Anda di halaman 1dari 3

MAHASISWA MERANA, KARENA CORONO

KENAPA?

Oleh : Isma Aliyah Rahmawati

Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Sering kali kita mendengar berita tentang merajalelanya virus corona (COVID-
19) di Indonesia khususnya. Pada tahun 2020 ini virus tersebut berhasil menghantui
masyarakat Indonesia dan sekitarnya. Bahkan hanya karena virus corona banyak
kegiatan yang dihentikan, guna mencegah penularan virus corona di kalangan
masyarakat. Hal tersebut terjadi di Jawa Timur tepatnya di Kota Surabaya, banyak CFD
yang telah dihentikan sementara. Tidak hanya itu, tempat-tempat wisata baik umum
maupun religi juga telah ditutup, bahkan perkuliahan tatap muka juga telah dihentikan.
Seperti yang telah diberitakan oleh beritajatim.com – jaringan suara.com, kegiatan Car
Free Day (CFD) yang biasanya berlangsung pada minggu pagi telah ditiadakan
sementara waktu di semua titik kota Pahlawan. Hal ini untuk mencegah penularan virus
corona yang sudah masuk Indonesia dan sekitarnya. Tidak hanya itu, tempat-tempat
wisata yang ada juga untuk sementara waktu telah ditutup, bahkan perkuliahan tatap
muka juga telah dihentikan sementara, dengan alasan untuk mencegah penularan wabah
virus corona yang telah berkeliaran dimana-mana. Contohnya di kampus Universitas
Negeri Surabaya, pada tanggal 14 Maret 2000 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Universitas Negeri Surabaya telah mengadakan rapat koordinasi Penyikapan SE.
Kemendikbud Terkait Antisipasi Penyebaran Corona Virus (COVID-19). Dari hasil
pertemuan tersebut, telah ditetapkan bahwa segala bentuk perkuliahan tatap
muka/offline sementara waktu dihentikan dan digantikan dengan perkuliahan berbasis
online melalui E-Learning/WA/Email dan lain sebagainya, hal tersebut dipaparkan
dalam surat Edaran Rektor mulai hari Seninn 16 Maret 2000 sampai pemberitahuan
selanjutnya.

Menanggapi hasil rapat tersebut, banyak mahasiswa yang mengeluh. “kuliah


offline/tatap muka saja udah ribet, apalagi kuliah berbasis online? Haduh pasti makin
ribet”. Ucap salah satu mahasiswa. Dan diantara mereka ada juga yang membuat histiori
WA yang bertuliskan. “Adanya perhentian kuliah tatap muka, bikin perekonomian
mahasiswa Pulang Pergi (PP) bermasalah”. Katanya, jika tidak ada kegiatan kuliah,
maka mahasiswa yang pulang pergi (PP) tidak akan mendapatkan uang saku, jadi
perekonomiannya menjadi bermasalah. Lucu juga ya, hehe.. Oh iya, tidak hanya itu,
dampak dari adanya kebijakan tersebut juga dirasakan oleh mahasiswa di pedesaan yang
kurang bersahabat dengan jaringan. “Kuliah tatap muka aja sulit dipahami, bagaimana
kalau kuliah offline? Pasti bakal ribet banget dah karena terhalang oleh signal.” Ujar
salah satu mahasiswa. Bagaimaana tidak? Jika setiap hari kuliahnya Online terus,
maka mahasiswa yang berada di kawasan kekurangan jaringan akan semakin diribetkan
dan sulit untuk mengakses proses perkuliahan. Belum lagi kalau servernya eror.. haduh
pasti bakalan ribet banget dah. Kalau saya perhatikan, memang dampak dari adanya
virus corona untuk mahasiswa itu ada yang positif (jika mau mengambil hikmahnya
hehe) dan ada juga yang negatif. Dampak positifnya adalah mahasiswa bisa kuliah
sambil rebahan, kuliah sambi makan, kuliah sambil nonton tv bahkan tanpa mandi dan
berpakaian rapi pun bisa mengikuti perkuliahan hehe. Selain dampak positif ada juga
Dampak negatifnya, yaitu kurang lebih sama dengan apa yang dirasakan oleh
masyarakat sekitar, contohnya kurangnya rasa nyaman jika berada di lingkup orang
banyak, diselimuti rasa takut dan lainnya. Namun bagi mahasiswa, dampak negatif virus
corona tidak hanya itu, karena sebagai mahasiswa pasti ada mata kuliah yang
mengharuskan untuk praktik, presentasi dan lain sebagainya. Jika perkuliahan hanya
berbasis online? Lalu bagaimana caranya mahasiswa bisa lebih leluasa dalam presentasi
dan juga dalam hal praktik? Pasti akan banyak kendala yang didapatkannya. Seperti
yang sudah saya sebutkan di atas. Bahwa tidak semua mahasiswa mempunyai hubungan
baik dengan jaringan. Jadi, jika jaringan sudah memilih tidak bersahabat. Maka proses
perkuliahan berbasis online akan sangat sulit untuk diikuti.

Maka dari itu, saya sebagai mahasiswa sebenarnya kurang setuju jika kebijakan
ini diterapkan disetiap kampus. Karena akan membuat proses belajar mengajar kurang
maksimal dan membuat mahasiwa menjadi merana karena corona. Untuk itu, menurut
saya kuliah dengan bertatap muka masih bisa dilakukan, karena virus corona tidak
melayang di udara, tapi menempel pada benda, sehingga penularannya tidak melalui
udara. Jadi, asalkan kita benar-benar menjaga kebersihan diri, menjaga daya tahan tubuh
kita dengan cara rutin berolahraga, rutin minum air agar tenggorokan tidak kering, cuci
tangan sebelum/sesudah makan dan juga menyiapkan masker atau hand sanitizer untuk
mengantisipasi virus corona. Karena percuma saja jika kuliah tatap muka dihentikan,
akan tetapi teman-teman masih berkeliaran di Mall, di jalan dan tempat ramai lainnya.
Lalu apa bedanya dengan kuliah tatap muka dijalankan? Untuk itu, lebih baik proses
perkuliahan tetap di jalankan sebagaimana mestinya tanpa harus ribet dengan adanya
corona.

Anda mungkin juga menyukai