BP - S1 Kep - SMT 4 - KMB Ii (2020) PDF
BP - S1 Kep - SMT 4 - KMB Ii (2020) PDF
DISUSUN OLEH
TIM
Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
terselesaikannya buku panduan pembelajaran laboratorium KMB II. Buku panduan
pembelajaran laboratorium ini merupakan salah satu bagian dari buku panduan pembelajaran
laboratorium sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi lulusan S-1 keperawatan.
Buku Panduan ini membahas tentang prinsip – prinsip teoritis dan keterampilan klinis
keperawatan yang berhubungan dengan sistem imunologi, endokrin dan perkemihan. Fokus
mata kuliah ini meliputi pengaturan sistem endokrin di dalam tubuh dan mekanisme
gangguan endokrin, proses pembentukan imunologi dan gangguanya, mekanisme
pembentukan urin dan gangguan-gangguan yang berhubungan dengan sistem perkemihan.
Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berpikir sistematis,
komprehensif, dan kritis dalam mengaplikasikan konsep persarafan, endokrin dan
perkemoihan dengan pendekatan asuhan keperawatan sebagai dasar penyelesaian masalah
melalui beberapa model belajar dengan pendekatan ceramah dan latihan memecahkan
masalah pada gangguan imunologi, endokrin dan perkemihan yang relevan dengan
memperhatikan aspek legal dan etis. Evaluasi belajar mahasiswa dilakukan melalui proses
belajar, ujian tulis dan ujian skill..
Kami berharap buku panduan pembelajaran laboratorium Keperawatan Medikal Bedah
(KMB II) ini dapat dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik- baiknya. Kami
juga merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan buku panduan pembelajaran
laboratorium ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk peningkatan
kualitas buku panduan pembelajaran laboratorium ini sangat kami harapkan. Semoga buku
panduan pembelajaran laboratorium ini dapat mengantarkan mahasiswa mencapai tujuan
sebagai perawat yang professional.
PENDAHULUAN
Menjadi program studi S-1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus yang
unggul, menghasilkan lulusan dengan penguasaan IPTEKS serta berlandaskan nilai - nilai
luhur bangsa dan keislaman untuk kemanfaatan masyarakat di tingkat regional dan nasional
pada tahun 2023.
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Sikap
a. Menghargai orang lain
b. Tanggung jawab Komunikasi terapeutik
c. Kreatif dan inovatif diri
d. Kerja sama
e. Berfikir kritis
KMB II Page 7
f. Pengendalian
2. Ketrampilan
a. Pengambilan Sampel Darah Pemeriksaan Imunologi dan Pembacaan Hasil Laborat
Hitung Jenis Leukosit
b. Latihan Kaki dan PMR Pasien DM
c. Pemberian Injeksi Insulin Konvensional
d. Pemberian Injeksi Insulin Pen
e. Pemberian Insulin Drip
f. Pemberian Insulin Syringe Pump
g. Pemeriksaan Fisik Abdomen
h. Irigasi Lambung
i. Pemeriksaan Vaskuler Kaki Pasien DM
j. Penghitungan Diet dan Penyajian Menu
k. Perawatan Kolostomi
l. Pemasangan Kateter
m. Perawatan Kateter
n. Pelepasan
o. Pemasangan dan Perawatan Kateter Triway untuk irigasi kandung kemih
E. WAKTU
SKS Laborat : 1 sks
1 sks x 170 menit x 14 minggu efektif x 3 Kelas = 7.140 menit
KMB II Page 8
BAB III MATERI PEMBELAJARAN
INSTRUKSIONAL KERJA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2020 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemeriksaan Disetujui
MUHAMMADIYAH GDS oleh:
Revisi Tanggal
IK.PGDS.UNIVERSITASM.L
AB
1. DEFINISI
Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah seseorang.
Macam- macam pemeriksaan gula darah:
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan
a. Glukosa plasma sewaktu ≤ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa ≤ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
Berlaku:
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) ≤ 200 mg/dl
2. TUJUAN
a. Untuk mengetahui kadar gula pada pasien.
b. Mengungkapkan tentang proses penyakit dan pengobatannya mengkaji masalah dan
evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada pasien
3. INDIKASI
Klien yang tidak mengetahui proses penyakitnya
4. PERSIAPAN ALAT
1. Glukometer
2. Kapas Alkohol
3. Hand scone
4. Stik GDA
5. Lanset
6. Bengkok
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Cek identitas dan riwayat pasien di buku status perkembangan pasien
b. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan alat kedekat pasien
6) Cuci tangan
Berlaku:
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
2) Mencuci tangan
3) Memakai handscone
4) Atur posisi pasien senyaman mungkin.
5) Dekatkan alat di samping pasien.
6) Pastikan alat bisa digunakan.
7) Pasang stik GDA pada alat glukometer.
8) Menusukkan lanset di jari tangan pasien.
9) Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik GDA.
10) Meletakkan stik GDA dijari tangan pasien.
11) Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas alkohol.
12) Alat glukometer akan berbunyi dan hasil sudah bisa dibaca.
13) Membereskan dan mencici alat.
14) Mencuci tangan
b. Fase Terminasi
1. Memperhatikan reaksi / respon pasien dan menanyakan perasaan klien setelah
dilakukan tindakan
2. Merapikan alat
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Kontrak waktu dan berpamitan
5. Mencuci tangan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
B. PERSIAPAN PASIEN
Pada tahapan ini pasien diinformasikan mengenai waktu pengambilan darah serta
tatalaksana atau tindakan yang akan dialami berdasarkan jenis pemeriksaan. Adapun jenis
pemeriksaan terdiri dari glukosa darah puasa, glukosa 2 jam post prandial atau glukosa
[Type text] Page 11
jam ke-2 pada tes toleransi glukosa oral.
1. Glukosa Darah Puasa (GDP)
Pasien dipuasakan 8-12 jam sebelum tes. Semua obat dihentikan, bila ada obat yang
harus diberikan ditulis pada formulir tes.
2. Glukosa 2 jam Post Prandial
Dilakukan 2 jam setelah tes glukosa darah puasa (GDP). Pasien 2 jam sebelum tes
dianjurkan makan makanan yang mengandung 100gram karbohidrat.
3. Glukosa jam ke-2 pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Selama 3 hari sebelum tes, pasien dianjurkan makan makanan yang mengandung
karbohidrat, tidak merokok, tidak minum kopi atau alkohol. Puasa 8-12 jam sebelum
tes dilakukan. Tidak boleh olah raga dan minum obat sebelum dan selama tes.
Selama tes boleh baca buku atau kegiatan yang tidak menimbulkan emosi. Awasi
kemungkinan terjadinya hipoglikemi (lemah, gelisah, keringatan dingin, haus dan
lapar).
4) Lakukan tindakan antisepsis dengan kapas dan alkohol 70% ditempat pungsi dan
sekitarnya dengan gerakan melingkar dimulai dari tempat pungsi ke arah luar.
Tusukan jarum dengan sudut 15-30° terhadap permukaan kulit.
5) Lubang menghadap ke atas. Masukan jarum sesuai dengan arah garis vena.
G. LEUKOSIT
Leukosit (sel darah putih) adalah sel heterogen yang memiliki fungsi yang sangat
beragam, walaupun demikian sel – sel ini berasal dari satu sel bakal (stem cell). Leukosit
berwarna bening (translucent), berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap serangan
kuman. Bentuknya lebih besar bila dibandingkan dengan sel darah merah (eritrosit), tetapi
jumlahnya lebih sedikit (lihat Gambar 4) (Sherwood, 2007).
Leukosit dibuat dalam sumsum tulang. Sel ini memiliki sebuah inti yang dapat
membelah menjadi banyak dan protoplasmanya berbulir atau bergranula sehingga disebut
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
d. Dengan meletakkan tumit salah satu kakii di lantai, angkat telapak kaki ke atas.
Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan
diulangi sebanyak 10 kali.
e. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
g. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakkan jari-jari ke depan turunkan
kembali secara bergantian ke kiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.
h. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai.
i. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke-8 , namun gunakan kedua
kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.
j. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakkan
pergelangan kaki ke depan dan ke belakang.
k. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan
pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9 lakukan secara bergantian.
a. Indikasi
1 Manajemen stres dan ansietas dengan menentukan tanda dan gejala ansietas.
2 Manajemen nyeri pada gangguan fisik dengan meningkatkan betha endorpin dan
berfungsi meningkatkan imun seluler
3 Manajemen insomnia dengan menurunkan gelombang alpa otak.
b. Kontra Indikasi
1. Cidera akut atau ketidaknyamanan muskuloskeletal, infeksi, inflamsi, dan penyakit
c. Teknik Pelaksanaan
1. PMR atau relaksasi otot progresif merupakan kontraksi dan relaksasi berbagai
kelompok otot mulai dari kaki atas atau dari kepala kearah bawah
2. Pelaksanaan terapi diberikan 2 kali setiap hari selama 2 hari berturut-turut dan total
pelaksanaan adalah sebanyak 4 kali.
3. Pelaksanaan gerakan PMR terdiri dari 14 gerakan seperti yang dikembangkan
Supriati (2010)
4. Pertemuan pertama terapis melakukan role play terlebih dulu dan bimbingan kepada
reponden/ konseli sampai konseli memahami dan mampu melakukan 14 gerakan
dalam PMR.
5. Setiap gerakan terdiri dari role model, role play, feedback dan transfer training.
Pertemuan kedua sampai keempat, terapais tidak melakukan secara langsung, tetapi
reponden/konseli mengikuti gerakan terapi dengan panduan CD yang sudah disiapkan
oleh terapis.
