Oleh :
Ns. SUPONO, M.Kep.,
Sp.MB
Tinjauan Anatomi & Fisiologi
Unit Fungsional Nefron
Renal pelvis
Renal Disease
Acut Renal
Failure
Chronic Kidney
Disease
ARF (ACUT RENAL FAILURE)
Suatu keadaan klinik terjadi penurunan GFR
secara mendadak disebabkan oleh adanya
gangguan pada Pre-renal, Renal, Post-renal,
ditandai produksi urin turun mendadak <400
cc/24 jam dan terjadi peningkatan ureum,
creatinin dalam darah.
Patofisiologi:
1. Iskemia korteks ginjal
2. Obstruksi tubulus
3. Back-leak ultrafiltrasi
4. Penurunan ultrafiltrasi glomerulus
ARF Pre-Renal
Etiologi :
4 Kerusakan ginjal 15 - 29
GFR Berat
5 ESRD < 15
Gejala Klinik
Sistem Manifestasi Klinik
GIT Anoreksia, nausea, vomitting, hiccup, foetor uremik,
gastritis erosif, kolitis uremi
Kulit Pucat karena anemi, kekuningan karena urokrom, gatal
karena toksin uremik, ekimosis, uremic-frost, bekas
garukan
Hematologi Anemi karena ertropoetin menurun, hemolisis,
defesiensi besi & asam folat, perdarahan, fibrosis
sumsum tulang, gangguan fungsi trombosit & lekosit
Otot & Restless leg syndrome, ensefalopati, miopati, burning
saraf feet syndrome.
Cardio Hipertensi, nyeri dada, aritmi, edema
Endokren Gangguan sex, atropi testis, gangguan metabolisme gula,
lemak, vitamin D.
Elektrolit Hiperfosfat , hipokalsemi.
Lain-lain Osteodistrofi renal,asidosis metabolik
Diagnosis:
1. Anamnesa: adanya infeksi, obstruksi, HT
2. Fisik : tanda2 kegagalan jantung&ginjal
3. Lab.: kliren kreatin, RFT, kel.peny.dasar
4. Penunjang: EKG, USG, BOF, IVP, retro
grade pielografi, foto dada u/ melihat
tanda2 bendungan paru, kardiomegali,
efuai paru/perikardial. Foto tulang (osteo
distrofi), renogram, CT Scanning
Penatalaksanaan konservatif
1. Memperlambat progresifitas:
a. Pengendalian tek.Darah
b. Diet rendah protein, rendah fosfat
c. Mengendalikan proteinuri&hiperlipidemi
d. Obati isk dg.Antibiotik non-nefrotoksik
e. Obati asidosis metabolik dg nahco3 tab/i.V.
f. Obati hiperurisemi/kel.Sendi dg.Diet&obat
2. Mencegah kerusakan lebih lanjut:
a. Hindari nefrotoksik:oains, aminoglikosid, kombinasi
sefalosporin dg. Furosemid.
b. Hindari gangguan elektrolit.
c. Hindari kehamilan
d. Hindari dehidrasi, hipovol., antihipertensi yg terlalu kuat diuretik
berlebihan, pantang air & garam terlalu ketat, kese imbangan cairan yg
baik.
e. Hindari kateterisasi urine yg tidak perlu.
f. Obati decomp.cordis agar CO membaik.
3. Mengurangi gejala uremia:
a. Diet rendah protein(GFR 5-10% 40-50g/h; GFR 4-5% protein 20-30
g/h; kalori harus> 2500 kal/hari
b. Asam amino esnsial
c. Gatal(pruritus): Diet TKRP, radiasi UV,difenhidramin paratiroidektomi,
transplantasi ginjal
d. Kel.GIT: kadang membaik dg diet TKRP,memperbaiki asidosis dengan
NaHCO3, obat anti muntah.
e. Neuromusk: vit.B1, B6, B12 dosis tinggi, diazepam
f. Anemia: preparat Fe., asam folat, nandrolon dekanoat, hormon
anabolik untuk menstimulasi eritropoetin
g. Osteodistrofi renal: koreksi asidosis, obat pengikat fosfat, suple-
mentasi kalsium, vitamin D3.
