Anda di halaman 1dari 6

KELAINAN REFRAKSI & AKOMODASI

Disampaikan oleh : Nurcahya Ardian Bramantha, dr., Sp.M(K).


Dirangkum oleh : Dimas Adjie Yuda M/J500170122

A Definisi dan Klasifikasi


Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan cahaya sehingga bayangan tidak fokus tepat
di retina mata yang mengakibatkan penglihatan menjadi kabur. Dikenal beberapa titik di
dalam bidang refraksi, yaitu Punctum proximum(titik terdekat dimana mata masih bisa
melihat jelas) dan Punctum remotum(titik terjauh dimana mata masih bisa melihat jelas).
Sedangkan klasifikasi dari kelainan refraksi (ametropia) adalah:
1. Myopia/near sightedness (rabun jauh)
2. Hipermetropia/hipermiopia/far sightedness (rabun dekat)
3. Astigmatisme/silinder
4. Presbiopia (beberapa sumber mengatakan presbiopia bukan ametropia, namun
kelainan akomodasi akibat penuaan)
B Pemeriksaan Visus Mata dengan Kartu Snellen

1 Yang perlu diperhatikan:


i) Pemeriksaan dilakukan 6 meter atau 20 feet dari kartu Snellen
ii) Tentukan baris huruf terkecil yang masih dapat dibaca
iii) Cara membaca misal 6/20: pasien dapat membaca jelas sejauh 6 meter sedangkan
orang normal 20 meter. Jika pasien membaca 2 kesalahan huruf pada suatu baris,
maka menjadi 6/20-2
iv) Bila pasien tak bisa membaca huruf terbesar (E) maka lanjutkan tes hitung jari. Bila
bisa melihat hitungan jari maka interpretasinya n/60. Hendaknya dilakukan dari jarak
1m, 2m, dst.
v) Bila pasien tak bisa mengidentifikasi tes hitung jari maka dilanjutkan tes lambaian
tangan. Bila bisa melihat lambaian maka interpretasinya n/300.
vi) Bila pada tes lambaian tangan pasien tak bisa melihat jelas maka dilanjutkan tes sinar.
Bila bisa melihat sinar maka interpretasinya 1/tak hingga
vii) Bila pasien tak bisa melihat sinar maka dinyatakan buta.
2 Cara pemeriksaan:
i) Letakkan kartu Snellen jarak 6 meter dari pasien
ii) Mata kiri ditutup dahulu/uji mata kanan dahulu
iii) Minta pasien membaca sampai huruf terkecil semampu pasien
iv) Letakkan lensa +0.50 D untuk menghilangkan akomodasi
v) Bila setelah diletakkan lensa positif:
(1) Penglihatan bertambah jelas dan ketika dinaikkan derajat lensa makin jelas:
pasien hipermetropia
(2) Pemeriksaan visus pada hipermetropia: setelah tercapai visus 6/6 maka ditambah
lagi lensa +0.25 D sampai penglihatan kabur. Derajat hipermetropia yang dicatat
adalah kekuatan lensa terbesar yang memberi tajam penglihatan terbaik. Misal
pasien visus 6/6 tercapai dengan lensa +2,00 D maka tambah lagi +0.25 D lalu
tanyakan masih jelas atau kabur, bila masih jelas tambah lagi +0.25 D lalu
tanyakan lagi jika sudah kabur maka dapat disimpulkan kekatan lensa koreksinya
adalah +2.25 D.
(3) Bila tidak bertambah baik kemungkinan:
(a) Bila bertambah baik dengan lensa negatif maka pasien miopia, terus lakukan
cara seperti diatas hanya saja derajat miopia yang dicatat adalah kekuatan
lensa terkecil yang memberi tajam penglihatan terbaik.
(b) Bila penglihatan tak terkoreksi dengan semua cara diatas lakukan tes pinhole.
Tes pinhole menunjukan kelainan penglihatan kabur berasal dari refraksinya
atau kekeruhan refraksinya. Jika dengan tes pinhole hasilnya negatif maka
disimpulkan keluhan pandangan kabur disebabkan adanya kekeruhan atau
kelainan n.opticus. jika tes pinhole hasilnya positif maka lanjutkan tes
astigmatisme.
C Myopia/near sightedness (rabun jauh)
1 Definisi
Suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar tanpa akomodasi difokuskan pada satu titik
di depan retina.

2 Klasifikasi
i) Berdasar etiologinya
(1) Miopia refraktif: miopia karena indeks bias pada media refrakta tinggi (makin
tinggi makin myopia)
(2) Miopia axial: miopia karena panjangnya sumbu anteroposterior bola mata, namun
kelengkungan cornea dan lensa tetap normal.
ii) Berdasar derajatnya
(1) Miopia ringan : 1sampai 3 D
(2) Miopia sedang: 3 sampai 6 D
(3) Miopia berat : lebih dari 6 D
iii) Berdasar perjalanannya
(1) Miopia stasioner : miopia yang menetap setelah dewasa
(2) Miopia progresif : terus bertambah pada dewasa akibat panjang bola mata
(3) Miopia maligna : progresif sehingga dapat mengakibatkan ablasio retina
3 Manifestasi klinis
i) Tidak mampu melihat obyek jauh dengan jelas, tanpa disertai adanya gangguan
penglihatan dekat
ii) Kebiasan menyipitkan mata pada saat melihat obyek jauh bagi penderita myopia,
merupakan suatu upaya agar terbentuk depth of focus didalam bolamata
iii) Jika derajat miopia tinggi maka punctum remotum kedua mata akan pendek jaraknya,
dapat dibayangkan seperti kita melihat benda didekatkan di depan hidung, sehingga
kedua mata dapat mengalami estropia/strabismus konvergen.
4 Patofisiologi
i) Sumbu anteroposterior bola mata yang terlalu panjang lebih dari 22.6 mm
ii) Daya refraksi yang terlalu besar (makin besar makin miopia)
5 Pemeriksaan fisik
i) Inspeksi: pasien menyipitkan mata, mengeluhkan pusing bahkan estropia
ii) Pemeriksaan visus/tajam penglihatan dengan kartu Snellen
6 Pemeriksaan penunjang
i) Funduskopi: terdapat miopia kresen yaitu gambaran bulan sabit pada polus posterior
fundus. Pada miopia tinggi ditemukan degenerasi makula dan retina bagian perifer.
7 Tatalaksana
i) Lensa concave (lensa negatif)
ii) Lensa kontak: softlens
iii) Untuk myopia yang agak berat dapat dilakukan koreksi:
iv) LASEK (Laser Epithelial Keratomileusis): koreksi myopia 6,00 D sampai 8,00 D.
Komplikasinya nyeri pasca operasi
v) LASIK (Laser In Situ Keratomileusis): koreksi myopia 8,00D sapai 10,00 D.
Komplikasi adalah dry eye sebab banyak saraf kornea yang terpotong
vi) Pada myopia berat dapat dilakukan clear lens extraction (CLE) yang diikuti
penanaman lensa intraokuler.
vii) Implanted contact lens (ICL)
8 Komplikasi
i) Retinal detachment
ii) Glaukoma sudut terbuka
D Hipermetropia/far sightedness (rabun dekat)
1 Definisi
Hypermetropia(hiperopia) merupakan suatu keadaan dimana sinar-sinar sejajar yang
memasuki bolamata dibiaskan oleh media refrakta dibelakang retina.
2 Klasifikasi
i) Menurut etiologinya
(1) Hipermetropia axial : macula oedem, tumor retroorbita
(2) Hipermetropia refrakta : cornea plana, afakia(pasca bedah katarak)
ii) Menurut derajatnya
(1) Ringan : antara +0.25 sampai +3.00
(2) Sedang: antara +3.25 sampai +6.00
(3) Berat : lebih dari +6.00
iii) Menurut akomodasinya
(1) Hipermetropia total: Hipermetropia total= hipermetropia manifes + hipermetropia
laten yang didapat setelah pemberian siklopegik
(2) Hipermetropia manifes: hipermetropia yang tidak dapat terkoreksi dengan
kontraksi m.ciliaris tetapi terkoreksi oleh lensa positif. Hipermetropia manifes=
fakultatif + absolut.
(a) Hipermetropia absolut adalah hipermetropia yang tidak terkoreksi dengan
akomodasi
(b) Hipermetropia fakultatif adalah hipermetropia yang masih terkoreksi dengan
akomodasi
(3) Hipermetropia laten: hipermetropia yang didapat setelah pemberian siklopegik
Contoh: pasien visusnya 6/20 setelah diberi +2.00 jadi 6/6 kemudian ditambah
+0.50 tetap jelas 6/6, saat setelah diberi siklopegik kekuatan lensa agar visus 6/6
adalah +5.00.
Sehingga bisa disimpulkan:
 Hipermetropia absolut = +2.00
 Hipermetropia fakultatif = +0.50
 Hipermetropia manifes = +2.00 + +0.50 = +2.50
 Hipermetropia laten = +5.00 - +2.50 = +2.50
3 Manifestasi klinis
i) Pada anak tak memberi keluhan karena akomodasinya masih sangat baik
ii) Sakit kepala, diplopia, strabismus pada dewasa
4 Patofisiologi
i) Sumbu anteroposterior bola mata yang terlalu pendek kurang dari 22.6 mm
ii) Daya refraksi yang terlalu kecil.
5 Pemeriksaan fisik
i) Inspeksi: gejala seusai manifestasi klinis
ii) Pemeriksaan visus dengan kartu snellen
6 Tatalaksana
i) Memerlukan lensa cembung/konvex dikoreksi dengan hipermetropia manifes
ii) Bila terdapat juling ke dalam (estropia) diberi kacamata koreksi hipermetropia total
iii) Bila terdapat juling ke luar (eksforia) diberi kacamata koreksi hipermetropia positif
kurang (dikurang +1.00 D pada resep)
7 Komplikasi
i) Glaukoma sudut tertutup
E Astigmatisme/silinder
1 Definisi
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar di fokuskan bukan satu titik namun banyak titik.
Dikarenakan bentuk lengkung cornea seperti permukaan telur (cornea normal seperti
lengkung bola sempurna)
2 Etiologi
i) Astigmat regularis: terdapat dua bidang penglihatan dengan daya bias kuat dan lemah
ii) Astigmat iregularis: permukaan cornea tidak teratur sehingga menghasilkan titik
fokus banyak (sikatriks cornea)
3 Jenis
i) Astigmat myopicus simplex: hanya ada kelainan astigmat bersifat negatif
ii) Astigmat myopicus compusitus: ada kelainan astigmat bersifat negatif dan myopia
iii) Astigmat hipermetropicus simplex: hanya ada kelainan astigmat bersifat positif
iv) Astigmat hipermetropicus compusitus: ada kelainan astigmat bersifat positif dan
hipermetropia
v) Astigmat mixtus: ada kelainan astigmat negatif/positif dan myopia/hipermetropia

