Anda di halaman 1dari 18

JURNAL

KEPERAWATAN KELUARGA

DI SUSUN OLEH

Nama : Siti Qomariah Andini Sari

NIM : 1701042

Kelas : VI A Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH MANADO
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEMESTER V
T.A. 2019
PELAKSANAAN INTERVENSI CAKUPAN INFORMASIKU MELALUI
PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA
PENCEGAHAN PERILAKU SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA

Puspita Hanggit Lestari1)

Agus Setiawan 2) Tri Widyastuti 2)

1
) Akademi Keperawatan RS Husada, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10730, Indonesia 2)
Departemen Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia

puspita.hanggitl@gmail.com

Abstrak

Perilaku seksual berisiko pada remaja dapat berdampak negatif pada kondisi fisik, psikologis, ekonomi dan
sosial remaja. Dukungan keluarga dapat membantu remaja untuk mencegah perilaku seksual berisiko.
Intervensi Cakupan Informasiku (Kecakapan Hidup, Informasi, Motivasi Dan Perilaku) melalui pendekatan
asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan sebagai upaya pencegahan perilaku seksual berisiko pada
remaja. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan pengaruh Pelaksanaan Intervensi
Cakupan Informasiku sebagai bentuk intervensi keperawatan keluarga pada remaja. Desain penelitian ini
adalah studi kasus.. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan melibatkan 10 keuarga yang ditentukan melalui
tehnik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan keluarga mengenai pencegahan perilaku seksual serta terjadi peningkatan tingkat kemandirian
keluarga. Intervensi Cakupan Informasiku dapat dilaksanakan sebagai intervensi keperawatan keluarga
untuk pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja.

Kata Kunci: Perilaku Seksual Berisiko, Remaja, Cakupan Informasiku, Intervensi keperawatan keluarga

Abstract

Sexual risky behavior in adolescents can have a negative impact on the physical, psychological, economic
and social conditions of adolescents. Family support can help teenagers to prevent risky sexual behavior.
Cakupan Informasiku (Life Skills, Information, Motivation and Behavior) through family nursing approach
was implemented to prevent risky sexual behavior in adolescents. This study aims to provide an overview
and influence of the Implementation of Intervention Cakupan Informasiku as a form of family nursing
intervention in adolescents. The design of this study is a case study. The study was conducted for 6 months
involving 10 families determined through purposive sampling technique. The results showed that there was
a change of knowledge, attitudes and skill of family about prevention of sexual behavior as well as
increasing the level of family independence. Cakupan Informasiku can be implemented as a family nursing
intervention for the prevention of risky sexual behavior in adolescents.

Keywords: Risky Sexual Behavior, Adolescence,Cakupan Informasiku, Family Nursing Intervention


Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 11 No 1, Juni 2019/ page 1-66 13