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Perkenalan diri terapis dengan menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan
h. Tujuan pertemuan : reponden mampu melakukan gerakan PMR yang terdiri dari 14
gerakan dengan bimbingan trapis.
3. Fase Kerja
i. Minta reponden untuk melepaskan kaca mata dan jam tangan, melonggarkan ikat
pinggang dan pakaian yang ketat.
j. Mempersilahkan reponden duduk dan tenang pada posisi berbaring di tempat tidur
pada posisi yang nyaman.
k. Mejelaskan PMR mulai dari pengertian, tujuan dan proses pelaksanaan yang terdiri
dari prosedur umum dan gerakan inti.
l. Meinta reponden untuk mempertahankan mata terbuka selama beberapa menit.
Kemudian secara berlahan menutup mata dan mempertahankannya tetap tertutup.
m. Meminta reponden untuk tarik napas dalam, dalam beberapa kali sebelum memulai
latihan dengan cara nafas dalam secara perlahan-lahan melalui hidung dan hembuskan
keluar melalui mulut 1 kali.
n. Melanjutkan dengan 14 gerakan initi mulai dari otot tangan belakang, otot bisep, otot
bahu, otot dahi, otot mata, otot rahang, otot mulut, otot leher depan, dan belakang,
otot punggung, otot dada, otot perut, otot kaki dan paha.
1. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan gerkan ke-1 yaitu genggam tangan dengan
membuat kepalan selama 5-7 detik, dan rasakan ketegangan yang terjadi kemudian
dilepaskan sleama 10 detik. Melakukan gerakan sebanyak 2 kali
2. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan gerkan ke-2 yaitu menekuk kebelakang
pergelangan tangan sehingga otot-otot ditangan bagian belakang dan bagian bawah
menegang ke langit-langit selama 5 detik, dan dilepaskan sleama 10 detik. Kemudian
ulangi sekali lagi.
3. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan gerkan ke-3 yaitu menggenggam tangan
sehingga menjadi kepalan ke pundak selama 5 detik. Rasakan ketagannya kemudian
lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
Evaluasi
Menanyakan Prasaan reponden setelah melakukan terapi PMR
Memberikan reinnforcment positif kepada reponden.
Mengucapkan salam.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
Berlaku:
1. DEFINISI
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans
kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan
kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan
mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan
glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu
penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati.
Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedang insulin
eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi.
Injeksi sub kutan adalah suatu cara memberikan obat melalui suntikan dibawah
kulit yang dapat dilakukan pada daerah lengan bagian atas sebalah luar atau sepertiga
bagian tengah dari bahu, paha sebelah kuar, daerah dada dan sekitar umbilicus.
3. TUJUAN
Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya dilakukan dengan
perogram pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Pemberian insulin terdapat dua tipelarutan yaitu jernih dan keruh karena adanya
penambahan protein sehingga memperlambat absorbsi obat atau juga termasuk tipe
lambat.
4. INDIKASI
1. Semua penderita DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel
beta tidak ada atau hampir tidak ada.
2. Penderita DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
3. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard
akut atau stroke.
4. DM gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
5. Ketoasidosis diabetik.
6. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
7. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi
kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan
memerlukan insulin eksogen untuk mempertahkan.
KMB II Page 9
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin No. Dokumen:
Konvensional
Berlaku:
5. PERSIAPAN ALAT
1. Sarung tangan
2. Bak instrument kecil
3. Spuit 1 cc
4. Vial insulin
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Kom tutup
8. Kapas alkohol
9. Jarum ganti
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apa bila
menggunakan pakaian, buka pakaian dan singsingkan pakaian tersebut.
KMB II Page 10
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin No. Dokumen:
Konvensional
Berlaku:
2) Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Setelah itu
tempatkan pada bak injeksi
3) Desinfeksikan area penyuntikan dengan kapas alkohol
4) Renggangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
5) Lakukan penusukan dengan lobang jarum menghadap keatas dengan sudut 45° dari
permukaan kulit sesuai dengan ketebalan lemak pasien
6) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikan secara perlahan-lahan obat hingga
habis
7) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol dan sepuit yang sudah dipakai masukan
kedalam bengkok
b. Fase Terminasi
1) Evaluasi
2) Melakukan rencana tindak lanjut dan jelaskan pada keluarga
1) Merapikan pasien
2) Merapikan alat
3) Berpamitan
4) Dokumentasi (catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenia serta
dosis)
KMB II Page 11
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin No. Dokumen:
Konvensional
Berlaku:
KMB II Page 12
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin No. Dokumen:
Konvensional
Berlaku:
KMB II Page 13
INSTRUKSIONAL KERJA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
IK.IIDP. UNIVERSITASM.LAB
Berlaku:
1. DEFINISI
Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes mellitus. Actrapid
Novolet : adalah insulin short acting yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin khusus
yang berisi 3 cc insulin.
2. TUJUAN
Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus
KMB II Page 14
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin Dengan No. Dokumen:
Pen
Berlaku:
3. KONTRA INDIKASI
Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human insulin
4. PERSIAPAN ALAT
1. Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
2. Vial insulin.
3. Kapas + alkohol / alcohol swab.
4. Handscoen bersih.
5. Daftar / formulir obat klien.
6. Bak instrument kecil
7. Perlak + pengalas
8. Bengkok
5. PERSIAPAN PASIEN
a) Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
b) Fase Kerja
1. Memakai handscoen bersih.
2. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan,
inflamasi, atau edema.
3. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat sebelumnya.
KMB II Page 15
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Injeksi Insulin Dengan No. Dokumen:
Pen
Berlaku:
4. Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan kebutuhan.
5. Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.
6. Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan indikator dosis.
7. Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen (bagian cap)
sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga indicator dosis sejajar dengan jumlah dosis
insulin yang akan diberikan kepada klien. Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16,
18 unit (setiap rasa ”klik” yang dirasakan perawat saatb memutar cap Novolet
menandakan 2 unit insulin telah tersedia).
c) Fase Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi hasil tindakan
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan
7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Actrapid Novolet yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2–80C dalam
lemari pendingin (tidak boleh didalam freezer)
2. Actrapid Novolet yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari
pendingin. Actrapid Novolet dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi suhu
ruangan (sampai dengan suhu 250C) selama 4 minggu.
3. Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api, sinar matahari langsung,
dan tidak boleh dibekukan.
4. Jangan menggunakan Actrapid Novolet jika cairan didalamnya tidak berwarna jernih lagi
KMB II Page 16
INSTRUKSIONAL KERJA
INSULIN DRIP
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
Berlaku:
Insulin ada 2 macam yaitu prandial (insulin R) dan basal (insulin N), insulin prandial adalah
insulin yang diberikan untuk mengendalikan glukosa darah akibat makanan/minuman karena
memiliki masa kerja yang singkat. Sedangkan insulin basal adalah insulin yang diberikan pada
malam hari saat pasien akan tidur untuk mengendalikan glukosa darah yang dihasilkan oleh hepar
saat pasien tidur (hepatic glucose production) karena memiliki masa kerja yang panjang. Dosis
untuk memulai insulin basal adalah 0,1 - 0,2 unit/kgBB/hari, asumsi berat 50kg maka dosisnya 10
KMB II Page 17
unit/hari. Prinsip dari penggunaan insulin adalah “Start low, go slow” Karena jika kita memberikan
dosis terlalu tinggi bisa menyebabkan hipoglikemi, dan sangat berbahaya bagi pasien.
Orang yang tidak memiliki penyakit DM dan tidak minum OHO ataupun tidak memakai
insulin tidak bisa hipoglikemi, kecuali jika orang tersebut mengalami gagal hati seperti sirosis,
sehingga hepar tidak lagi adekuat dalam menghasilkan glukosa pada saat orang tersebut tidur
sehingga menyebabkan hipoglikemi. Dalam pemberian insulin basal harus berhati-hati, karena jika
diberikan terlalu banyak dapat menimbulkan efek somogyi yaitu dimana kadar glukosa darah pagi
meningkat akibat dari terlalu besarnya dosis insulin basal yang diberikan sehingga pada malam hari
pasien mengalami hipoglikemi, untuk mengkompensasi hipoglikemi tersebut hepar
meningkatkan hepatic glucose production sehingga pada pagi hari didapatkan kadar glukosa darah
yang tinggi. Cara mengatasinya adalah dengan menurunkan dosis insulin basal.
Untuk menghitung total dosis insulin perhari menggunakan 0,5 unit x KgBB, sebagai
contoh : berat badan 60kg maka dosis insulin perhari adalah 60 x 0,5unit = 30 unit/hari. Untuk dosis
prandial diambil 60% dari dosis total jadi 30Ux 60% = 18 unit, 18 unit tersebut dibagi menjadi 3
dosis yaitu 6 unit untuk makan pagi (06.00), 6 unit untuk makan siang (12.00), dan 6 unit lagi untuk
makan malam (18.00). sedangkan untuk dosis basalnya diberikan 40% dari dosis total jadi 30U x
40% = 12 unit.