4 Pembagian lain
i) Astigmat lazim (with the rule): sering pada anak dengan panjang meridian vertikal
lebih kuat daripada horizontal sehingga dikoreksi dengan lensa silinder negatif axis
180 derajat.
ii) Astigmat tak lazim (againts the rule): sering pada dewasa dengan panjang meridian
horizontal lebih kuat daripada vertikal sehingga dikoreksi dengan lensa silinder
positif
5 Tatalaksana
i) Dikoreksi dengan lensa silinder, tapi pertama dilakukan pemeriksaan visus seperti
biasa.
ii) Menentukan axis menggunakan kipas astigmat, minta pasien untuk mengidentifikasi
garis tertebal. Maka dengan menambah 90 derajat itu adalah axis nya. (bila regularis)
iii) Menggunakan alat placido (bila iregularis)
F Presbiopia
1 Definisi
Berkurangnya kemampuan melihat dekat yang berhubungan dengan proses penuaan,
biasanya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Ditandai dengan kesukaran membaca dan
melakukan pekerjaan dekat, seperti memasukkan benang ke dalam jarum
2 Tatalaksana
Memakai lensa positif sesuai usia
i) +1 D : 40 tahun
ii) +1.5 D : 45 tahun
iii) +2.0 D : 50 tahun
iv) +2.5 D : 55 tahun
v) +3.0 D : 60 tahun

DAFTAR PUSTAKA
1. PPT kuliah “kelainan refraksi dan akomodai” oleh dr. Bramantha, Sp.M(K)
2. Toronto Notes ed 34th from Toronto University Canada
3. Mata FK UI edisi kelima

Anda mungkin juga menyukai