ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Apotek Endeh pada periode 17 Juni – 12 Juli, 29 Juli – 2 Agustus,
dan 19 Agustus – 23 Agustus 2013. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan praktek kerja profesi apoteker ini.
2. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
3. Dr. Harmita, Apt. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan laporan ini.
4. Drs. Arel ST.S Iskandar MM., M.Si., Apt. selaku pembimbing PKPA di
Apotek Endeh atas semua bantuan, bimbingan, dan kesempatan yang telah
diberikan kepada penulis.
5. Dra. Arlina Adisasmita, Apt., M.Sc., selaku Apoteker Penanggung Jawab di
Apotek Endeh yang telah memberikan kesempatan, sarana, dan fasilitas
yang diberikan selama PKPA.
6. Seluruh karyawan Apotek Endeh (Bapak Yadi, Bapak Iwan, Mbak Yayuk,
dan Mas Irul) atas segala keramahan, pengarahan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis selama melaksanakan PKPA.
7. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
iv
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini, namun penulis berharap semoga laporan
ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
2014
1. PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Tujuan .......................................................................................................2
3. TINJAUAN KHUSUS...................................................................................27
3.1 Sejarah Singkat Apotek Endeh .................................................................27
3.2 Lokasi .......................................................................................................27
3.3 Bangunan dan Tata Ruang .......................................................................27
3.4 Struktur Organisasi ...................................................................................29
3.5 Kegiatan-Kegiatan di Apotek ...................................................................29
3.6 Pengelolaan Narkotika .............................................................................33
3.7 Pengelolaan Psikotropika .........................................................................34
4. PEMBAHASAN ............................................................................................36
5. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................42
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................42
5.2 Saran .........................................................................................................42
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan
oleh Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia ini yaitu
untuk menambah dan memperluas pengetahuan secara langsung mengenai peran
apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek, memberi pemahaman kepada
calon apoteker mengenai peran, tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola
Apotek di apotek serta mempelajari cara mengelola apotek yang baik dengan
mengikuti kegiatan rutin apotek, manajemen, organisasi dan pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan Apotek melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat
dengan menggunakan contoh formulir APT-3.
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak
dilaksanakan, Apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh
formulir model APT-4.
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan
menggunakan contoh formulir model APT-5.
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari
mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model
APT-6.
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat
Penundaan.
h. Terhadap permohonan izin Apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan
APA dan atau persyaratan Apotek atau lokasi Apotek tidak sesuai dengan
permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam
jangka waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan
surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir
model APT-7
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah Apotek
adalah:
Universitas Indonesia
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi
atau distribusi/penyaluran.
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi.
d. Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 3
(tiga) lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker
pendamping harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat
pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga.
Universitas Indonesia
Di samping itu ada tanda peringatan P.No.1 sampai dengan P.No.6, dan
penandaan pada etiket atau brosur terdapat nama obat yang bersangkutan, daftar
bahan khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa,
nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan (indikasi), dan
cara pemakaian, peringatan, serta kontraindikasi. Tanda peringatan pada kemasan
dibuat dengan dasar hitam dan tulisan putih.
Universitas Indonesia
c. Obat Keras
Obat golongan ini adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat mengobati,
menguatkan, mendesinfeksi, dan lain-lain pada tubuh manusia, baik dalam
bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus
lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K didalamnya. Psikotropika
termasuk dalam golongan obat keras.
d. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (Presiden Republik
Indonesia,2009a). Obat golongan narkotika ditandai dengan palang medali
berwarna merah.
Universitas Indonesia
e. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada sasaran saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku
(Presiden Republik Indonesia, 1997). Psikotropika dapat dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu:
1) Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
etisiklidina, lisergida, dan meskalina.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
nomor SIA, dan stempel Apotek. SP terdiri dari rangkap empat, tiga lembar
diserahkan kepada PBF, sedangkan satu lembar salinan disimpan sebagai arsip
Apotek. Satu SP hanya boleh memesan satu jenis narkotika.
b. Penyimpanan narkotika
Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA yang dapat diwakilkan oleh AA
yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas,
nomor Surat Izin Apotek, dan stempel Apotek. Segala zat atau bahan yang
termasuk narkotika di Apotek wajib disimpan khusus sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Pasal 14 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009
(Presiden Republik Indonesia, 2009a). Apotek harus mempunyai tempat khusus
untuk menyimpan narkotika (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1978).