Komplikasi dari DM yang sering kita dengar adalah KAD (ketoasidosis Diabetik). KAD
ditandai dengan Glukosa darah ≥ 300mg/dL, aseton positif, dan asidosis metabolik. Penanganan
KAD harus segera dan tidak boleh ditunda, untuk penanganannya dimulai dengan dosis insulin R
KMB II Page 18
drip 5U/jam dan cek GDS tiap 1 jam, apabila dalam 1 jam gula darah tetap ≥ 300mg/dL maka
dinaikan menjadi 6U/jam apabila gula darah tetap ≥ 300mg/dL maka dinaikan menjadi 7U/jam, dan
dicek terus gula darah tiap jam, apabila masih tetap ≥ 300mg/dL naikan jadi 8U, 9U, 10U… dan
seterusnya setiap jam nya sampai gula darah mencapai 200mg/dL-300mg/dL, jangan takut untuk
menambahkan dosis insulin tiap jamnya, karena insulin tidak mempunyai limit dose yang artinya
dosis insulin bisa sampai sebesar apapun untuk mencapai gula darah yang stabil. Apabila gula darah
sudah turun mencapai 200mg/dL-300mg/dL maka dosis insulin dapat diturunkan menjadi 1U-
2U/jam + SS/4 jam dan dalam 24 jam ke 2 SS/6 jam, bila GDS ≤ 200mg/dL makan drip dapat
dihentikan, namun apabila GDS ≤ 100mg/dL maka infuse diganti dengan D5%.
KMB II Page 19
nya menjadi 25U/hari. dosis total tersebut dibagi menjadi 2 dosis namun untuk memudahkan
pembagian dosis nya maka total dosis dibulatkan menjadi 24U/hari... Jadi 2/3 dosis yaitu 16U
digunakan pada pagi hari (06.00), dan 1/3 dosis yaitu 8U dipakai untuk sore hari (18.00).
KMB II Page 20
INSTRUKSIONAL KERJA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
Berlaku:
A. PENGERTIAN
Suatu alat yang digunakan untuk memasukkan obat, cairan, darah dengan mengatur
masuk tiap menitnya/persatuan waktu tertentu secara teratur dengan menggunakan spuit ukuran
tertentu.
KMB II Page 21
Syringe Pump adalah alat khusus yang dapat menjalankan fungsi infus dimana cairan
obat tersebut diberikan secara terus menerus dengan kecepatan pergerakan yang sangat lamban
dikarenakan obat yang diberikan terlalu pekat dan tingkat keakurasiannya dan ketelitiannya
sangat diperlukan.
Sistem ini dapat menjalankan fungsi infus dimana cairan obat tersebut diberikan secara
terus menerus dengan kecepatan pergerakan yang sangat lamban dikarenakan obat yang
diberikan terlalu pekat dan tingkat keakurasiannya dan ketelitiannya sangat diperlukan. Dan
dapat digunakan secara otomatis sesuai kebutuhan.
B. TUJUAN
Alat yang digunakan untuk memasukkan obat/cairan secara terus menerus dengan
menggunakan spuit ukuran tertentu, membantu meringankan pasien yang menggunakan alat ini,
alat ini dapat berjalan secara otomatis dan dapat disesuaikan dengan keinginan
C. KEBIJAKAN
D. PERSIAPAN ALAT
Steril
a. Cairan fisiologis (NaCL 0,9%, Dextrose 5%) 100ml, 500ml/ 1000ml.
b. Spuit Syringe pump (biasanya 50 ml) sesuai ukuran dan merk (B’Braun/ terumo).
c. Syringe pump machine / infusion pump machine.
d. Three way Stopcock 2 buah.
e. Connector tube (precursor) 2 buah.
KMB II Page 22
f. Obat-obatan sesuai kebutuhan (Dopamin, Dobutamin, Norepinephrin, cedocard, dll).
g. Cateter vena (abocath, venflon) ukuran 18 G, 20 G
h. Povidon iodine 10%.
i. Alkohol 70%.
j. Kapas.
k. Kasa dalam tromol
l. Handschoon/ gloves
Nonsteril
a. Catatan monitoring obat.
b. Adhesive/ plester.
c. Gunting Plester.
d. Bengkok/ neerbeken.
e. Standard infuse.
f. Scort (grown).
g. Kertas label
E. PROSEDUR KERJA
1. Beritahukan program terapi kepada klien/ keluarga
2. Siapkan klien
3. Hitung dosis obat dan pengencerannya secara tepat sesuai program terapi dokter
4. Pasang IV line sesuai dengan protap pemasangan infuse)
5. Pasang syringe pump machine pada standard infuse dengan kuat
6. Hisap cairan fisiologis (NaCL 0,9%, Dextrose 5%) sesuai kebutuhan ke dalam syringe 50 ml
B’Braun/ terumo.
7. Hisap obat yang dibutuhkan (sesuai program terapi dokter) ke dalam syringe 50 ml B’Braun/
terumo yang telah berisi cairan fisiologis. Umumnya jumlah obat dan pelarut yang tercampur
sama dengan 50 ml (tergantung permintaan dokter), usahakan obat tercampur rata
8. Buang sisa udara dari dalam syringe secara hati-hati, upayakan tidak ada obat yang terbuang
9. Hubungkan Syringe B’Braun/ terumo dengan connector tube dan isi connector tube dengan
larutan obat dalam syringe pump
KMB II Page 23
10. Tempatkan Syringe B’Braun/ terumo pada Syringe pump machine
11. Pasang kabel listrik pada Syringe pump machine dan hubungkan dengan sumber arus listrik
AC. Tekan tombol “on/ off”
12. Hubungkan connector tube dengan salah satu ujung three-way stopcock secara tepat
13. Hubungkan dua ujung yang lain dari three-way stopcock masing-masing dengan cateter vena
(jarum infuse) dan infuse set yang telah terpasang pada vena klien
14. Putar katub pada three-way stopcock sesuai kebutuhan (pengaturan pemberian obat dan
cairan)
15. Tekan tombol program rate pada Syringe pump machine sesuai hasil perhitungan dosis obat
(satuan ml/jam atau ml/hour)
16. Tekan tombol Run/start dan perhatikan sinyal lampu “run” pada Syringe pump machine
17. Dokumentasikan pemberian obat pada lembaran observasi obat: nama, obat, dosis obat, cara
pemberian, rate/ laju obat dalam syringe pump, tanggal, dan pemberian obat
18. Observasi efek obat dan reaksi klinis pasien selama pemberian obat
19. Jika obat mendekati habis atau habis maka alarm akan berbunyi, maka tekan tombol alarm
dan tekan tombol “stop”
20. Tutup jalur dari syringe pump dengan memutar katub three-way stopcock, lepaskan dari
Connector tube
21. Lepaskan syringe dari syringe pump machine dan isi dengan cairan fisiologis sebanyak 20-30
ml (jumlah obat dan pelarut umumnya 50 ml). buang sisa udara dalam syringe
22. Pasang kembali Connector tube dan tempatkan syringe yang telah berisi cairan fisiologis
pada Syringe pump machine
23. Buka kembali jalur Syringe pump dengan memutar katub threeway stopcock
24. Cek ulang program rate/ laju pada syringe pump machine kemudian tekan tombol start/run
25. Jika cairan dalam syringe habis maka alarm akan berbunyi, maka tekan tombol alarm dan
matikan syringe pump dengan menekan tombol “on/off”.
26. Tutup jalur dari syringe pump dengan memutar katub three-way stopcock. Lepaskan dari
connector tube, bersihkan dan bereskan peralatan (kembalikan pada tempatnya).
27. Perawat cuci tangan.
KMB II Page 24
ACTRAVID (BIOSYNTHETIC HUMAN INSULIN) PEMBERIAN VIA SYRINGE PUMP
Sediaan Insulin :
- 100iu/ml
- 40iu/ml
Jadi:
• 2 iu/ml
• 4 iu/ml
• 6 iu/ml
• dst
Jadi:
• 0,4 iu/ml
• 1,6 iu/2ml
• 2,2 iu/ 3ml
• dst
KMB II Page 25
INSTRUKSIONAL KERJA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
13
prinsipnya sama dengan tekanan darah yang merupakan hasil perkalian antara curah
jantung dengan tahan perifer. Sehingga pada pasien diabetes melitus yang mengalami
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, apabila tahanan darah perifer dan curah
jantungnya meningkat maka akan terjadi peningkatan tekanan darah juga. Ankle brachial
index (ABI) dikatakan normal apabila tekanan darah kaki sebanding dengan tekanan darah
brachial. ABI normal merupakan indikator bahwa aliran darah ke perifer termasuk kaki
efektif.
Pemeriksaan non invasif ini digunakan untuk menskrining pasien yang mengalami
insufisiensi arteri untuk mengetahui status sirkulasi ekstremitas bawah dan resiko luka
vaskuler serta mengidentifikasi tindakan lebih lanjut. Pemeriksaan ini dianjurkan pada
pasien DM tipe II terutama yang memiliki faktor resiko seperti, merokok, obesitas, dan
tingginya kadar trigliserida dalam darah berdasarkan hasil laboratorium (Bryant & Nix,
2006).
Menurut Trina Parkin (2008), pengukuran ankle brachial index (ABI) dilakukan untuk
penilaian yang holistik dalam beberapa keadaan antara lain:
a. Sebagai bagian dan pengkajian menyeluruh pada ulserasi kaki.
b. Kekambuhan dan ulserasi kaki.
c. Sebelum dimulainya atau permulaan dan tetapi kompresi (penekanan).
d. Warna atau temperatur kaki berubah.
e. Bagian dan pengkajian yang terus menerus (kontinyu).
f. Pengkajian dan penyakit vaskuler perifer.
g. Untuk monitor perkembangan dan penyakit.
14
a. Usia
Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat seiring bertambahnya usia.