PENDAHULUAN namun pernah mengakses media konten


pornografi, sebanyak 22,64% dengan perilaku
Pubertas merupakan masa transisi dari masa
seksual berisiko sedang yaitu berciuman pipi dan
kanak-kanak menuju dewasa yang dialami bibir, berpangkuan dan berpelukan. Sebanyak
oleh remaja. Remaja pada masa pubertas 13,06% remaja perilaku seksual tinggi yaitu
saling meraba area pribadi, saling menempelkan
mengalami pematangan yang sangat cepat
alat kelamin, melakukan onani atau masturbasi
secara fisik, kognitif, sosial dan emosional, dan berhubungan seksual. Faktor penyebab lain
baik pada anak laki-laki maupun perempuan dari perilaku seksual berisiko remaja adalah
kurangnya pengetahuan dan keterampilan, sikap
sebagai persiapan mereka menuju dewasa
dan perilaku remaja terhadap kesehatan, kurang
(Hockenbery & Wilson, 2013). Remaja yang kepedulian orang tua dan masyarakarat terhadap
kurang mampu beradaptasi dengan perubahan kesehatan dan kesejahteraan remaja serta belum
optimalnya pemerintah dalam memberikan
fisik dan hormonal akan memperlihatkan
pelayanan kesehatan remaja (Depkes RI, 2010).
perilaku berisiko yang mengancam kesehatan
Angka kejadian perilaku seksual berisiko
(McMuraay, 2013).
pada remaja menunjukkan kondisi perilaku
Hasil survei SDKI 2012 menunjukkan bahwa seksual pra nikah yang cukup
pada remaja usia 15-19 tahun, sekitar 33,3 % mengkhawatirkan. Perilaku seksual remaja
remaja perempuan dan 34,5% remaja laki-laki akan mengarah pada resiko sistem reproduksi
berusia 15-19 tahun mulai berpacaran pada remaja, antara lain resiko kehamilan di luar
saat mereka belum berusia 15 tahun. nikah, aborsi pada kehamilan remaja, rentan
Presentasi seks pranikah pada laki-laki (15-19 terhadap HIV/AIDS dan berbagai penyakit
tahun) tahun 2007 3,7% meningkat menjadi menular seksual, gangguan saluran reproduksi
4,5% pada tahun 2012. Presentasi pranikah dan gangguan psikososial.
pada perempuan tahun 2007 1,3% dan pada
Pencegahan perilaku seksual berisiko pada
tahun 2012 menurun 0,7%. Dari survei yang
remaja sebaiknya berlangsung dalam keluarga.
sama didapatkan alasan hubungan seksual
Remaja di Indonesia umumnya belum hidup
pranikah tersebut sebagian besar karena
terpisah dari keluarga sehingga keluarga
penasaran/ingin tahu (57,5% pria), terjadi
merupakan bagian terpenting dari kehidupan
begitu saja (38% perempuan) dan dipaksa
remaja. Keluarga merupakan tempat bagi
pasangan (12,6% perempuan).
anggota keluarga untuk belajar tentang
Hasil survey pada siswa SMP di kelurahan
Curug Depok pada bulan Oktober – November
2017 didapatkan hasil dari 528 siswa perilaku
seksual berisiko rendah 64,30% dengan
kategori belum berprilaku seksual berisiko.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 11 No 1, Juni 2019/ page 1-66 14

kesehatan dan penyakit serta sebagai tempat penurunan kehamilan pada remaja (Jennifer et
dalam memberi dan memperoleh perawatan al, 2008). Perilaku seksual berisiko
disimpulkan dapat dicegah dengan dukungan
sepanjang kehidupan semua anggotannya
dari lingkungan keluarga. Dukungan keluarga
(Kaakinen, Duff, Coehlo & Hanson, 2010). menjadi kekuatan dalam mencegah perilaku
Semakin meningkatnya perilaku seksual seksual berisiko pada remaja.
remaja membutuhkan peran keluarga dalam
Berdasarkan latar belakang tersebut intervensi
memberikan pemahaman yang tepat dalam
Cakupan Informasiku dilaksanakan dengan
mencegah perilaku seksual remaja.
pendekatan asuhan keperawatan keluarga.
Pelibatan keluarga dalam mencegah kejadian
Intervensi Cakupan Informasiku merupakan
perilaku seksual sesuai dengan penerapan
gabungan sesi pada pelaksanaan latihan
Model Family Centered Nursing. Family
Kecakapan hidup dan sesi informasi, motivasi
Centered Nursing dikembangkan oleh Friedman
dan perilaku dilaksanakan untuk melakukan
menjelaskan bahwa keluarga sebagai sistem
intervensi keluarga dalam upaya mencegah
sosial yang merupakan unit dasar di dalam
perilaku seksual berisiko pada remaja.
masyarakat (Friedman, Bowden, & Jones,
2010). Asuhan keperawatan keluarga berfokus METODE PENELITIAN
pada bagaimana keluarga yang memiliki
Studi ini menggunakan metode studi kasus
anggota keluarga yang sakit dapat memenuhi
dengan tehnik pengambilan sampel
tugas kesehatan keluarganya, antara lain
menggunakan purposive sampling dimana
mengenal masalah kesehatan, memberikan
perawatan kepada anggota keluarga, sampel diambil sesuai kriteria yang
menciptakan lingkungan sehat dan ditentukan oleh peneliti. Metode studi kasus
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk adalah metode penelitian untuk menyelidiki
meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. suatu aktivitas, program, proses atau
sekelompok individu secara fokus dan
Dukungan dari dalam keluarga akan lebih
mendalam (Cresswell, 2013).
mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang
jelas dan secara langsung didalam keluarga Peneliti mengelola 10 keluarga dengan
(Friedman, Bowden & Jones, 2010). masalah perilaku seksual berisiko selama 6
Lingkungan keluarga yang harmonis dan bulan. Intervensi Cakupan Informasiku
lingkungan teman sebaya yang positif dilaksanakan sebagai intervensi keperawatan
berhubungan dalam menurunkan tingkat risiko keluarga. Cakupan Informasiku terdiri dari
perilaku seksual remaja. Keterlibatan orang tua lima sesi intervensi. Setiap sesi laksanakan
dalam mendukung pencegahan perilaku seksual selama 60 menit. Aktivitas sesi Cakupan
berisiko berhubungan dengan.