Tempat penyimpanan narkotika di Apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2) Harus mempunyai kunci yang kuat.
3) Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama
digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika
yang digunakan sehari-hari.
4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari
40x80x100 cm maka lemari tersebut harus dilekatkan pada tembok atau lantai
5) Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
6) Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa.
7) Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.
c. Pelayanan resep narkotika
Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Narkotika hanya dapat
diserahkan pada pasien berdasarkan resep dokter (Presiden Republik
Indonesia,2009a). Selain itu berdasarkan atas Surat Edaran Direktorat Jenderal
POM RI (sekarang Badan POM RI) No. 336/E/SE/1997 disebutkan:
Universitas Indonesia
1) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali,
Apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh
dilayani oleh Apotek yang menyimpan resep asli.
2) Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali.
Oleh karena itu, Dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep
yang mengandung narkotika.
d. Pelaporan narkotika
Dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) disebutkan
bahwa industri farmasi, PBF, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah,
apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu
pengetahuan,wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala
mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam
penguasaannya (Presiden Republik Indonesia, 2009a). Setiap bulannya, Apotek
wajib membuat laporan mengenai pemasukan dan atau pengeluaran narkotika
dengan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Laporan tersebut dikirim
ke Dinas Kesehatan Kota setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
berikutnya, dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM dan Dinas
Kesehatan Provinsi. Untuk apotek yang bertempat di DKI Jakarta, laporan dikirim
ke Suku Dinas Kesehatan (Kota/Kabupaten) setempat dengan tembusan kepada
Kepala Balai Besar POM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan
arsip. Untuk mempermudah pelaporan narkotika, saat ini telah dibuat sistem
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).
SIPNAP adalah system yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika
dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, RS, dan Apotek) ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik
selanjutnya Kab/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinas kesehatan
Propinsi dan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan) melalui
mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet.
e. Pemusnahan narkotika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28/MENKES/
PER/1978 pasal 9, disebutkan bahwa APA dapat memusnahkan narkotika yang
rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan psikotropika sampai saat ini belum diatur oleh
perundangundangan. Namun mengingat obat-obat tersebut cenderung disalah
gunakan maka disarankan agar psikotropika disimpan terpisah dengan obat-obat
lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci. Pemasukan dan
pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika.
c. Penyerahan Psikotropika
Penyerahan psikotropika oleh Apotek hanya dapat dilakukan kepada
Apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, Balai pengobatan dan dokter kepada
pengguna/pasien berdasarkan resep dokter.
d. Pelaporan Psikotropika
Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan
psikotropika dan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala sesuai
dengan UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 33 ayat 1 dan Pasal 34 tentang pelaporan
psikotropika.
Pelaporan menggunakan cara manual dilakukan dengan membuat laporan
tertulis yang dikirim setahun sekali ke Dinas Kesehatan Kota setempat selambat-
lambatnya tanggal 10 tahun berikutnya, dengan tembusan kepada Balai Besar
POM. Untuk mempermudah pelaporan, sekarang ini Apotek berkewajiban
menyusun dan mengirimkan laporan bulanan penggunaan psikotropika melalui
perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
(SIPNAP) setiap satu bulan sekali. SIPNAP adalah sistem yang mengatur
pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas,
Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan pelaporan elektronik. Selanjutnya Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan
Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan
fasilitas internet.
f. Pemusnahan Psikotropika (Presiden Republik Indonesia, 1997).
Pemusnahan psikotropika berdasarkan Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1997
tentang psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana,diproduksi
tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku, dan atau tidak dapat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Kontra indikasi.
Pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari obat yang
diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud.
c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada).
Pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul,
serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.
d. Cara pemakaian.
Kepada pasien harus diberikan informasi yang jelas cara pemakaian obat,
untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan,
dimasukkan melalui anus, atau cara lain.
e. Dosis.
Apoteker dapat menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh
produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat
menyarankan dosis lain Sesuai dengan kondisi kesehatan pasien,
f. Waktu pemakaian.
Harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien, kapan waktunya pemakaian
obat, misalnya sebelum atau sesudah makan, saat akan tidur dan atau
bersamaan makanan. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat
tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu
dalam waktu bersamaan.
g. Lama penggunaan.