Namun pada pasien diabetes melitus tipe II dengan onset terjadi di atas umur 30 tahun,
sering kali diantara usia 40-60 tahun, mengalami gangguan tekanan darah oleh karena
resistensi insulin. Makin bertambah usia, insulin pada perempuan meningkat sedangkan
pada laki-laki menurun. Resistensi insulin menyebabkan gangguan metabolisme lemak
yaitu dislipidemia, yang mempercepat proses aterosklerosis dan berdampak terganggunya
aliran darah dan tekanan darah (Price & Wilson, 2006).
b. Jenis kelamin
Secara keseluruhan risiko aterosklerosis koroner lebih besar pada laki-laki dari pada
perempuan. Perempuan agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini sampai usia setelah
menopause, tetapi pada pada kedua jenis kelamin pada usia 60-70an frekuensi menjadi
setara (Price & Wilson, 2006). Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dan
tekanan darah pada anak laki-laki ataupun perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung
memiliki bacaan tekanan darah lebih tinggi. Setelah menopause, perempuan cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pria pada usia tersebut (Potter & Perry,
2005).
15
b. Pasang manset tekanan darah sekitar lengan atas pasien
c. Pasang gel ultrasonik.
d. Dengarkan doppler, dan kembangkan atau pompa manset sampai suara doppler tidak
muncul.
e. Dengan perlahan kempiskan manset sampai suara doppler terdengar. Ini merupakan
tekanan brachial sistolik.
f. Peroleh tekanan brachial pada kedua lengan. Untuk menghitung indexnya, gunakan
tekanan yang lebih tinggi.
g. Untuk tekanan pada pergelangan kaki (ankle), pasang manset pada ekstremitas
bawah di atas pergelangan kaki atau mata kaki.
h. Pasang gel ultrasonik pada dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior.
i. Dengarkan doppler dan kembangkan manset sampai suara doppler tidak terdengar.
j. Dengan perlahan-lahan kempiskan manset sampai suara doppler terdengar.
Bunyi ini merupakan tekanan pergelangan kaki atau ankle
k. Kalkulasikan ABI sesuai rumus berikut :
ABI = Sistolik Kaki/ Sistolik Lengan
Menurut Bryant and Nix (2006), interpretasi nilai ABI disajikan pada tabel 1.
Tabel 1
Interpretasi Nilai Ankle Brachial Index (ABI)
16
INSTRUKSIONAL KERJA
PEMASANGAN NGT
IK.PNGT UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH KLINIK
KUDUS
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
IK.PTTV.STIKESM.LAB
UNIVERSITAS .KLINIK
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan NGT No. Dokumen:
Berlaku:
1. DEFINISI
Serangkaian tindakan invasive dengan memasukkan selang karet melalui
hidung dan sampai ke lambung klien.
2. TUJUAN
▪ Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
▪ Obat dan prosedur diagnostik
17
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan NGT No. Dokumen:
Berlaku:
3. INDIKASI
a. Diagnosis : Drainase isi lambung untuk bahan pemeriksaan laboratorium
atau sampling, Pemberian agen diagnostik seperti kontras media radiologi.
b. Terapi : Pemberian nutrisi yang adekuat atau obat-obatan pada pasien yang
tidak mampu mengkonsumsi secara oral. Indikasi pemasangan NGT untuk nutrisi
adalah :
1) Ketidakmampuan untuk memasukkan makanan melalui rute oral.
Contoh:
pasien tidak sadar, kanker lidah, anoreksia nervosa, trauma dan luka bakar
pada wajah.
2) Saluran cerna bagian atas tidak mampu menyalurkan makanan ke usus
halus.
Contoh: karsinoma esofagus dan tumor
esofagus.
3) Gangguan pencernaan atau malabsorbsi yang membutuhkan asupan
makanan terus menerus. Contoh: insufisiensi pankreas atau empedu,
fibrosis kistik, penyakit radang usus dan diare berkepanjangan.
4) Gastric lavage dengan pemasangan NGT dan suction pada pasien
perdarahan gastrointestinal yang masif bermanfaat untuk mengurangi
gejala dan memfasilitasi visualisasi endoskopi untuk melihat
gambaran mukosa lambung dan duodenum.
5) Dekompresi lambung dengan pemasangan NGT dan suction berguna
untuk mengeluarkam sekresi saluran cerna dan udara yang tertelan pada
pasien pasien dengan obstruksi pada usus halus atau gastric outlet,
serta mengurangi keluhan pada pasien pankreatitis dan ileus.
KMB II Page 18
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan NGT No. Dokumen:
Berlaku:
4. KONTRAINDIKASI
Ada dua kontraindikasi pemasangan NGT antara lain, kontraindikasi absolute
seperti sumbatan jalan napas, riwayat konsumsi bahan alkali, riwayat konsumsi
hidrokarbon, fraktur wajah dengan Cribriform plate injury, luka penetrasi di leher
diverkulum Zenker, atresia koana, striktur esofagus. Serta kontraindikasi relative
seperti koagulopati berat, setelah operasi orofaringeal, operasi hidung maupun
operasi lambung, demensia.
5. PERSIAPAN ALAT
a. Perlak pengalas
b. Handscoon
c. selang NGT
d. Jelly
e. Plester
f. Gunting plester
g. Stetoskop
h. Kom besar dan tutup
i. Spuit 10 cc
j. Bantal
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5) Menempatkan alat kedekat pasien
6) Mencuci tangan
KMB II Page 19
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan NGT No. Dokumen:
Berlaku:
7. INSTRUKSIONAL KERJA
b. Fase Kerja
1) Menjaga privacy klien
2) Memberikan posisi semi fowler
3) Memasang perlak pengalas pada dada klien
4) Mendekatkan alat ke dekat klien
5) Memakai sarung tangan
6) Mengukur panjang selang NGT dari puncak lubang hidung ke daun telinga
dan ke prosessus xifoideus dengan memperhatikan kesterilan selang
7) Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10 – 20 cm
8) Instruksikan pada pasien bahwa selang akan dimasukan dan menyuruh
pasien untuk mengatur posisi ekstensi
9) Masukkan selang dengan pelan-pelan, jika sudah sampai epiglottis suruh
pasien untuk menelan dan posisikan kepala pasien fleksi.
10) Jika sudah masuk cek apakah selang benar-benar masuk lambung atau
pernafasan dengan memasukkan angin sekitar 5-10 cc dengan spuit
Kemudian dengarkan dengan stetoskop, bila ada suara angin berarti sudah
benar masuk lambung atau memasukan pangkal selang NGT ke dalam kom
yang berisi air, jika tidak terdapat gelembung udara berarti selang masuk
ke lambung
11) Lakukan aspirasi dengan menggunakan spuit
12) Klem selang NGT untuk menghindari udara masuk
13) Kemudian fiksasi dengan plester pada hidung
c. Fase Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Berpamitan dan mencuci tangan
KMB II Page 20
INSTRUKSIONAL KERJA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
UNIVERSITAS IK.PTTV.STIKESM.LAB
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4
MUHAMMADIYAH .KLINIK
Disetujui oleh: Pemberian Makan Melalui NGT No. Dokumen:
Berlaku:
1. DEFINISI
Serangkaian tindakan pemberian nutrisi dan cairan melalui selang NGT
2. TUJUAN
▪ Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
▪ Memberikan obat kepada klien
KMB II Page 21
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Makan Melalui NGT No. Dokumen:
Berlaku:
3. INDIKASI
1) Diagnosis : Drainase isi lambung untuk bahan pemeriksaan laboratorium atau
sampling, Pemberian agen diagnostik seperti kontras media radiologi
2) Terapi : Pemberian nutrisi yang adekuat atau obat-obatan pada pasien yang
tidak mampu mengkonsumsi secara oral.Indikasi pemasangan NGT untuk
nutrisi adalah
▪ Ketidakmampuan untuk memasukkan makanan melalui rute oral. Contoh:
pasien tidak sadar, kanker lidah, anoreksia nervosa, trauma dan luka
bakar pada wajah.
▪ Saluran cerna bagian atas tidak mampu menyalurkan makanan ke usus
halus. Contoh: karsinoma esofagus dan tumor esofagus.
▪ Gangguan pencernaan atau malabsorbsi yang membutuhkan asupan
makanan terus menerus. Contoh: insufisiensi pankreas atau empedu,
fibrosis kistik, penyakit radang usus dan diare berkepanjangan.
▪ Gastric lavage dengan pemasangan NGT dan suction pada pasien
perdarahan gastrointestinal yang masif bermanfaat untuk mengurangi
gejala dan memfasilitasi visualisasi endoskopi untuk melihat gambaran
mukosa lambung dan duodenum.
▪ Dekompresi lambung dengan pemasangan NGT dan suction berguna
untuk mengeluarkam sekresi saluran cerna dan udara yang tertelan pada
pasien pasien dengan obstruksi pada usus halus atau gastric outlet, serta
mengurangi keluhan pada pasien pankreatitis dan ileus.
4. KONTRAINDIKASI
Ada dua kontraindikasi pemasangan NGT antara lain, kontraindikasi absolute seperti
sumbatan jalan napas, riwayat konsumsi bahan alkali, riwayat konsumsi
hidrokarbon, fraktur wajah dengan Cribriform plate injury, luka penetrasi di leher,
diverkulum Zenker
KMB II Page 22
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Makan Melalui NGT No. Dokumen:
Berlaku:
atresia koana, striktur esofagus. Serta kontraindikasi relative seperti koagulopati berat,
setelah operasi orofaringeal, operasi hidung maupun operasi lambung, demensia.