Puspita Hanggit Lestari - PELAKSANAAN INTERVENSI CAKUPAN INFORMASIKU MELALUI


PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU
SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 11 No 1, Juni 2019/ page 1-66 15

Informasiku terdiri dari: 1) Pendidikan bersar 13 tahun (56%). 10 remaja dari 10


kesehatan mengenai pubertas dan kesehatan keluarga pernah melakukan kegiatan perilaku
reproduksi, 2) Pendidikan kesehatan seksual berisiko seperti berciuman,
mengenai dampak perilaku seksual berisko berpelukan, meraba alat kelamin, dan
remaja, 3) Komunikasi dan Latihan asertif mengakses konten pornografi.
untuk pencegahan perilaku seksual berisiko,
Hasil evaluasi pelaksanaan intervensi Cakupan
4) Peningkatan ketrampilan hidup dan
Informasiku setelah 6 bulan didapatkan adanya
motivasi untuk berani mengatakan tidak pada
perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
ajakan negatif dan perilaku seksual berisiko,
pencegahan perilaku seksual berisiko.
5) Diskusi nilai dan budaya terkait perilaku
Pengetahuan keluarga meningkat ditandai
seksual berisiko.
dengan perubahan sebelum intervensi keluarga
Penelitian ini dilaksanakan dengan menyatakan khawatir tentang fenoma perilaku
memperhatikan kaidah-kaidah etik. Peneliti seks bebas dikalangan remaja dan belum
menjelaskan secara rinci tentang tujuan mengetahui tentang pubertas dan cara
penelitian, prosedur penelitian, dan pencegahan perilaku seksual berisiko pada
keuntungan yang mungkin didapat serta remaja. setelah diberikan intervensi Cakupan
kerahasiaan informasi. Peneliti memberikan Informasiku keluarga mengetahui macam
kebebasan responden untuk ikut atau menolak aktivitas perilaku seksual berisiko, faktor
berpatisipasi dalam penelitian tanpa adanya penyebab, dampak dan upaya pencegahan.
sanksi yang akan diberikan. Responden diberi
Peningkatan sikap ditandai adanya perubahan
hak penuh untuk mempertimbangkan apakah
hubungan kedekatan dan komunikasi antara
menyetujui atau menolak menjadi responden
orang tua dan remaja. Keluarga meningkatkan
dengan menandatangani informed consent
kontrol dan perhatian pada pergaulan remaja
atau surat pernyataan yang telah disediakan
dengan teman sebaya. Keluarga membatasi
oleh peneliti.
waktu bermain remaja di luar rumah tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN lagi bermain sampai larut malam dan
Hasil analisis dari karakteristik keluarga menginap di rumah temannya.
didapatkan bahwa 4 dari 10 keluarga dengan
Peningkatan perilaku ditandai dengan
remaja merupakan keluarga orang tua tunggal. 7
penerapan perilaku asertif dalam keluarga.
dari 10 kepala keluarga memiliki tingkat
Pelaksanaan perilaku asertif menurunkan
pendidikan rendah (≤ SMP). 5 dari 10 keluarga
bekerja sebagai asisten rumah tangga. Usia ketegangan dan konflik antara orang tua dan

remaja yang terlibat dalam penelitian sebagian


Puspita Hanggit Lestari - PELAKSANAAN INTERVENSI CAKUPAN INFORMASIKU MELALUI
PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU
SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 11 No 1, Juni 2019/ page 1-66 16

