Laporan Pendahuluan PDF
Laporan Pendahuluan PDF
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Sesuai dengan perjanjian kontrak antara Pengguna Jasa pekerjaan ini adalah Kuasa
Pengguna Anggaran Bidang Permukiman dan Perumahan Dinas Pekerjaan Umum Kota
Cimahi dengan PT. Secon Dwitunggal Putra tentang Pekerjaan Master Plan Drainase di
Kota Cimahi, maka kami melaporkan :
LAPORAN PENDAHULUAN
Dalam laporan ini diuraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, gambaran umum
daerah pekerjaan, survey pendahuluan dan tinjauan kondisi awal, pendekatan metodologi
dan program kerja.
i
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang I-1
1.1.1 Maksud dan Tujuan I-2
1.1.2 Sasaran I-2
1.2 Waktu pelaksanaan I-2
1.3 Nama Organisasi Pengguna Jasa I-3
1.4 Lokasi Pekerjaan I-3
1.5 Lingkup Kegiatan I-3
1.6 Sistematika Penyajian Laporan I-4
ii
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
iii
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
iv
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
v
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
vi
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
vii
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.17 Akibat dimensi yang tidak memadai air meluap dan menggenang
di jalan III-12
Gambar 3.18 Hujan yang cukup deras menggenangi jalan di bawah
fly over Cimindi III-13
Gambar 3.19 Debit air yang cukup besar di salah satu saluran drainase
di sekitar Cimindi III-14
Gambar 3.20 Akibat air meluap ke jalan aktivitas terganggu sehingga
mengakibatkan kemacetan III-14
Gambar 3.21 Drainase di Cisangkan yang tertutup sedimen dan batu III-14
Gambar 3.22 Sedimen dan sampah yang cukup tebal menghambat aliran air III-15
Gambar 3.23 Saluran yang rusak akibat kurangnya pemeliharaan III-15
Gambar 3.24 Saluran yang tetutup sampah di wilayah Leuwi gajah III-16
Gambar 3.25 Saluran yang menuju sungai dengan dimensi yang kecil
dan tertutup material III-16
Gambar 3.26 Embung Leuwi gajah III-17
Gambar 3.27 Pencatatan hasil survey lapangan dan pengambilan
koordinat dengan menggunakan GPS III-17
Gambar 3.28 Koordinasi pada saat survey lapangan III-18
Gambar 3.29 Pendekatan umum penyusunan alternatif solusi III-19
Gambar 3.30 Mekanisme kerja, berpikir dan penyusunan alternatif solusi dan
penyusunan Master Plan Drainase Di Kota Cimahi III-22
Gambar 4.1. Ilustrasi alur air hujan di rumah IV -4
Gambar 4.2. Bagan Alir pekerjaan IV -12
Gambar 4.3 Urutan Kegiatan Analisis Hidraulik IV -30
Gambar 5.1. Alur Pelaksanaan Pekerjaan (1) V -5
Gambar 5.2. Alur Pelaksanaan Pekerjaan (2) V -6
Gambar 5.3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan V -7
Gambar 5.4. Struktur Organisasi Pekerjaan V -8
Gambar 5.5. Jadwal Penugasan Personil V -9
viii
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
ota Cimahi terletak 10 KM di sebelah barat Kota Bandung sebagai ibu kota Propinsi
Jawa Barat. Kota Cimahi terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Cimahi
utara, Kecamatan Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan dengan ketinggian 730 m
diatas permukaan laut, topografi bergelombang dan kemiringan antara 0-15% hampir seluruh
wilayah kota. Hanya tiga kelurahan yang mempunyai kemiringan lebih dari 15% yaitu
kelurahan Cipageran, Padasuka dan Cibeber.
Kota Cimahi mempunyai enam sungai alam yang mengalir dari arah utara ke selatan. Sungai-
sungai tersebut terdapat pada wilayah bagian timur sampai ke barat, yang meliputi Sungai
Cibeureum, Sungai Cilember, Sungai Mancong, Sungai Cimahi, Sungai Cisangkan dan Sungai
Cisasak. Keseluruhan sungai mempunyai daerah pengaliran sungai (DPS) tersendiri yang
bermuara di Sungai Citarum. Sungai-sungai tersebut melalui kawasan permukiman hingga
kawasan industri. Daerah persawahan yang sebelumnya ada, saat ini sudah mulai terkonversi
oleh bangunan-bangunan permukiman dan lain-lain seiring dengan perkembangan kota dan
pertumbuhan penduduk yang memerlukan lahan untuk ditempati. Lebih jauh, dengan
terjadinya alih fungsi sawah menjadi area terbangun, telah menyebabkan alih fungsi saluran
irigasi menjadi saluran drainase yang tentunya memiliki prinsip pengaliran yang berlawanan.
Penduduk Kota Cimahi yang setiap tahunnya bertambah tentunya membutuhkan peningkatan
sarana dan prasarana yang berakibat terhadap perubahan tata guna dan tutupan lahan.
Tutupan lahan dengan perekerasan semakin meningkat karena peningkatan jumlah pemukiman
yang cenderung mengurangi infiltrasi air hujan atau meningkatkan limpasan permukaan (run
off). Perubahan sifat dan karakteristik aliran permukiman ini tentunya harus diikuti dengan
penyesuaian prasarana drainase. Banyaknya konversi lahan yang tidak diikuti dengan
penanganan drainase yang tepat dan berwawasan lingkungan telah menimbulkan banyak
masalah belakangan ini. Konsep drainase yang hanya bertujuan untuk mengalirkan air hujan
secepatnya telah mengakibatkan banyaknya lokasi banjir berikut peningkatan banjir di
beberapa kawasan. Lebih jauh, konsep ini telah menyebabkan berkurangnya resapan air tanah
I-1
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
yang secara langsung mengancam kelestarian air tanah dan menyebabkan kekeringan. Sistem
drainase yang berwawasan lingkungan menggunakan konsep peningkatan waktu tinggal air
hujan yang jatuh di darat semaksimum mungkin berada di daratan. Usaha yang dilakukan
untuk peningkatan waktu tinggal air hujan di daratan adalah dengan meningkatkan inflitrasi,
perkolasi dan mengurangi debit limpasan air hujan. Meskipun demikian konsep drainase
berwawasan lingkungan harus tetap mampu menjalankan fungsi drainase Pengentasan
masalah banjir tentunya tidak bisa hanya diselesaikan tempat per tempat secara parsial. Untuk
mengatasi permasalahan saluran ini harus dibuat suatu perencanaan yang menyeluruh dan
terintegrasi agar tidak terjadi ‘pemindahan’ masalah banjir dari satu tempat ke tempat yang
lain. Dalam rangka penyelesaian masalah banjir dan penertiban drainase di seluruh kawasan di
Kota Cimahi, pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Pekerjaan Umum selaku instansi teknis
pelaksanaan pembangunan fisik di Kota Cimahi akan membuat masterplan drainase yang
mencakup pekerjaan perencanaan drainase yang menyeluruh dan terintegrasi di seluruh
wilayah kota berikut rencana teknis pelaksanaannya.sebagai pencegah terjadinya genangan
dan banjir.
Tujuan : Tujuannya adalah membuat suatu masterplan drainase sebagai referensi dalam
perencanaan detail teknis drainase Kota Cimahi. Di beberapa lokasi prioritas
akan dilakukan Detail Engineering Design teknis (DED).
1.1.2. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah secara khusus untuk mengatasi banjir dan secara umum sebagai
bagian dari upaya penataan kota yang manfaatnya diharapkan dapat dirasakan oleh
masyarakat sekota Cimahi. Secara terperinci, sasaran kegiatan ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
¾ Menganalisa sistem drainase di Kota Cimahi berdasarkan hasil survey lapangan dan
hasil kajian yang telah ada di Kota Cimahi
¾ Melakukan perhitungan secara akurat mengenai sistem drainase di Kota Cimahi
sampai dalam kurun waktu 20 tahun ke depan
I-2
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
¾ Menyajikan suatu program secara komprehensif mengenai rencana pembangunan
dan pengembangan saluran drainase Kota Cimahi untuk jangka menengah dalam
rentang waktu 20 tahun ke depan.
¾ Membuat jadwal penanganan prioritas setiap tahunnya
¾ Memilah kegiatan alternatif yang dapat dikelola oleh masyarakat, pemerintah
maupun privatisasi.
1. Kegiatan Persiapan
I-3
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi dan waktu pelaksanaan
pekerjaan, lingkup, serta sistematika pembahasan Laporan Pendahuluan.
I-4
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
BAB V Program Kerja
Bab ini berisi tentang tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan
yang akan dilaksanakan dalam Survey Investigasi dan Desain.
BAB VI Pelaporan
Bab ini berisi tentang keluaran Produk yang dihasilkan berdasarkan KAK.
I-5
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
uas wilayah administratif Kota Cimahi adalah 4.025 Ha yang terdiri atas 3 (tiga)
Kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan.
Batas Wilayah Meliputi :
¾ Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo dan Andir Kota Bandung
• Kelurahan Pasirkaliki
• Kelurahan Cibabat
• Kelurahan Citeureup
• Kelurahan Cipageran.
