Siti Qomariah
Siti Qomariah
KEPERAWATAN KELUARGA
DI SUSUN OLEH
NIM : 1701042
Kelas : VI A Keperawatan
1
) Akademi Keperawatan RS Husada, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10730, Indonesia 2)
Departemen Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
puspita.hanggitl@gmail.com
Abstrak
Perilaku seksual berisiko pada remaja dapat berdampak negatif pada kondisi fisik, psikologis, ekonomi dan
sosial remaja. Dukungan keluarga dapat membantu remaja untuk mencegah perilaku seksual berisiko.
Intervensi Cakupan Informasiku (Kecakapan Hidup, Informasi, Motivasi Dan Perilaku) melalui pendekatan
asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan sebagai upaya pencegahan perilaku seksual berisiko pada
remaja. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan pengaruh Pelaksanaan Intervensi
Cakupan Informasiku sebagai bentuk intervensi keperawatan keluarga pada remaja. Desain penelitian ini
adalah studi kasus.. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan melibatkan 10 keuarga yang ditentukan melalui
tehnik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan keluarga mengenai pencegahan perilaku seksual serta terjadi peningkatan tingkat kemandirian
keluarga. Intervensi Cakupan Informasiku dapat dilaksanakan sebagai intervensi keperawatan keluarga
untuk pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja.
Kata Kunci: Perilaku Seksual Berisiko, Remaja, Cakupan Informasiku, Intervensi keperawatan keluarga
Abstract
Sexual risky behavior in adolescents can have a negative impact on the physical, psychological, economic
and social conditions of adolescents. Family support can help teenagers to prevent risky sexual behavior.
Cakupan Informasiku (Life Skills, Information, Motivation and Behavior) through family nursing approach
was implemented to prevent risky sexual behavior in adolescents. This study aims to provide an overview
and influence of the Implementation of Intervention Cakupan Informasiku as a form of family nursing
intervention in adolescents. The design of this study is a case study. The study was conducted for 6 months
involving 10 families determined through purposive sampling technique. The results showed that there was
a change of knowledge, attitudes and skill of family about prevention of sexual behavior as well as
increasing the level of family independence. Cakupan Informasiku can be implemented as a family nursing
intervention for the prevention of risky sexual behavior in adolescents.
kesehatan dan penyakit serta sebagai tempat penurunan kehamilan pada remaja (Jennifer et
dalam memberi dan memperoleh perawatan al, 2008). Perilaku seksual berisiko
disimpulkan dapat dicegah dengan dukungan
sepanjang kehidupan semua anggotannya
dari lingkungan keluarga. Dukungan keluarga
(Kaakinen, Duff, Coehlo & Hanson, 2010). menjadi kekuatan dalam mencegah perilaku
Semakin meningkatnya perilaku seksual seksual berisiko pada remaja.
remaja membutuhkan peran keluarga dalam
Berdasarkan latar belakang tersebut intervensi
memberikan pemahaman yang tepat dalam
Cakupan Informasiku dilaksanakan dengan
mencegah perilaku seksual remaja.
pendekatan asuhan keperawatan keluarga.
Pelibatan keluarga dalam mencegah kejadian
Intervensi Cakupan Informasiku merupakan
perilaku seksual sesuai dengan penerapan
gabungan sesi pada pelaksanaan latihan
Model Family Centered Nursing. Family
Kecakapan hidup dan sesi informasi, motivasi
Centered Nursing dikembangkan oleh Friedman
dan perilaku dilaksanakan untuk melakukan
menjelaskan bahwa keluarga sebagai sistem
intervensi keluarga dalam upaya mencegah
sosial yang merupakan unit dasar di dalam
perilaku seksual berisiko pada remaja.
masyarakat (Friedman, Bowden, & Jones,
2010). Asuhan keperawatan keluarga berfokus METODE PENELITIAN
pada bagaimana keluarga yang memiliki
Studi ini menggunakan metode studi kasus
anggota keluarga yang sakit dapat memenuhi
dengan tehnik pengambilan sampel
tugas kesehatan keluarganya, antara lain
menggunakan purposive sampling dimana
mengenal masalah kesehatan, memberikan
perawatan kepada anggota keluarga, sampel diambil sesuai kriteria yang
menciptakan lingkungan sehat dan ditentukan oleh peneliti. Metode studi kasus
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk adalah metode penelitian untuk menyelidiki
meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. suatu aktivitas, program, proses atau
sekelompok individu secara fokus dan
Dukungan dari dalam keluarga akan lebih
mendalam (Cresswell, 2013).
mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang
jelas dan secara langsung didalam keluarga Peneliti mengelola 10 keluarga dengan
(Friedman, Bowden & Jones, 2010). masalah perilaku seksual berisiko selama 6
Lingkungan keluarga yang harmonis dan bulan. Intervensi Cakupan Informasiku
lingkungan teman sebaya yang positif dilaksanakan sebagai intervensi keperawatan
berhubungan dalam menurunkan tingkat risiko keluarga. Cakupan Informasiku terdiri dari
perilaku seksual remaja. Keterlibatan orang tua lima sesi intervensi. Setiap sesi laksanakan
dalam mendukung pencegahan perilaku seksual selama 60 menit. Aktivitas sesi Cakupan
berisiko berhubungan dengan.
6 Ibu M (An. A) II IV
orang tua dapat memahami masalah yang
7 Bpk S (An. E) I IV
pengkajian keluarga. Hasil pengkajian keluarga kekuatan remaja dalam menghadapi masalah
terhadap masalah perilaku seksual diketahui yang dihadapi oleh anak remaja dalam
penyebab remaja melakukan perilaku seksual menghadapi perubahan dalam masa pubertas.
adalah pengaruh teman sebaya dan paparan Pola komunikasi dan kekuatan keluarga
media pornografi. Remaja mengikuti teman memiliki hubungan dengan perilaku seksual
sebaya dan tidak mendengarkan nasihat orang berisiko remaja (Nurhayati, 2011).
tua. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi
(2012) bahwa terdapat hubungan bermakana Orang tua mengatakan memperbolehkan
antara pengaruh teman sebaya terhadap perilaku anaknya berpacaran. Pada remaja orangtua
seksual remaja. Remaja berusaha mengadaptasi perlu menyeimbangkan kebebasan yang
diri secara total dalam berbagai hal seperti bertanggung jawab seiring dengan kematangan
model berpakaian, yang sering kali remaja (Friedman, Bowden & Jones, 2010).
mengorbankan individualitas dan tuntutan diri Selain kebebasan yang diberikan remaja perlu
guna memperoleh penerimaan dalam suatu
ditekankan pada pelaksaan tanggung jawab
kelompok (Friedman, Bowden & Jones, 2010).
terhadap dirinya sendiri. Remaja perlu
Penyebab lain perilaku seksual berisiko adalah
mengembangkan sistem etika mereka sendiri
keterpaparan media dengan konten pronografi
berupa tontonan video yang didapat dari teman. berdasarkan nilai-nilai pribadi. Remaja perlu
Pengunaan media internet, media cetak membuat pilihan tentang keinginan, pendidikan
masa depan, dan gaya hidup (Potter, Perry,
Stockert & Hall, 2013). Remaja memerlukan
dukungan dalam pencegahan
perilaku seksual berisiko. Perilaku dan gaya kesehatan dari individu, keluarga, komunitas
hidup tidak baik pada keluarga seperti dan masyarakat. Pemberian edukasi dapat
membebaskan anak dalam pergaulan, tidak meningkatkan persepsi terhadap perilaku
adanya kedekatan, perhatian dan kasih sayang seskual berisiko (Bhattacharje & Costigan,
dalam keluarga akan berdampak pada 2005; Paine et al., 2002).
berkembangnya perilaku seksual berisiko
Peningkatan kecakapan hidup merupakan sesi
pada remaja. Gender, usia, kelas sosial, latar
selanjutnya pada intervensi Cakupan
belakang budaya, orientasi seksual, disabilitas
Informasiku. Peningkatan kecapakan hidup
dan nilai merupakan factor mempengaruhi
diberikan agar keluarga dapat memecahkan
keputusan seksual, pengalaman dan kesehatan
masalah bersama terkait masalah perilaku
seksual pada remaja (Omar, 2007).
seksual berisiko dan remaja dapat melakukan
Cakupan Informasiku terdiri dari sesi penolakan ajakan negatif dengan berani
peningkatan kecakapan hidup, pemberian mengatakan tidak pada perilaku seksual
informasi, motivasi dan perilaku. Pemberian berisiko. Latihan kecapakan hidup dapat
informasi dan motivasi pada pencegahan memberikan dampak pada perubahan perilaku
perilaku seksual berisiko dilakukan dengan seksual berisiko remaja. Sejalan dengan
mengedepankan tindakan promosi kesehatan. penelitian Hadjipateras et al., (2006) latihan
Berbagai bentuk dari promosi kesehatan kecapakan hidup berpengaruh terhadap
adalah sebagai berikut diseminasi informasi, peningkatan pengetahuan kesehatan seksual
pengkajian dan penilaian, modifikasi gaya pada berbagai topik termasuk kontrasepsi,
hidup dan penataan lingkungan. Salah satu prevalensi infeksi menular seksual, aktivitas
bentuk dari desiminasi informasi adalah seksual, dan pengetahuan tentang aktivitas
pendidikan kesehatan (Stanhope & Lancaster, seksual di antara teman sebaya.
2016).
