Case Conference
06-Juni-2020
Disusun Oleh:
MUTTAQIN HAMZAH
N201901174
A. DEFINISI
Risiko perilaku kekerasan adalah berisiko membahayakan secara
fisik, emosi dan atau seksual pada diri sendiri atau orang lain (NANDA,
2018).
B. ETIOLOGI
Risiko perilaku kekerasan dapat disebabkan karena adanya waham,
curiga pada orang lain, halusinasi, berencana bunuh diri, kerusakan
kognitif, disorientasi atau konfusi, kerusakan kontrol impuls, depresi,
penyalahgunaan NAPZA, gangguan konsep diri dan isolasi sosial.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda Mayor
a. Subjektif
1) Khawatir
2) Mengatakan benci/kesal dengan orang lain
3) Mengatakan tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan
4) Mengatakan ingin memukul orang lain
5) Mengalami waham atau curiga
6) Mengungkapkan keinginan menyakiti diri sendiri maupun
orang lain
7) Suka berdebat
8) Suka membentak
9) Mengungkapkan keinginan untuk menghancurkan barang/
merusaklingkungan
b. Objektif
1) Bingung
2) Mudah tersinggung
3) Nada suara tinggi dan keras
4) Berteriak
5) Mendominasi pembicaraan
6) Marah
7) Tekanan darah meningkat
8) Nadi meningkat
9) Pernafasan meningkat
10) Melotot
11) Pandangan tajam
12) Tangan mengepal
13) Gelisah
14) Agresif
15) Mengamuk
2. Tanda Minor
a. Subjektif
1) Mengatakan tidak senang
2) Selalu menyalahkan orang lain
3) Ingin orang lain memenuhi keinginannya
4) Mengatakan diri berkuasa
5) Merasa gagal mencapai tujuan
6) Mengungkapkan keinginan yang tidak realistic
7) Suka mengejek dan mengkritik
8) Mengatakan ingin menyendiri
b. Objektif
1) Disorientasi
2) Euphoria yang tidak wajar atau berlebihan
3) Wajah merah
4) Postur tubuh kaku
5) Pengeluaran saliva meningkat
6) Pengeluaran urine meningkat
7) Frekuensi BAB meningkat
8) Konstipasi
9) Pasif
10) Sinis
11) Bermusuhan
12) Menarik diri
D. PSIKOPATOLOGI
Gangguan jiwa pada perilaku kekerasan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor predisposisi dan faktor presipitasi (Yosep,
2010).Yaitu :
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku
kekerasan.
a. Faktor Psikologi
Psychoanalytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku
agresif merupakan naluri. Freud berpendapat bahwa perilaku
manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup yang
diekpresikan dengan seksualitas, Dan kedua insting kematian
yang diekpresikan dengan agresivitas.
Frustation-aggresion theory; Teori yang dikembangkan pengikut
Freud ini ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang
untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan
timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi
perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau obyek yang
menyebabkan frustasi.
b. Faktor Sosial Budaya
Social-Learning Theory; Teori yang dikembangkan oleh Bandura
(1977) ini memgemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan
respon-respon yang lain. Agresi dapat dapat dipelajari melalui
observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan
penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi
seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya
secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajari.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekpresi agresif mana
yang dapat diterima atau tidak dapat diterima, sehingga dapat
membantu individu untuk mengekpresikan marah dengan cara
yang asertif.
c. Faktor Biologis
Neorobilogical Faktor (Montague, 1979) bahwa dalam susunan
persyarafan ada juga yang berubah pada saat orang agresif.
Sistem limbik berperan penting dalam meningkatkan dan
menurunkan agresifitas. Neurotransmitter yang sering dikaitkan
dengan perilaku agresif yaitu; serotonin, dopamim,
norepinephrin, acetikolin, dan asam amino GABA (gamma
aminobutiric acid). GABA dapat menurunkan agresifitas,
norepinephrin dapat meningkatkan agresifitas, serotonin dapat
menurunkan agresifitas dan orang yang epilepsi.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum, sesorang akan berespon dengan marah apabila
merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury
secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap
konsep diri seseorang. Ketika seseorang marasa terancam, mungkin
dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber
kemarahanya. Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal.
