Memfokuskan Indonesia sebagai studi kasus dari sebuah perkembangan ekonomi yang
relative lambat adalah bahwa kita memiliki pengetahuan yang cukup banyak tentang sejarah
ekonominya. Kendala pada negara berkembang ialah ketiadaan data statistik, Indonesia diberkahi
dengan statistik yang mencakup hamper semua sector perekonomian. Total output dari sebuah
ekonomi adalah fungsi dari sokongan sumber dayanya, tenaga kerja (labor), modal fisik
(physical capital), dan modal sumber daya manusia (human capital), serta produktivitas yang
dengan sokongan-sokongan tersebut digunakan untuk memproduksi sebuah arus barang dan jasa
produk domestic bruto/grass domestic produk (GDP/PDB). Tiga faktor produksi determinan
(proximate determinants) yaitu a ) perluasan modal fisik b) akumulasi modal sumber daya
manusia dan c) pertumbuhan produktivitas. Konsep ini merupakan sebuah analisis yang
langsung dan agak serampangan meski telah mendorong dihasilkannya jumlah literature yang
kaya tentang perhitungan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan akumulasi dan
produktivitas adalah bersifat endogenous (bersumber dari dalam). Tiga penyebab utama
pertumbuhan ekonomi antara lain : Geografi sebagai pokok cerita. Merupakan kunci penentu
iklim, sokongan sumber daya alam, penyakit, biaya transportasi, serta peleburan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berasal dari wilayah-wilayah lebih maju. Komoditas seperti
minyak, intan, dan tembaga adalah sumber daya yang laku dipasaran dan bisa menjadi sumber
pendapatan penting. Geografi adalah penentu penting sejauh nama sebuah negeri menjadi
terintegrasi dengan pasar dunia meskipun tanpa mempertimbangkan kebijakan dagang negeri
bersangkutan. Geografi merupakan satu-satunya factor luar (exogenous) dalam taksonomi
gambar 2.2. factor kedua menekankan pentingnya integrasi dengan ekonomi dunia sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini memungkinkan untuk mengambil keuntungan dari
proses spesialisasi, dan untuk meningkatkan produksi industry domestiknya, berkat pendisiplinan
berbagai efek dari kompetisi impor.
Kajian mendalam negara tertentu (in-ddepth country study) merupakan sebuah cara untuk
mengungkap persoalan endogenitas. Keuntungan study kasus seperti ini adalah bahwa mereka
memungkinkan dihasilkan sebuah deskripsi mendalam (thick descripton) mengenai interaksi
antara geografi, perdagangan, dan kelembagaan.
Sebab-sebab produksi pertumbuhan (Proximate cause of browth) ; sebuah upaya
perhitungan pertumbuhan.
Pendekatan geografi ekonomi baru menganalisis berupa akibat dari ruang terhadap
perkembangan ekonomi pada dua tingkatan. Geografi absolute adalah berkaitan dengan factor-
faktor yang benar-benar eksogenus. Membahas posisi sebuah negara tertentu dibandingkan
dengan negara lain. Pendapatan sebuah negara berkaitan erat dengan aksesnya ke pasar, yaitu
proksimitasnya ke negara berpendapatan tinggi. Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
tahun 1970-an dan 1980-an berjalan relative cepat, ia tidak benar-benar mampu mengatasi
ketertinggalanya selama decade-dekade tertentu. Pada pertengahan abad ke 19 lebih dari 60 %
ekspor mengalir ke negara ibu – adalah agak problematis. Perdagangan sebagian besar tidaklah
dilakukan dengan sukarela tetapi diarahkan oleh negara atau didorong oleh dominasi politik
koloni oleh belanda. Melalui dominasi politik ini memperoleh hak intimewa untuk mengakses
sumber daya koloni, dan pastinya mengarahkan ekspornya ke negeri Belanda. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan secepat perkembangan “akses pasar-nya” sebuah negara bisa dikatakan
cukup berhasil jika berkembang lebih cepat daripada patokan nilai(benchmark) ini, yang
menunjukkan adanya perbaikan dalam kemampuan kompetisi internasionalnya.
Sebab-sebat utama :
1. Keterbukaan
Bahwa keterbukaan terhadap perdagangan akan mempercepat perkembangan ekonomi.
Perdagangan dapat mendorong pertumbuhan dan pada gilirannya pertumbuhan akan
mengurangi kemiskinan. Sejak tahun 1823 hingga sekarang ekspor – impor telah tumbuh
secara berlipat ganda dan saham mereka pun dalam GDP naik dari sekitar 15 persen pada
awal tahun 1820-an menjadi 60persen atau lebih pada decade-dekade terakhir ini. Tahun
1860 ditemukan pola-pola literature. Fase liberalisasi ekonomi jawa benar-benar
menghasilkan terjadinya peningkatan level keterbukaan dan TFP pada periode sekitar
1890 dan 1913. Fase pertumbuhan yang pesat dimulai paru kehdua tahun 1960-an yang
menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara keterbukaan dan produktivitas namun
kedua tren tersebut dihancurkan oleh krisis Asia tahun 1997/1998. Pada tahun 1950-an
dan awal 1960-an perdagangan asing dikontrol secara ketat oleh negara. Pada periode
Demokrasi Terpimpin kebijakan perdagangan hanyalah diintensifkan dengan
memberikan penekanan pada penguasaan pribumi Indonesia atas semua aspek aktivitas
ekonomi. Pergantian rezim tahun 1966/1967 berbagai hambatan muncul. Namun pada
Orba dihapuskan hambatan tersebut. Pajak dikurangi angkanya, tarif menjadi instrument
pokok bagi proteksi impor dan struktur tarif juga disederhanakan.
2. Kelembagaan
Kualitas lembaga semakin rendah biaya transaksi, maka pasar akan semakin menjadi
terintegrasi. Memperkuat poin ini adalah peningkatan jumlah literature yang mengkaji
Eropa di Periode modern awal, China dan India di abad ke – 18 dan ke -19. Fluktuasi ini
merefleksikan tingkat suku bunga, biaya penyimpanan, dan ketidaksempurnaan system
pemasaran secara keseluruhan. Korelasi antara efesiensi institusional dan pertumbuhan
produktivitas ditegaskan dengan apa yang terjadi sesudah munculnya stabilisasi rezim
politik pada tahun 1966/1967 lembaga-lembaga diperbaiki, dan angka TFP mulai
bergerak naik lagi.