Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
PNEUMONIA
DI BANGSAL SITI FATIMAH RSIA KLATEN
DISUSUN OLEH :
NIM : 1702073
Dengan ini menyatakan Bahwa Laporan Pendahuluan berjudul “Pneumonia telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
PNEUMONIA
A. Pengertian
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley
et.al., 2011)
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution) (Bennete, 2013).
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli).
(DEPKES. 2009).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh Dahlan. 2009).
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu
infeksi. Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru, dengan beberapa alveoli
terisi cairan dan sel-sel darah.( Said,2009)
Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli
atau parenkim yang sering menyerang pada anak – anak
B. Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti :
Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif
seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang
mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien
yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2011)
1) Pneumonia bakterial
Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia
Jenis yan lain :
- staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus
- Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella
- Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas
- Haemophilus influenzae menyebabkan Haemophilus influenza
2) Pneumonia atipikal
Penyebab paling sering :
Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2015)
antara lain :
1. Status gizi anak
2. Imunisasi tidak lengkap
3. Lingkungan
4. Kondisi sosial ekonomi orang tua
C. Manifestasi Klinis
Pasien dengan bronkopneumoni dapat mengalami demam tinggi dengan peningkata suhu
secara mendadak sampai 40º. Anak sangat gelisah, sesak nafas dan sianosis sekunder hidung
dan mulut, pernafasan cuping hidung merupakan trias gejala yang patognomotik. Kadang-
kadang disertai muntah dan diare, batuk mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Manifestasi yang lain yang sering adalah nyeri dada saat batuk ataupun bernafas, batuk
produktif disertai dahak purulen, sesak nafas, dyspnea sampai terjadi sianosis, penurunan
kesadaran pada keadaan yang buruk atau parah, perubahan suara nafas ralews, ronchi,
wezhing, hipotensi apabila disertai dengan bakterimia atau hipoksia berat, tachipnea serta
nadi cepat.
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan
cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan
mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah
beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif (Bennete, 2013).
Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah retraksi dinding
dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnea; dan pergerakan
pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah
terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae
supraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya, ruang interkostal yang melenting dapat
terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada
bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak
yang lebih tua.
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress pernapasan
dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri
dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan menurunkan
resistensi jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan jalan napas
atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama inspirasi.
2. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama
jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis)
maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang dengan
spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah (tergantung
tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo
osilasi) jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar
(tergantung dari mekanisme terjadinya).
Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum,
napas cuping hidung, sesak napas, merintih dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan
pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada. Tanda Pneuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas, perkusi pekak,
fremitrus melemah. Suara napas melemah, dan ronkhi. (Mansjoer,2010)
Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena paru meradang
secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per
menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit
atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2
bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk
juga disertai kesukaran bernafas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah
ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini
dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala pneumonia sangat berat, dengan
gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.
Menurut Muttaqin (2008) pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya
akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuningan, kehijauan,
kecoklatan atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba – tiba dan berbahaya ).
Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan,
lemas dan nyeri kepala.
Jalan nafas secara normal steril dari benda asing dari area sublaringeal sampai unit
paru paling ujung. Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan beberapa mekanisme:
1. filtrasi partikel dari hidung.
2. pencegahan aspirasi oleh reflek epiglottal.
3. Penyingkiran material yang teraspirasi dengan reflek bersin.
4. Penyergapan dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel siliaris.
5. Pencernaan dan pembunuhan bakteri oleh makrofag.
6. Netralisasi bakteri oleh substansi imunitas lokal.
7. Pengangkutan partikel dari paru oleh drainage limpatik.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan
dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute
hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari
cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak
mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah
atau pleura viseral.
Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun
dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis
right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia.
Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia.
(Bennete, 2013)
Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley et.al., 2011):
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen
bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos
vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara
kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin
( bakteri / virus )
PK : Infeksi
kerusakan epitel
Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2012) dapat dilakukan antara lain :
1. Kajian foto thorak– diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan
status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)
2. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan dengan
oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia, infeksi
dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin– mengesampingkan kemungkinan TB jika anak tidak
berespons terhadap pengobatan
6. Jumlah leukosit– leukositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan
8. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah – spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya seperti virus dan
bakteri
10. Kultur cairan pleura– spesimen cairan dari rongga pleura untuk menetapkan agens
penyebab seperti bakteri dan virus
11. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama dari
pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji diagnostik, secara terapeutik
digunakan untuk menetapkan dan mengangkat benda asing.
12. Biopsi paru– selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan kajian
diagnostik.
Pemeriksaan mikrobiologik
1. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah,
aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
2. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru.