• Kelurahan Baros
II - 1
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
• Kelurahan Setiamanah
• Kelurahan Padasuka
• Kelurahan Cimahi
• Kelurahan Cibeber
• Kelurahan Leuwigajah
• Kelurahan Utama
• Kelurahan Melong
• Kelurahan Cibeureum.
a. RW 02 Melong
b. Kelurahan utama f
c. Kelurahan Padasuka c
d. Kelurahan Cibeureum h
e
e. Kelurahan Pasirkaliki
f. Jalan Cihanjuang
g
g. Kali Cimahi
h. Kelurahan Cibabat a
d
i. Aliran Cibaligo
b
j. Fly Over Cimindi
i
II - 2
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Luas wilayah Kecamatan Cimahi Utara 13,31 km², Kecamatan Cimahi Utara 10 km² dan
Kecamatan Cimahi Selatan 40,25 km².
Secara geografis wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah selatan,
dengan ketinggian di bagian utara ± 1,040 meter dpl ( Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi
Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu serta
ketinggian di bagian selatan sekitar ± 685 meter dpl (Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi
Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum.
Sungai yang melalui Kota Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan debit air rata-rata 3.830 l/dt,
dengan anak sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas, Ciputri, Cimindi, Cibeureum (masing-
masing di bawah 200 l/dt) dan Kali Cisangkan (496 l/dt), sementara itu mata air yang terdapat
di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dengan debit air 4 l/dt dan mata air Cisintok (93 l/dt).
2.2.1. Geologi
Kondisi geologi alam kota cimahi, terdiri atas 4 (empat) formasi tanah yaitu
• Batuan basal tinggi, penyebaranya di wilayah cimahi utara dan sebagian kecil di
kelurahan cibeber kecamatan cimahi selatan.
Kondisi topografi dan kemiringan Kota Cimahi dapat dikelompokan dalam 3 (tiga) klasifikasi
yaitu:
• Tingkat kemiringan 0 – 8 %, pada kawasan atau lahan seluruh wilayah Kota Cimahi
yang berada pada ketinggian antara +700 hingga +800 m di atas permukaan laut (dpl).
II - 3
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Kondisi hidrologi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi Kota Cimahi yang terletak di
hulu Sungai Citarum. Kota Cimahi berada dalam bagian cekungan Bandung dan salah satu
daerah lembah Sungai Citarum. Hujan yang jatuh padaDPS di Kota Cimahi cenderung
memberikan limpasan yang cukup besar akibat perubahan tutupan lahan yang terjadi. Tutupan
lahan di Kota Cimahi sebagian besar merupakan tutupan bukan vegetasi. Data penggunaan
lahan di Kota Cimahi pada tahun (2003) menunjukan bahwa :
• Permukiman : 66,52 %
• Pemerintahan : 0,55 %
• Industri : 6,51 %
Total luas lahan bukan vegetasi adalah 83,53%. Total luas lahan dengan tutupan vegetasi
hanya tinggal 16,47 %. Tutupan lahan vegetasi ini meliputi lahan untuk sawah, lahan kering,
kolam jalur hijau dan peruntukan lahan lainnya. Kecilnya tutupan lahan vegetasi ini
menentukan sifat hidrologi yaitu dengan semakin kecik infiltrasi dan perkolasi yang terjadi.
Kecilnya air hujan yang terinfiltrasi tersebut dapat mengakibatkan terancamnya cadangan air
tanah di Kota Cimahi maupun daerah yang berada di hilir dari DPS yang berada di Kota Cimahi.
Ancaman terhadap cadangan air tanah Kota Cimahi ini dapat dikurangi dengan meningkatkan
infiltasi dengan mempergunakan rekayasa imbuhan buatan.
Berkaitan dengan kondisi hidrologi Kota Cimahi yang spesifik tersebut maka system drainase
Kota Cimahi harus memergunakan system drainase berwawasan lingkungan dengan
mempertahankan waktu tinggal air hujan selama mungkin berada di darat. System drainase
konvensional dengan mempersingkat waktu tinggal air hujan berada di darat akan mengancam
kelestarian air tanah Kota Cimahi. Berkurangnya air tanah di Kota Cimahi akan menyebabkan
II - 4
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
berkurangnya volume air tanah dan dapat menyebabkan bencana kekeringan di Kota Cimahi
pada waktu yang akan datang.
Keadaan iklim Kota Cimahi tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim daerah sekitarnya seperti
Kabupaten dan Kota Bandung. Jumlah curah hujan rata-rata setiap harinya yaitu sebesar 50,13
mm, musim hujan biasanya terjadi pada bulan November – April dan musim kemarau terjadi
padabulan Mei – Oktober. Suhu udara di Kota Cimahi berkisar antara 18° - 32°C, suhu
minimum berkisar antara 18° - 26°C dan suhu maksimum berkisar antara 27° - 32°C.
Berdasarkan data tahun 1976 penggunaan lahan di Kota Cimahi sebagian besar penggunaan
lahannya berupa sawah dengan luas sebesar 2.033,277 Ha atau 48,48% dari luas wilayah
Kota Cimahi. Sedangkan penggunaan lahan untuk pemukiman hanya seluas 768,887 Ha
(18,31%). Seiring dengan perkembangan wilayah Cimahi menjadi kawasan perkotaan terjadi
ergeseran penggunaan lahan ( 1976 – 1986 ) yaitu dari kawasan pertanian (sawah, lahan
kering, dan kolam) menjadi kawasan pemukiman yang luasnya sebesar 1.929,649 Ha (45,99%)
dari luas wilayah Cimahi. Pergeseran tersebut secara fungsional keterkaitan dengan wilayah
skitar kota, terutama yang berbatasab langsung dengan arah barat yaitu Kota Bandung dan
sebelah timur yaitu Padalarang dan ngamprah, hal ini terlihat denganmembentuk pola kawasan
yang sah terbangun mengikuti ruas jalan raya utama.
Ditinjau dari prosentase perkembangan per tahun (1976 – 2000), perkembangan terbesar
terjadi pada penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa (14,42%), pemukiman (10,34%),
pemerintahan sebesar (9,93%), serta industry (7,03%). Sedangkan penurunan terbesar adalah
penggunaan lahan untuk jalur hijau (-3,73% per tahun) dan sawah (-3,55% per tahun).
Sistem jaringan transportasi di Kota Cimahi menyangkut sistem transportasi darat, yaitu
jaringan jalan utama dan jaringan jalan kereta api. Jaringan jalan utama di Kota Cimahi saat ini
yang membentuk struktur kota akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan arus barang
dan orang ke Kota Cimahi. Jaringan jalan utama di Kota Cimahi berdasarkan fungsi jalanya
II - 5
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
dapat diklasifikasikan ke dalam jalan tol jalan arteri sekunder, sedangkan berdasarkan status
jalan dari hasill sensus adalah sebagai berikut:
Berdasarkan kondisi jalan yang ada tercatat bahwa 73,44% pada kondisi baik, 17,19% pada
kondisi sedang, 3,13% pada kondisi rusak. Jaringan jalan utama yaitu pada jalan raya Cimahi
dan seolah-olah membagi dua bagian, merupakan tempat pertemuan arus lalu lintas berbagai
simpul jalan, sehingga akan menjadi penyumbang padatnya lalu lintas dan ditandai adanya
kemacetan. Kemacetan lainnya di Kota Cimahi dapat diidentidikasikan dari beberapa ruas
jalan seperti Persimpangan Tagog, Jalan Baros, Jalan Cimindi, Jalan Kerkof dan pasar antri.
2.5. Kependudukan
Pembahasan kondisi penduduk Kota Cimahi meliputi : penduduk tetap, penduduk pendatang,
kepadatan penduduk, penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin serta laju
pertumbuhan penduduk.
Yang dimaksud penduduk tetap adalah penduduk yang memiliki Kartu tanda Penduduk (KTP)
sebagai bukti diri / legitimasi dari setiap penduduk dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Penduduk pendatang adalah penduduk yang berpindah tempat tinggal melintas batas
administrasi, pindah ke unit lain, kelurahan, kabupaten, kota atau Negara. Umumnya urbanisasi
datang dengan cepat dalam jumlah besar dan tidak teratur sehingga sulit dipantau oleh
pemerintah setempat, karena pada umumnya penduduk dating / musiman (urbanisasi) bekerja
II - 6
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
pada sektor informal yaitu pedagang, pembantu rumah tangga, penjual jasa dan buruh pabrik
atau industry dan pekerja serabutan.