5. PERSIAPAN ALAT
▪ Perlak pengalas
▪ Handscoon
▪ selang NGT
▪ Plester
▪ Gunting plester
▪ Nutrisi / makanan cair
▪ Air hangat dalam gelas
▪ Stetoskop
▪ Kom besar dan tutup
▪ Spuit 50 cc
▪ Bantal
6. PERSIAPAN PASIEN
d. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama klien
2) Memberi penjelasan tentangtujuan tindakan
3) Memberi penjelasan tentang prosedur tindakan
4) Meminta persetujuan klien untuk dilakukannya tindakan dan
menjelaskan kerjasama yang diharapkan.
5) Mencuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Menjaga privacy klien
2) Memberikan posisi semi fowler
3) Memasang perlak pengalas pada dada klien
KMB II Page 23
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Makan Melalui NGT No. Dokumen:
Berlaku:
KMB II Page 24
INSTRUKSIONAL KERJA
PELEPASAN NGT
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
IK.PTTV.STIKESM.LAB
.KLINIK
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pelepasan NGT No. Dokumen:
Berlaku:
1. DEFINISI
Serangkai tindakan pelepasan selang NGT dari hidung dan lambung pasien
2. TUJUAN
▪ Pasien terbebas dari pemberian makan melalui selang.
3. INDIKASI
1) Diagnosis : Drainase isi lambung untuk bahan pemeriksaan laboratorium atau
sampling, Pemberian agen diagnostik seperti kontras media radiologi
2) Terapi : Pemberian nutrisi yang adekuat atau obat-obatan pada pasien yang
tidak mampu mengkonsumsi secara oral. Indikasi pemasangan NGT untuk
nutrisiadalah:
KMB II Page 25
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pelepasan NGT No. Dokumen:
Berlaku:
KMB II Page 26
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pelepasan NGT No. Dokumen:
Berlaku:
5. PERSIAPAN ALAT
▪ Perlak pengalas
▪ Handscoon
▪ selang NGT
▪ Plester
▪ Gunting plester
▪ Nutrisi / makanan cair
▪ Air hangat dalam gelas
▪ Stetoskop
▪ Kom besar dan tutup
▪ Spuit 50 cc
▪ Bantal
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama klien
2) Memberi penjelasan tentangtujuan tindakan
3) Memberi penjelasan tentang prosedur tindakan
4) Meminta persetujuan klien untuk dilakukannya tindakan dan
menjelaskan kerjasama yang diharapkan.
5) Mencuci tangan
b. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Menjaga privacy klien
2) Memberikan posisi semi fowler
3) Memasang perlak pengalas pada dada klien
4) Mendekatkan alat ke dekat klien
5) Memakai sarung tangan
6) Lepaskan plester dari batang hidung dan peniti dari pakaian
KMB II Page 27
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pelepasan NGT No. Dokumen:
Berlaku:
7) Dekatkan tisu wajah, beritahu klien untuk mengambil nafas panjang dan
menahannya
8) Tarik selang perlahan saat klien menahan nafas (jangan tarik terlalu pelan
atauterlalu cepat)
9) Buang selang, rapikan alat kemudian cuci tangan
b. Fase Terminasi
1) Merapikan alat dan pasien
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan
KMB II Page 28
INSTRUKSIONAL KERJA
IRIGASI LAMBUNG
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
Berlaku:
1. DEFINISI
Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan
suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya..
2. TUJUAN
a. Untuk mengambil contoh racun dari dalam tubuh,
b. Menguras isi lambung sampai bersih.
c. Untuk mengetes benar tidaknya tube dimasukkan ke lambung.
KMB II Page 29
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Irigasi Lambung No. Dokumen:
Berlaku:
3. INDIKASI
a. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam
b. Overdosis obat/narkotik
c. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan atas.
d. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut.
e. Dekompresi lambung
f. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi
4. KONTRAINDIKASI
Pada pasien yang mengalami cedera/injuri pada system pencernaan bagian atas,
menelan racun yang bersifat keras/korosif pada kulit, daln mengalami cedera pada jalan
nafasnya, serta mengalami perforasi pada saluran cerna bagian atas.
5. PERSIAPAN ALAT
a. Cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %
b. Kom besar
c. Manekin yang sudah terpasang NGT lengkap dengan penguncinya (spuit 5 cc)
d. Spuit 10 cc untuk memasukkan cairan
e. Perlak dan pengalas
f. Bengkok
g. Sarung tangan
h. Klem
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam
2) Perkenalan
3) Menyampaikan tujuan
4) Menyampaikan prosedur
5) Menanyakan kesediaan pasien
KMB II Page 30
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Irigasi Lambung No. Dokumen:
Berlaku:
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Cuci tangan
2) Jaga privasi klien
3) Menggunakan sarung tangan
4) Meletakkan perlak atau pengalas diatas dada pasien
5) Mengecek posisi selang NGT dan melakukan aspirasi dengan spuit
6) Ambil NaCl 30 cc dengan menggunakan spuit
7) Klem selang NGT kemudian masukkan spuit kedalam ujung NGT.
8) Buka klem, masukkan cairan kedalam lambung pelan tapi pasti
9) Aspirasi kembali cairan yang dimasukkan tadi sesuai dengan jumlah yang
dimasukkan dan buang kedalam bengkok
10) Ulangi prosedur no 6 – 9 secara berulang-ulang (Jika tujuannya untuk membersihkan
lambung)
11) Lepaskan spuit, tutup kembali ujung NGT dengan spuit atau penguncinya
12) merapikan klien
13) Melepas sarung tangan
14) Cuci tangan
b. Fase Terminasi
1) Mengevaluasi tindakan yang baru saja dilakukan
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Merapikan dan kembalikan alat
4) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
KOMPLIKASI
1. Aspirasi
2. Bradikardi
KMB II Page 31
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Irigasi Lambung No. Dokumen:
Berlaku:
3. Hiponatremiaselama
4. Epistaksis
5. Spasme laring
6. Hipoksia dan hiperkapnia
7. Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran percernaan atas
8. Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit
9. Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi
10. Pengertian
11. Selang NGT diirigasi untuk mempertahankan patensi. Bila ujung distal selang terletak
menempel dinding lambung atau bila selang menjadi tersumbat oleh sekret, harus
diirigasi. Obstruksi selang dapat mengakibatkan distensi abdomen dan kemungkinan
muntah. Irigasi selang NG secara rutin dipesankan bila dipesankan penghisapan gaster
intermiten.
KMB II Page 32
INSTRUKSIONAL KERJA
HUKNAH GLISERIN/ENEMA
IK.HG UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT
MUHAMMADIYAH
KUDUS
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
Berlaku:
1. DEFINISI
Huknah gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan melalui anus ke dalam kolon
sigmoid menggunakan spuit gliserin.
2. TUJUAN
a) Menyiapkan klien untuk menjalani prosedur pemeriksaan.
b) Merangsang buang air besar.
c) Melunakkan feses.
3. INDIKASI
a) Pada penderita obstipasi.
KMB II Page 33
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: HUKNAH GLISERIN/ENEMA No. Dokumen:
Berlaku:
4. KONTRAINDIKASI
a) Abortus imminens.
b) Kanker rektum.
c) Tipus abdominalis
5. PERSIAPAN ALAT
a) Selimut mandi.
b) Perlak pengalas.
c) Spuit gliserin.
d) Bengkok.
e) Gliserin dalam mangkuk yang direndam air panas.
f) Sarung tangan 2 buah.
g) Mangkuk.
h) Pispot.
i) Sampiran.
j) Kertas tisu.
k) Waslap 2 buah.
l) Baskom 2 buah berisi air hangat.
m) Handuk.
n) Sabun.
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Orientasi
1) Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
KMB II Page 34
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: HUKNAH GLISERIN/ENEMA No. Dokumen:
Berlaku:
KMB II Page 35
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: HUKNAH GLISERIN/ENEMA No. Dokumen:
Berlaku:
a. Dalam pelaksanaan harus diperhatikan kontra indikasi pemberian gliserin spuit seperti
pasien dengan sakit jantung, perdarahan, kontraksi yang kuat, pembukaan lengkap.
b. Bila pada saat pemberian gliserin spuit ada hambatan, jangan dipaksakan.
c. Dapat dilakukan pada pasien obstipasi, sebelum partus kala I fase laten atau persiapan
operasi.
KMB II Page 36
INSTRUKSIONAL KERJA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
/.Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
1) DEFINISI
Diet adalah awal dari usaha untuk mengendalikan diabetes. Mengikuti diet rendah
gula seumur hidup adalah sesuai dengan anjuran dokter atau ahli gizi. kelebihan berat
badan, turunkan berat badan Anda secara bertahap melalui cara yang benar.
Kunci diet diabetes adalah memilih karbohidrat yang aman. Semua karbohidrat
halus (misalnya gula tepung halus, roti manis, biskuit, permen, sirop dan minuman
ringan) harus dihindari dan diganti dengan makanan lengkap (yaitu buah, sayuran,
kacang, biji, dan makanan lainnya yang belum diproses) yang efektif untuk memperbaiki
resistensi.
KMB II Page 37
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penghitungan Diet dan Penyajian No. Dokumen:
Menu DM
Berlaku:
2) TUJUAN
Sesuai dengan tujuan umum terapi gizi adalah membantu diabetetisi memperbaiki kebiasaan
hidup dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik.
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :
1) Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan asupan
makanan dengan insulin (endogen atau eksogen) atau obat hipoglikemik oral dan tingkat
aktifitas.
2) Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3) Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang
memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada
anak dan remaja, untuk meningkatkan kebutuhan metabolik selama kehamilan dan
laktasi penyembuhan dari penyakit katabolik. Berat badan memadai diartikan sebagai
berat badan yang dianggap dapat dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek maupun
jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh petugas kesehatan.
4) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek, masalah yang
berhubungan dengan kelainan jasmani dan komplikasi kronik diabetes seperti : penyakit
ginjal, neuropati automik, hipertensi dan penyakit jantung
5) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal
3) INDIKASI
Untuk pasien Diabetes millitus
4) PERSIAPAN ALAT
1) Menu Lauk (Ikan, Tahu, Tempe, DLL)
2) Buah
3) Sayur
4) Alat makan (piring, Gelas, Sendok, Mangkok)
KMB II Page 38
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penghitungan Diet dan Penyajian No. Dokumen:
Menu DM
Berlaku:
KMB II Page 39
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penghitungan Diet dan Penyajian No. Dokumen:
Menu DM
Berlaku:
KMB II Page 40
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penghitungan Diet dan Penyajian No. Dokumen:
Menu DM
Berlaku:
b. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang yang
tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari berbagai
sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr/1000 kalori/ hari
dengan mengutamakan serat larut air.
c. Protein
Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan protein
untuk diabetisi 15%-20% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg
berat badan perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada
orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologic tinggi. Sumber protein yang baik
adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan dan tahu-tempe.
d. Total lemak
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi. lemak jenuh < 7% kebutuhan
energi dan lemak tidak jenuh ganda <10% kebutuhan energi, sedangkan selebihnya dari
lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih
dari 300 mg perhari.
Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet disiplin
diet dislipidemia. Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol adalah
untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
e. Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak
lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur, sedangkan bagi yang
menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari atau
sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur,
vetsin dan soda.
KMB II Page 41
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penghitungan Diet dan Penyajian No. Dokumen:
Menu DM
Berlaku:
f. Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-25%
dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang
dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal
yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada
beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya komplikasi
dan berat badan.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi :
· BBI = 90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg
Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm , rumus modifikasi
menjadi: BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg
BB Normal : bila BB ideal ± 10%
KMB II Page 42
INSTRUKSIONAL KERJA
PERAWATAN COLOSTOMI
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
IK.PC. UNIVERSITASM.LAB
Berlaku:
1. DEFINISI
Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon
dengan permukaan kulit pada dinding perut.
Colostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada
dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan
yang disebut STOMA.
KMB II Page 43
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Colostomi No. Dokumen:
Berlaku:
Perawatan Colostomy adalah membersihkan stoma, kulit sekitar stoma, dan mengganti
balutan kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
2. TUJUAN
b. Meningkatkan kebersihan klien
c. mencegah terjadinya infksi
d. mencegah iritasi pada kulit sekitar stoma
e. mempertahankan kenyamanan kulit dan lingkungan sekitar stoma
3. INDIKASI
a. Pasien Atresia ani
b. Mega colone
c. Ca Rekti
d. Ca kolone
4. KONTRAINDIKASI
a. Baru menjalani pembedahan jahitan belum pulih
b. Penyakit menetap di dalam kolon
c. Fasilitas kebersihan tidak adekua
5. PERSIAPAN ALAT
a. Kantong kolostomi
b. Satu set ganti balutan (bak instrument sedang, pinset anatomis, pinset cirrurgis, kom kecil
dan gunting)
c. Kapas
d. Kassa steril
e. Larutan nacl
f. Zink salep/zink oil
g. Betadin
h. Plester
i. Sepasang sarung tangan dan bengkok
KMB II Page 44
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Colostomi No. Dokumen:
Berlaku:
KMB II Page 45
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Colostomi No. Dokumen:
Berlaku:
KMB II Page 46
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Colostomi No. Dokumen:
Berlaku:
i. Berbagi hal / keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika pasien sudah dirawat
dirumah / home care).
j. Berobat / kontrol ke dokter secara teratur.
k. Makanan yang tinggi serat
KMB II Page 47
INSTRUKSIONAL KERJA
PEMASANGAN KATETER
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
IK.PTTV.STIKESM.LAB
UNIVERSITAS .KLINIK
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
1. DEFINISI
a. Kateter adalah pipa untuk memasukan atau mengeluarkan cairan.kateter
terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, wofen, silk, dan
silikon. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk
menampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh
sepasang ureter dari sepasang ginjal.
b. Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukannya kateter melalui uretra ke
dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
KMB II Page 48
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
2. TUJUAN
Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih, pengumpulan spesimen
urine, mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih,
mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan.
3. INDIKASI
a. Diagnostik (secepatnya di lepas)
b. Mengambil sampel urine untuk kultur urine
c. Mengukur residu urine
d. Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi
e. Urodinamik
f. Monitor produksi urine atau balance cairan
g. Terapi (di lepas setelah tujuan di capai)
h. Retensi urine
i. Self intermitten kateterisasi (CIC)
j. Memasukan obat-obatan
4. KOMPLIKASI
a. Komplikasi Pemasangan Kateter Antara Lain ; Bacterial Shock, Striktur Uretra,
Rupture Uretra, Perforasi Buli-Buli, Perdarahan, Balon Pecah Atau Tidak Bias
Dikempeskan
b. Komplikasi Operasi : Pneumo Atau Hematothoraks, Thrombosis Vena, Cedera
Arteri Atau Saraf, Fistula Arteriovena, Chylothoraks, Infeksi, Emboli Udara
Morbiditas (Morbiditas 0-15%)
5. JENIS – JENIS KATETER
1. Bentuk
a. Straight : lurus tanpa ada cabang
Contoh : Robinson kateter
KMB II Page 49
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
• Nelaton kateter
b. Coude catheter : kateter dengan ujung lengkung dan ramping
Contoh :
• Kateter Tiemann
c. Self retaining kateter : dipakai menetap
Contoh:
• Molecot kateter
• Foleey kateter
KMB II Page 50
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
4. Jumlah percabangan
• Cabang 2
• Cabang 3
Ukuran kateter
Urin Bag
6. PERSIAPAN ALAT
a. Baki, alas baki dan penutup
b. Bak instrumen steril berisi :
1. Selang kateter
2. Kassa
3. Hand scoen steril
4. Kom kecil
KMB II Page 51
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
e. Gunting plester
f. Plester
g. Urin bag
h. Pelumas/jelly
i. Bengkok 2 buah
j. Spuit 10 cc
k. Aquabidest/kom kecil berisi air
l. Perlak pengalas
m. Selimut mandi
7. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan prosedur tindakan
4) Menanyakan kesiapan pasien
8. INSTRUKSIONAL KERJA
❖ PEMASANGAN KATETER PADA LAKI-LAKI
d. Fase Kerja
a. Cuci tangan
b. Memasang sampiran/ menjaga privacy
c. Mengganti selimut tidur dengan selimut mandi
d. Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal recumbent
e. Melepaskan pakaian bawah
f. Memasang perlak dan pengalas
g. Memakai sarung tangan
h. Memberi pelumas pada ujung kateter
KMB II Page 52
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 6 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
KMB II Page 53
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 7 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
KMB II Page 54
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 8 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
KMB II Page 55
INSTRUKSIONAL KERJA
PERAWATAN KATETER
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 2
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
1. DEFINISI
Melakukan tindakan perawatan pada daerah genetal yang terpasang kateter
2. TUJUAN
a. Mencegah infeksi
b. Memberikan rasa nyaman
3. PERSIAPAN ALAT
a. Bak instrument steril
b. Sarung tangan steril
c. Kapas
d. NaCl
e. Perlak dan pengalas
KMB II Page 56
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 2
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
f. Bengkok
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan prosedur tindakan
4) Menanyakan kesiapan pasien
5. INSTRUKSIONAL KERJA
b. Fase Kerja
1) Menutup sampiran/menjaga privacy
2) Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent dan melepaskan
pakaian bawah pasien
3) Memasang perlak, pengalas
4) Memakai sarung tangan
5) Membersihkan genetalia dengankapas yang sudah dibasahi NaCl
6) Memastikan posisi kateter terpasang dengan benar (menarik dengan
hati-hati, kateter tetap tertahan)
7) Melepas pengalas dan sarung tangan
8) Merapikan pasien
c. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi hasil tindakan
2. Merapikan alat
3. Berpamitan
4. Cuci tangan
KMB II Page 57
INSTRUKSIONAL KERJA
PELEPASAN KATETER
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
IK.PTTV.STIKESM.LAB
UNIVERSITAS .KLINIK
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 2
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pelepasan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
1. DEFINISI
Melepas drainage urine pada pasien yang dipasang kateter
2. TUJUAN
Melepas kateter agar pasien BAK normal tanpa menggunakan kateter
3. PERSIAPAN ALAT
a. Bak instrument sedang
b. Sarung tangan
c. Pinset cirurgis
d. Spuit 10 cc
e. Kom tutup berisi kapas alcohol
f. Bengkok
KMB II Page 58
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 2
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pelepasan Kateter No. Dokumen:
Berlaku:
g. Lidi kapas
h. Perlak dan pengalas.