Contoh stressor internal adalah tidak berprestasi kerja, kehilangan
orang yang dicintai, respon terhadap penyakit kronis. Contoh stressor
ekternal adalah serangan fisik, putus hubungan, dikritik orang lain.
Marah juga bisa disebabkan perasaan jengkel yang menumpuk di hati
atau kehilangan kontrol terhadap situasi. Marah juga bisa timbul pada
orang yang dirawat inap.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis gangguan jiwa dengan dengan perilaku
kekerasan (Yosep, 2010) adalah sebagai berikut:
1. Psikofarmakologi
Obat-obatan yang diberikan adalah antiaanxiety dan sedative-
hipnotics. Obat ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepines seperti lorazepam dan clonazepam, sering
digunakan dalam kedaruratan psikiatri untuk menenangkan
perlawanan pasien.
2. Terapi Kejang Listrik atau Elektro Compulsive Therapy (ECT)
ECT merupakan suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran
listrik dan menimbulkan kejang pada pasien baik tonik maupun
klonik.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
Keterangan :
____ Garis hubungan Klien
Laki-laki Perempuan
X Meninggal Keluarga
Tinggal serumah menderita
ggn jiwa
Adaptif Maladaptif
…………………………………………………………...
…………………………………………………………...
…………………………………………………………...
Masalah Keperawatan
2. Halusinasi 6. ………………………………………………………...
3. Defisit Perawatan Diri 7. ………………………………………………………...
4. ………………………………………………………... 8. ………………………………………………………...
Perawat,
faktor genetic masyarakat umum 1%. Orang tua 5%.Saudara kandung 8%. LingkungaNn ekspresi emosi berlebih
Anak 10%
Ketidakmampuan
menghadapi stressor
Mk : waham
Mk : Halusinasi
IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Data 1) Evaluasi perilaku kekerasan
1) Perilaku kekerasan S:
a. Keluarga Klien mengatakan klien sering mondar mandir a. Keluarga klien mengatakan klien Berteriak
b. Keluarga klien mengatakan klien Berteriak b. Klien sering mengancam dan
c. Klien sering mengancam dan c. Klien sering mengajak berkelahi kakanya
d. Klien sering mengajak berkelahi kakaknya
e. Klien mengamuk tanpa sebab O:
f. Pandangan mata tajam a. Pandangan mata tajam
g. Nampak gelisah b. Nampak gelisah
h. Berbicara kasar pada perawat
i. Memaki-maki keluarga yang membawa klien ke RSJ A : Masalah perilaku kekerasan belum teratasi
2) Halusinasi
a. Klien sering bicara dan
b. Tertawa sendiri Planning : Lanjutkan intervensi
c. Sulit tidur
3) Defisit perawatan diri 2) Evaluasi halusinasi
a. Buang air kecil tidak pada tempatnya
b. Klien nampak kotor S : keluarga klien mengatakan klien sulit tidur
c. Rambut acak-acakan O:
d. Pakaian berbau a. klien sering bicara dan
b. klien tertawa sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
1) Perilaku kekerasan A: Masalah halusinasi belum teratasi
2) Halusinasi
3) Defisit perawatan diri P : Lanjutkan intervensi
IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Data 1) Evaluasi perilaku kekerasan
1) Perilaku kekerasan S:
a. Keluarga Klien mengatakan klien sering mondar mandir a. Keluarga klien mengatakan klien Berteriak
b. Keluarga klien mengatakan klien Berteriak b. Klien sering mengancam dan
c. Klien sering mengancam dan c. Klien sering mengajak berkelahi kakanya