Wilayah Kota Cimahi memliki luas 4.025 Ha yang tersebar di tiga kecamatan yaitu kecamatan
Cimahi Selatan, Cimahi Utara dan Cimahi Tengah. Diantara ketiga kecamatan tersebut
Cimahi Selatan merupakan daerah terluas yaitu seluas 16,9 km2 dengan penduduk sebanyak
241.335 jiwa, dan yang luasnya terkecil adalah Cimahi Tengah yaitu seluas 10,0 km2 dengan
jumlah penduduk sebanyak 176.225 jiwa. Secara keseluruhan pada tahun 2009 Kota Cimahi
memiliki penduduk sebanyak 566.220 jiwa, Hal ini berarti mengalami peningkatan sebesar 2,72
persen di banding tahun sebelumnya. Tingkat kepadatan Kota Cimahi tahun 2009 adalah
13.743 jiwa/km2, dimana kecamatan Cimahi Tengah memiliki kepadatan penduduk yang tinggi
dibandingkan dua kecamatan lainnya yaitu mencapai 16.317 jiwa/km2. Hal ini terjadi
disebabkan oleh mobilitas penduduk yang cukup tinggi karena penduduk lebih terkonsentrasi di
pusat perkotaan Cimahi dengan keanekaragamannya. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan atau sex ratio di Kota Cimahi adalah 107,75. Ini berarti untuk setiap 100
perempuan terdapat sekitar 107 hingga 108 laki-laki. Dalam hal ini kecamatan Cimahi
Utara memiliki sex ratio terbesar yaitu 110.35 .Jumlah penduduk pencari kerja di Kota Cimahi
tahun 2009 sebanyak 9.658 orang, dimana komposisi laki-laki dan perempuan masing-masing
sebanyak 4.222 dan 5.439 orang, disini terlihat bahwa jumlah pencari kerja mengalami
kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
II - 7
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 8
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
No Sex
Kecamatan Laki-laki Perempuan L+P
Urut BPS Ratio
II - 9
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 10
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 2.4. Grafik Proyeksi Penduduk menurut Jenis kelamin di Kota Cimahi
II - 11
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 2.6. Proyeksi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
2.6. Sosial
Keberhasilan pembangunan bidang sosial tidak hanya dapat dilihat dari bentuk fisik saja ,
namun harus dilihat secara keseluruhan, yaitu dari segi fisik dan mental. Segi fisik meliputi
pembangunan sarana dan prasarana misalnya gedung atau penunjang lainnya, sedangkan segi
mental meliputi kondisi mental penduduknya.
II - 12
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Salah satu upaya untuk mencapai delapan jalur pemerataan yang mencakup usaha/pemerataan
dalam rangka pembangunan sosial budaya, Pemerintah Kota Cimahi telah mengupayakan
berbagai usaha meliputi bidang pendidikan, kesehatan, agama dan kehidupan sosial lainnya.
2.6.1 Pendidikan
Pada tahun ajaran 2009/2010, rasio perbandingan jumlah murid terhadap jumlah guru
adalah sebagai berikut; untuk Taman Kanak-kanak (TK) 44,4, Sekolah Dasar (SD) 25,5
murid per guru, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 13,98 murid per guru serta
Sekolah Menengah Umum (SMU) adalah 13,43.
Tabel 2.4. Jumlah TK, Kelas dan siswa menurut Kelompok di Kota Cimahi
No Siswa
Jumlah Siswa
Kecamatan Kelompok Total
Urut BPS Tk Kelompok A
B
II - 13
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Tabel 2.5. Jumlah SD, siswa Negeri dan swasta Menurut kelas di Kota Cimahi
030 Cimahi utara 31 2.705 2.348 2.250 2.217 1.919 1.832 13.271
II - 14
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Tabel 2.6. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Siswa Negeri dan swasta Menurut kelas di
Kota Cimahi
Cimahi
010 6 252 267 253 222 170 151 1315
Selatan
Cimahi
020 5 144 158 122 85 57 644 644
tengah
II - 15
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Cimahi
010 5 8 2.448 2.413 2.426 7.287
Selatan
Cimahi
020 6 8 2.376 2.773 2.560 7.709
tengah
II - 16
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Cimahi
010 2 2 1.024 965 974 2.963
Selatan
Cimahi
020 3 5 1.412 1.470 1.469 4.351
tengah
Cimahi
010 1 3 857 799 1.193 2.849
Selatan
II - 17
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
tengah
2.6.2 Kesehatan
Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan
antara lain dengan meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan. Pembangunan dibidang
kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan
kesehatan secara mudah, merata dan murah, dengan upaya tersebut di harapkan akan
tercapai derajat kesehatan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
produktifitas.
Pada tahun 2009 jumlah rumah sakit di Kota Cimahi sebanyak 8 rumah sakit yang terdiri
dari rumah sakit pemerintah 2 buah, swasta 2 buah dan rumah sakit bersalin 4 buah.
Sedangkan jumlah puskesmas pada tahun 2009 mengalami peningkatan kuantitas dari
tahun sebelumnya yaitu terdiri dari puskesmas umum sebanyak 11 buah, dan puskesmas
pembantu 5 buah sedangkan untuk posyandu posyandu mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya sebanyak 380 menjadi 382 posyandu .
Jumlah keluarga pra sejahtera ( pra KS) sebanyak 7.182 Keluarga di tahun 2009 atau 5,85
persen dari jumlah keluarga di Kota Cimahi. Jumlah pra KS tertinggi terdapat di Kecamatan
Cimahi Selatan yaitu sebesar 3638 keluarga.
II - 18
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Cimahi
010 0 1 1
Selatan
Cimahi
020 1 1 3
tengah
Cimahi
030 1 1 1
utara
2009 2 2 5
2008 1 3 5
2007 2 2 4
2006 2 2 4
2005 2 2 4
2004 2 4 4
II - 19
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Cimahi
010 4 1 0 27 132
Selatan
Cimahi
020 3 3 0 15 140
tengah
Cimahi
030 4 1 1 12 110
utara
2009 11 5 1 54 382 -
2008 9 3 1 82 380 8
2005 9 5 - 38 350 -
2004 8 5 - 30 341 6
2.6.3 Agama
Jumlah sarana peribadatan islam sebanyak 839 buah yang terdiri dari mesjid 352 buah,
langgar 272 dan mushola 215 buah, tempat peribadatan agama lainnya berjumlah 23 buah
terdiri dari gereja protestan 28 buah, gereja kartolik 1 buah dan pura hindu 1 buah.
Disamping itu juga pada bab ini disajikan jumlah pemeluk agama, jumlah pondok pesantren
dan jumlah santrinya.
II - 20
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Tabel 2.12. Jumlah Sarana Peribadatan Agama Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha
di kota Cimahi
Cimahi
010 4 0 0 0
Selatan
Cimahi
020 20 1 1 0
tengah
Cimahi
030 4 0 0 0
utara
2009 28 1 1 -
2008 21 1 1 -
2007 21 1 1 -
2006 18 1 1 -
2005 17 1 1 -
2004 17 1 1 -
II - 21
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Cimahi
010 201.038 4.689 6.749 685 645
Selatan
Cimahi
020 184.769 1.196 1.192 32 115
tengah
Tabel 2.14. Jumlah Pondok pesantren dan santri menurut Kecamatan di Kota Cimahi
II - 22
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
BPS Kecamatan
Cimahi
010 23 3.453
Selatan
Cimahi
020 16 2.832
tengah
Cimahi
030 19 2.568
utara
2009 58 8.853
2008 57 8.347
2007 58 7.921
2006 57 7.896
2005 54 6.855
2004 47 3.800
2.7. Pertanian
Dalam arti luas kegiatan pertanian adalah penerapan karya manusia terhadap alam dalam
budidaya tumbuh-tumbuhan, binatang serta penangkapan/perburuan, sehingga dapat
memberikan manfaat yang lebih besar kepada manusia.
II - 23
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
II - 24
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Luas lahan sawah dengan menggunakan irigasi setengah teknis mencapai angka yang tertinggi
yaitu seluas 124 hektar. Sedangkan luas lahan kering bila dilihat menurut penggunaannya, jenis
pekarangan/lahan untuk bangunan dan halaman sekitanya mencapai 3.406 hektar atau 87,92
persen dari jumlah lahan kering. Disusul oleh tegal/kebun/ladang/huma 340 hektar atau 8,78
persen dan yang paling sedikit digunakan untuk kolam/tebat/empang, yaitu 15 hektar atau
0,39 persen.
Namun untuk hasil produksi mengalami kenaikan dari 36.644,24 kw menjadi 38929 kw,
demikian pula produktivitas padi mengalami kenaikan menjadi 61,69 kwintal/ha. Peningkatan
produktivitas padi sawah kemungkinan disebabkan oleh peningkatan pengetahuan para petani
dalam mengembangkan pola intensifikasi, penggunaan bibit unggul yang terus disosialisasikan.
2.9. Peternakan
Jenis ternak yang diusahakan di Kota Cimahi meliputi sapi potong, kerbau, sapi perah, kuda,
domba dan kambing. Ternak yang paling banyak dipelihara adalah domba yaitu sebanyak
10.875 ekor. Sedangkan ternak yang paling sedikit adalah kerbau yaitu 81 ekor. Selain itu juga
disajikan data ternak unggas yang meliputi ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur
dan itik.
II - 25
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
2.10. Perikanan
Areal tempat pemeliharaan ikan dibedakan atas kolam dan sawahSawah merupakan tempat
pemeliharaan ikan terluas yaitu sebesar 80 persen dari seluruh luas areal tempat pemeliharaan
ikan.
Tabel 2.15. Luas Areal tempat Pemeliharaan Ikan (ha) di kota Cimahi
No Unit
Kolam sawah KAD Jumlah Pembenihan
BPS Kec
Rakyat
Cimahi
010 5 5 - 10 4
Selatan
Cimahi
020 4 5 - 9 6
tengah
2009 15 60 - 75 16
2008 16 65 - 81 8
2007 16 65 - 81 8
2006 15 60 - 75 8
2005 15 45 - 75 9
2004 15 60 - 75 0,4
II - 26
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
3.1 Umum
1. RW 02 Melong
2. Kelurahan Utama Ciujung
III - 1
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Sesuai dengan arahan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Master Plan Drainase
Perkotaan Kota Cimahi dan arahan rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan, maka cakupan
lokasi pekerjaan adalah
III - 2
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
(1) Luapan dan genangan limpasan permukaan (limpasan hujan) yang terjadi pada
hampir setiap kejadian hujan. Kondisi ini berpotensi, merusak atau mempercepat
kerusakan sarana dan prasarana kota, memberikan ketidaknyaman bagi warga.
(2) Kapasitas saluran dan gorong-gorong yang sudah tidak memadai. Kondisi ini,
dapat disebabkan oleh desain yang tidak memadai atau karena volume limpasan
permukaan yang sudah jauh meningkat dibanding ketika saluran drainase
didesain/dibangun.
(3) Pertumbuhan kawasan kota yang cepat, alih fungsi lahan, pembangunan kawasan
pemukiman baru, berkurangnya kawasan retensi dan resapan, dan tidak/kurang-
nya upaya pengendalian limpasan di tingkat lokal, memberikan andil signifikan
terhadap pertambahan volume limpasan
III - 3
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
(4) Integrasi dan konsistensi sistem jaringan drainase yang belum memadai. Dalam
hal ini terkait belum terciptanya satuan sistem drainase yang saling terkait, saling
mendukung dan terintegrasi, mulai dari tersier, sekunder hingga primer. Sistem
drainase eksisting, masih bersifat spot-spot (setempat) baik dilihat dari aspek
sistem jaringan maupun dimensinya.
(7) Kondisi daerah yang relatif datar dan berada di posisi cekungan/ lebih rendah dari
badan jalan atau sungai.
(8) Rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terkait dengan optimalisasi fungsi
saluran/system drainase. Terdapat di hampir setiap lokasi prioritas, saluran
drainase yang ada tidak dapat berfungsi atau bahkan saluran sudah tidak tampak
lagi karena sedimentasi dan sampah
Hampir seluruh item permasalahan yang disebutkan pada Subab 3.4 di atas secara jelas
ditemui di kawasan Perkotaan Cimahi dan sekitarnya. foto lapangan berikut akan
memperjelas kondisi di lokasi.
III - 4
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.3. Drainase rusak di sekitar daerah Melong dan tertutup sedimen
III - 5
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.4. Sungai yang tertutup sedimen sehingga air menjadi tinggi
III - 6
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 7
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.8. Drainase di sekitar Cimindi yang tertutup sedimen dan sampah
Gambar 3.9. Gorong-gorong di bawah Fly Over Cimindi yang tertutup sampah
III - 8
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.10. Dimensi Gorong-gorong yang kecil dan tertutup sampah di sekitar
Cimindi
III - 9
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 10
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.14. Drainase yang menempel dengan rumah warga serta tertutup
sedimen
III - 11
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.16. Pada tanggal 22 oktober di Cihanjuang terjadi banjir akibat hujan
yang cukup besar serta dimensi saluran yang tidak memadai
Gambar 3.17. Akibat dimensi yang tidak memadai air meluap dan menggenang di
jalan
III - 12
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.18. Hujan yang cukup deras menggenangi jalan di bawah fly over
Cimindi
III - 13
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.19. Debit air yang cukup besar di salah satu saluran drainase di sekitar
Cimindi
III - 14
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.22. Sedimen dan sampah yang cukup tebal menghambat aliran air
III - 15
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.25. Saluran yang menuju sungai dengan dimensi yang kecil dan
tertutup material
III - 16
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
III - 17
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Kerangka Acuan Kerja telah memberikan arahan berpikir yang berkesinambungan mulai
dari latar belakang, maksud dan tujuan hingga pada keluaran. Secara integral
kesinambungan ini memudahkan konsultan dalam menyusun konsep dan melaksanakan
pekerjaan.
III - 18
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
LATAR
BELAKANG
DAN MASALAH
MAKSUD
Mendapatkan Dokumen yang
menjadi Panduan / acuan
secara lengkap dan menyeluruh
atas kondisi permasalahan dan
potensi sistem drainase,
sebagai dasar perencanaan
jaringan drainase di Kota
TUJUAN
¾ Menghasilkan uraian lengkap
mengenai potensi dan
permasalahan sistem drainase di
Kota Cimahi
¾ Tergambarnya kondisi system
drainase existing di Kota Cimahi
yang mencakup system alamiah
dan system buatan
¾ Dihasilkan suatu usulan indikasi
SASARAN
¾ Terukurnya Catchment
q area wilayah kota
Cimahi
¾ Terencana dan tertatanya system
drainase di Kota Cimahi
¾ Tersusun Indikasi program pengelolaan
PENDEKATAN DAN
METODE
(Lihat Bagan Penjelasan)
KELUARAN
¾ Rencana system jaringan drainase di kota
Cimahi
¾ Rencana pola aliran drainase di Kota Cimahi
¾ Rencana program dan kegiatan
pelaksanaan pembangunan drainase di
III - 19
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Penyusunan Master Plan didasarkan atas landasan perencanaan bahwa fungsi drainase
perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan yang
berwawasan lingkungan, yang mencakup konservasi sumberdaya air, mengendalikan air
hujan supaya lebih banyak meresap ke dalam tanah dan meminimalkan Runoff .
Tahapan perencanaan yang dilakukan saat ini baru pada tahap Rencana induk (Master
Plan). Perlu dua tahap lagi untuk sampai pada implementasinya. Tahap tersebut adalah
studi kelayakan dan perencanaan detil. Studi kelayakan dapat. dibuat sebagai kelanjutan
dari pembuatan rencana induk, sedangkan perencanaan detil perlu dibuat sebelum
pekerjaan konstruksi drainase perkotaan dilaksanakan.
Master plan drainase perlu dilakukan untuk daerah perkotaan Kota Cimahi dengan
pertimbangan bahwa :
1) Perkembangan dan kemajuan daerah perkotaan di Kota Cimahi cukup pesat, sehingga
drainasenya perlu direncanakan secara menyeluruh dan terpadu.
3) Kondisi alam pada beberapa daerah perkotaan di Cimahi berbeda antara satu dengan
lainnya.
Secara teknis terdapat dua pertimbangan dalam menyusun Master Plan Drainase daerah
perkotaan Cimahi, yaitu :
a. Pertimbangan Teknik
• aspek hidrologi (debit rencana, debit desain dan tinggi jagaan; karakteristik
daerah aliran, kolam tandon, volume total aliran, dan waktu konsentrasi hujan
• aspek struktur: jenis dan mutu bahan bangunan, kekuatan dan kestabilan
bangunan
III - 20
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
b. Pertimbangan Lain
Dalam pelaksanannya, Penyusunan Master Plan Drainase Perkotaan Kota Cimahi akan
merumuskan sejumlah altenatif solusi, baik yang bersifat struktur maupun non struktur.
Alternatif solusi tersebut dirumuskan berdasarkan tujuan, sasaran, masukan, konsep
berpikir, dan mekanisme kerja sebagaimana disajikan pada Gambar 3.21
III - 21
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Gambar 3.30. Mekanisme kerja, berpikir dan penyusunan alternatif solusi dan penyusunan Master Plan
Drainase Di Kota Cimahi.
Keluaran
III - 22
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Sungai merupakan komponen drainase utama dalam suatu DPS (Daerah Pengaliran
Sungai). Bentuk dan ukuran sungai alamiah merupakan bentuk yang sesuai dengan
kondisi geologi, geografi, ekologi, dan hidrologi daerah tsb. Konsep alamiah drainase
adalah bagaimana membuang kelebihan air selambat-lambatnya ke sungai. Hal ini dapat
terlihat dari sungai yang memiliki bentuk alamiah tidak teratur.
Drainase konvensional yang banyak dianut selama ini didefinisikan sebagai usaha untuk
membuang / mengalirkan kelebihan air di suatu tempat secepat-cepatnya menuju sungai,
dan secepat-cepatnya dibuang ke laut. Hal ini bertentangan dengan konsep eko-hidraulik.
Dengan konsep pembuangan secepat-cepatnya ini akan terjadi akumulasi debit di bagian
hilir dan rendahnya konsevasi air untuk ekologi di hulu. Sungai di hilir akan menerima
beban debit yang lebih tinggi dan waktu debit puncak lebih cepat daripada keadaan
semula sehingga menimbulkan penurunan kualitas ekologi di daerah hulu.
Maryono, 2001, mengusulkan konsep drainase baru sebagai suatu usaha membuang /
mengalirkan kelebihan air ke sungai dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak
menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di sungai yang terkait.
Pengelolaan sungai tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat fungsi hidraulisnya saja
dan mengabaikan fungsi ekologisnya. Pengelolaan sungai adalah usaha manusia guna
memanfaatkan sungai sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia dan lingkungan
secara integral dan berkesinambungan, tanpa menyebabkan kerusakan rezim dan kondisi
ekologis sungai yang bersangkutan.
Konsep pengelolaan sungai seperti di atas disebut konsep Eko-Hidraulik (Maryono, 2001).
Pengelolaan sungai dengan konsep Eko-Hidraulik bukan saja bertujuan untuk melestarikan
kondisi ekologis di lingkungan sungai, namun juga untuk memanfaatkan komponen
ekologis sungai dalam rekayasa hidraulis. Untuk menanggulangi banjir, maka komponen
IV - 1
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
ekologis di sepanjang alur sungai dapat dimanfaatkan sebagai komponen retensi hidraulis
yang menahan aliran air, sehingga terjadi peredaman banjir. Dengan banyaknya
genangan retensi lokal di sepanjang sungai, maka kualitas ekologi sungai pun diharapkan
akan meningkat. Prinsip pengelolaan sungai adalah bagaimana mempertahankan kondisi
sungai tersebut semaksimal mungkin pada kondisi alamiahnya (back to nature concept).
Banjir dan permasalah genangan yang kerap kali terjadi di daerah perkotaan memerlukan
penanganan secara komprehensif, tidak hanya menggunakan metode konvensional
melainkan juga dengan metode penyelesaian banjir lainnya, seperti ekohidrolik. Adapun
yang dimaksud metode konvensional adalah membuat sudetan, normalisasi sungai,
pembuatan talud, dan berbagai macam konstruksi sipil lainnya. Sedangkan metode
ekohidrolik bertitik berat pada renaturalisasi, restorasi sungai, serta peningkatan daya
retensi lahan terhadap air hujan. Penyelesaian banjir dan permasalahan drainase dengan
konsep penanganan banjir secara konvensional yang hanya mengutamakan faktor
hidraulik, bertitik tolak pada penanganan dampak banjir secara lokal. Hal ini perlu
diimbangi dengan konsep ekohidrolik yang bertitik tolak pada penanganan penyebab
banjir dari segi ekologi dan lingkungan. Dengan dilakukannya retensi air di bagian hulu,
tengah, dan hilir, juga di sepanjang wilayah sungai, sempadan sungai, badan sungai, dan
saluran, selain berfungsi sebagai penanggulangan banjir juga sekaligus menanggulangi
kekeringan di kawasan yang bersangkutan.
Eko-drainase atau drainase ramah lingkungan adalah sistim drainase yang memperhatikan
kelestarian lingkungan. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru bahwa segala
sesuatu yang berhubungan dengan man made world, segala sesuatu buatan manusia,
perlu dibuat dengan ramah terhadap lingkungan, yang pada gilirannya, artinya juga perlu
ramah terhadap manusia.
Di bidang drainase, pertimbangan desain sistem drainase sampai saat ini masih
menggunakan paradigma lama yaitu bahwa air drainase harus secepatnya dibuang ke hilir
atau ke laut. Baru kemudian disadari bahwa paradigma ini tidak sesuai lagi dengan
keadaan masa kini ketika didapati fenomena defisit air dalam neraca keseimbangan air
antara ketersediaan dan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia yang semakin banyak.
IV - 2
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Defisit neraca air ini ditandai dengan menurunnya permukaan air tanah, karena disedot
untuk berbagai keperluan, bahkan tidak hanya untuk keperluan primer manusia seperti air
minum, tetapi juga untuk keperluan sekunder yaitu industri. Tanda yang lain dari defisit
air ini adalah semakin menurunnya kuantitas dan kualitas ketersediaan air baku akibat
semakin membesarnya fluktuasi jumlah aliran permukaan persatuan waktu yang terjadi di
musim penghujan dibandingkan yang terjadi di musim kemarau.
Besarnya fluktuasi ini terjadi antara lain oleh kurangnya daerah resapan air di bagian hulu
dikarenakan gundulnya hutan dan kurangnya usaha membangun sistim tampungan
(tandon) air pada sistim drainase. Hal ini berakibat menurunnya recharging air tanah dan
pada gilirannya kemudian berefek pada turunnya base flow pada aliran sungai atau
menghilangnya mata air mata air dari hulu sungai.
Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan yang diiringi oleh program
pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai bidang, seperti:
Dengan konsep bahwa air hujan harus ditahan selama mungkin dan sebanyak mungkin
diserap oleh tanah maka urutan aliran air hujan di setiap unit rumah dapat mengikuti
alur sebagai berikut :
Ilustrasi alur air hujan di setiap unit rumah disajikan pada Gambar 4.1 berikut :
IV - 3
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
air hujan
air hujan
ditampung kelebihan air
air dapat dalam bunker dari bunker
digunakan mengalir ke
untuk sumur resapan
berbagai
keperluan kelebihan air dari sumur resapan
mengalir ke selokan
bunker air
selokan
sumur
resapan
pengisian
air tanah
• Pada tahap pertama, air hujan dari atap rumah disalurkan ke bunker
air. Air yang ditampung pada bungker ini di kemudian hari dapat
digunakan untuk berbagai keperluan, seperti untuk menyiram
tanaman, mencuci kendaraan, dll. Jika air untuk keperluan-keperluan
diatas dapat diambil dari bungker air yang ada maka hal ini dapat
secara langsung mengurangi beban air yang harus disuplai dari PAM.
• Pada tahap kedua, air hujan yang tidak tertampung di bungker air
dialirkan menuju sumur resapan. Air dari sumur resapan ini berfungsi
sebagai pengisian kembali air tanah.
• Pada tahap ketiga, air hujan yang tidak tertampung di sumur resapan
kemudian dialirkan ke selokan / saluran pembuangan air hujan. Hal ini
merupakan tahapan terakhir jika semua usaha untuk menahan air agar
dapat meresap ke dalam tanah telah dilakukan
Jika dihitung, proporsi volume air yang dapat ditampung dalam bungker untuk tiap
rumah mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan keseluruhan volume air
hujan yang turun. Namun jika setiap rumah dalam suatu kompleks perumahan
menggunakan cara seperti ini, maka jumlah volume air yang dapat ditampung akan
IV - 4
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
semakin besar. Hal ini juga berlaku dalam penggunaan sumur resapan pada setiap unit
rumah. Walaupun volume air yang dapat menyerap ke tanah untuk satu unit rumah
tidaklah besar, namun jika setiap rumah menerapkan hal ini maka jumlah volume air
yang dapat dikonvservasi akan semakin besar.
Saluran drainase selain berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke daerah yang lebih
rendah, juga dapat difungsikan sebagai long storage. Untuk beberapa kawasan, long
storage ini diperlukan karena air tidak dapat dibuang langsung ke laut akibat adanya
pengaruh pasang surut. Namun untuk beberapa kawasan lain, long storage ini dapat
berfungsi sebagai bagian dari proses retensi air hujan, agar volume air yang menyerap
ke dalam tanah semakin besar.
Selain itu, pada musim kemarau, keberadaan air di saluran drainase cukup penting
untuk menghindari pengendapan dan tertumpuknya berbagai kotoran yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap. Dengan adanya long storage tersebut, air yang ada
dapat digunakan untuk melakukan penggelontoran saluran. Pengaturan air pada saat
akan dilakukan penggelontoran dapat dilakukan menggunakan bantuan pintu air
maupun bangunan air sejenis, yang dioperasikan oleh masyarakat setempat.
Peningkatan luas badan air sungai dimaksudkan untuk meningkatkan daya retensi
sungai terhadap air. Komponen retensi alamiah di wilayah sungai, sempadan sungai,
dan badan sungai dapat ditingkatkan dengan cara menanami kembali sempadan dan
sungai yang telah rusak serta memfungsikan daerah genangan atau Folder alamiah di
sepanjang sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung banjir
4) Pemeliharaan kebersihan
Teknologi berkelanjutan yang sekarang banyak diterapkan salah satunya adalah Bio-
Engineering, yaitu pemanfaatan tetumbuhan untuk perbaikan-perbaikan struktur fisik
wilayah sungai. Contoh penerapan Bio-Engineering atau Eko-Engineering adalah untuk
IV - 5
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
mengatasi permasalahan longsor. Longsoran tebing, erosi pada dinding penahan tanah,
erosi di sekitar pilar jembatan, dan jebolnya tanggul merupakan efek dari
meningkatnya kecepatan air dan debit air.
Vertiver grass adalah tanaman yang sangat mudah tumbuh di berbagai tingkat
kesuburan tanah, tahan kekeringan dan tahan genangan air serta penanamannya
mudah relatif tanpa pemeliharaan. Akar vertiver ini tumbuh lebat menancap ke bawah
(dapat mencapai 3 m), sehingga tidak terjadi perebutan unsur hara dengan tanaman
lain. Sifat yang menguntungkan lainnya adalah umumya panjang dan dapat bertahan
selama puluhan tahun. Jenis Vertiver adalah yang tidak menghasilkan biji, tidak
mempunyai akar yang dapat menghasilkan tanaman baru dan sekaligus berfungsi
sebagai ranting Dengan karaktenstik ini Vertiver tidak akan berkembang liar di luar
daerah rencana, tidak mengganggu tanaman pertanian di sekitamya dan tikus tidak
mau masuk karena bau akarnya. Daun Vertiver relatif rimbun sebagai penangkal erosi
akibat hujan Akarnya yang kuat akan mengikat tanah disekitarnya Satu jalur Vertiver
sepanjang kontur akan berfungsi mengikat tanah, menahan sedimen dan lumpur yang
terbawa air. Maka dapat terbentuk bangku terasering yang stabil. Beberapa lokasi
sungai di Indonesia yang sudah dilakukan penanaman Vertiver untuk perlindungan
tebing adalah Sungai Pecangaan dan Sungai Wulan di Seluna Jawa Barat, Sungai
Cisanggurung, Sungai Gjangkelok di Jawa barat.
IV - 6
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Bambu ini dapat dijumpai di sebagian besar tebing sungai. Tebing sungai merupakan
habitat yang sangat cocok untuk tanaman bambu. Dalam kaitannya dengan perbaikan
tebing, bambu dapat ditanam di sepanjang bagian tebing yang dianggap rawan Di
samping itu dapat juga dikombinasikan dengan tanaman Vertiver dan Ipomea.
Kombinasi konstruksi Bambu, vertiver dan Ipomea sesuai untuk lokasi yang mempunyai
kondisi dimana kecepatan air saat banjir kurang dan 1,5 m/dt, air banjir banyak
membawa sedimen tersuspensi (banyak membawa lumpur) dan dasar sungai bukan
tersusun oleh batu kerikil.
Cara pemasangannya adalah batang bambu dipasang vertikal pada lokasi yang
tebingnya mengalami ancaman gerusan, batang melintang mendatar dipasang dan
diikatkan pada batang vertikal sebagai penguat. Di antara baris batang vertikal
dimasukkan ranting pohon (segala jenis ranting dan dahan pohon). Dengan ini
terbentuklah krib porous yang dapat menahan air banjir dan mengikat sedimen.
Setelah endapan terbentuk maka Karangkungan atau Vertiver ditanam Selanjutnya
akan tumbuh kuat dan tumbuhnya tidak teratur saling tindih dan terkait sehingga dapat
mempercepat proses pengendapan. Pada saat batang bambu mulai rapuh dimakan
panas dan waktu, vertiver atau karangkungan dan endapan baru pada kaki tebing
sungai cukup stabil dan mampu menahan gerusan.
Batang pohon yang tak teratur, pohon tumbang baru dan belum dipotong dahan dan
rantingnya, dapat dipasang pada bagian yang longsor. Di daerah pegunungan dapat
dipakai pohon cemara. Bagian bawah (akarnya) diletakkan di hulu membujur di
IV - 7
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
sepanjang tebing yang longsor. Untuk dataran rendah dapat digunakan pohon-pohon
atau bambu di sekitar sungai yang ada. Pada longsoran yang panjang dapat digunakan
sejumlah batang pohon yang dipasang memanjang.
Gabungan (ikatan) batang dan ranting pohon membujur dengan mengikat dahan dan
ranting pohon memanjang dapat dipasang dengan dipatok disepanjang kaki tebing
sungai Fungsi utamanya adalah untuk menahan kemungkinan longsornya tebing akibat
arus air. Jenis tumbuhan (ranting-dahan) dipilih di daerah setempat, misalnya batang
tanaman 'mantang-mantangan' atau bambu-bambu yang berukuran kecil. Ikatan
tersebut sebaiknya ditimbun tanah sebagian sehingga mendorong tumbuh. Untuk
menjaga kebasahan selama masa pertumbuhan, maka ikatan tersebut harus di
letakkan di bawah atau pada muka air rata-rata
Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu dan tanah di dalamnya memiliki prinsip
yang sama dengan ikatan batang, hanya di bagian dalam ikatan tersebut diisi dengan
batu dan tanah. Fungsi batu dan tanah ini adalah sebagai alat pemberat sehingga
ikatan tidak terbawa arus. Di samping itu mempermudah tumbuhnya batang dan
ranting tersebut.
Pagar ini dapat dibuat dengan bambu atau batang atau ranting pohon yang ada di
sekitar sungai. Penancapan pilar pagar sekitar 50 cm dan jarak pilar antara 50-80 cm.
Pagar di pasang di dasar sungai dengan bagian atas di bawah tinggi muka air rata-rata.
Pemasangan pagar ini paling tepat sebelum musim penghujan. Tergantung jenis
tanaman setempat, dalam waktu berapa bulan tanaman di belakang pagar sudah bisa
tumbuh.
Penutup tebing untuk menanggulangi erosi ini dapat dibuat dan berbagai macam
bahan, misalnya dari alang-alang, mantang-mantangan, jerami kering, rumput gajah
kering, daun kelapa dll. Di bagian bawah dipasang ikatan batang pohon untuk
IV - 8
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
penahan. Diantaranya bisa ditanami dengan vegetasi. Jenis vegetasi sebaiknya adalah
vegetasi yang ditemukan di sekitar lokasi tersebut
Untuk melindungi erosi dan longsoran tebing yang terjal dapat digunakan perlindungan
dengan tanaman. Jenis tanaman disesuaikan dengan jenis tanaman yang didapat di
sekitar lokasi Panjang batangnya sekitar 60 cm masuk ke dalam tanah dengan diurug
diatasnya dan sekitar 20 cm yang di luar Dengan cara pengurugan ini didapat kondisi
tanah yang gembur dan memungkinkan hidupnya tanaman tersebut. Dengan masukan
sedalam 60 cm ke dalam tanah make akan didapat tanaman yang kuat mengikat tebing
sungai.
Tebing-tebing sungai yang tanpa tanaman sebaiknya sesegera mungkin ditanami. Jenis
tanaman dapat dipilih dan daerah setempat Bambu adalah salah satu jenis vegetasi
yang banyak dijumpai di sepanjang sungai di Indonesia. Penanaman bambu dapat
dilakukan dengan memilih beberapa jenis bambu yang sesuai dengan lebar dan
kedalaman sungai. Jenis-jenis bambu yang pendek dan kecil dapat ditanam pada
sungai yang relatif kecil Sedang bambu tinggi dan besar batangnya digunakan pada
tebing sungai besar. Tanaman di tebing sungai ini selain berfungsi sebagai pelindung
tebing juga berfungsi sebagai retensi aliran, sehingga kecepatan aliran turun dan banjir
di hilir dapat dikurangi.
Pasangan batu kosong akan lebih kuat jika dicelah-celahnya ditanami tanaman-
tanaman yang sesuai. Dengan tanaman tersebut batu akan semakin kokoh terikat pada
tebingnya
Krib penahan arus atau pembelok arus dapat dibuat bai dari batu-batu kosong, pagar
datar atau batu dan akar/sisa pohon bagian bawah. Dengan krib ini akan terjadi
sedimentasi di sekitar krib khususnya di belakang krip. Dengan sedimentasi ini maka
tebing di belakang krib akan terlindungi.
IV - 9
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Untuk menjamin dan terarahnya kegiatan perencanaan maka perlu adanya suatu
panduan yang menggambarkan tahapan-tahapan kegiatan untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang diharapkan. Panduan atas tahapan-tahapan kegiatan ini
digambarkan dalam suatu diagram alir yang digambarkan dibawah ini, yang mana
setiap langkah (dalam diagram alir ditunjukan dalam bentuk panah) mempunyai
sasaran berupa produk atau awal dari kegiatan berikutnya.
b. Tahapan kegiatan survey dan investigasi serta evaluasi dan analisa data
dimana sasarannya adalah tersedianya data lapangan untuk dianalisa dan
dievaluasi yang ditandai dengan produk laporan interim.
IV - 10
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
− Laporan Pendahuluan.
− Laporan Interim.
− Draft Laporan Akhir
− Final Laporan Akhir
− Penyusunan BOQ dan RAB.
− Penyusunan Laporan Pendukung.
Disamping kegiatan-kegiatan yang disebutkan diatas pada pekerjaan ini juga akan
dilakukan asistensi dan diskusi sebagai kontrol dan arahan direksi terhadap
pelaksana atas kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilanjutkan yaitu berupa :
− Asistensi konsep alternatif model drainase, dalam hal menentukan tipe dan
jenis bangunan pengamanan yang akan direncanakan, serta pembahasan atas
alternatif-alternatif desain.
− Diskusi Draft laporan Antara, yang akan membahas hasil identifikasi dan
inventrasisasi lokasi kajian termasuk didalamnya permasalahan-permasalahan
eksisting yang terjadi beserta beberapa alternatif solusinya, Kemajuan
pekerjaan dan rencana kerja selanjutnya. Diskusi ini dilakukan juga untuk
mendapatkan masukan dari pihak yang terkait sehingga draft laporan ini dapat
disempurnakan menjadi laporan Antara.
− Diskusi draft laporan akhir, yang membahas hasil studi keseluruhan untuk
mendapatkan masukan dari pihak yang terkait sehingga konsep laporan ini
dapat disempurnakan menjadi laporan akhir.
Hubungan dan urutan kegiatan serta produk yang diharapkan akan dapat
dihasilkan digambarkan pada bagan alir dibawah ini.
IV - 11
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Persiapan
Evaluasi Kinerja
dan
Identifikasi Permasalahan
Alternatif
Kualitas Kuantitas
Penanganan
Penambahan
Modifikasi
pada sistem
sistem yang ada
yang baru
Tidak Setuju
Setuju
IV - 12
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
1. Administrasi Proyek
Mempersiapkan administrasi proyek meliputi buku kontrak, surat
perintah mulai kerja (SPMK) dan surat penyerahan lapangan (SPL).
2. Persiapan Personil
Dengan dimulainya kegiatan proyek maka konsultan mempersiapkan
personil tenaga ahli yang tercantum di dalam proposal teknis. Setiap
tenaga ahli akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan
survey meliputi form survey maupun daftar (check list) kebutuhan data
sekunder yang diperlukan.
Personil yang harus di persiapkan dalam rangka penyusunan Master
Plan Drainase di Kota Cimahi, terdiri dari tenaga ahli dan tenaga
pendukung.
IV - 13
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
• Estimator
• Drafter
• Operator Komputer
• Administrasi / Sekretaris
IV - 14
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Tabel 4.1.
Kebutuhan Data dan Peta
Data sekunder yang bersifat khusus adalah data yang dibutuhkan oleh
masing-masing tenaga ahli untuk keperluan analisa detail yang biasanya
hanya didapatkan dari daerah meliputi :
Tabel 4.2.
Kebutuhan Data Sekunder dari Daerah.
No. Jenis Data Sumber
1. Data hujan beberapa pos hujan yang berada di BMG, Stasiun Pengamatan
DPS proyek. Setempat, Stasiun
Pengamatan Dirgantara.
3. Data AWLR (Automatic Water Level Dinas Pengairan Setempat.
Recoreder) dan debit sungai. (Dinas PU Cimahi)
4. Peta dan rekaman data genangan banjir. Dinas Pengairan Setempat
(Dinas PU Cimahi)
5. Buku hasil studi dan perencanaan yang pernah BAPPEDA Cimahi dan
dilakukan yang berkaitan dengan banjir. Instansi Terkait Dinas PU
cimahi.
6. Titik Bench Mark (BM) referensi. BAPPEDA Cimahi dan
Instansi Terkait Dinas PU
cimahi.
7. Data Banjir serta lokasi dan infrastruktur BAPPEDA Cimahi dan
yang rusak. Instansi Terkait Dinas PU
cimahi.
8. Dan lain-lain. Intansi Terkait
IV - 15
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
D. Orientasi Lapangan
IV - 16
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Tabel 4.3
Metode Survey dan Investigasi
IV - 17
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 18
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 19
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 20
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
S*k
Sk** =
Dy
k
Σ (Yi – Y)
i=1
Dy2 =
n
Nilai statistik Q dan R :
Q = maks ⏐Sk**⏐
0≤k≤n
R = maks Sk** - maks Sk**
IV - 21
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
0 ≤ k ≤ n0 ≤ k ≤ n
Dengan melihat nilai statistik di atas maka dapat di cari nilai Q/√n
dan R/√n. Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/√n
syarat dan R/√n syarat, jika lebih kecil maka data masih dalam
batasan konsisten.
Apabila dari uji sebaran data masuk di dalam salah satu syarat
tersebut di atas maka metode tersebut yang akan digunakan.
Berikut diterangkan metode distribusi yang dapat di gunakan.
Metode Gumbel :
Persamaan-persamaan dasar :
X Tr = X + K . S x
Dimana :
X Tr = Curah hujan pada periode ulang Tr.
Tr = Periode Ulang (tahun).
IV - 22
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
K = Faktor frekuensi.
Persamaan faktor frekuensi :
( Y Tr − Y n )
K =
S n
Tabel 4.5.
Nilai Yn dan Sn
N Yn Sn N Yn Sn
10 0.4952 0.9496 16 0.5157 1.0316
11 0.4996 0.9676 17 0.5181 1.0411
12 0.5035 0.9833 18 0.5202 1.0493
13 0.5070 0.9971 19 0.5220 1.0565
14 0.5100 1.0095 20 0.5225 0.0628
15 0.5128 1.0206 21 0.5252 1.0696
Persamaan Ytr (reduced variate) merupakan fungsi periode ulang (T) :
⎡ T ⎤
YTr = ⎢0,834 + 2,303 log r − 1⎥
⎣ Tr ⎦
Tabel 4.6.
Nilai Ytr Berbagai Periode Ulang
Periode Ulang (T) Reduce Variate (Ytr)
2 0.3665
5 1.4999
10 2.2502
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
IV - 23
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 24
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Evaluasi DPS
Dari data tataguna lahan, peta rupa bumi serta peta geologi akan dapat
diketahui perubahan DPS sehingga dapat di analisa pengaruh perubahan
tataguna lahan dengan karakteristik debit sungai. Di DPS akan diidentifikasi
daerah kritis longsoran maupun daerah kritis yang perlu reboisasi. Analisa
DPS dilakukan dengan menggunakan metode analisa watersheed
management di mana ada kesinkronan antara penggunaan lahan dengan
recovery lingkungan alami atau dalam istilah pembangunan yang
berkelanjutan.
1.Kependudukan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keadaan penduduk yang
menempati sekitar lokasi pekerjaan. Masalah kependudukan yang ditelaah
adalah jumlah dan perkembangan penduduk, mata pencaharian, sanitasi,
IV - 25
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
2.Penggunaan Lahan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keadaan lahan yang telah
digunakan di lokasi pekerjaan. Lahan dalam suatu pemukiman biasanya
terbagi menjadi dalam 3 bagian, yaitu lahan usaha, lahan pekarangan dan
lahan untuk fasilitas sosial. Produksi pertanian di lokasi pekerjaan pun perlu
diketahui.
Selain faktor tersebut di atas beberapa aspek lain yang sangat penting dalam
rangka penentuan alternatif jaringan dan penanganan drainase adalah :
IV - 26
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
tahunan). Debit run off puncak menjadi dasar/acuan dalam analis hidraulik
untuk menentukan dimensi saluran drainase.
3. Saluran Drainase Eksisting.
Beberapa parameter penting berkaitan dengan aspek saluran drainase
eksisting yang menjadi bahan pertimbangan dalam kajian system jaringan
drainase, antara lain :
• Lokasi, panjang, dimensi, dan daya dukung/kemampuan saluran drainase
eksisting
• Tata letak saluran drainase eksisting dan saluran pembuang.
4. Lingkungan/Banjir/Sanitasi
Beberapa parameter penting yang berkaitan dengan aspek
lingkungan/banjir/sanitasi adalah :
• Wilayah, luas, lama, frekuensi, tinggi dan penyebab genangan banjir
(Lihat Lampiran G).
• Tata letak bangunan
• Jaringan jalan, sungai dan bangunan yang sudah ada.
5. Sosial Ekonomi
Beberapa parameter/informasi penting dari aspek sosial ekonomi (sosek)
adalah:
• Perilaku/kepedulian masyarakat dalam penanganan sampah/sanitasi
drainase.
• Kerugian akibat banjir, baik kerugian materi maupun jiwa.
• Konsultasi dengan masyarakat dan lembaga terkait.
6. Geologi
IV - 27
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
IV - 28
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
P = b + 2 h 2 + m 2 h 2 = b + 2h (1 + m 2 )
A ( b + mh ) h
R = =
P b + 2 h (1 + m 2
)
V =KR 3 i
2 1
2
2
⎛ ( b + mh ) h ⎞ 3
V = K⎜ ⎟ 1
i 2
⎜ b + 2 h (1 + m 2 ) ⎟
⎝ ⎠
CHECK :
A Q
h= = Ulangi masukkan hcoba hingga h = hcoba dan Qcheck
(b + mh) V(b + mh)
= Qperlu
Q=A.V
Dimana :
Q = debit yang diperlukan (m3/det)
A = luas penampang basah (m2)
V = kecepatan air dalam saluran (m/det)
P = keliling basah saluran (m)
R = jari-jari hidraulis (m)
i = kemiringan garis energi atau kemiringan dasar saluran
b = lebar dasar saluran (m)
h = kedalaman air (m)
m = bagian horizontal pada kemiringan lereng / talud saluran
( bagian vertikal adalah 1 )
w = waking / freeboard (m)
IV - 29
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Mulai
Input K; I; m; b ; Q
Coba h = ho
n = b/ho
No
A=ho2 x (n=m)
No P=ho x (n+2x(1+m2)0.5)
R = A/P
V=K x R2/3 x i0.5
A=O/P
h=(A/(n+m))0.5
h = ho
Fr Fr > 0.55
Fr < 0.55
Dimensi Definitif
Q; V; b; h; I; m; n
Selesai
IV - 30
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
4.8. Diskusi/Presentasi
Untuk menangani pekerjaan ini wajib mengadakan diskusi dengan tenaga ahli
yang terlibat (intern) maupun kepada Direksi pekerjaan guna memperoleh
masukan. Asistensi kepada pemberi pekerjaan diadakan minimum 1 (satu) kali
setiap bulan, dengan permasalahan yang dibahas mengenai pekerjaan yang telah
diselesaikan, sekaligus menyampaikan alternative pilihan, guna memperoleh
persetujuan dan mengajukan program kerja selanjutnya.
Untuk memudahkan monitoring pekerjaan agar pihak Konsultan membuat buku
asistensi.
Buku tersebut berisi catatan, tanggal dan bulan mengenai perintah, hasil diskusi,
persetujuan dan lain-lain dengan Direksi serta sebagai catatan pihak Konsultan
mengenai item/produk pekerjaan yang telah dilakukan/diselesaikan. Catatan
tersebut ditanda tangani oleh pihak Direksi (Asisten Perencanaan) dan Pihak
Konsultan.
Untuk setiap bagian item/bab pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Konsultan
agar diasistensikan secara bertahap ke Direksi, sehingga Direksi bisa mengontrol/
mengoreksi hasil pekerjaan dengan baik.
Diskusi dan expose dilaksanakan dengan tahap sebagai berikut:
a. Diskusi I
Membahas bahan-bahan inception report yang diajukan oleh Konsultan dengan
pihak Direksi (Ass. Perencanaan) yang dilakukan di kantor Pemberi Jasa yang di
ikuti oleh instansi terkait.
b. Diskusi II
Dilaksanakan sampai kegiatan pertengahan proyek berjalan, pembahasan
dilaksanakan dikantor pemberi jasa, selama dilaksanakan diskusi/asistensi
Konsultan membuat catatan hasil-hasil diskusi/asistensi dan daftar hadir untuk
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.
c. Diskusi III
Dilaksanakan pada saat Konsultan telah selesai menganalisa data dan menyiapkan
draft Masterplan. Pembahasan dilaksanakan dikantor pemberi jasa setelah pihak
Direksi (Ass. Perencanaan) memeriksa laporan.
IV - 31
LLaappoorraann PPeennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Selama diskusi membuat catatan hasil-hasil dan daftar hadir untuk diserahkan
kepada Direksi Pekerjaan.
Tabel 4.7.
Tempat Diskusi/Presentasi
IV - 32
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
V-1
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Untuk memudahkan dalam pelaksanaan evaluasi dan monitoring terhadap tenaga ahli
pelaksana pekerjaan, sesuai dengan waktu yang ditugaskan dalam menangani pekerjaan
ini, maka dibuatlah schedule penugasan personil. Dalam menyusun schedule penugasan
Tenaga Ahli didasari beberapa pertimbangan antara lain ialah:
a) Lingkup Pekerjaan.
b) Kondisi dan Permasalahan yang akan dihadapi.
c) Tujuan dan Hasil akhir pekerjaan.
d) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
Schedule penugasan Tenaga Ahli dalam pelaksanaan Pekerjaan disajikan pada Gambar 5.5.
Fasilitas kantor dan lapangan disediakan oleh Konsultan selama periode kontrak yang
digunakan untuk kelancaran operasional pekerjaan. Selain itu beberapa peralatan
untuk pengambilan data juga akan disiapkan oleh Konsultan. Fasilitas itu
antara lain :
¾ Fasilitas Kantor.
¾ Peralatan Kantor.
¾ Peralatan Survey & Inventarisasi
¾ Kendaraan Proyek.
Fasilitas kantor yang akan disiapkan oleh Konsultan adalah menyiapkan/sewa kantor
yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.
a. Telepon.
b. Komputer.
c. Printer.
d. Scanner.
e. Meja dan mesin Gambar.
V-2
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Peralatan survey lapangan yang disiapkan berupa sewa peralatan antara lain :
a. Theodolite
b. Waterpass
c. Roll Meter.
d. Kompas.
e. Kamera Digital.
f. Stopwatch.
g. GPS.
h. Perlengkapan survey
Untuk kecepatan mobilitas personal dan guna efektifitas pekerjaan, maka Konsultan
akan menyiapkan kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua.
V-3
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
No Uraian Pekerjaan
I Persiapan
Persiapan Adimistrasi dan Peralatan
Studi Literatur
Perumusan Rencana Kerja
Koordinasi dengan Instansi Terkait
Survey Awal
II Pengumpulan Data
Survey Identifikasi Pemanfaatan Lahan
Survey Identifikasi Lokasi Genangan/Banjir
Survey Identifikasi Sistem Drainase Eksisting
Survey Topografi
Survey Geologi
V Perencanaan
Kajian Sistem Jaringan Drainase
Alternatif Jaringan & Penanganan Drainase
Prediksi Kebutuhan Struktur Bangunan Air
Perhitungan Debit & Dimensi Saluran
Penggambaran
VI Pelaporan
Laporan Pendahuluan
Pembahasan Laporan Pendahuluan
Laporan Interim
Pembahasan Laporan Interim
Laporan Draft Akhir
Pembahasan Laporan Draft Akhir
Laporan Pendukung
Laporan Akhir
V-4
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
SPMK
PERSIAPAN ADMINISTRASI
ORIENTASI LAPANGAN
PENYUSUNAN
LAPORAN PENDAHULUAN
YA
PERBAIKAN
BUKU
LAPORAN
PENDAHULUAN
PENYUSUNAN
LAPORAN ANTARA
YA
PERBAIKAN
BUKU
LAPORAN
ANTARA
V-5
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
V-6
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
V-7
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
SATKER Direktur
Utama
Ahli Teknik Ahli Ahli Teknik Ahli Drainse Ahli Geodesi Ahli Ahli Sosiologi &
Hidrologi Hidrolika Geologi & Perkotaan Lingkungan
Mektan Antropologi
V-8
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
V-9
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Semua kegiatan pelaksanaan dan hasil pekerjaan akan dilaporkan secara berkala sesuai
dengan ketentuan yang telah disepakati.
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah:
A. Laporan Pendahuluan
Konsultan menyiapkan laporan pendahuluan yang berisikan hasil kesimpulan
sementara pengumpulan data, studi literatur, rencana pengembangan daerah
manfaat sungai, program pekerjaan studi, penyajian lapangan, rincian program dan
penjelasan cara melaksanakan studi berikut hambatan-hambatan yang diperkirakan
akan timbul, jadwal pekerjaan dan personil tetap untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut dan lain-lain. Jumlah laporan yang harus diserahkan sebanyak 10
(sepuluh) rangkap diserahkan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak
diterbitkannya SPMK. Tahap ini diikuti dengan diskusi dan pembahasan materi
laporan yang melibatkan pihak direksi, konsultan dan instansi terkait.
B. Laporan Interim
Laporan ini berisikan hasil pekerjaan Survey atau penyelidikan lapangan dan
analisis data yang telah dilaksanakan, rencana alternatif, formulasi dan metoda
pengembangan lainnya. Untuk keperluan pembahasan, jumlah laporan diserahkan
sebanyak 10 (sepuluh) rangkap dan selambat-lambatnya diserahkan 45 (empat
puluh lima) hari sejak SPMK ditandatangani. Hasil pembahasan laporan dimasukkan
dalam Konsep Laporan Akhir. Tahap ini diikuti dengan diskusi dan pembahasan
materi laporan yang melibatkan pihak direksi, konsultan dan instansi terkait.
VI - 1
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
D. Laporan akhir
Laporan ini merangkum semua hasil pekerjaan secara keseluruhan, yang telah
ditanggapi dan tanggapan, masukan, dan perbaikan-perbaikan yang telah
disepakati bersama. Laporan akhir diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap.
1. Laporan Pendahuluan
a. Buku Laporan Pendahuluan 10 buku
2. Laporan Antara
a. Buku Laporan Antara 10 buku
4. Laporan Pendukung
a. Buku Laporan Topografi 5 buku
b. Buku laporan analisa Hidrologi 5 buku
c. Buku Laporan Analisa Geologi 5 buku
d. Buku Laporan Kajian Kemasyarakatan 5 buku
e. Buku Laporan Detail Desain 10 buku
f. Buku Laporan BQ dan RAB 10 buku
5. Gambar
a. Gambar Dam Site dan Daerah Genangan Skala 1 : 500 5 buku
b. Gambar Master Plan Drainase Sekota Cimahi 5 buku
c. Gambar DED Master Plan Drainase Sekota Cimahi 5 buku
d. Gambar Bangunan Air Lainnya 5 buku
e. Gambar Potongan Detail 5 buku
VI - 2
L
Laappoorraann P
Peennddaahhuulluuaann
Master Plan Drainase di Kota Cimahi
Catatan:
• Laporan pendahuluan harus didiskusikan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
• Semua Produk/Laporan harus diserahkan tepat pada waktunya.
VI - 3