20-25 (Underweight) parenteral (dekstran besi)


Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan & Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil
15/09/ Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan a. Kaji tingkat aktivitas klien a. Respon klien terhadap aktivitas
2014 Ketidakseimbangan antara suplai intervensi 2x24 dapat mengindikasikan penurunan
oksigen (pengiriman) dan Jam klien O2 pada miokardium
kebutuhan. Yang ditandai oleh: menunjukan b. Tingkatkan istirahat, batasi b. Menurunkan kerja miokardium
DS: aktivitas klien aktivitas, dan berikan aktivitas atau konsumsi O2
c. Klien Mengatakan sesak nafas sehari-hari mulai ringan yang tidak berat.
dan lemas, cepat lelah pada tercukupi, yang c. Pertahankan klien tirah baring c. Untuk mengurangi beban kerja
Saat beraktifitas. ditandai dengan: sementara sakit, pertahankan jantung
DO: Kriteria Hasil: gerak pasif selama sakit kritis.
d. Untuk observasi kedadaan umum
a. Klien tampak pucat, Mukosa a. Klien mulai d. Evaluasi tanda-tanda vital saat
klien
bibir dan tangan tampak pucat dapat kemajuan aktivitas terjadi.
d. Konjungtiva tampak pucat, melakukan
e. Meningkatkan kontraksi otot
sudut tampak bercak berwarna aktivitas e. Berikan waktu istirahat diantara
sehingga membantu aliran vena
pucat keputihan secara ringan waktu aktivitas
balik untuk mengetahui fungsi
b. Keadaan
jantung bila dikaitkan dengan
umum
aktivitas
membaik
f. Pengiriman suplai O2 ke jaringan
f. Kolaborasi pemberian O2 Nasal
perifer terpenuhi, mengurangi
Kanul 6 liter/hari
sesak nafas
F. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien: Ny.K No. Register:


060606

No Tgl/Jam No. Dx Catatan Tindakan Tanda


Kep. (Respon Subjektif/Objektif/Hasil) Tangan
1. 16/09/1 1 - Mengobservasi tanda-tanda vital:
4 R/H: TD: 110/70mmhg, Sh: 35,6°C
N: 80x/menit RR: 22x/menit.
- Kolaborasi pemberian transfusi darah
jenis PRC (Packed Red Cell) 500cc
R/H: tidak ada tanda-tanda alergi, dan
demam
2 - Memberikan makanan dalam keadaan
hangat dan porsi kecil serta diet TKTP:
R/H: Klien mulai makan sedikit tapi
sering. Dihabiskan ½ porsi, tidak ada
tanda-tanda mual dan muntah.
- Memberikan preparat zat besi peroral
(ferrous glukonat, fumarat dan suksinat)
dan parenteral (dekstran besi):
R/H: tidak ada riwayat dan tanda-tanda
alergi.
3 - Memberikan O2 Nasal Kanul 6 liter/hari:
R/H: tampak klien sesak nafas
berkurang, tanda-tanda sianosis dan
hipoksia berkurang.
- Mengkaji tingkat aktivitas klien:
R/H: tidak ada indikasi penurunan O2
pada miokardium.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian yaitu pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenai masalah – masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, social dan lingkungan.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan format pengkajian pola
Gordon, alasan penulis menggunakan format pengkajian tersebut karena
penulis menganggap bahwa format pengkajian pola fungsional Gordon dapat
menjawab semua data – data yang dibutuhkan penulis dalam menjalankan
proses keperawatan dimana sesuai teori pengkajian pada pasien dengan
anemia meliputi riwayat kesehatan, pasien masuk Rumah Sakit tanggal 18
Februari 2015 dengan keluhan lemas. Pada saat pengkajian ditemukan
keluhan lemas dan pusing. Riwayat penyakit dahulu pasien tidak mempunyai
riwayat penyakit seperti sekarang ini. Pasien belum pernah dirawat di Rumah
Sakit, jika pasien sakit pasien hanya periksa ke klinik dekat rumahnya. Dalam
keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti hipertensi, dan
tidak ada yang menderita cacat.
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 18 Februari 2015 dengan
menggunakan metode wawancara, pengamatan dan pemeriksaan fisik serta
dokumentasi, selain itu juga mempelajari rekam medic pasien atau buku status
catatan keperawatan pasien.
Pengkajian yang muncul pada pasien anemia menurut Boedihartono
1994 adalah sebagai berikut :