d. Klien sering mengajak berkelahi kakaknya
e. Klien mengamuk tanpa sebab O:
f. Pandangan mata tajam a. Pandangan mata tajam
g. Nampak gelisah b. Nampak gelisah
h. Berbicara kasar pada perawat
i. Memaki-maki keluarga yang membawa klien ke RSJ A : Masalah perilaku kekerasan belum teratasi
2) Halusinasi
a. Klien sering bicara dan
b. Tertawa sendiri Planning : Lanjutkan intervensi
c. Sulit tidur
3) Defisit perawatan diri 2) Evaluasi halusinasi
a. Buang air kecil tidak pada tempatnya
b. Klien nampak kotor S : keluarga klien mengatakan klien sulit tidur
c. Rambut acak-acakan O:
d. Pakaian berbau a. klien sering bicara dan
b. klien tertawa sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
1) Perilaku kekerasan A: Masalah halusinasi belum teratasi
2) Halusinasi P : Lanjutkan intervensi
3) Defisit perawatan diri
3. Tindakan Keperawatan
1) Tindakan keperawatan perilaku kekerasan 3) Evaluasi defisit perawatan diri
a. Mengkaji tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan, S : Buang air kecil tidak pada tempatnya
penyebab, kemampuan mengatasinya dan akibatnya O:
Hasil : klien mengamuk, berteriak dan belum mampu a. Klien nampak kotor
mengatasi perilaku kekerasannya b. Rambut acak-acakan
c. Pakaian berbau
b. Menjelaskan proses terjadinya risiko perilaku kekerasan yang A: Maslah defisit perawatan diri belum teratasi
dialami klien P: Lanjutkan intervensi
Hasil : klien belum bisa di ajak komunikasi
IMPLEMENTASI EVALUASI
5. Data 3) Evaluasi perilaku kekerasan
4) Perilaku kekerasan S:
j. Keluarga Klien mengatakan klien sering mondar mandir d. Klien mengatakan ketika nanti marah dia akan meminta
k. Keluarga klien mengatakan klien Berteriak dengan baik
l. Klien sering mengancam dan e. Klien mengatakan dia akan sholat dan berdoa
m. Klien sering mengajak berkelahi kakaknya
n. Klien mengamuk tanpa sebab O:
o. Pandangan mata tajam c. Pandangan mata tajam
p. Nampak gelisah d. Nampak sedikit gelisah
q. Berbicara kasar pada perawat
r. Memaki-maki keluarga yang membawa klien ke RSJ A : Masalah perilaku kekerasan belum teratasi
5) Halusinasi
d. Klien sering bicara dan
e. Tertawa sendiri Planning : Lanjutkan intervensi
f. Sulit tidur
6) Defisit perawatan diri 4) Evaluasi halusinasi
e. Buang air kecil tidak pada tempatnya
f. Klien nampak kotor S :klien kalau mendengar suara suara klien akan mengabaikannya
g. Rambut acak-acakan
h. Pakaian berbau O:
c. Nampak klien memperagakan cara menghardik
6. Diagnosa Keperawatan A: Masalah halusinasi belum teratasi
4) Perilaku kekerasan P : Lanjutkan intervensi
5) Halusinasi
6) Defisit perawatan diri 4) Evaluasi defisit perawatan diri
7. Tindakan Keperawatan S : klien mengatakan tahu cara makan dan minum
4) Tindakan keperawatan perilaku kekerasan O:
d. Melatih klien untuk bicara dengan baik : mengungkapkan d. Nampak klien kurang bisa menjelaskan manfaat dari
perasaan, meminta dengan baik dan menolak dengan baik makan dan minum
Hasil : klien mau melakukannya ( meminta dengan baik ) e. Nampak klien tahu cara makan dan minum
e. Melatih deeskalasi secara verbal maupun tertulis A: Maslah defisit perawatan diri belum teratasi
Hasil : klien melakukan tekhnik deeskalasi verbal dengan cara di P: Lanjutkan intervensi
tenangkan