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan prosedur tindakan
4. Menanyakan kesiapan pasien
5. INSTRUKSIONAL KERJA
b. Fase Kerja
1. Memasang perlak dan pengalas dibawah bokong pasien
2. Meletakkan bengkok di dekat pasien/ diatas perlak dan pengalas
3. Memakai sarung tangan
4. Membuka plester dengan kapas alkohol memakai pinset cirurgis
5. Membersihkan bekas plester dengan kapas alkohol
6. Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit
7. Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk tarik nafas panjang, kemudian
letakkan kateter pada bengkok
8. Olesi area preputium (meatus uretra) dengan betadin
9. Membereskan alat
10. Melepaskan sarung tangan
c. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi hasil tindakan
2. Merapikan alat
3. Berpamitan
4. Cuci tanga
KMB II Page 59
INSTRUKSIONAL KERJA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
IK.PPK3W. UNIVERSITASM.LAB
Berlaku:
1) DEFINISI
Irigasi kateter adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan kateter
urine menetap dengan larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau
sedimen dapat terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih serta
menyebabkan urine tetap berada di tempatnya. Ada dua metode tambahan untuk irigasi
kateter, yaitu : Irigasi kandung kemih secara tertutup. Sistem ini memungkinkan seringnya
irigasi kontinu tanpa gangguan pada sistem kateter steril. Sistem ini paling sering digunakan
KMB II Page 60
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Dan Perawatan Kateter No. Dokumen:
Triway Untuk Irigasi Kandung Kemih
Berlaku:
pada klien yang menjalani bedah genitourinaria dan yang kateternya berisiko mengalami
penyumbatan oleh fragmen lendir dan bekuan darah.
Dengan membuka sistem drainase tertutup untuk menginstilasi irigasi kandung
kemih. Teknik ini menimbulkan resiko lebih besar untuk terjadinya infeksi. Namun,
demikian kateter ini diperlukan saat kateter kateter tersumbat dan kateter tidak ingin diganti
(mis ; setelah pembedahan prostat).
Dokter dapat memprogramkan irigasi kandung kemih untuk klien yang
mengalami infeksi kandung kemih, yang larutannya terdiri dari antiseptik atau
antibiotik untuk membersihkan kandung kemih atau mengobati infeksi lokal. Kedua
irigasi tersebut menerapkan teknik asepsis steril (Potter & Perry, 2005).
Dengan demikian Irigasi kandung kemih adalah proses pencucian kandung kemih
dengan aliran cairan yang telah di programkan oleh dokter.
2) TUJUAN
1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine
2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urine, misalnya oleh darah dan pus
3. Untuk membersihkan kandung kemih
4. Untuk mengobati infeksi local
3) PERSIAPAN ALAT
1. Larutan iritasi steril,sesuaikan suhu dalam kantung dengan suhu ruangan
2. Kateter Foley (3 saluran)
3. Slang irigasi dengan klem (dengan atau konektor-Y)
4. Sarung tangan sekali paka
5. Tiang penggantung IV
6. Kapas antiseptik
7. Wadah metrik
8. Konektor-Y
9. Selimut mandi (opsional)
KMB II Page 61
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Dan Perawatan Kateter No. Dokumen:
Triway Untuk Irigasi Kandung Kemih
Berlaku:
5) PERSIAPAN PASIEN
a. Fase Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menempatkan alat kedekat pasien
6. Mencuci tangan
6) INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Kaji abdomen bagian bawah untuk melihat adanya distensi
2. Atur posisi klien , misal dorsal recumbent untuk wanita bila mampu, jika tidak posisi
supine
3. Pasang alas dibawah kateter
4. Keluarkan urin dari urin bag ke dalam wadah
5. Dengan menggunakan teknik aseptic (disenfeksi ujung botol dengan kapas
alkohol)masukan ujung selang irigasi ke dalam larutan Irigasi (botol NaCl)
6. Tutup klem pada selang dan gantung larutan irigasi pada tiang infus
7. Buka klem dan biarkan larutan mengalir melalui selang, pertahankan ujung selang
tetap steril,tutup klem
8. Disinfeksi porta irigasi pada kateter berlumen tiga dan sambungkan ke selang irigasi
9. Pastikan kantung drainase dan selang terhubung kuat ke pintu masuk drainase pada
kateter berlumen tiga
10. Kateter tertutup continues intermitten : buka klem irigasi dan biarkan cairan yang di
programkan mengalir memasuki kandung kemih (100 ml adalah jumlah yang normal
pada orang dewasa), tutup selang irigasi selama 20-30 menit dan kemudia buka klem
selang drainase
KMB II Page 62
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemasangan Dan Perawatan Kateter No. Dokumen:
Triway Untuk Irigasi Kandung Kemih
Berlaku:
11. Kateter tertutup continues : hitung kecepatan tetesan larutan irigasi (slow rate 10-20
tetes/menit, fast rate 20-40 rate/menit) dan periksa volume drainase di dalam kantung
drainase. pastikan bahwa selang drainase paten dan hindari lekukan selang
12. Buka sarung tangan dan atur posisi nyaman klien
13. Bereskan semua perlatan dan cuci tangan
b. Fase Terminasi
1) Merapikan alat
2) Melakukan evaluasi hasil tindakan
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan
KMB II Page 63
INSTRUKSIONAL KERJA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Kemoterapi No. Dokumen:
Berlaku:
A. DEFINISI
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang
bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Banyak obat
yang digunakan dalam Kemoterapi. Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel
kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan
kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
KMB II Page 64
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Kemoterapi No. Dokumen:
Berlaku:
C. MANFAAT KEMOTERAPI
Manfaat Kemoterapi antara lain adalah sebagai berikut:
8. Pengobatan
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis Kemoterapi
atau beberapa jenis Kemoterapi.
9. Kontrol
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan Kanker agar tidak
bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.
10. Mengurangi Gejala
Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti meringankan rasa
sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran Kanker pada daerah
yang diserang.
KMB II Page 65
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Kemoterapi No. Dokumen:
Berlaku:
E. JENIS KEMOTERAPI
1. Kemoterapi tunggal : hanya diberikan satu macam obat
2. Kemoterapi kombinasi : Diberikan lebih dari satu macam obat secara bersamaan
F. BENTUK SEDIAAN
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah kulit,
rongga tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul).
Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari. Keuntungan
kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan di rumah.
Dalam bentuk suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang praktek dokter, rumah sakit,
klinik, bahkan di rumah.
Dalam bentuk infus. Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di rumah (oleh paramedis
yang terlatih).
KMB II Page 66
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Kemoterapi No. Dokumen:
Berlaku:
G. DOSIS
Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB). Sedangkan LPB dihitung dengan table
berdasarkan tinggi badan dan berat badan.
Apabila tubuh pasien makin kurus selama pemberian kemoterapi seri I dan II maka untuk
pemberian seri selanjutnya harus diukur lagi LPB-nya, mis: BB = 56 kg, TB = 150 cm, LPT
= 1,5m2. Dosis obat X : 50 mg/m2, berarti penderita harus mendapat obat 50 x 1,5 mg = 75
mg.
H. PRINSIP KERJA OBAT KEMOTERAPI (SITOSTATIKA) TERHADAP KANKER
ATAU FARMAKODINAMIKA
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama
terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut
berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini
disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat prolifersainya maka kepekaannya
semakin rendah , hal ini disebut Kemoresisten.
Pada inti sel, pada waktu sel membelah (mitosis). Makin cepat sel bermitosis, makin
sensitive terhadap kemoterapi.
CELL CYCLE PHASE SPECIFIC, yaitu obat yang bekerja pada sel yang berkembang aktif,
jadi harus diberikan secara kontinyu.
CELL CYCLE PHASE NON SPECIFIC, yaitu obat yang bekerja pada sel yang berkembang
maupun yang istirahat, jadi dapat diberikan secara single bolus.
I. POLA PEMBERIAN KEMOTERAPI
1) Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker,
contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada
keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan
penyelamatan.
KMB II Page 67
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Kemoterapi No. Dokumen:
Berlaku:
2) Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau radiasi,
tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase
kecil yang ada (micro metastasis).
3) Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada kanker yang
bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya
bedah atau radiasi.
4) Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti pembedahan atau
penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk
mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil
guna.
J. INDIKASI
Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi :
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan kemoterapi
perlu pertimbangan sbb :
1. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status
penampilan <= 2
2. Jumlah lekosit >=3000/ml
3. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )
6. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).
7. Elektrolit dalam batas normal.
KMB II Page 68
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 6 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Kemoterapi No. Dokumen:
Berlaku:
8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia diatas 70
tahun.
Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status ) Status penampilan ini mengambil
indikator kemampuan pasien, dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya.
KMB II Page 69
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 7 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Obat Kemoterapi No. Dokumen:
Berlaku:
4. Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®, Natulan®,
Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.
5. Subkutan dan intramuskular
Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase,
hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah
jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
6. Topikal
7. Intra arterial
8. Intracavity
9. Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak pada kanker
ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan
kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau
untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya
Bleocin.
KMB II Page 70
INSTRUKSIONAL KERJA
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: No. Dokumen:
Berlaku:
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat terlihat dan teraba
pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat teraba di daerah tertentu, misalnya
kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan saecum teraba
lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan
normal tidak teraba. Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah
suprapubik.
1. INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dinding
abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun pada orang
tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan (penyakit
ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya), striae (gravidarum/ cushing
syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada
hipertensi portal).
Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali, kista ovarii,
hidronefrosis).
Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau tumor apa.
Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dinding abdomen
dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran pulsasi di
daerah epigastrium dan umbilical.
Perhatikan juga gerakan pasien:
Pasien sering merubah posisi adanya obstruksi usus.
Pasien sering menghindari gerakan iritasi peritoneum generalisata.
Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi
peritonitis.
Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri
pankreatitis parah.
2. AUSKULTASI
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising pembuluh darah.