Kepada pasien harus diinformasikan berapa lama obat tersebut dugunakan,
agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan.
h. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat
i. Cara penyimpanan obat yang baik.
j. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa.
k. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak
Di samping itu, Apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien
tentang obat generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta
keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan obat generik. Hal ini
penting dalam pemilihan obat yang selayaknya harus selalu memperhatikan aspek
farmakoekonomi dan hak pasien. Disamping konseling dalam farmakoterapi,
Universitas Indonesia
Apoteker juga memiliki tanggung jawab lain yang lebih luas dalam swamedikasi.
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IPF (International
Pharmaceutical Federation) dan WMI (World Self-Medication Industry) tentang
swamedikasi yang bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan
sebagai
a. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat dan
informasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua
produk yang tersedia untuk swamedikasi.
b. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan
kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila
dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi.
c. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan
kepada lembaga pemerintah yang berwenang, dan untuk menginformasikan
kepada produsen obat yang bersangkutan, mengenai efek tak dikehendaki
(adverse reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut
dalam swamedikasi.
d. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota
masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus
dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan
tanpa indikasi yang jelas. Selain melayani konsumen secara bertatap muka di
Apotek, Apoteker juga dapat melayani konsumen jarak jauh yang ingin
mendapatkan informasi atau berkonsultasi mengenai pengobatan sendiri.
Universitas Indonesia
3.2 Lokasi
Apotek Endeh terletak di Jl. Pancoran Timur No. 37, Pengadegan, Jakarta
Selatan. Lokasi tersebut strategis karena berada pada jalan dua arah dengan akses
jalan utama yang ramai dilalui kendaraan terutama kendaraan umum sehingga
mudah dijangkau oleh masyarakat. Apotek Endeh berada pada kawasan
pemukiman penduduk serta dekat dengan sarana kesehatan seperti Rumah Sakit,
Puskesmas, Klinik dan Praktek Dokter; Perkantoran; Swalayan; Rumah Makan;
kost karyawan serta sekolah, memberikan keuntungan terhadap Apotek yaitu
dekat kepada calon pembeli, serta memiliki halaman parkir yang cukup luas untuk
kendaraan pribadi. Lokasi Apotek Endeh dapat dilihat pada Lampiran 1.
karyawan tetap bisa melihat ke bagian depan (ruang etalase obat). Ruang ini
cukup luas dan dilengkapi dengan pendingin ruangan untuk menyimpan dan
menjaga semua obat di Apotek Endeh dan menjaga kenyamanan para karyawan.
Di ruang peracikan terdapat peralatan peracikan yang lengkap, timbangan,
mortir plus stamper, etiket luar dan dalam, perkamen, sudip, kapsul, gelas ukur,
beaker gelas dan lain-lain yang dibutuhkan dalam peracikan.
Pada ruang peracikan, penyimpanan obat disusun berdasarkan abjad dan
jenis sediaan (tablet, sirup, krim, salep, obat tetes) di rak dan etalase untuk
memudahkan pengambilan obat. Penyimpanan narkotika dilakukan pada lemari
kayu yang menempel di dinding dan senantiasa dikunci. Sedangkan sediaan
psikotropika dipisahkan penyimpanannya pada suatu lemari tersendiri.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.5.1.3 Penjualan
Kegiatan penjualan pada Apotek Endeh antara lain melayani penjualan
resep tunai dan penjulan OTC.
a. Penjualan Resep Tunai
Penjualan resep tunai di Apotek Endeh yaitu penjualan obat berdasarkan
resep dokter kepada pasien dengan pembayaran tunai. Alur pelayanan resep
tunai dapat dilihat pada Lampiran 7. Untuk penyerahan obat resep, pemberian
etiket menjadi hal yang harus diperhatikan. Etiket harus ditulis jelas dan
mudah dibaca oleh pasien. Bila obat resep yang dibutuhkan tidak tersedia,
maka petugas apotek menuliskan salinan resep yang berisi obat yang telah
diserahkan dan obat yang belum diserahkan. Contoh etiket obat dan blanko
salinan resep dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.