4. Bila terapi konservatif gagal : dialisis/transplantasi.
RRT (Replacement Renal Therapy)
1. Dialisis
a. Peritoneal Dialisis (CAPD)
b. Hemodialisis
2. Transplan Ginjal
Peritoneal Dialisis
Dialisis yang dilakukan
melalui rongga
peritoneum (rongga
perut), dimana yang
berfungsi sebagai filter
adalah
selaput/membran
peritoneum (selaput
rongga perut), sehingga
dialisis peritoneal
sering disebut ''cuci
darah'' melalui perut.
Indikasi Peritoneal Dialisis
1. ARF yang gagal dengan terapi konservatif
2. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit & asam-basa.
3. Intoksikasi obat-obatan
4. CKD
Cara Kerja Peritonel Dialisis
Dialisis peritoneal diawali
dengan memasukkan cairan
dialisis kedalam rongga
perut melalui selang
kateter yang telah ditanam
dalam rongga perut.
Tehnik ini memanfaatkan
selaput rongga perut untuk
menyaring dan
membersihkan darah.
Ketika cairan dialisis berada
dalam rongga perut, zat-zat
racun di dalam darah akan
dibersihkan, juga kelebihan
air akan ditarik.
Mekanisme Dialisis
Zat-zat racun yang
terlarut di dalam darah
akan pindah ke dalam
cairan dialisat melalui
selaput rongga perut
(membran peritoneum)
yang berfungsi sebagai
“alat penyaring”, proses
perpindahan ini disebut
Difusi.
Cont’.....
Cairan dialisat
mengandung dekstrosa
(gula) yang memiliki
kemampuan untuk
menarik kelebihan air,
proses penarikan air ke
dalam cairan dialisat ini
disebut Ultrafiltrasi
Proses Penggatian Cairan
Proses ini tidak menimbulkan rasa sakit
dan hanya membutuhkan waktu singkat (±
30 menit).
Terdiri dari 3 langkah
Langkah 1: Pengeluaran Cairan
Cairan dialisat yang
sudah mengandung zat-
zat racun dan kelebihan
air akan dikeluarkan
dari rongga perut dan
diganti dengan cairan
dialisis yang baru.
Proses pengeluaran
cairan ini berlangsung
sekitar 20 menit
Langkah 2: Memasukkan Cairan
Cairan dialisat
dialirkan ke dalam
rongga perut melalui
kateter.
Proses ini hanya
berlangsung selama
10 menit
Langkah 3: Waktu Tinggal
Sesudah dimasukkan,
cairan dialisat dibiarkan
ke dalam rongga perut
selama 4-6 jam,
tergantung dari anjuran
dokterProses
Penggantian cairan di
atas umumnya diulang
setiap 4 atau 6 jam (4
kali sehari), 7 hari
dalam seminggu
Peritoneal Dialisis
Keuntungan ;
1. Fungsi ginjal yang masih Kerugian ;
tersisa dapat dipertahankan. 1. Risiko terjadinya peritonitis
2. Dapat dilakukan sendiri di (infeksi peritoneum).
rumah atau di tempat kerja.
3. Tidak tergantung pada
bantuan orang lain.
4. Tekanan darah pasien lebih
terkendali.
5. Kebutuhan akan suplemen zat
besi dan eritropoietin (EPO)
jauh lebih sedikit
6. Lebih bebas mengonsumsi Exit site dan tunnel infections
berbagai jenis makanan dan berpotensi peritonitis
minuman. 2. Lebih banyak protein yang
7. Kadar kalium darah lebih hilang dari tubuh selama
terkontrol. berlangsungnya proses DP
Hemodialisis