Perubahan perilaku dalam pencegahan perilaku
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan seksual berisiko dikemas pada sesi latihan
dalam rangka upaya promotif dan preventif asertif. Latihan asertif diberikan pada keluarga
dengan melakukan penyebaran informasi dan agar keluarga dapat meningkatkan komunikasi
meningkatkan motivasi masyarakat dan yang baik dan efektif pada keluarga sehingga
berprilaku sehat (Stanhope & Lancaster, tercipta dukungan pada remaja untuk
2016). Pendidikan kesehatan umumnya melakukan pencegahan perilaku seksual
bertujuan meningkatkan kesejahteraan, dan berisiko. Komunikasi asertif telah dilaksanakan
mengurangi ketidakmampuan dan merupakan oleh Curtis dan Wodarski (2015) pada remaja
upaya untuk mengaktualisasi potensi usia 12-17 tahun menunjukkan
Puspita Hanggit Lestari - PELAKSANAAN INTERVENSI CAKUPAN INFORMASIKU MELALUI
PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU
SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Vol 11 No 1, Juni 2019/ page 1-66 19
hasil peserta program menunjukkan penurunan Fungsi perawatan keluarga dapat terlaksana
kontak seksual, kontak seksual tanpa kondom, berdasarkan hubungan dekat intim keluarga
dan perilaku berisiko seksual. Hal ini juga dan sikap anggota keluarga yang
sejalan dengan Nasri dan Koentjoro (2015) menghasilkan perhatian penuh, dalam pikiran
yang mendapatkan hasil penelitian wanita dan tindakan terkait dengan kebutuhan
remaja yang mengikuti pelatihan asertivitas perkembangan, kesehatan, dan penyakit
mengalami penurunan perilaku seksual anggota keluarganya (Kaakinen, Duff, Coehlo
pranikah dan peningkatan asertivitas. & Hanson, 2010).
PsikologiUniversitas Muhammadiyah
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Malang ISSN:2301-18267
Indonesia Nomor
Mc. Murray. (2013). Community Health and program in the Gambia. African
Journal of AIDS Research, 1(1), 39-50
Wellness: a Sociological approach.
B. PENELITI
1. Puspita Hanggit Lestari
2. Agus Setiawan
3. Tri Widyastuti
C. LATAR BELAKANG
Pubertas merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang
dialami oleh remaja. Remaja pada masa pubertas mengalami pematangan yang
sangat cepat secara fisik, kognitif, sosial dan emosional, baik pada anak laki-laki
maupun perempuan sebagai persiapan mereka menuju dewasa (Hockenbery &
Wilson, 2013). Remaja yang kurang mampu beradaptasi dengan perubahan fisik dan
hormonal akan memperlihatkan perilaku berisiko yang mengancam kesehatan
(McMuraay, 2013).
Pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja sebaiknya berlangsung dalam
keluarga. Remaja di Indonesia umumnya belum hidup terpisah dari keluarga
sehingga keluarga merupakan bagian terpenting dari kehidupan remaja. Keluarga
merupakan tempat bagi anggota keluarga untuk belajar tentang kesehatan dan
penyakit serta sebagai tempat dalam memberi dan memperoleh perawatan
sepanjang kehidupan semua anggotannya (Kaakinen, Duff, Coehlo & Hanson,
2010). Semakin meningkatnya perilaku seksual remaja membutuhkan peran
keluarga dalam memberikan pemahaman yang tepat dalam mencegah perilaku
seksual remaja.
D. METODE
Studi ini menggunakan metode studi kasus dengan tehnik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dimana sampel diambil sesuai kriteria yang
ditentukan oleh peneliti. Metode studi kasus adalah metode penelitian untuk
menyelidiki suatu aktivitas, program, proses atau sekelompok individu secara fokus
dan mendalam (Cresswell, 2013).
Peneliti mengelola 10 keluarga dengan masalah perilaku seksual berisiko selama 6
bulan. Intervensi Cakupan Informasiku dilaksanakan sebagai intervensi
keperawatan keluarga. Cakupan Informasiku terdiri dari lima sesi intervensi. Setiap
sesi laksanakan selama 60 menit.
E. HASIL PENELITIAN
Hasil analisis dari karakteristik keluarga didapatkan bahwa 4 dari 10 keluarga
dengan remaja merupakan keluarga orang tua tunggal. 7 dari 10 kepala keluarga
memiliki tingkat pendidikan rendah (≤ SMP). 5 dari 10 keluarga bekerja sebagai
asisten rumah tangga. Usia remaja yang terlibat dalam penelitian sebagian
bersar 13 tahun (56%). 10 remaja dari 10 keluarga pernah melakukan kegiatan
perilaku seksual berisiko seperti berciuman, berpelukan, meraba alat kelamin, dan
mengakses konten pornografi.