1. Makanan / Cairan
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
ditemukan data pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual, muntah
pasien tampak lemas, pucat, berbaring ditempat tidur, BB mengalami
penurunan 50 kg menjadi 48 kg, minum hanya 3 gelas belimbing selama sakit.
Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut
Boedihartono 1994 adalah penurunan masukan diet, masukan diet
protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB), nyeri mulut atau
lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring), mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia, adanya penurunan berat badan.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas
menurut Boedihartono ditemukan perbedaan yaitu nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring) dan dyspepsia.Dyspepsia menurut
Price, Sylvia (1994) yaitu pada anemia terjadi disfungsi motalitas
gastrointestinal, yang disebabkan karena ostipasi sehingga peristaltic usus
menurun dan aliran darah ke gastrointestinal juga menurun, yang merangsang
system saraf simpatis dan terjadi hipoksia sel dan jaringan yang
mengakibatkan kebutuhan O2 tidak terpenuhi sehingga transportasi O2
menurun dan terjadi dyspepsia.
2. Eliminasi
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
itemukan data pasien mengatakan belum BAB selama 3 hari selama sakit.
Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut Boedihartono
1994 adalah distensi a bdomen.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas
menurut Boedihartono ditemukan perbedaan yaitu distensi abdomen. Distensi
abdomen menurut Price, Sylvia (1994) yaitu pada anemia terjadi peningkatan
tekanan abdominal yang menghasilkan peningkatan tekanan dalam perut dan
menekan dinding perut. Distensi abdominal yang mungkin dihasilkan dari
cairan dan gas normal berada dalam gastrointestinal tetapi tidak dalam
ruangan peritoneal. Jika cairan atau gas tidak dapat keluar secara bebas
distensi abdominal dapat terjadi. Dalam ruangan peritoneal, distensi dapat
menyebabkan perdarahan akut, akumulasi dari cairan asites atau udara dari
perforasi dari organ dalam perut.

3. Aktivitas Dan Latihan


Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
ditemukan data badan lemas, pasien tampak lemah, pucat, ADL dibantu
keluarga atau orang lain, Hb 2.5 g/dl dan pada EKG hasilnya sinus takikardi.
Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut Boedihartono
1994 adalah takikardi, toleransi terhadap latihan rendah, kelemahan otot dan
penurunan kekuatan, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang
menunjukkan keletihan.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas
menurut Boedihartono ditemukan tidak ada perbedaan.
4. Tidur Dan Istirahat
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
ditemukan data pasien berbaring ditempat tidur, insomnia, mata sembab,
terdapat lingkar hitam disekitar mata, tidur hanya 3 jam. Sedangkan data yang
terdapat pada pasien anemia menurut Boedihartono 1994 adalah dispnea pada
waktu bekerja atau istirahat, kurang tertarik pada sekitarnya, Dari data yang
diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut Boedihartono
ditemukan ada perbedaan yaitu dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Dispnea menurut Price, Sylvia (1994) yaitu pada anemia transport O2
menurun sehingga kebutuhan O2 tidak terpenuhi mengakibatkan hipoksia sel
dan jaringan dan terjadi kompensasi oleh jaringan dengan meningkatkan
haterate sehingga kerja jantung meningkat dan beban jantung meningkat
dalam wakt u yang lama juga otot mengalami hipertrofi dan kemampuan
kompensasi menurun sehingga terjadi dispnea.
5. Kognitif
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
ditemukan data neurosensori dalam keadaan masih berfungsi dengan baik.
Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut Boedihartono
1994 yaitu penurunan penglihatan dan bayangan pada mata, gangguan
koordinasi.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas
menurut Boedihartono ditemukan ada perbedaan yaitu terjadi penurunan
penglihatan dan bayangan pada mata.

Penurunan penglihatan menurut Price, Sylivia (1994) yaitu karena


pada anemia terlihat dalam dan superficial, termasuk edema pupil.
Diakibatkan karena anoreksia dan mengakibatkan infark retina sehingga tidak
jarang ditemukan pula suatu bercak eksudat kapas, hal ini yang
mengakibatkan pandangan menjadi kabur pada anemia.
6. ersepsi Diri
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
ditemukan data pasien cemas, menarik diri, dan takut berada di rumah sakit.
Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut Boedihartono
1994 yaitu apat is, gelisah, menarik diri, da n depresi. Dari data yang
diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut Boedihartono
ditemukan tidak ada perbedaan.
7. Seksualitas
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
ditemukan data hilang lobido. Sedangkan data yang terdapat pada pasien
anemia menurut Boedihartono 1994 yaitu hilang libido. Dari data yang
diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut Boedihartono
tidak ada pebedaan.
8. Peran Dan Hubungan
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
ditemukan data pasien jarang berbicara dan cenderung menarik diri.
Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut Boedihartono
1994 yaitu apatis, cenderung untuk tidur, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut
Boedihartono tidak ada pebedaan.
9. Management Koping Stress.
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
ditemukan data jika ada masalah pasien membicrakan dengan anak – anaknya.
10. Sytem Nilai Dan Keyakinan
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
ditemukan data tidak menjalankan sholat 5 waktu, karena merasa dirinya
sangat lemas. Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut
Boedihartono 1994 yaitu keyakinan agama mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya transfuse darah dan depresi.

Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas
menurut Boedihartono ditemukan ada perbedaan yaitu terjadi depresi.
Depresi menurut Price, Sylivia (1994) yaitu karena factor kurang
pengetahuan yang menyebabkan penderita menjadi gelisah dan depresi pada
saat pemberian transfuse darah.
Dari data – data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan sehingga
penulis dapat mengelompokan diagnosa keperawatan berdasarkan kebutuhan
menurut Maslow. Selain dari pasien, data juga diperoleh dari keluarga,
perawat dan catatan medic. Semua data yang diperoleh tersebut digunakan
dalam usaha mengelola masalah Tn. T. dari data itu muncul beberapa masalah
yang merupakan gambaran respon pasien terhadap keadaan. Gambaran respon
tersebut dinamakan diagnosa keperwatan.Dalam pengkajian penulis tidak
mengalami kesulitan karena pasien dan keluarga kooperatif.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu diagnosa yang dibuat oleh perawat
professional, menggambarkan tanda – tanda dan gejala yang menunjukkan
masalah kesehatan yang dirasakan pasien dimana perawat berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya dapat dan mampu menolongnya (Gordon).
Menurut (Doengoes ; 2000) menyebutkan, diagnosa yang mungkin
muncul pada masalah anemia ada e nam diagnosa keperawatan, sedangkan
pada kasus ini ditemukan empat diagnosa keperawatan yang sesuai dengan
terori, namun dari teori ada yang tidak muncul pada kasus ini. Untuk itu
penulis akan menjelaskan mengapa hal ini terjadi dan diagnosa tersebut
disoroti, diidentifikasi sebagai masalah yang perlu dipecahkan diantaranya
yaitu :
1. Diagnosa keperawatan yang ada dalam teori, tetapi tidak muncul dalam kasus.
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Gangguan rasa nyaman nyeri adalah merasa kurang senang, lega dan
sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan social (NANDA
2013), didukung dengan batasan karakteristik : menangis, iritabilitas,
merintih, melaporkan rasa lapar, melaporkan rasa gatal dan berkeluh kesah.
Tetapi dalam pengakajian padan Tn. T tidak ditemukan batasan karakteristik
dari gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Hal
ini dikarenakan perhatian dan keaktifan dari keluarga maupun orang lain
dalam pemenuhan kebutuhan ADL pasien sehari – hari dan juga diperlihatkan
dengan banyaknya saudara dan tetangga yang menjenguk.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
Resiko tinggi infeksi adalah mengalami peningkatan resiko terserang
organisme patogenik (NANDA 2013), didukung dengan factor resiko :
penyakit kronis, pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan
pathogen, pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat, ketidak adekuatan
pertahanan sekunder, vaksinasi tidak adekuat, pemajanan terhadap pathogen
lingkungan meningkat, prosedur invasive, dan mal nutrisi. Tetapi dalam
pengakajian padan Tn. T tidak ditemukan factor – factor resiko infeksi
berhubungan dengan pertahanan sekunder t idak adekuat. Hal ini dikarenakan
t idak ada tanda– tanda terjadinya peningkatan pada leukosit.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul sesuai tinjauan teori.
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan konsentrasi Hb dan darah.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yaitu perubahan
sirkulasi darah keperifer yang dapat mengganggu kesehatan (NANDA
2013), didukung dengan batasan karakteristik : perubahan fungsi
motorik, perubahan karakteristik kulit, perubahan darah diekstremitas,
warna kulit pucat saat elevasi, kelemahan otot, penurunan nadi,
kelemahan, penurunan Hb. Dari data hasil pengkajian didapatkan data
dari Tn. T diantaranya pasien mengatakan lemas, pasien terlihat pucat,
akral dingin, Hb 2.5 g/dl, TD 110/60 mmHg, dan konjungtiva anemis.
Penulis menegakkan diagnosa tersebut karena adanya data –
data yang sangat mendukung untuk dimunculkannya diagnose
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena adanya hasil
laboratorium yang menyatakan hasil Hb 2.5g/dl. Dan jika tidak diatasi
maka akan terjadi penurunan Hb.
b. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu
beresiko pada asupan nutrisi kurang dari kebutuhan metabolic
(NANDA 2013). Dengan batasan karakteristik melaporkan intake
kurang dari kebutuhan tubuh, konjungtiva dan membrane mukosa
pucat, lemah otot, melaporkan kurang makan, melaporkan perubahan
sensasi rasa, enggan makan, diare, suara usus hiperaktif, kurangnya
informasi. Dari hasil pengkajian didapatkan data dari Tn. T
diantaranya pasien mengatakan mual, dan jika makan selalu muntah,
pasien tampak lemas dan pucat, berbaring ditempat tidur, BB 48 kg,
(sebelum sakit 50 kg), makan habis ¼ porsi.
Penulis menegakkan diagnosa tersebut karena adanya data – data yang
sangat mendukung untuk munculnya diagnosa resiko
ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh jika tidak
diatasi maka kebutuhan tubuh akan nutrisi tidak adekuat yang bias
menyebabkan menjadi malnutrisi sehingga memperburuk keadaan
pasien serta terjadi penurunan energy untuk melakukan aktivitas.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Intoleransi aktivitas yaitu ketidakcukupan energy secara fisiologis atau
psikologis dalam pemenuhan aktivitas sehari – hari yang dibutuhkan atau
diperlukan (Smeltzer, 2013). Diagnosa didukung dengan batasan karakteristik
laporan verbal: kelelahan atau kelemahan, tidak nyaman, respon terhadap
aktivitas menunjukan nadi dan tekanan darah abnormal dyspepsia, perubahan
EKG menunjukan aritmia atau disritmia. Data data pengkajian pada Tn. T
diperoleh data seperti pasien mengatakan badannya lemas, tampak pucat, ter
baring di tempat tidur, ADL dibantu keluarga atau orang lain, Hb 2,5g/dl, dan
hasil EKG sinus taki kardi.
Penulis menegakkan diagnosa tersebut karena adanya data – data yang
sangat mendukung untuk dimunculkannya diagnosa intoleransi aktivitas, dan
penulis memprioritaskan diagnosa ini karena penulis menganggap bahwa
aktivitas pasien sangat mendukung terhadap kasus keperawatan, dan apabila
intoleransi aktivitas pasien berlanjut maka aktivitas akan terganggu dan
kebutuhan ADL tidak dapat terpenuhi secara optimal.
d. Ancietas berhubungan dengan status kesehatan
Ancietas yaitu perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu atau adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman (NANDA 2013).

Diagnosa didukung dengan batasan karakteristik perilaku: penurunan


produktivitas, gelisah, insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan
kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup. Affektif : gelisah,
berfokus pada diri sendiri, ketakutan, perasaan tidak adekuat. Simpatik :
anoreksia, eksitasi kardiovaskuler, mulut kering. Dari data pengkajian Tn. T
diperoleh data pasien mengatakan cemas terhadap rasa sakitnya, tampak
gelisah, menarik diri, insomnia, berfokus pada diri sendiri. Penulis
menegakkan diagnosa tersebut karena adanya data – data yang sangat
mendukung untuk dimunculkannya diagnosa ancietas, dan penulis
memprioritaskan diagnosa ini karena penulis menganggap bahwa ancietas
sangat mendukung terhadap kasus keperawatan, dan apabila ancietas tidak
ditangani maka akan memperlambat kesembuhan pasien.

C. Intervensi
Perencanaan atau focus intervensi adalah petunjuk tertulis yang
menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan
terhadap pasien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnose
keperawatan.
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb dan darah.
Tujuan dan criteria hasil yang diharapkan penulis pada pasien adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam adalah
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi, membrane mukosa warna
merah muda, tidak ada sesak, tidak ada sianosis dan akral hangat .
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis membuat intervensi pada
tanggal 18 Februari 2015 adalah monitor adanya paretese rasionalnya
mengetahui adanya takikardi dan hipotensi karena gangguan fungsi ginjal dan
gangguan produksi hormone eritropoentin yang menyebabkan stimulus
pembentukan sel darah merah disumsum tulang belakang menurun dan
produksi eritrosit menurun, batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
rasionalnya untuk meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigenasi untuk kebutuhan seluler karena terjadi penumpukan asam laktat
pada jaringan pada metabolisme anaerob akibat hipoksia sel dan jaringan,
monitor kemampuan BAB agar mengetahui kelancaran saat defekasi
rasionalnya mengetahui kandungan nutrisi yang ada pada asupan nutrisi
pasien seperti B12, Fe, asam folat agar tidak terjadi kehilangan komponen
pembentuk eritrosit dan defekasi bisa lancar, kolaborasikan pemberian
analgetik rasionalnya agar tidak terjadi peningkatan isi lambung, peristaltic
menurun karena aliran darah ke gastrointestinal menurun terjadi ostipasi dan
menyebabkan masalah pada gastrointestinal.
2. Diagnosa resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
Tujuan dan criteria hasil yang diharapkan penulis pada pasien adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam adalah resiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan
criteria hasil pasien makan habis 1 porsi, pasien tampak segar, tidak mual,
muntah, Hb dalam batas normal.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis membuat intervensi
padtanggal 18 Februari 2015 adalah monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori rasionalnya memberikan suplemen asam folat yang dapat merangsang
pembentukan sel darah merah dan memberikan diit kaya zat besi untuk
mengembalikan zat besi yang hilang, anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe rasionalnya agar tidak terjadi kehilangan komponen pembentuk
eritrosit sehingga eritrosit terbentuk sempurna dan tidak mudah pecah juga
tidak mengalami hemolisis, berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
rasionalnya untuk menurunkan kelemahan, sehingga dapat meningkatkan
pemasukkan dan mencegah terjadinya distensi gaster, monitor kadar albumin,
total protein, Hb rasionalnya karena albumin merupakan protein yang
berperan penting untuk menahan cairan supaya tetap berada didalam
pembuluh darah, bila kadar albuminberkurang maka cairan dalam pembuluh
darah akan keluar menuju jaringan yang dapat mengakibatkan bengkak. Jika
kekurangan albumin dapat terjadi pada kekurangan gizi, monitor mual dan
muntah rasionalnya untuk meminimalkan peningkatan isi lambung dan
mengurangi peristaltic usus dan aliran darah kegastrointestinal dapat menjadi
normal, sehingga tidak terjadi hipoksia sel dan jaringan, monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva rasionalnya agar tidak terjadi
degenerasi eritrosit sehingga eritrosit tidak mudah rapuh dan tidak terjadi
hemolisis, yang kemudian transport O2 terpenuhi.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


Tujuan dan criteria hasil yang penulis harapkan adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalahM
intoleransi aktivitas dapat secara mandiri dengan criteria hasil sebagai berikut:
mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri dan tanda –
tanda vital normal.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis membuat intervensi pada
tanggal 18 Februari 2015 adalah bantu pasien / keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas agar aktivitas pasien dapat
terpantau rasionalanya agar tidak terjadi kelelahan dan tidak terjadi
penumpukan asam laktat pada jaringan, bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan rasionalnya menunjukan perubahan
neurology karena defisiensi vitamin B12 yang mempengaruhi keamanan
pasien, dan observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
rasionalnya manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4. Diagnosa ancietas berhubungan dengan status kesehatan
Tujuan dan criteria hasil yang penulis harapkan adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
ancietas dapat berkurang dengan criteria hasil sebagai berikut: vital sign
dalam batas normal, menunjukan teknik untuk mengontrol cemas, klien
tampak nyaman.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis membuat intervensi pada
tanggal 18 Februari adalah jelaskan tujuan pemberian tindakan pada klien dan
keluarga rasionalnya untuk mengurangi ancietas tentang ketidaktahuan
meningkatkan stress dan selanjutnya meningkatkan beban jantung, sehingga
pengetahuan dapat meminimalkan ancietas, anjurkan keluarga tetap bersama
klien untuk mendampingi rasionalnya karena terjadi kelelahan yang
disebabkan oleh penurunan suplai darah ke jaringan otak, anjurkan untuk
istirahat rasionalnya agar hormone eritropoentin dapat berproduksi secara
maksimal, dan berikan lingkungan yang tenang.

D. Implementasi
Implementasi yaitu suatu tahap dilakukan pelaksanaan dari
perencanaan keperawatan yang telah dite ntukan, dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan
dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Pada tahap ini penulis akan membahas antara lain adalah tentang
mengkomunikasikan dan mengorganisasikan antara staf yang bekerja dalam
satu tim dalam melaksanakan rencana keperawatan kepada pasien.
1. Implementasi diagnosa pertama
Dari intervensi diatas dapat dilaksanakan oleh penulis, dalam tindakan
memberikan transfuse darah, pemberian terapi obat inj. Rantin 2 x 2ml
dan dexa masing – masing 2 x 10mg via IV, melakukan TTV, memonitor
KU pasien, dan mengambil darah 3cc untuk mengecek Hb dan Ht.
2. Implementasi diagnosa kedua
Dari intervensi diatas penulis dapat dilaksanakan oleh penulis,
mengakaji mual dan muntah, menganjurkan kepada keluarga dan pasien
untuk diberi asupan nutrisi kepada pasien. Serta dimana dalam
melaksanakan tindakan keperawatan juga melibatkan pihak lain seperti
keluarga, ahli gizi dan tim meedis lainnya.
3. Implementasi diagnosa ketiga
Dari intervensi diatas dapat dilaksanakan oleh penulis memonitor
tanda – tanda vital pasien, membantu pasien / keluarga untuk
mengidentifikasikan kekurangan dalam beraktivitas dan membantu pasien
untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan. Tetapi disini
penulis berkolaborasi dengan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas sehari – hari pasien (ADL), maka penulis mendelegasikan kepada
keluarga karena keluarga lebih dekat dengan pasien.
4. Implementasi diagnosa keempat
Dari intervensi diatas dapat dilaksanakan oleh penulis memotivasi
pasien untuk istirahat dan menganjurkan keluarga tetap bersama pasien.
Disini juga penulis berusaha menciptakan lingkungan yang tenang agar
pasien dapat beristirahat dengan nyaman. Factor pendukung dan
penghambat dalam implementasi keperawatan yaitu pertama factor
pendukungnya adalah pasien dan keluarga yang sangat kooperatif, catatan
medic yang lengkap, serta staf medis atau perawat ruangan yang terbuka
dan mau membantu penulis dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Yang kedua factor penghambat dalam melaksanakan implementasi
keperawatan yaitu ketidakfokusan penulis dan keterbatasan waktu.

E. Evaluasi
Tahap penilaian dan evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga
kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mengukir keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan pasien.
Dari empat permasalahan yang ditemui oleh penulis saat pengkajian,
kemudian disusun perencanaan tindakan untuk menyelesaikan maslaah
tersebut, selanjutnya diimplementasikan secara langsung kepada pasien. Pada
tahap ini penulis akan membahas tentang apakah tujuan dan criteria hasil
asuahan keperawatan yang telah dicapai, dan bila ternyata pencapaian tidak
sesuai dengan yang diharapkan maka kemungkinannya adalah mengakaji
ulang rencana asuhan keperawtan dan memodifikasi asuhan keperawatan
tersebut dengan melihat situasi dan kondisi psaien.
Untuk mengetahui apakah tujuan dan criteria hasil asuhan
keperawatan yang telah tercapai, evaluasinya adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan Hb dan darah.
Evaluasi pada tanggal 20 Februari 2015 adalah sebagai berikut
ditemukan data subjektif pasien mengatakan pusing dan masih lemas,
data objektif Hb 2.8g/dl (sebelum tranfusi 2.5g/dl), TD 110/60 mmHg
dan konjungtiva anemis. Maka penulis menyimpulkan masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi karena ada
kelainan pada darah pasien, yaitu talasemia mayor. Sehingga penulis
mendelegasikan untuk melanjutkan intervensi dalam pemberian tranfus
darah.
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
Dari semua rencana tindakan yang telah penulis laksanakan
evaluasi Tn. T pada tanggal 20 Februari 2015 adalah sebagai
berikut data subjektif pasien mengatakan masih mual dan muntah
jika makan, data objektif Tn. T tampak lemas dan pucat, infuse
NaCl mengalir 12 tetes/menit, makan hanya habis ¼ porsi. Maka
penulis menyimpulkan masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi, karena pasien belum
bisa menghabiskan makan dalam 1 porsi, dan disini penulis
berkolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit kaya zat besi
dengan tujuan untuk membantu mengembalikan eritrosit yang
hilang. Penulis mendelegasikan untuk melanjutkan inrvensi dalam
pemberian asupan nutrisi yang kaya akan zat besi dan kalori.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Evaluasi Tn. T pada tanggal 20 Februari adalah sebagai berikut
data subjektif pasien mengatakan lelah setelah aktivitas, data
objektif Tn. T tampak kelelahan saat beraktivitas, Hb 2.8 g/dl dan
tampak pucat, dari data hasil yang ada maka penulis
menyimpulkan bahwa intoleransi aktivitas belum teratasi, karena
pasien belum bisa ADL secara mandiri dan terjadi hipoksia dalam
sel dan jaringan yang mengakibatkan metabolosme anaerob
sehingga terjadi penumpukan asam laktat yang mengakibatkan
kelelahan. Penulis mendelegasikan pada perawat untuk
mempertahankan intervensi.
4. Ancietas berhubungan dengan status kesehatan
Evaluasi tn. T pada tanggal 20 Februari 2015 adalah sebagai
berikut data subjektif pasien mengatakan susah tidur, data objektif
Tn.T tampak gelisah dan menarik diri, mata sembab, terdapat
lingkar hitam disekitar mata dan konjungtiva anemis, tidur hanya 3
jam. Dari data yang sudah ada maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa masalah ancietas belum t eratasi, karena pasien belum bisa
tidur secara nyaman dan karena factor kurang tidur yang
berpengaruh pada hormone eritopoentin yang bekerja pada waktu
tidur, sedangkan tidur pasien hanya 3 jam sehingga mengakibatkan
produksi hormone tersebut tidak bekerja maksimal, hal ini menjadi
salah satu penghambat produksi Hb. Penulis mendelegasikan
kepada perawat untuk mengkondusifkan lingkungan yang tenang
agar pasien dapat istirahat dengan nyaman. Dari data diatas penulis
menyimpulkan bahwa evaluasi dari pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan belum sesuai dengan tujuan dan criteria hasil yang
diharapkan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan pengkajian sejak tanggal 18 Februari 2015 di
ruang Cendana RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo pada Tn. T dengan anemia.
Proses pelaksanaan meliputi pengkajian, menganalisa data, menentukan
masalah (diagnose keperawatan), membuat perencanaan (intervensi),
melaksanakan perencanaan (implementasi), dan mengevaluasi keseluruhan
tindakan. Penulis telah melaksanakan proses keperawatan yang meliputi :
1. Dalam aplikasi pengkajian penulis menggunakan pola pengkajian
fungsional Gordon. Data – data yang diperoleh selama pengkajian dapat
disajikan sebagai acuan ditegakannya diagnose keperawatan, data tersebut
meliputi data subjektif dan objektif. Hasil pengkajian pada tanggal 18
Februari 2015 penulis mendapatkan data : pasien mengatakan pusing,
lemas, badan lemas, pucat, tidak bisa tidur, tidur 3 jam, berat badan 48 kg
(50 kg sebelum sakit), berbaring ditempat tidur, makan habis ¼ porsi,
mual dan muntah, konjungtiva anemis, Hb 2.5 g/dl, Ht 7%, leukosit 1700
u/L, eritrosit 1,0 10^6/uL, gelisah dan menarik diri, ADL dibantu keluarga
atau orang lain, TD 110/60, EKG sinus takikardi.
2. Dalam aplikasi diagnose penulis menemukan empat diagnose yaitu