b. Penjualan Bebas (OTC)
Penjualan obat bebas meliputi penjualan obat wajib apotek, obat bebas, obat
bebas terbatas, obat tradisional, kosmetik, perlengkapan bayi, dan perbekalan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Alur pelayanan OTC dapat
dilihat pada Lampiran 10.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Aspek pertama yang dibahas disini adalah tentang lokasi yang mana hal
ini memiliki pengaruh besar terhadap keberlangsungan apotek. Lokasi suatu
apotek akan berpengaruh pada omzet apotek karena apabila suatu apotek terletak
pada lokasi strategis maka akan mempermudah masyarakat atau calon pembeli
menjangkau apotek (dilalui oleh kendaraan umum) sehingga apotek tersebut
nantinya sering “terlihat”. Aspek lokasi merupakan aspek yang harus
dipertimbangkan pada saat akan membuat usaha apotek, misalnya pertimbangan
berapa banyak kendaraan yang melewati lokasi tersebut, bagaimana daya beli
masyarakat sekitar hingga mempertimbangkan apakah keadaan lingkungan sekitar
lokasi akan memberikan banyak keuntungan bagi usaha apotek serta
mempertimbangkan pesaing yang ada. Akan tetapi, apabila terdapat apotek yang
sudah cukup strategis tetapi omzetnya tidak terlalu besar dapat disebabkan karena
kurangnya kelengkapan obat atau pelayanan dari SDM yang bekerja di apotek
kurang memuaskan dan lain-lain. Karena apotek Endeh ini strategis maka tidak
heran apabila transaksi yang terjadi setiap harinya cukup banyak. Terlebih lagi
apotek lain yang berdiri berjarak agak jauh dari lokasi apotek Endeh sehingga
setidaknya konsumen yang bertempat tinggal di sekitar daerah Pengadegan akan
memilih apotek Endeh sebagai pilihan pertama untuk membeli obat.
Faktor penunjang lain agar apotek “terlihat” adalah neon box apotek
Endeh yang terletak di sekitar halaman parkir yang akan menyala pada malam
hari sehingga apotek tetap dapat terlihat pada malam hari. Ini akan menunjang
calon pembeli untuk melihat eksistensi dari apotek. Kaca tembus pandang pada
jendela-jendela dan pintu serta pencahayaan yang cukup dari dalam apotek
membuat semua orang yang sekilas dapat melihat isi apotek dari kejauhan. Yang
membuat agak kurang nyaman bagi pengunjung mungkin pintu apotek yang
memang hanya dapat dibuka pada sisi kanan, terkadang banyak calon pembeli
yang mencoba membuka pintu pada sisi kiri. Walaupun pintu disini tidak begitu
terlalu mempengaruhi kenyamanan apotek, tetapi ada baiknya Sebaiknya pintu
diperbaiki sehingga dapat dibuka baik dari sisi kiri atau kanan.
36 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
seksama untuk mencegah terjadinya kekosongan stok dan stok barang harus
diperhatikan setiap hari. Sekilas terlihat bahwa kelengkapan obat di apotek Endeh
terbilang cukup lengkap, walaupun ada beberapa obat yang dicari pasien
terkadang tidak dapat dipenuhi oleh apotek Endeh. Alasan mengapa obat tidak
tersedia :
a. Obat memang sedang tidak tersedia di PBF.
b. PBF kebanyakan mengirim obat di waktu sore hari, sedangkan pembeli mulai
ramai dari siang hari.
c. Tidak ada sistem buffer stock, disebabkan karena jarak antara apotek dan
tempat PBF tidak terlalu jauh, sehingga pengelola apotek hanya memilih obat-
obat tertentu saja yang diberlakukan sistem buffer stock.
Untuk pemesanan, maka digunakan Surat Pemesanan (SP) yang
ditandatangani APA sebagai bukti bahwa apoteker di apotek tersebut memang
benar telah memesan perbekalan farmasi yang tertera pada SP. Pemesanan yang
terjadi di apotek merupakan tanggung jawab apoteker. Selalu ada bukti tertulis
untuk tiap transaksi sebagai bentuk transparansi keuangan. Apoteker harus
mampu mengatur penyimpanan dokumen-dokumen tersebut diatas karena ini
berhubungan dengan kegiatan administrasi apotek dalam hal pembukuan dan
lain-lain.
Apoteker mempunyai wewenang untuk menentukan berapa keuntungan
yang diinginkan dari komoditi yang dijual di apotek. Dimana harga komoditi
tersebut dapat memberikan keuntungan demi keberlangsungan apotek. Sistem
harga yang diberlakukan di apotek Endeh ini menggunakan sistem Pareto.
Dengan sistem ini, maka ketersediaan 20% perbekalan farmasi yang ada dapat
memberikan kontribusi keuntungan 80% sedangkan ketersediaan perbekalan
farmasi 80% akan memberikan kontribusi keuntungan 20%.
Peran apoteker dalam hal finansial adalah mengatur keuangan misalnya
bagaimana memutarkan modal atau uang yang ada, menutupi pembayaran atau
tagihan tepat waktu, membayar gaji pegawai apotek dan lain-lain. Itu semua
berpengaruh pada keberlangsungan apotek dan berhubungan dengan kepercayaan
distributor terhadap apotek. Jika apoteknya membayar tepat waktu maka akan
timbul rasa percaya distributor sehingga akan meningkatkan kerja samanya
Universitas Indonesia
dengan pihak apotek. Untuk melihat keadaan keuangan apotek biasanya dilakukan
stock opname yang dilakukan satu kali setiap bulannya. Yang perlu dicatat antara
lain nama, jumlah (berapa bungkus, berapa tablet, per buah dan lain-lain), harga
dan tanggal kadaluarsa masing-masing obat. Kemudian seluruh harga obat yang
tersedia dikalikan dengan jumlah barang yang tersedia di apotek lalu dijumlahkan
sebagai total dari keseluruhan nilai obat di apotek. Dari sini, apoteker dapat
menilai keadaan apoteknya apakah mengalami kemajuan, diam ditempat atau
mungkin malah mengalami kemunduran setelah menilai kemudian apoteker dapat
mengambil keputusan-keputusan penting untuk kesuksesan apoteknya.
Apoteker harus dapat mengatur proses administrasi dalam hal pembayaran
kepada distributor agar apotek mempunyai cukup waktu dari perputaran uang
untuk membayar tagihan. Walaupun apoteker dapat mempekerjakan pegawaiyang
khusus menangani hal-hal yang bersifat finansial, tetapi apoteker bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap apotek, maka laporan keuangan termasuk pembayaran
harus setransparan mungkin dibuat setiap bulan dan dilaporkan kepada pemilik
apotek.
Apotek adalah tempat praktek bagi apoteker dengan obat serta alat
kesehatan sebagai komoditi prakteknya. Apoteker adalah suatu profesi, oleh
karena itu perannya tidak dapat tergantikan. Banyak hal yang apoteker harus atur
dalam suatu apotek. Dari mulai bagaimana memberikan informasi obat yang
benar hingga memiliki strategi bagaimana kehidupan apotek tersebut dapat
berlangsung. Maka seorang apoteker yang memutuskan agar namanya tercantum
sebagai Apoteker Pemilik Apotek (APA) dalam suatu apotek harus mempunyai
kemampuan yang baik dari segi kemampuan kefarmasian maupun dari segi
kemampuan manajerial serta komitmen untuk memajukan apoteknya dengan
bekerja sepenuh hati dalam mengelola apotek harus mampu mengatur dan
menjalankan semua aspek terkait sehingga tujuan dan fungsi apotek dapat tercapai
dan berjalan dengan baik.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek Endeh ini telah
menambah pengetahuan serta pengalaman praktikan mengenai peran apoteker
dalam pelayanan kefarmasian di apotek. Dengan adanya PKPA di apotek ini telah
membuka pemikiran praktikan tentang apotek dan tahu apa saja yang harus
dilakukan apabila suatu saat praktikan diberi tanggung jawab sebagai apoteker di
suatu apotek.
5.2 Saran
Saran penulis untuk kemajuan apotek Endeh ini yaitu :
1. Mengaktifkan kembali sistem kartu stok, karena selain meminimalisir
terjadinya kecurangan, kartu stok merupakan gambaran stok fisik barang
sehingga kita dapat mengetahui jumlah stok dan mempermudah dalam
perencanaan obat-obat apa saja yang perlu dipesan, sehingga tidak perlu
memeriksa masing-masing obat maka waktu akan lebih efisien.
2. Sebaiknya sarana dan pra sarana di Apotek Endeh lebih diperhatikan.
3. Untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, perlu diadakan
pelatihan terhadap sumber daya manusia terutama dalam hal pemberian
pelayanan informasi obat (PIO) serta menggalakan swamedikasi.