remaja. Komunikasi asertif dilaksanakan agar 5 Bpk E ( An. E) II III

6 Ibu M (An. A) II IV
orang tua dapat memahami masalah yang
7 Bpk S (An. E) I IV

dialami remaja sehingga mampu memberikan 8 Bpk U (An. U) I IV

9 Bpk T (An. T) II III


penyelesaian masalah bersama. Keluarga 10 Bpk S (An. I) II IV
melaksanakan diskusi nilai dan budaya terkait
perilaku seksual remaja berserta dampaknya
terhadap kehidupan remaja di masa depan. Berdasarkan tabel I, tingkat kemandirian
Evaluasi sumatif pada pelaksanaan Cakupan keluarga sebelum diberikan intervensi 7
Informasiku dilakukan dengan menilai keluarga termasuk tingkat keluarga mandiri II
perubahan tingkat kemandirian keluarga dan 3 keluarga termasuk tingkat keluarga
berdasarkan kriteria tingkat kemandirian mandiri I. Setelah intervensi terdapat
keluarga kementrian kesehatan. peningkatan kemandirian pada 10 keluarga
dimana 8 keluarga termasuk dalam tingkat.
Tabel 1
kemandirian IV dan 2 keluarga termasuk
Gambaran tingkat kemandirian keluarga
sebelum dan sesudah intervensi bulan dalam tingkat kemandirian III.
Oktober 2017- April 2018 di Kota Depok
(n=10) Remaja merupakan kelompok berisiko

No Keluarga Kemandirian perilaku seksual karena sudah pernah terpapar


media dengan konten pornografi (Stanhope &
keluarga
Lancaster, 2016). Kondisi perilaku seksual
Sebelu Sesuda
remaja yang mengkhawatirkan memerlukan
m h peran perawat dalam mengatasi hal tersebut
1 Bpk. S (An. W) II IV melalui asuhan keperawatan. Perawat

2 Ibu N (An. A) I IV memberikan asuhan keperawatan kepada


remaja dalam keluarga, termasuk komunitas,
3 Ibu M (An. N) II IV
sekolah, kesehatan publik dan kilnik
4 Ibu K (An. S) II IV
perawatan akut, yang memberi remaja banyak

Puspita Hanggit Lestari - PELAKSANAAN INTERVENSI CAKUPAN INFORMASIKU MELALUI


PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU
SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 11 No 1, Juni 2019/ page 1-66 17

peluang untuk meningkatkan kesehatan dan paparan televise memiliki hubungan


seksual dan reproduksi dan mengurangi dengan perilaku kenakalan remaja (Suwarsi,
tingkat kehamilan yang tidak diinginkan dan 2012). Hal ini sejalan juga dengan penelitian
infeksi menular seksual (Maria, et.al., 2017). Dewi (2012) yang menunjukkan hasil adanya
Penelitian melibatkan keluarga dengan anak hubungan bermakna antara media massa
usia remaja dengan masalah perilaku seksual internet terhadap perilaku seksual remaja.
berisiko. Hasil studi menunjukkan bahwa pada Adanya hambatan berkomunikasi dalam
kategori usia, sebagian responden berusia 13
keluarga membuat berkurangnya kedekatan
tahun (56%). Hal ini sejalan dengan studi
dengan remaja dan tidak tersampaikan
Ybarra, et al., (2015) dalam intervensi IMB
informasi antara orang tua dan remaja.
model melibatkan remaja usia 13-18 tahun.
Komunikasi yang baik antara orang tua dan
Pendekatan asuhan keperawatan keluarga yang
dilaksanakan peneliti diawali dengan proses remaja merupakan bentuk dukungan dan

pengkajian keluarga. Hasil pengkajian keluarga kekuatan remaja dalam menghadapi masalah
terhadap masalah perilaku seksual diketahui yang dihadapi oleh anak remaja dalam
penyebab remaja melakukan perilaku seksual menghadapi perubahan dalam masa pubertas.
adalah pengaruh teman sebaya dan paparan Pola komunikasi dan kekuatan keluarga
media pornografi. Remaja mengikuti teman memiliki hubungan dengan perilaku seksual
sebaya dan tidak mendengarkan nasihat orang berisiko remaja (Nurhayati, 2011).
tua. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi
(2012) bahwa terdapat hubungan bermakana Orang tua mengatakan memperbolehkan