Pemeriksaan imunologis
1. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepa
2. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.
3. Spesimen: darah atau urin.
4. Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex agglutination,
atau latex coagulation.
Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat sekret )
Tahapan fisioterapi
1. INHALASI
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada
pasien langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru). Alat terapi inhalasi
bermacam-macam. Salah satunya yang efektif bagi anak adalah alat terapi dengan
kompresor (jet nebulizer). Cara penggunaannya cukup praktis yaitu anak diminta
menghirup uap yang dikeluarkan nebulizer dengan menggunakan masker. Obat-obatan
yang dimasukkan ke dalam nebulizer bertujuan melegakan pernapasan atau
menghancurkan lendir. Semua penggunaan obat harus selalu dalam pengawasan
dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi lebih efektif ketimbang
obat oral/obat minum seperti tablet atau sirup, karena dengan inhalasi obat langsung
mencapai sasaran. Bila tujuannya untuk mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat
itu akan langsung menuju ke sana.
3. PEMUKULAN/PERKUSI
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada
dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret yang
menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke tenggorok.
Hal ini akan lebih mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.
Caranya:
* Lakukan postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk (dengan posisi
tangan melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit. Menepuk anak cukup dilakukan
dengan menggunakan 3 jari.
* Dalam posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar 3-5 menit.
* Dalam posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian sampingnya. Setelah itu
lakukan vibrasi (memberikan getaran) pada rongga dada dengan menggunakan
tangan (gerakannya seperti mengguncang lembut saat membangunkan anak dari
tidur). Lakukan sekitar 4-5 kali.
4. Observasi tanda vital
5. Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan, misalnya,
pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola napas.
Ciptakan lingkungan yang nyaman
1. Pengkajian
H. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d proses inflamasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan
sekresi, nyeri.
3. Intoleransi aktivitas b.d proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
4. Risiko tinggi infeksi b.d adanya organisme infektif.
5. Nyeri b.d proses inflamasi
6. Cemas b.d kesulitan bernafas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah
sakit).
7. Perubahan proses keluarga b.d penyakit dan atau hospitalisasi anak.
I. Perencanaan
Kriteria hasil:
pernafasan tetap dalam Beri posisi yang nyaman
Mengurangi stres pada
batas normal,
anak dan anak dapat
pernafasan tidak sulit,
beristirahat
anak istirahat dan tidur Posisikan untuk ventilasi yang
Untuk mempertahankan
dengan tenang. maksimum (pertahankan peninggian
terbuka jalan nafas.
kepala sedikitnya 30 derajat)
Periksa posisi anak dengan sering,
Untuk menghindari
untuk memastikan bahwa anak tidak
penekanan diafragma.
merosot.
Hindari pakaian atau gedong yang
Pakaian yang ketat
terlalu ketat.
menghambat
perkembangan nafas.
Tingkatkan istirahat dan tidur dengan
Untuk meningkatkan
penjadualan yang tepat.
keadekuatan oksigen.
Dorong teknik relaksasi.
Relaksasi dapat
mengurangi kecemasan.
Ajarkan pada anak dan keluarga
Pendidikan kesehatan
tentang tindakan yang
dapat meningkatkan
mempermudah upaya pernafasan
pengetahuan tentang
(misal: pemberian posisi yang tepat).
teknik meningkatkan
kepatenan jalan nafas.
2 Klien dapar NOC: Status respirasi: kepatenan NIC: Penghisapan jalan
mempertahankan jalan jalan nafas. napas
nafas paten.
Memungkinkan ekspansi
Kriteria hasil: jalan Posisikan anak pada kesejajaran
paru yang lebih baik dan
nafas tetap bersih, anak tubuh yang tepat.
perbaikan pertukaran gas,
bernafas dengan
serta mencegah aspirasi
mudah, pernafasan
sekresi.
dalam batas normal.
Untuk membersihkan
Hisap sekresi jalan nafas sesuai
jalan nafas akibat
kebutuhan.
hipersekresi.
Sputum yang keluar akan
Bantu anak dalam mengeluarkan
mengurangi efek
sputum.
hambatan jalan nafas.
Ekspektoran obat untuk
Beri ekspektoran sesuai ketentuan.
mengencerkan dahak
sehingga sputum dapat
dikeluarkan.
Fisioterapi dada
Lakukan fisioterapi dada.
membantu mengeluarkan
sputum
Untuk mencegah aspirasi
Puasakan anak.
cairan (pada dengan
takipnea hebat).
Pengurangan nyeri
Berikan penatalaksanaan nyeri yang
mengurangi kebutuhan
tepat.
oksigen.