42 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ruang Tunggu
Koran
Banner
1 2 Kasir 4 5 6
3
7 8 15 16 17
9
Meja
Apoteker
10
11 12 13 14
Alat-alat Lemari
gelas
19 18
dokumen
Wastafel
Lemari
Pendingin
20 21 22 23
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Keterangan :
1. Lemari OTC (Sabun, kompres demam, hand gloves)
2. Lemari OTC ( Vitamin syrup anak)
3. Kasir dan Lemari OTC ( Obat batuk sirup )
4. Lemari OTC ( Vitamin, obat batuk tablet )
5. Lemari OTC ( Vitamin, obat batuk tablet )
6. Lemari obat bebas topikal
7. Lemari obat-obat generik
8. Lemari obat golongan fast moving
9. Lemari obat tetes mata, obat tradisional
10. Lemari obat herbal, fitofarmaka
11 ; 12 ; 13 ; 14 Rak produk pelengkap dan konsinyasi
15. Lemari obat wajib apotek sirup
16. Lemari OTC (obat pencernaan)
17. Lemari OTC ( perban, kain kassa )
18. Lemari obat Ethical
19. Lemari obat Ethical
20. Lemari obat psikotropika
21. Lemari sediaan kapsul kosong
22. Lemari obat narkotika
23. Lemari obat Ethical sediaan topikal, tetes mata dan telinga
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Buku Defecta
Perencanaan Pemesanan
( Jenis, Jumlah, dan distributor )
Pemberian Harga
Penataan dan
Penyimpanan
Kartu Stok
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Etiket
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 2
3. METODOLOGI PENGKAJIAN......................................................... 6
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ...................................................... 6
3.2 Metode Pengkaijan ........................................................................ 6
4. PEMBAHASAN ................................................................................... 7
4.1 Fungsi Apotek dan Apoteker ......................................................... 7
4.2 Dasar Hukum dan Etika Pemegang Hak Izin Apotek ..................... 9
4.3 Rendahnya Pengawasan Obat di Lapangan .................................... 11
5. PENUTUP ............................................................................................ 15
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 15
5.2 Saran ............................................................................................. 15
ii
iii
1
Dikti; UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; (http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/UU-
36-2009Kesehatan.pdf dilihat pada tanggal 11 Oktober 2013)
2
Departemen Kesehatan; Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian (http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2009/51tahun2009pp.htm dilihat pada
tanggal 11 Oktober 2013)
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia (keyword: Apotek); (http://kbbi.web.id/apotek dilihat pada
tanggal 11 Oktober 2013)
1 Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Irvan Ika Putra, FFar UI, 2014
2
1.2 Tujuan
Pengambilan tema relevansi undang-undang terhadap gambaran praktek
kefarmasian khususnya dalam perijinan di apotek ini bertujuan untuk mengulas
peraturan perundang-undangan yang ada terkait perijinan di apotek serta melihat
apakah undang-undang yang diberlakukan masih relevan atau tidak.
4
Dikti; Pasal 1 Bab 1 Aturan Umum UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Universitas Indonesia
1. Apotek
Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian
dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Beberapa pokok-pokok ketentuan terkait Apotek dalam PP 51 Tahun 2009
adalah sebagai berikut:
a. Pasal 1 Yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker.
b. Pasal 20, Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau
Tenaga Teknis Kefarmasian.
c. Pasal 21
- Ayat 1 Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian.
- Ayat 2 Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter
dilaksanakan oleh Apoteker.
d. Pasal 23
- Ayat 1 Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana
dimaksud harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.
- Ayat 2 Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan
diperbaharui secara terus menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang farmasi dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
e. Pasal 31
- Ayat 1 Setiap Tenaga Kefarmasian dalam melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian wajib menyelenggarakan program kendali mutu dan kendali
biaya.
3 Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Irvan Ika Putra, FFar UI, 2014
4
Universitas Indonesia
2. Undang-Undang
Berikut ini merupakan tata urutan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia.
XX/MPRS/1966 III/MPR/2000
Universitas Indonesia
6 Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Irvan Ika Putra, FFar UI, 2014
BAB 4
PEMBAHASAN
5
Efi Asriani; Tanggung Jawab Apoteker Pengelola Apotik (Apa) Dalam Pelayanan Obat Terhadap
Konsumen Di Kota Padang (http://repository.unand.ac.id/9781/ dilihat pada 19 Oktober 2013)
hlm. abstract
7 Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Irvan Ika Putra, FFar UI, 2014
8
“Surat Izin Apotek adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri
Kesehatan kepada apoteker untuk mengelola apotek”
Izin apotek berlaku selama nama APA, nama apotek, alamat apotek, denah
bangunan apotek tidak mengalami perubahan dan selama apotek tersebut
masih aktif melakukan kegiatan dimana APA dapat melaksanakan
tugasnya serta masih memenuhi persyaratan.
Dengan adanya perubahan pada sistem pemerintahan pada tahun 1999 dari
sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah, maka tata cara mengurus SIA juga
mengalami perubahan. Perubahan tata cara dalam mengurus izin apotek
dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Kepmenkes RI No.
922/Menkes/SK/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
Pada keputusan menteri kesehatan terbaru tersebut terdapat penyederhanaan
dalam memperoleh izin apotek6, yakni:
Yang berwenang memberikan SIA adalah menteri kesehatan yang
didelegasikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(Kadinkes). Bikin pembahasan karena banyak disalahgunakan sama
pemerintah setempat, tulis peraturan lengkapnya..
Yang berhak memperoleh izin adalah apoteker.
Beralihnya fokus pelayanan kefarmasian dari drug orinted (obat sebagai
komoditi utama) menjadi patient oriented yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Untuk mewujudkan perubahan orientasi tersebut, maka
diperlukan interaksi antara apoteker dan pasien diantaranya pemberian informasi,
monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan
dan terdokumerotasi dengan baik. Maka, selain apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien, apoteker juga harus memahami betul aturan
yang berkaitan dalam melaksanakan praktek pelayanan kefarmasian di apotek.
6
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332 / Menkes / SK / X / 2002. Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/ Menkes / PER / X / 1993. Tentang Ketentuan Dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotik (http://tempo.co.id/hg/peraturan/2004/04/07/prn,20040407-
13,id.html dilihat pada 19 Oktober 2013)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pasal 2 ayat (4) menerangkan bahwa profesi apoteker di apotek tidak lebih
hanya sebagai pembuat, pengolah, peracik, pengubah bentuk, pencampur,
penyimpan dan penyerahan obat atau bahan obat kepada konsumen.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
karena selain gajinya yang kecil, hanya sebesar UMR, juga disebabkan
karena hampir semua APA yang ada disentra-sentra ini adalah PNS, yang
jam kerja di kantornya adalah sama dengan jam buka Apotek Rakyat.
Ketentuan dan kondisi Apotek Rakyat ini menempatkan APA di Apotek
Rakyat pada posisi yang sulit. Bila terjadi pelanggaran yang dilakukan
oleh pemilik toko obat (dalam hal ini tidak mempunyai keahlian dan
kompetensi dalam pelayanan obat) maka APA akan dianggap gagal dan
tidak mampu berperan sebagai Apoteker.
b. Pengelolaan obat di sentra-sentra penjualan obat sangat tidak memenuhi
syarat:
Temperatur ruang dan kelembaban yang merupakan syarat untuk
mempertahankan waktu kadaluarsa tidak dapat dipenuhi.
Cara penyusunan barang yang bertumpuk, kebersihan ruang terhadap
debu, binatang binatang kecil dan tikus, merupakan masalah lainnya
yang harus di perhatikan oleh APA
Kurang memperhatikan sistem penyimpanan obat FIFO (first in first
out) dan FEFO (first expired first out).
c. Pelayanan obat di Toko Obat terutama di sentra-sentra penjualan obat, jauh
dari kelayakan perilaku pelayanan kefarmasian seperti pemberian
informasi obat, banyak ketentuan peraturan dan norma-norma yang
dilanggar.
d. Di apotek rakyat, obat layaknya komoditas dagangan. Diperjual belikan
berdasarkan supply dan demand. Semua produk yang ada disana tidak ada
yang menjamin mutu dan kebenarannya.
e. Masyarakat pada umunya cenderung untuk memilih membeli obat murah
dengan harapan kualitas sama yang diinginkan untuk menggantikan obat
berkualitas original yang cenderung pula lebih mahal, sehingga apotek
rakyat cenderung untuk lebih suka stock barang jumlah besar karena
masyarakat tetap menginginkan harga murah dengan regulasi apotek
rakyat yang lemah.
Universitas Indonesia
f. Semua jenis obat yang legal, illegal, asli, palsu, substandard, dan lain lain
bisa ditemukan disana, termasuk obat keras, psikotropik, narkotik, injeksi,
infus.
Banyaknya kelemahan yang timbul akibat dari lemahnya pengawasan,
kemampuan, dan bentukan undang-undang yang terlalu menimbulkan dualisme
dari fokus perbandingan antara PERMENKES 284 Tahun 2007 tentang Apotek
Rakyat dengan PERMENKES 1332 Tahun 2002 temtang Perubahan Atas
Kepmenkes RI No. 922 Tahun 1993 tentang Kententuan dan Tata Cara Pemberian
Izin Apotek, bahwa adanya unsur yang kurang menjelaskan mengenai apotek
rakyat secara jelas, mulai dari pembangunan hingga pengaturan terhadap apoteker
dan sirkulasi serta regulasi obat dengan baik. Misalkan mengenai aturan
membangun apotek rakyat yang cenderung sama dengan regulasi dan hasil final
pembangunan apotek biasa pada umumnya, perbedaan yang tidak kentara
menyebabkan masyarakat kesulitan membedakan apotek demi kenyamanan
membeli dan kepercayaan konsumen. Karena sesuai dengan pemunculan apotek
rakyat guna memberikan kenyamanan lebih kepada pembeli obat kelas menengah
bawah untuk membeli obat dengan nyaman dan terpercaya.
Pembahasan lebih lanjut berikutnya mengenai perijinan apotek ini, harus
lebih mengutamakan kualitas tetimbang dengan kuantitas hasil penjualan.
Termasuk di dalam PERMENKES tersebut, disebutkan mengenai jenis obat yang
disarankan untuk dijual yaitu jenis generik. Dengan kata lain, bahwa apotek rakyat
memang diperuntukkan bagi ekonomi menengah ke bawah, dapat pula ke dalam
masyarakat secara luas, namun lebih diperuntukkan membantu bagi ekonomi
rendah tanpa perlu pergi ke dokter terlebih dahulu.
Universitas Indonesia
5.1 KESIMPULAN
Perizinan apotek di Indonesia sudah berjalan dengan lebih baik dari
sebelumnya, namun dengan adanya program apotek rakyat, maka perlu adanya
keseriusan dalam mengatur aturan apotek lebih dalam dan dibedakan, sehingga
akan lebih baik lagi. Dengan melihat potensi obat yang cenderung
disalahgunakan, maka adanya pengawasan baik internal di dalam apotek hingga
tingkat Kemenkes akan membantu mengurangi kelemahan dalam sistem
penerapan apotek di lapangan. Kemudian, fokus pada peraturan undang-undang
pada apotek rakyat dan pembahasan sebelumnya, undang-undang masih belum
mengatur peraturan dan pengaturan pelaksananya dengan baik mulai dari tata cara
perizinan yang cenderung sama namun berbeda sehingga terkesan
membingungkan dan dualisme.
5.2 SARAN
1. Berikan pengawasan yang terstruktur bagi apotek di seluruh Indonesia dan
evaluasi apoteker beserta asistennya demi menjaga kredibilitas dan
kualitas pelayanan apotek tersebut.
2. Berikan standar dan pengetahuan dapat berupa pamflet atau baliho di
setiap apotek guna mengetahui ciri dan bentuk obat yang aman dan
original sesuai dengan UU yang dapat dibentuk kemudian.
3. Dalam kontek permasalahan perizinan apotek, dan kasus berupa isu
kurangnya pengawasan obat yang beredar serta masuk ke jajaran apotek,
toko obat, bahkan pasar makanan, maka perlu adanya pengawasan yang
ketat di dalam pihak apotek dan pabrik farmasi. Dengan dilakukan
pembuatan perjanjian dengan cara berupa lisensi dan perjanjian untuk
tidak menyalahgunakan wewenang dan kewenangan selaku apotek dan
apoteker dalam membeli, mengedarkan, dan menggunakan obat oleh
apotek dan apoteker guna melayani mayarakat sebagai pembeli yang harus
15 Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Irvan Ika Putra, FFar UI, 2014
16
Universitas Indonesia
Dewan Perwakilan Rakyat RI. (1963). Undang-Undang No.7 tahun 1963 tentang
Farmasi.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta : Depkes RI.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1027/MENKES/PER/VIII/2004 Tentang
Pengolahan suatu apotek. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1981). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 26/Menkes/PER/11/1981 Tentang Pengelolaan
dan perizinan Apotek. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan
Atas Kepmenkes No. 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Peraturan Pemerintah RI. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasiaan.
Peraturan Pemerintah RI. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan PP No.26 tahun 1965.
17 Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Irvan Ika Putra, FFar UI, 2014