antara pengaruh teman sebaya terhadap perilaku anaknya berpacaran. Pada remaja orangtua
seksual remaja. Remaja berusaha mengadaptasi perlu menyeimbangkan kebebasan yang
diri secara total dalam berbagai hal seperti bertanggung jawab seiring dengan kematangan
model berpakaian, yang sering kali remaja (Friedman, Bowden & Jones, 2010).
mengorbankan individualitas dan tuntutan diri Selain kebebasan yang diberikan remaja perlu
guna memperoleh penerimaan dalam suatu
ditekankan pada pelaksaan tanggung jawab
kelompok (Friedman, Bowden & Jones, 2010).
terhadap dirinya sendiri. Remaja perlu
Penyebab lain perilaku seksual berisiko adalah
mengembangkan sistem etika mereka sendiri
keterpaparan media dengan konten pronografi
berupa tontonan video yang didapat dari teman. berdasarkan nilai-nilai pribadi. Remaja perlu

Pengunaan media internet, media cetak membuat pilihan tentang keinginan, pendidikan
masa depan, dan gaya hidup (Potter, Perry,
Stockert & Hall, 2013). Remaja memerlukan
dukungan dalam pencegahan

Puspita Hanggit Lestari - PELAKSANAAN INTERVENSI CAKUPAN INFORMASIKU MELALUI


PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU
SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 11 No 1, Juni 2019/ page 1-66 18

perilaku seksual berisiko. Perilaku dan gaya kesehatan dari individu, keluarga, komunitas
hidup tidak baik pada keluarga seperti dan masyarakat. Pemberian edukasi dapat
membebaskan anak dalam pergaulan, tidak meningkatkan persepsi terhadap perilaku
adanya kedekatan, perhatian dan kasih sayang seskual berisiko (Bhattacharje & Costigan,
dalam keluarga akan berdampak pada 2005; Paine et al., 2002).
berkembangnya perilaku seksual berisiko
Peningkatan kecakapan hidup merupakan sesi
pada remaja. Gender, usia, kelas sosial, latar
selanjutnya pada intervensi Cakupan
belakang budaya, orientasi seksual, disabilitas
Informasiku. Peningkatan kecapakan hidup
dan nilai merupakan factor mempengaruhi
diberikan agar keluarga dapat memecahkan
keputusan seksual, pengalaman dan kesehatan
masalah bersama terkait masalah perilaku
seksual pada remaja (Omar, 2007).
seksual berisiko dan remaja dapat melakukan
Cakupan Informasiku terdiri dari sesi penolakan ajakan negatif dengan berani
peningkatan kecakapan hidup, pemberian mengatakan tidak pada perilaku seksual
informasi, motivasi dan perilaku. Pemberian berisiko. Latihan kecapakan hidup dapat
informasi dan motivasi pada pencegahan memberikan dampak pada perubahan perilaku
perilaku seksual berisiko dilakukan dengan seksual berisiko remaja. Sejalan dengan
mengedepankan tindakan promosi kesehatan. penelitian Hadjipateras et al., (2006) latihan
Berbagai bentuk dari promosi kesehatan kecapakan hidup berpengaruh terhadap
adalah sebagai berikut diseminasi informasi, peningkatan pengetahuan kesehatan seksual
pengkajian dan penilaian, modifikasi gaya pada berbagai topik termasuk kontrasepsi,
hidup dan penataan lingkungan. Salah satu prevalensi infeksi menular seksual, aktivitas
bentuk dari desiminasi informasi adalah seksual, dan pengetahuan tentang aktivitas
pendidikan kesehatan (Stanhope & Lancaster, seksual di antara teman sebaya.
2016).
Perubahan perilaku dalam pencegahan perilaku
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan seksual berisiko dikemas pada sesi latihan
dalam rangka upaya promotif dan preventif asertif. Latihan asertif diberikan pada keluarga
dengan melakukan penyebaran informasi dan agar keluarga dapat meningkatkan komunikasi
meningkatkan motivasi masyarakat dan yang baik dan efektif pada keluarga sehingga
berprilaku sehat (Stanhope & Lancaster, tercipta dukungan pada remaja untuk
2016). Pendidikan kesehatan umumnya melakukan pencegahan perilaku seksual
bertujuan meningkatkan kesejahteraan, dan berisiko. Komunikasi asertif telah dilaksanakan
mengurangi ketidakmampuan dan merupakan oleh Curtis dan Wodarski (2015) pada remaja
upaya untuk mengaktualisasi potensi usia 12-17 tahun menunjukkan
Puspita Hanggit Lestari - PELAKSANAAN INTERVENSI CAKUPAN INFORMASIKU MELALUI
PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU
SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 11 No 1, Juni 2019/ page 1-66 19

hasil peserta program menunjukkan penurunan Fungsi perawatan keluarga dapat terlaksana
kontak seksual, kontak seksual tanpa kondom, berdasarkan hubungan dekat intim keluarga
dan perilaku berisiko seksual. Hal ini juga dan sikap anggota keluarga yang
sejalan dengan Nasri dan Koentjoro (2015) menghasilkan perhatian penuh, dalam pikiran
yang mendapatkan hasil penelitian wanita dan tindakan terkait dengan kebutuhan
remaja yang mengikuti pelatihan asertivitas perkembangan, kesehatan, dan penyakit
mengalami penurunan perilaku seksual anggota keluarganya (Kaakinen, Duff, Coehlo
pranikah dan peningkatan asertivitas. & Hanson, 2010).

Proses asuhan keperawatan keluarga yang Hasil pelaksanaan intervasi cakupan


terakhir adalah proses evaluasi. Evaluasi informasiku dengan pendekatan asuhan
merupakan proses yang berkelanjutan guna keperawatan keluarga ini menunjukkan
menilai apakah perencanaan yang telah adanya perubahan pengetahuan, sikap dan
disusun efektif dalam menyelesaikan masalah ketrampilan keluarga mengenai pencegahan
keluarga atau memerlukan beberapa perilaku seksual serta terjadi peningkatan
modifikasi (Friedman, Bowden & Jones, tingkat kemandirian keluarga. Intervensi
2003). Evaluasi kemandirian keluarga dinilai Pendekatan asuhan keperawatan keluarga
berdasarkan dilaksanakannya kelima tugas dilaksanakan bertujuan agar keluarga mampu
kesehatan keluarga KEPMENKES RI mandiri melaksanakan fungsi perawatan
NOMOR 279/MENKES/SK/IV/2006 yang kesehatan keluarga. Implementasi
diukur melalui 7 aspek. Hasil evaluasi keperawatan yang diberikan pada klien dan
keluarga berdasarkan tingkat kemandirian keluarga membuat keluarga merubah gaya
keluarga didapatkan delapan keluaga dalam hidupnya menjadi lebih sehat.
kategori empat dan dua keluarga dalam
KESIMPULAN
kategori dua. Dua keluarga belum mampu
Intervensi Cakupan Informasiku dapat
melakukan tindakan promotif secara aktif
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
karena merupakan keluarga dengan single
ketrampilan pencegahan perilaku seksual
family. Orangtua bekerja sejak pagi sampai
berisiko pada keluarga dengan remaja.
sore sehingga jarangya waktu yang ada untuk
Intervensi ini merupakan upaya preventif yang
membina kedekatan dengan remaja.
dapat digunakan perawat dalam memberikan
Fungsi dan peran keluarga belum berlangsung asuhan keperawatan pada remaja di masyarakat.
optimal karena kurangnya waktu kebersamaan Pelaksanaan intervensi Cakupan Informasiku
dan kedekatan antara orang tua dengan remaja. memerlukan dukungan keluarga, sekolah dan
pelayanan kesehatan untuk
Puspita Hanggit Lestari - PELAKSANAAN INTERVENSI CAKUPAN INFORMASIKU MELALUI
PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU
SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 11 No 1, Juni 2019/ page 1-66 20

kesinambungan upaya pencegahan perilaku Puskesmas.


seksual berisiko pada remaja.

SARAN Dewi, A. P. (2012). Hubungan karakteristik


remaja, peran teman sebaya dan
Pemberi layanan kesehatan remaja atau perawat paparan pornografi dengan perilaku
kesehatan masyarakat dapat melakukan promosi seksual remaja di kelurahan pasir
gunung selatan Depok. Tesis. FIKUI
kesehatan reproduksi remaja pada tatanan Depok.
keluarga melalui kunjungan rumah pada
Friedman,M.M., Bowden,V.R., &
keluarga dengan remaja. Hasil praktik ini dapat
Jones,E.G.(2003). Family nursing :
dijadikan acuan bagi pelayanan kesehatan
pada remaja oleh perawat kesehatan research, theory and practice (5th ed.).
masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Englewood Cliffs,NJ:Prentice Hall.

Keluarga (PIS-PK) guna Hadjipateras, A., Akullu, H., Owero, J.,


Dendo M.F., & Nyenga, C. (2006).
meningkatkan kemandirian kesehatan keluarga Joining Hands: Integrating gender
and HIV and AIDS: Report of an
DAFTAR PUSTAKA ACORD Project using Stepping Stones
in Angola, Tanzania, and Uganda.
Bhattacharjee, P., & Costigan, A. (2005). London: ACORD/HASAP.
Stepping Stones review report Harare, Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009).
Zimbabwe. London: Save the Children UK.
Essential of Pediatric Nursing. St.

Cresswell, J.W. (2013). Research design Louis Missoury: Mosby


(pendekatan kualitatif, kuantitatif dan
mixed) edisi revisi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Kaakinen, J.R., Duff, V.G., Coehlo, D.P., &
Hanson, S.M.H. (2010). Family helath
care nursing : theory, practice and
Curtis & Wodarski (2015). The East research, 4th edition. Philadelphia:
F.A Davis Company

Tennessee Assertive Adolescent Kementrian Kesehatan RI. (2012). Survei


Demografi dan Kesehatan Indonesia.
Family Treatment Program: A Three-
diunduh dari
Year Evaluation. Social Work in Public http://kesga.kemkes.go.id/images/pedo
man/SDKI%202012- Indonesia.pdf
Health, 30:225–235, 2015

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Situasi


Depkes. (2010). Pedoman Pelayanan
kesehatan reproduksi Indonesia. Pusat
Kesehatan Peduli Remaja di Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. pada wanita dalam Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan Fakultas

PsikologiUniversitas Muhammadiyah
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Malang ISSN:2301-18267
Indonesia Nomor

Nurhayati. (2012). Hubungan pola komunikasi


279/Menkes/Sk/Iv/2006 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan kekuatan keluarga dengan perilaku
Di Puskesmas
seksual berisiko pada remaja di desa
Maria, D. S. , Guilamo-Ramos, H. V., tridaya sakti. Tesis. FIKUI Depok
Jemmott, L. S., Derouin, A. &
Villarruel, A.(2017). Nurses on the
Front Lines: Improving Adolescent Paine, K., Hart, G., Jawo, M., Jallow, M.,
Sexual and Reproductive Health
Across Health Care Settings: An
evidence-based guide to delivering Morison, L., Walraven, G., et al.
counseling and services to adolescents
and parents. Am JournalNursing. 2017 (2002). Before we were sleeping, now
January ; 117(1): 42–
51.doi:10.1097/01.NAJ.0000511566.12 we are awake: Preliminary evaluation

446.45 of the Stepping Stones sexual health

Mc. Murray. (2013). Community Health and program in the Gambia. African
Journal of AIDS Research, 1(1), 39-50
Wellness: a Sociological approach.

Toronto : Mosby. Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P. and Hall,


Nasri, Deni; Koentjoro. Pelatihan asertivitas
terhadap perilaku seksual pranikah A. (2013). Fundamentals of Nursing.

Puspita Hanggit Lestari - PELAKSANAAN INTERVENSI CAKUPAN INFORMASIKU MELALUI


PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU
SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA
INTISARI
A. JUDUL
Pelaksanaan Intervensi Cakupan Informasiku Melalui Pendekatan Asuhan
Keperawatan Keluarga Sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Seksual Berisiko Pada
Remaja

B. PENELITI
1. Puspita Hanggit Lestari
2. Agus Setiawan
3. Tri Widyastuti

C. LATAR BELAKANG
Pubertas merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang
dialami oleh remaja. Remaja pada masa pubertas mengalami pematangan yang
sangat cepat secara fisik, kognitif, sosial dan emosional, baik pada anak laki-laki
maupun perempuan sebagai persiapan mereka menuju dewasa (Hockenbery &
Wilson, 2013). Remaja yang kurang mampu beradaptasi dengan perubahan fisik dan
hormonal akan memperlihatkan perilaku berisiko yang mengancam kesehatan
(McMuraay, 2013).
Pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja sebaiknya berlangsung dalam
keluarga. Remaja di Indonesia umumnya belum hidup terpisah dari keluarga
sehingga keluarga merupakan bagian terpenting dari kehidupan remaja. Keluarga
merupakan tempat bagi anggota keluarga untuk belajar tentang kesehatan dan
penyakit serta sebagai tempat dalam memberi dan memperoleh perawatan
sepanjang kehidupan semua anggotannya (Kaakinen, Duff, Coehlo & Hanson,
2010). Semakin meningkatnya perilaku seksual remaja membutuhkan peran
keluarga dalam memberikan pemahaman yang tepat dalam mencegah perilaku
seksual remaja.

D. METODE
Studi ini menggunakan metode studi kasus dengan tehnik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dimana sampel diambil sesuai kriteria yang
ditentukan oleh peneliti. Metode studi kasus adalah metode penelitian untuk
menyelidiki suatu aktivitas, program, proses atau sekelompok individu secara fokus
dan mendalam (Cresswell, 2013).
Peneliti mengelola 10 keluarga dengan masalah perilaku seksual berisiko selama 6
bulan. Intervensi Cakupan Informasiku dilaksanakan sebagai intervensi
keperawatan keluarga. Cakupan Informasiku terdiri dari lima sesi intervensi. Setiap
sesi laksanakan selama 60 menit.

E. HASIL PENELITIAN
Hasil analisis dari karakteristik keluarga didapatkan bahwa 4 dari 10 keluarga
dengan remaja merupakan keluarga orang tua tunggal. 7 dari 10 kepala keluarga
memiliki tingkat pendidikan rendah (≤ SMP). 5 dari 10 keluarga bekerja sebagai
asisten rumah tangga. Usia remaja yang terlibat dalam penelitian sebagian
bersar 13 tahun (56%). 10 remaja dari 10 keluarga pernah melakukan kegiatan
perilaku seksual berisiko seperti berciuman, berpelukan, meraba alat kelamin, dan
mengakses konten pornografi.

Hasil evaluasi pelaksanaan intervensi Cakupan Informasiku setelah 6 bulan


didapatkan adanya perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pencegahan
perilaku seksual berisiko. Pengetahuan keluarga meningkat ditandai dengan
perubahan sebelum intervensi keluarga menyatakan khawatir tentang fenoma
perilaku seks bebas dikalangan remaja dan belum mengetahui tentang pubertas dan
cara pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja. setelah diberikan intervensi
Cakupan Informasiku keluarga mengetahui macam aktivitas perilaku seksual
berisiko, faktor penyebab, dampak dan upaya pencegahan.
Peningkatan sikap ditandai adanya perubahan hubungan kedekatan dan komunikasi
antara orang tua dan remaja. Keluarga meningkatkan kontrol dan perhatian pada
pergaulan remaja dengan teman sebaya. Keluarga membatasi waktu bermain remaja
di luar rumah tidak lagi bermain sampai larut malam dan menginap di rumah
temannya.
Peningkatan perilaku ditandai dengan penerapan perilaku asertif dalam keluarga.
Pelaksanaan perilaku asertif menurunkan ketegangan dan konflik antara orang tua
dan remaja. Komunikasi asertif dilaksanakan agar orang tua dapat memahami
masalah yang dialami remaja sehingga mampu memberikan penyelesaian masalah
bersama. Keluarga melaksanakan diskusi nilai dan budaya terkait perilaku seksual
remaja berserta dampaknya terhadap kehidupan remaja di masa depan. Evaluasi
sumatif pada pelaksanaan Cakupan Informasiku dilakukan dengan menilai
perubahan tingkat kemandirian keluarga berdasarkan kriteria tingkat kemandirian
keluarga kementrian kesehatan.
Hasil pelaksanaan intervasi cakupan informasiku dengan pendekatan asuhan
keperawatan keluarga ini menunjukkan adanya perubahan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan keluarga mengenai pencegahan perilaku seksual serta terjadi
peningkatan tingkat kemandirian keluarga. Intervensi Pendekatan asuhan
keperawatan keluarga dilaksanakan bertujuan agar keluarga mampu mandiri
melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga. Implementasi keperawatan
yang diberikan pada klien dan keluarga membuat keluarga merubah gaya hidupnya
menjadi lebih sehat.

Anda mungkin juga menyukai