Bantu anak dalam menahan atau
Untuk memaksimalkan
membebat area insisi atau cedera
efek batuk dan fisioterapi
dada.
3 Klien mempertahankan NOC: Ketahanan NIC: Manejemen
tingkat energi yang energi.
adekuat. Kaji tingkat toleransi anak. Tujuannya agar aktivitas
Bantu anak dalam aktivitas hidup anak sesuai dengan
Kriteria hasil: anak
sehari-hari yang mungkin melebihi kemampuannya.
mentoleransi
toleransi. Agar tidak terjadi
peningkatan aktivitas.
penggunaan energi yang
berlebihan.
Berikan aktivitas pengalihan yang Untuk mencegah anak
sesuai dengan usia, kondisi, dari rasa bosan, dan
kemampuan, dan minat anak. untuk stimulasi tumbuh
kembang.
Beri periode istirahat dan tidur yang Untuk menjaga
sesuai dengan usia dan kondisi. keseimbangan oksigenasi
dan mengurangi
konsumsi oksigen yang
berlebihan.
4 Klien tidak NOC: Kontrol Risiko dan status NIC: Kontrol infeksi
menunjukkan tanda- imun. dan perlindungan
tanda infeksi sekunder. infeksi.
Mencegah terjadi
Kriteria hasil: anak Pertahankan lingkungan aseptik,
potensial komplikasi
menunjukkan bukti dengan menggunakan kateter
infeksi nosokomial.
penurunan gejala penghisap steril dan teknik mencuci
infeksi. tangan yang baik.
Untuk mencegah
Isolasi anak sesuai indikasi.
penyebaran infeksi
nosokomial.
Untuk mencegah atau
Beri antibiotik sesuai ketentuan.
mengatasi infeksi.
Berikan diit bergizi sesuai kesukaan Untuk mendukung
anak dan kemauan untuk pertahanan tubuh alami.
mengkonsumsi nutrisi.
Ajarkan fisioterapi dada yang baik. Membantu mengurangi
sputum yang ada di
dalam dada.
5 Klien tidak mengalami NOC: Level kenyamanan. NIC: Conscious
nyeri atau penurunan sedation.
nyeri/ketidaknyamanan Teknik-teknik seperti
Lakukan strategi nonfarmakologis
sampai tingkat yang relaksasi, nafas dalam,
untuk membantu anak mengatasi
dapat diterima oleh dan distraksi dapat
nyeri.
anak. membuat nyeri dapat
lebih ditoleransi.
Kriteria hasil: anak
Maksudnya agar efek
tidak mengalami nyeri Rencanakan untuk memberikan
puncaknya tepat dengan
atau tingkat nyeri dapat analgesik yang ditentukan sebelum
kejadian nyeri.
diterima dengan baik. prosedur.
Untuk menghindari nyeri
Berikan analgesik dengan rute
tambahan. Hindari injeksi
traumatik yang paling kecil jika
i.m atau i.sc.
mungkin.
Untuk memudahkan
Gunakan strategi yang dikenal anak
pembelajaran anak dan
atau gambarkan beberapa strategi
penggunaan strategi
dan biarkan anak memilih salah
toleransi nyeri.
satunya.
Karena orang tua adalah
Libatkan rang tua dalam pemilihan
orang yang paling
strategi.
mengetahui anaknya.
Dukungan dapat
Beri kehadiran yang sering selama
membantu anak
fase akut penyakit.
mengurangi kecemasan.
Dapat meningkatkan
Beri tindakan kenyamanan yang
kenyamanan anak.
diinginkan anak (misal: mengayun,
membelai, musik).
Berikan objek kedekatan (misak: Objek kedekatan
mainan keluarga, selimut, boneka). memberikan rasa aman
pada anak.
Anjurkan perawatan yang berpusat Khadiran orangtua
pada keluarga dengan peningkatan memberikan rasa aman
kehadiran orangtua dan bila pada anak dan dapat
mungkin, keterlibatan orangtua menurunkan kecemasan
anak.
7 Klien (keluarga) NOC: Fungsi Keluarga NIC: Dukungan
mengalami keluarga, Pembelajaran
pengurangan : Proses penyakit
kecemasan dan
Kenali kekuatiran dan kebutuhan
peningkatan Untuk membuat rencana
orangtua untuk informasi dan
kemampuan untuk pendidikan kesehatan
dukungan.’
melakukan koping. yang tepat bagi orangtua.
J. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4 : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Penerbit IDAI
Dahlan, Zul. 2012. Pneumonia : Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi 2 Jilid 4. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., et al. 2011. The Management of
Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age:
Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the
Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis 53 (7): 617-630