Dilakukan selama 2-3 menit.
Mendengarkan suara peristaltic usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh bagian
abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usus.
Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit (borborigmi). Bila obstruksi
makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic lebih tinggi seperti dentingan
keeping uang logam (metallic- sound).
Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampai hilang.
Mendengarkan suara pembuluh darah.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma
aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising vena
(venous hum) di daerah epigastrium.
3. PALPASI
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan untuk
menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak melakukan penekanan
yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang dikeluhkan
nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk menekuk
lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan menekan daerah muskulus rectus,
minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus relaksasi, maka itu adalah spasme
volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, itu adalah spasme sejati.
Palpasi bimanual; palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan kiri berada di
bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian depan dinding abdomen.
Palpasi hati; dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan atas. Dilakukan
palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasien
diminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan
berapa sentimeter di bawah lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus.
Sebaiknya digambar.
Anatomic Location of Organs by Quadrant
RIGHT UPPER QUADRANT (RUQ ) LEFT UPPER QUADRANT (LUQ)
Liver Gallbladder Duodenum Stomach Spleen
Head of pancreas Right kidney and adrenal Left lobe of liver Body of pancreas
Hepatic flexure of colon Left kidney and adrenal Splenic flexure of colon
Part of ascending and transverse colon Part of transverse and descending colon
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 1 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Tehnik Mengatasi Nyeri (Distraksi , No. Dokumen:
Relaksasi Dan Massage)
Berlaku:
A. DISTRAKSI
1. PENGERTIAN
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian
klien pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami klien.
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap
nyeri. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori aktivasi retikuler, yaitu
menghambat stimulus nyeri ketika seseorang menerima masukan sensori yang cukup
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 2 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Tehnik Mengatasi Nyeri (Distraksi , No. Dokumen:
Relaksasi Dan Massage)
Berlaku:
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 3 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Tehnik Mengatasi Nyeri (Distraksi , No. Dokumen:
Relaksasi Dan Massage)
Berlaku:
2) Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangannya dan saat itu perawat tidak
perlu bicara.
3) Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah atau tidak nyaman, perawat
harus menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien telah siap.
4) Catat hal – hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk digunakan pada
latihan selanjutnya dengan menggunakan informasi spesifik yang diberikan
klien dan tidak membuat perubahan pernyataan klien.
B. RELAKSASI
1. PENGERTIAN
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang
mengalami nyeri. Kondisi rileks dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,
kecemasan sehingga mencegah stimulus nyeri. Relaksasi otot rangka dipercaya dapat
menurunkan nyeri denganmerelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri.
Teknikrelaksasi mungkin perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasilyang
normal.
2. TUJUAN TEKNIK RELAKSASI
a. Menurunkan kecemasan /stress
b. Menurunkan nyeri
c. Membantu melupakan nyeri yang dirasakan
d. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
e. Meningkatkan rasa nyaman
3. TIGA HAL YANG DIBUTUHKAN DALAM TEHNIK RELAKSASI
a. Posisi klien yang tepat
b. Pikiran beristirahat
c. Lingkungan yang tenang
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 4 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Tehnik Mengatasi Nyeri (Distraksi , No. Dokumen:
Relaksasi Dan Massage) Berlaku:
4. PROSEDUR PELAKSANAAN
Langkah-langkah relaksasi pernapasan menurut Stewart (1976: 959), yaitu sebagai
berikut :
a. Jelaskan prosedur tindakan pada klien
b. Atur posisi klien agar klien rileks
c. Menjaga lingkungan yang nyaman dan tenang.
d. Instruksikan pada klien untuk menarik nafas dalam-dalam.
e. Instruksikan pada klien secara perlahan-lahan untuk menghembuskan udara dan
rasakan tubuh menjadi kendor.
f. Meminta pasien untuk memfokuskan pada pikiran pasien pada kedua kaki untuk
direleksasikan, kendorkan seluruh otot-otot kaki, perintahkan pasien untuk
merasakan relaksasi pada kedua kaki pasien.
g. Meminta pasien untuk memindahkan pikirannya pada kedua tangan pasien,
kendorkan otot-otot kedua tangan, perintahkan pasien untuk merasakan relaksasi
pada kedua tangan klien.
h. Memindahkan fokus pikiran pasien pada bagian tubuhnya, meminta pasien untuk
merelaksasikan otot-otot tubuh pasien mulai dari otot pinggang sampai keotot bahu,
meminta pasien untuk merasakan relaksasi otot-otot tubuh pasien.
i. Meminta pasien untuk senyum agar otot – otot muka menjadi rileks.
j. Instruksikan klien untuk mengulangi prosedur diatas dengan memusatkan perhatian
pada bagian tubuh lain.
k. Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pada masuknya udara lewat jalan
nafas.
l. Setelah merasa relaks, bernafaslah secara perlahan. Jika nyeri bertambah, gunakan
pernafasan dangkal dengan frekuensi yang lebih cepat.
m. Menganjurkan pada pasien untuk melakukan relaksasi bila pasien merasakan nyeri.
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 5 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Tehnik Mengatasi Nyeri (Distraksi , No. Dokumen:
Relaksasi Dan Massage)
Berlaku:
Ketua
C PEMIJATAN (MASASE )
1. DEFINISI
Menurutkan dan pemijatan yang menstimulasi sirkulasi darah serta metabolise
dalam jaringan
2. TUJUAN
a. Mengurangi ketegangan otot
b. Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis
c. Mengkaji kondisi fisik
d. Meningkatkan sirkulasi/peredaran darah pada area yang dimasase
3. PERSIAPAN ALAT
a. Lotion / minyak hangat
b. Handuk
4. PROSEDUR KERJA
a. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam dan menyapa nama pasien
2. Memperkanalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Kontrak waktu
6. Menanyakan kesiapan pasien
b. Tahap Kerja
1) Mendekatkan alat dan bahan
2) Mencuci tangan
3) Menutup sampiran
4) Atur pasien dalam posisi prone. Bila tidak bisa,dapat diatur dengan
posisi miring.
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 6 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Tehnik Mengatasi Nyeri (Distraksi , No. Dokumen:
Relaksasi Dan Massage)
Berlaku:
5) Letakkan sebuah bantal kecil dibawah perut pasien untuk menjaga posisi
yang tepat
6) Tuangkan sedikit lotion ke tangan (tangan perarwat). Usap kedua tangan
sehingga lotion akan rata pada permukaan tangan
7) Lakukan masase pada punggung. Masase dilakukan dengan
menggunakan jari-jari dan telapak tangan, dan tekanan yang
halus.gunakan lotion sesuai kebutuhan
8) Metode masase :
a. Selang seling tangan. Masase punggung dengan tekanan pendek,
cepat, bergantian tangan.
b. Remasan. Usap otot bahu dengan setiap tangan anda yang dikerjakan
secara bersamaan
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 7 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Tehnik Mengatasi Nyeri (Distraksi , No. Dokumen:
Relaksasi Dan Massage)
Berlaku:
c. Gesekan. Masase punggung dengan ibu jari, dengan gerakan
memutar sepanjang tulung punggung dari sakru ke bahu.
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 7 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Tehnik Mengatasi Nyeri (Distraksi , No. Dokumen:
Relaksasi Dan Massage)
Berlaku:
d. Eflurasi. Masase punggung dengan kedua tangan, dengan
menggunakan tekanan lebih halus dengan gerakan ke atas untuk
membantu aliran balik vena.
UNIVERSITAS
Instruksional Kerja Halaman 8 dari 9
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Tehnik Mengatasi Nyeri (Distraksi , No. Dokumen:
Relaksasi Dan Massage)
Berlaku:
f. Tekanan menyikat. Secara halus tekan punggung dengan ujung-
ujung jari untuk mengakhiri masase.
3. Tahap Terminasi
a) Merapikan alat
b) Melakukan evaluasi hasil tindakan
c) Berpamitan
d) Membuka sampiran
e) Mencuci tangan
f) Melakukan dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawks (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Positive Outcome. 8
ed. St Louis Missouri : Elsevier Saunders.
Corwin, E.(2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges,M., Moorhouse, M.F, & Geissler.A.C. (2010). Nursing Care Plans, Guidelines for
Planning And Documenting Patient Care.F.A. Philadelphia: Pennsylvania.
Ignatavicius & Workman. (2009). Medical Surgical Nursing ; Critital Thinking for Collaburative
Care. Vol.1.5ed. Missaouri : Sounders Elseiver .
Ignatavicius & Workman. (2010). Medical Surgical Nursing; Patient Centered Collaburative care
for Collaburative Care. 6ed. Missouri : Sounders Elseiver.
LaMone, P. & Burke, K. (2008). Medical Surgical Nursing ; Critical Thinking in Client Care, 4ed,
New Jersey : Pearson Education.
Lewis, Heitkemper, Dirkssen, O’ Brien, & Bucher . (2008), Medical surgical nursing: Assesment
and Management of Clinical Problem, Volume 2, USA : Mosby Elseiver.
Libby, Bonow, Mann & Zipes. (2008). Heart Disease; a Textbook of Cardiovascular Medicine.
Phyladephia; Saunder Elsevier
Lilly, L.S.(2009). Pathophysiology of Heart Disease. Boston; Lippincot & Wilkins
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2003). Pathophysiology: clinical concepts of disease processes.
Mosby.
Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing. USA : Mosby Elseiver.
Silbernagl, S., & Lang, F. (2007). Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Alwi, Setihadi, Setiati & Simardibarata. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta :
Badan Penerbit Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia