Anda di halaman 1dari 16

METODE PHBS DALAM PEMUTUSAN TRANMISI

COVID 19

Oleh

Juanda Roki Saputra (1733037)

Dosen Pembimbing : Ns. Lilik Pranata, S.Kep.,M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN & NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Metode PHBS Dalam Pemutusan
Tranmisi COVID 19”. Sebagai salah satu tugas mata kuliah “Keperawatan
Komunitas II” program studi S1 Ilmu Keperawatan.

Penyusun menyadari makalah yang telah dibuat ini belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan bagi
penyusun guna perbaikan di masa yang akan datang. Penyusun berharap makalah
ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca dan dapat
dikembangkan. Penyusun mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih atas perhatian
pembaca.

Palembang , Juni 2020

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................................3
C. Manfaat Penulisan..............................................................................4

BAB II ISI.......................................................................................................5

A. Pengertian Covid 19...........................................................................5


B. Etiologi Covid 19................................................................................6
C. Manifestasi Klinis Covid 19...............................................................6
D. Patofisiologi Covid 19........................................................................7
E. Faktor Risiko......................................................................................8
F. Pembagian status pasien covid 19......................................................9
G. Pemeriksaan Penunjang....................................................................10
H. Komplikasi Covid 19........................................................................11
I. Penatalaksanaan Umum pasien Covid19..........................................11
J. PHBS dan Pencegahan Dalam Memutus Tranmisi Covid 19..........12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak kasus pertama di wuhan, terjadi peningkatan kasus covid 19 di china
setiap hari dan memuncak dinatara akhir januari hingga awal februari
2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari hubei dan provinsi di
sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh
china. Tanggal 30 januari 2020,telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi
covid 19 di china, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara
seperti taiwan, thailand, vietnam, malaysia, nepal, sri lanka, kamboja,
singapura, jepang, arab saudi, korea selatan, filipina, india, australia,
kanada, finlandia, prancis, dan jerman. Covid 19 pertama dilaporkan di
indonesia pada tanggal 2 maret 2020 sejumlah dua kasus. Data 31 maret
2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan
136 kasus kematian. Tingkat mortalitas covid 19 di indonesia sebesar
8,9%. Angka ini merupakan yang tertinggi di asia tenggara. Per 30 maret
2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di dunia. Eropa dan
amerika serikat menduduki peringkat pertama dengan kasus covid 19
terbanyak dan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus dan pada
tanggal 30 maret 2020 disusul oleh spanyol dengan 6.549 kasus baru.
Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%
(Susilo and dkk, 2020, pp. 45–46).
Penyakit corona virus 2019 adalah infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh coronavirus yang baru muncul pertama kali dikenali di
wuhan,tiongkok, pada bulan desember 2019. Pengurutan genetika virus ini
mengindikasikan bahwa virus ini berjenis betacorona virus yang terkait
erat dengan virus SARS. Meskipun sebagian besar orang yang terjangkit
covid 19 hanya mengalami penyakit yang ringan atau tanpa komplikasi,
sekitar 14% menderita penyakit parah yang memerlukan perawatan rumah
sakit dan dukungan oksigen, dan 5% perlu dimasukkan ke unit perawatan

1
intensif. Dalam kasus-kasus parah, covid 19 dapat diperburuk dengan
sindrom gawat pernapasan akut (ARDS), sepsis dan septik shock, gagal
multiorgan, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut. Usia lanjut dan
penyakit penyerta dilaporkan menjadi faktor risiko kematian dan analisi
multivariabel baru mengonfirmasi usia lanjut, skor SOFA dan durasi
median deteksi RNA viral selama 20 hari pada penyintas, tetapi virus
covid 19 masih dapat terdeteksi hingga kematian pada bukan penyintas
(World Health Organization, 2020, p. 2). Dewasa ini pemerintah Indonesia
terus melakukan upaya-upaya guna meminimalisir orang yang terinveksi
Corona Covid-19. Awalnya pemerintah tidak terlalu ingin memberikan
informasi kepada publik terkait virus corona yang masuk ke Indonesia.
Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kepanikan masyarakat dan juga
menghindari isu-isu yang tidak jelas kebenarannya. Kamis, 19 Maret 2020
dari pemberitaan detiknews, juru bicara pemerintah untuk penanganan
virus corona, Achmad Yurianto mengatakan bahwa pemerintah tengah
mengupayakan dilakukannya tes massal virus Corona dan perlu dilakukan
adanya uji PCR.5 Yurianto juga mengatakan secara resmi informasi
perkembangan kasus COVID-19 bahwa sampai dengan hari Kamis, 19
Maret 2020 penelitian yang dilakukan oleh WHO dengan menghimpun
semua ahli virus corona di dunia masih belum mendapatkan suatu
kesepakatan yang bisa dijadikan standar dunia terkait dengan spesimen
pengobatan yang definitif terhadap COVID-19. Terkait perkembangan
virus corona tersebut, akhirnya pemerintah membuat kebijakan sebagai
langkah pertama yaitu berupa anjuran social distancing. Ini dimaknai
bahwa pemerintah menyadari sepenuhnya penularan dari covid-19 ini
bersifat droplet percikan lendir kecil-kecil dari dinding saluran pernapasan
seseorang yang sakit yang keluar pada saat batuk dan bersin. Oleh karena
itu, pemerintah menganjurkan kepada siapapun yang batuk dan yang
menderita penyakit influenza untuk menggunakan masker, tujuannya
untuk membatasi percikan droplet dari yang bersangkutan. Selain
mengatur jarak antar orang, agar kemungkinan peluang tertular penyakit

2
bisa menjadi lebih rendah. Implikasinya bahwa pertemuan-pertemuan
dengan jumlah yang besar dan yang memungkinkan terjadinya
penumpukan orang harus dihindari. Karenanya sangat penting untuk
disadari bersama dari seluruh komponen masyarakat untuk tidak
melaksanakan kegiatan yang mengerahkan banyak orang dalam satu
tempat yang tidak terlalu luas dan menyebabkan kerumunan. Hal ini
dianggap sebagai salah satu upaya yang sangat efektif untuk mengurangi
sebaran virus. Oleh karena itu, social distancing harus diimplementasikan,
baik dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan kerja ataupun di
lingkungan rumah tangga. Selain tetap melakukan pencegahan melalui
upaya pola hidup bersih dan sehat dengan selalu mencuci tangan
menggunakan sabun dengan air yang mengalir (Yunus and Rezki, 2020, p.
230).

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Covid 19
2. Mengetahui Etiologi Covid 19
3. Mengetahui Manifestasi Klinis Covid 19
4. Mengetahui Patofisiologi Covid 19
5. Mengetahui Faktor Risiko
6. Mengetahui Pembagian status pasien
7. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang
8. Mengetahui Komplikasi Covid 19
9. Mengetahui Penatalaksanaan Umum pasien Covid19
10. Mengetahui PHBS dan Pencegahan Dalam Memutus Tranmisi Covid
19

3
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui Pengertian Covid 19
2. Mahasiswa mampu Mengetahui Etiologi Covid 19
3. Mahasiswa mampu Mengetahui Manifestasi Klinis Covid 19
4. Mahasiswa mampu Mengetahui Patofisiologi Covid 19
5. Mahasiswa mampu Mengetahui Faktor Risiko
6. Mahasiswa mampu Mengetahui Pembagian status pasien covid 19
7. Mahasiswa mampu Mengetahui Pemeriksaan Penunjang
8. Mahasiswa mampu Mengetahui Komplikasi Covid 19
9. Mahasiswa mampu Mengetahui Penatalaksanaan Umum pasien
Covid19
10. Mengetahui PHBS dan Pencegahan Dalam Memutus Tranmisi Covid

4
BAB II
ISI

A. Pengertian Covid 19
Corona virus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae, struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus
dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike
protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan
struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam
penempelan dan masuknya virus ke dalam sel host(Yuliana, 2020, p. 188).
Virus corona termasuk superdomain biota, kingdom virus. Virus corona
adalah kelompok virus terbesar dalam ordo Nidovirales. Semua virus
dalam ordo Nidovirales adalah nonsegmented positive-sense RNA viruses
(Parwanto, 2020, p. 1). Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran
partikel 120-160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di
antaranya adalah kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-
19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43,
betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus
(SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERS-CoV (Susilo and dkk, 2020, p. 46). CoronaVirus merupakan
sejenis virus yang menyebabkan infeksi pada hidung, sinus, atau
tenggorokan bagian atas (Larassaty, 2020). Penyakit corona virus (COVID
19), merupakan infeksi pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh
coronavirus yang baru muncul yang pertama kali dikenali di wuhan,
tiongkok, pada bulan desember 2019(World Health Organization, 2020, p.
2).

5
B. Etiologi Covid 19
Menurut Susilo and dkk (2020, p. 45), Awalnya penyakit covid
19ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV),
kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu
Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). 4 Virus ini
dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas
di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya.

C. Manifestasi Klinis Covid 19


Menurut Susilo and dkk (2020, p. 50), Manifestasi klinis pasien COVID-
19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik),
gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok
sepsis. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Asimtomatis (sehat), meliputi : replikasi virus di nasofaring inkubagi
virus 3-14 hari (median 5 hari), pasien tidak ada gejala, pcr dapat
positif, igm dan igc tidak terdeteksi.
2. Gejala awal (onset gejala), meliputi : replikasi virus, virus berikatan
dengan ACE2 di organ, demam, batuk kering, pilek, nyeri
tenggorokan, diare,mual,nyeri kepala, PCR positif, titer virus tertinggi
igM meningkat hari 3-6 igC kadang terdeteksi.
3. Pneumonia (4-7 hari post onset), meliputi ; peningkatan respon imun
pejamu, demam persisten, sesak, hipoksemia, CRP meningkat, temuan
pneumonia pada radiologi, PCR masih positif, igM memuncak, IgC
mulai terdeteksi hari 10-14.
4. Inflamasi (8-12 hari post onset), meliputi : inflamasi sistemik tidak
terkontrol, badai sitokin, ARDS, sepsis, miokarditis, gagal multiorgan,
PCR masih positif, igM stabil, igC terus meningkat.

6
D. Patofisiologi Covid 19
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hiewan dan bersitkulasi di biewan.
Coronavitus menycbabkan sejumlah besan penyakit pada hiewan dan
kemampuannya menycbabkan penyakit berat pada hiewan seperti babi,
sapi, kuda, kucing đàn ayam. Coronavitus disebut dengan virus zoonotik
yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak bewan liar
yang dapat membawa patogen đan bertindak sebagai vektor untük
penyakif menular ferfentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang
merupakan host yang biasa ditemükan untuk Coronavirus. Coronavirus
pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute
respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East respiratory syindrome
(MERS). Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya.
Virus tidak bisa hidup tanpa sel host, Berikut siklus dari Coronavirus
setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan
masuk virus ke sel host diperantarai olch Profein S yang ada dipermükaan
virus.5 Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesics host-nya serta
penentu tropisnya. Pada studi SARS-COV protein S berikatan dengan
reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-conyerting enzyme 2).
ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru,
lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati,
ginjal, otak, sel epitel alvcolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel
arteri vena, dan sel otot polos.20 Setelah berhasil masuk selanjutnya
translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan
transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi đan perakitan dari
kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis
virus. Sefelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas
kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus
hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi
akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut
meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan.

7
Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (Yuliana,
2020, p. 189).

E. Faktor Risiko
Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi dan
diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan
faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih
banyak pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang
lebih tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada
peningkatan ekspresi reseptor ACE2.41, 42 Diaz JH43 menduga pengguna
penghambat ACE (ACE-I) atau angiotensin receptor blocker (ARB)
berisiko mengalami COVID-19 yang lebih berat. Terkait dugaan ini,
European Society of Cardiology (ESC) menegaskan bahwa belum ada
bukti meyakinkan untuk menyimpulkan manfaat positif atau negatif obat
golongan ACE-i atau ARB, sehingga pengguna kedua jenis obat ini
sebaiknya tetap melanjutkan pengobatannya.44 Pasien kanker dan
penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2.45, 46
Kanker diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang
berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi, dan gangguan maturasi sel
dendritik.47 Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga
mengalami penurunan respons imun, sehingga lebih mudah terjangkit
COVID-19, dan dapat mengalami luaran yang lebih buruk.48 Studi Guan,
dkk.49 menemukan bahwa dari 261 pasien COVID-19 yang memiliki
komorbid, 10 pasien di antaranya adalah dengan kanker dan 23 pasien
dengan hepatitis B. Infeksi saluran napas akut yang menyerang pasien
HIV umumnya memiliki risiko mortalitas yang lebih besar dibanding
pasien yang tidak HIV. Namun, hingga saat ini belum ada studi yang
mengaitkan HIV dengan infeksi SARS-CoV-2.50 Hubungan infeksi
SARS-CoV-2 dengan hipersensitivitas dan penyakit autoimun juga belum
dilaporkan. Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk

8
tinggal satu rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke
area terjangkit. Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat
(dalam radius 2 meter) dianggap sebagai risiko rendah.53 Tenaga medis
merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi tertular. Di Italia,
sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis.54 Di China, lebih dari
3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar 0,6% (Susilo
and dkk, 2020, p. 50).

F. Pembagian status pasien covid19


Menurut BNPB Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID 19 (2020,
p. 10), pada covid 19 terdapat pembagian status masyarakat yang memiliki
hubungan dengan COVID-19, yaitu sebagai berikut :
1. Orang Tanpa Gejala (OTG)
Orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
positif COVID- 19. Orang tanpa gejala merupakan kontak erat dengan
kasus positif COVID-19
2. Orang Dalam Pemantauan (ODP)
Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau
gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang
melaporkan transmisi lokal; Orang yang mengalami gejala gangguan
sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14
hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi atau probabel COVID-19.
3. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam
(≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit
pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit
tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat DAN pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau

9
tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal; Orang
dengan demam (≥38oC) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada 14
hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi atau probabel COVID-19; Orang dengan ISPA
berat/pneumonia berat*** yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.
4. Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif
melalui pemeriksaan PCR.
5. Komorbiditas
Penyakit penyerta (komorbid) yang menggambarkan kondisi bahwa
ada penyakit lain yang dialami selain dari penyakit utamanya (misal,
penyakit diabetes, hipertensi, kanker).

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Yuliana (2020, p. 191), pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada pasien covid 19 yaitu sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologi : foto toraks, CT-Scan toraks, USG toraks. Pada
pencitraan dapat menunjukkan : opasitas bilateral, konsolidasi
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul tampilan groundglass.
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a. Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan
orofaring)
b. Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL,bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspiral endotrakeal).
3. Bronskoskopi
4. Pungsi pleura sesuai kondisi
5. Pemeriksaan kimia darah

10
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas
(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah 26,27. Kultur darah
untukbakteri dilakukan idealnya sebelum terapi antibiotik.

H. Komplikasi Covid 19
Komplikasi utama yang timbul pada pasien covid19 yaitu ARDS. Selain
itu juga komplikasi yang dapat timbul seperti gangguan ginjal akut, jejas
kardiak, disfungsi hati, penumotoraks, syok sepsis, koagulasi intravaskular
diseminata, rabdomialisis,hingga pneumomediastinum (Yuliana, 2020, p.
62).

I. Penatalaksanaan Umum pasien Covid19


Menurut Yuliana (2020, p. 191), penatalaksanaan umum yang dilakukan
pada pasien covid 19 yaitu sebagai berikut :
1. Isolasi pada semua kasus, sesuai dengan gejala yang muncul baik
ringan maupun sedang.
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi
3. Serial toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4. Suplementasi oksigen. Pemberian terapi oksigensegera kepada pasien
dengan distress pernapasan, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen
pertama sekitar 5 L/menit dengan target Sp02 > 90% pada pasien tidak
hamil dan > 92-95% pada pasien hamil.
5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
6. Terapi cairan. Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti
syok pasien dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi cairannya,
karena jika pemberian cairan terlalu agresif dapat memperberat kondisi
distress napas atau oksigenasi. Monitoring keseimbangan cairan dan
elektrolit.
7. Pemberian antibiotik empiris
8. Terapi simptomatik. Terapi ini diberikan seperti antipiretik, obat batuk
dan lainnya jika memang diperlukan.

11
9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada
tatalaksana pneumonia viral atauARDS selain ada indikasi lain
10. Observasi ketat.
11. Pahami komorbid pasien

J. PHBS dan Pencegahan Dalam Memutus Tranmisi Covid 19


Menurut BNPB Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID 19 (2020,
p. 11), Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu
mencegah persebaran virus pernapasan, yaitu menjaga kebersihan
diri/personal dan rumah dengan cara:
1. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20 detik
atau menggunakan hand sanitizer, serta mandi atau mencuci muka jika
memungkinkan, sesampainya rumah atau di tempat bekerja, setelah
membersihkan kotoran hidung, batuk atau bersin dan ketika makan
atau mengantarkan makanan.
2. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci
3. Jangan berjabat tangan d. Hindari interaksi fisik dekat dengan orang
yang memiliki gejala sakit.
4. Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas dan ketiak atau
dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci
tangan.
5. Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah
berpergian.
6. Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda- benda
yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja,
kursi, dan lainlain), gagang pintu, dan lain-lain.

12
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID 19 (2020) Pedoman


Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di
indonesia, www.covid19.go.id.

Larassaty, L. (2020) ‘Seputar Virus Corona, Ketahui Gejala serta cara


Pengobatannya’, Sociolla.

Parwanto (2020) ‘Virus Corona (2019-nCoV) penyebab COVID-19’, Departemen


Biologi, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Indonesia, 3(1), pp. 1–
2. doi: http://dx.doi.org/10.18051/JBiomedKes.2020.v3.1-2.

Susilo, A. and dkk (2020) ‘Corona Virus Disease 2019 : Tinjauan Literatur
Terkini’, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 7(1), pp. 45–67.

World Health Organization (2020) Tatalaksana Klinis Infeksi Saluran


Pernapasan Akut Berat Suspek Penyakit COVID 19, World Health
Organization.

Yuliana (2020) ‘Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini’, Fakultas


Kedokteran Universitas Lampung, 2(1), pp. 187–192.

Yunus, N. R. and Rezki, A. (2020) ‘Salam Sosial & Budaya’, FSH UIN Syarif
Hidayatullah, 7(3), pp. 211–282.

13

Anda mungkin juga menyukai