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
Hb dan darah, resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum, ancietas berhubungan dengan status kesehatan.
Keempat diagnose tersebut muncul sesuai teori.
3. Dalam aplikasi perencanan keperwatan merupakan aplikasi dari teori yang
didapatkan penulis selama dari bangku perkuliahan disesuaikan dengan
kondisi klien dilapangan dan standard penanganan kasus di RSU Prof.
Dr.Margono Soekarjo Purwokerto hinga didapatkan perencanaan
keperawatan yang tepat.
4. Implementasi keperawatan merupakan tahapan dimana perencanaan
keperawatan yang tepat diaplikasikan menjadi tindakan keperawatan
sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul. Dalam hal ini ada
kerjasama yang seimbang dan professional antara penulis, perawat, dokter
dan tim kesehatan lainnya serta selalu melibatkan pasien dan keluarga.
Semua perencanaan yang dibuat dapat diimplementasikan dengan baik
sesuai tujuan yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena intervensi yang
disusun sesuai dengan masalh dan kebutuhan pasien sehingga mampu
dilaksanakan penulis, keluarga, pasien dan perawat ruangan.
5. Pada tahap evaluasi keperawatan, penulis menggunakan evaluasi respon
dan evaluasi SOAP. Evaluasi respon mengacu pada respon pasien sesaat
setelah dilakukan tindakan keperawtan sedangkan evaluasi SOAP
mengacu pada catatan perkembangan pasien. Catatan perkembangan ini
untuk mengukur tingkat keberhasilan t indakan keperawatan. Evaluasi
yang diperoleh pada tanggal 20 Februari 2015, diagnose ketidakefekifan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan Hb dan darah
belum teratasi, karena pada pasien terdapat kelainan darah yaitu talasemia
mayor, sehingga sulit untuk mengembalikan Hb kedalam batas normal.
Sehingga penulis harus melanjutkan intervensi monitor adanya paretese,
berikan transfuse darah. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan anoreksia belum teratasi, karena kurangnya
asupan nutrisi yang masuk kedalam tubuh menyebabkan absorbsi Fe, B12,
dan asam folat berkurang, menyebabkan kehilangan komponen
pembentuk eritrosit, eritrosit tidak sempurna dan mudah pecah sehingga
terjadi hemolisis. Lanjutkan intervensi kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, monitor
kadar albumin, total protein, Hb dan Ht, monitor mual dan muntah.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum belum
teratas, karena factor Hb yang masih rendah, yang mengakibatkan
transport O2 menurun, dan terjadi hipoksia sel dan jaringan dan terjadi
penumpukan asam laktat pada jaringan, sehingga terjadi kelemahan dan
terjadi intoleransi aktivitas lanjutkan intervensi bantu pasien / keluarga
untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas, bantu klien untuk
mendintifikasi aktivitas yang mampu dilakukan. Ancietas berhubungan
dengan status kesehatan belum teratasi, karena kurangnya pengetahuan
yang menyebabkan kecemasan terhadap pasien, lanjutkan intervensi
instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi, jelaskan semua
prosedur dan apa yang akan dirasakan selama prosedur, tingkatkan
istirahat.
6. Dalam pendokumentasian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Tn. T penulis mencatat pengkajian pada format pengkajian, menyusun
setiap intervensi keperawatan, dan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan dalam catatan medis atau catatan keperawatan Tn.
T.Keberhasilan dari asuhan keperawatan tergantung pada pemberi asuhan
keperawtan, sarana dan prasarana yang tersedia serta keadaan pasien,
karenapada dasarnya pemberian asuhan keperawatan meliputi hubungan
antara perawat, psien dan anggota keluarga pasien.yang kaya akan zat besi
untuk mengembalikan Hb dalam batas normal.

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif (2001) Kapita selekta kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius.
FKUI
Price, Sylvia A (1994) Patofisiologi : konsep klinis proses – proses penyakit , Jakarta,
EGC.
Perry , A.G dan Potter, P.A. (1993) fundamental of nursing : consept, process, and
practice.
Mansjoer. 2003. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III jilid 2. Jakarta : FKUI Smeltzer.
2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk.
Editor Monika Ester, dkk edisi 8. Jakart a : EGC Andrea Saferi Wijaya, dkk. 2013.
KMB 2. Yogyakarta : Nuha Medika Nurarif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Yogyakarta :
Mediaction Publishing Wijaya Andra Saferi, Yessi Mariza Putri. 2013. KMB 2
Keperawatan Medikal Bedah ( Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Medical Book
Soebroto, Ikhsan. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia . Yogyakarta :
Bangkit Arisman . 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC DepKes RI.,
2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS).
Direktorat Gizi Masyarakat dan Binkesmas. Jakarta Saifuddin. 2002. Ilmu Kebidanan
Perkata Edisi Ke-3. Jakarta : EGC
Doenges Marlyn, E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawat Pasie n. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai