Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Pembungkaman Pers Dikarenakan Rancangan Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAHASA INDONESIA

Disusun oleh :

Nabila Syahrani 195010101111084

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

FAKULTAS HUKUM

2019
I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pers adalah badan yang membuat penerbitan media massa secara berkala. Secara etimologis,


kata Pers (Belanda), atau Press (inggris), atau presse (prancis), berasal dari bahasa
latin, perssare dari kata premere, yang berarti “Tekan” atau “Cetak”, definisi terminologisnya
adalah “media massa cetak” atau “media cetak. Media massa, menurut Gamle & Gamle adalah
bagian komunikasi antara manusia (human communication), dalam arti, media merupakan
saluran atau sarana untuk memperluas dan memperjauh jangkauan proses penyampaian pesan
antar manusia. Dalam UU pers no 40 tahun 1999, Pers adalah lembaga sosial dan wahana
komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan meyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,
gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersediaPers berperan
sangat penting untuk masyarakat dikarenakan seorang pers menyuguhkan beberapa sudut
pandang yang di ciptakan oleh dua pihak namun yang menghebohkan akhir akhir ini adalah
RUU KUHP yang di anggap melemahkan Pers.

B. Rumusan Masalah

1.kenapa RUU KUHP di anggap melemahkan Wartawan/Jurnalis?

2. Apa dampak jika RUU KUHP yang menyangkut lembaga Pers di sahkan menjadi UU?

C.Tujuan

1. Untuk menegakkan kembali kode etik jurnalistik

2. Mencegah terjadinya diskriminasi dari suatu pihak terhadap pers

3. Mencegah terjadinya politik politik kotor dikarenakan pers tidak boleh menyinggung pihak-
pihak tertentu
4. Mencegah terjadi keterbatasan pers seperti era orde baru

II. Pembahasan

pers menunjuk pada lembaga sosial atau pranata sosial yang melaksanakan kegiatan jurnalistik
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi.  Sedanglan dalam arti sempit, pers 
merujuk pada wahana / media komunikasi massa baik yang lektronik dan cetak.
Wahana komunikasi massa ada dua jenis, yaitu media cetak dan media elektronik.  Media massa
elektronik, adalah media massa yang menyajikan informasi dengan  cara mengirimkan informasi
melalui peralatan elektronik, seperti radio, televisi, internet, film.  Sedangkan media massa cetak,
adalah segala bentuk media massa yang menyajikan informasi dengan cara mencetak informasi
itu di atas kertas.  Contoh, Koran, majalah, tabloid, bulletin.

Pada pasal 3 UU No.40 Tahun 1999 tentang pers, pers berfungsi sebagai pers nasional
mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol social dan
disamping fungsi-fungsi tersebut, pers nasional dapat berfungsi sebahgai lembaga ekonomi.
Adapun peranan pers untuk masyarakat adalah Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan informasi, menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya
supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan. melakukan
pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan
umum, mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar
dan memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Kebebasan pers sekarang terancam karena anggota legeslatif mengeluarkan RUU KUHP yang di
anggap sebagai pasal karet yang bisa melemahkan kebebas jurnalis/wartawan. Sebenarnya bukan
hanya RUU KUHP yang berpotensi mengancam kehidupan pers. UU Pers sebagai panduan pers
Indonesia juga telah ‘diinterupsi’ UU lain, seperti Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA)
danUndang-Undang Sistim Peradilan Pidana Anak (UUSPPA).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU PA)sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 menyebut wartawan bisa dipidana jika
melanggar ketentuan Pasal 64 ayat (1) jo Pasal 59, dengan ancaman pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Ancaman
pidana tersebut berkaitan dengan perlindungan anak yang berhadapan dengan hukum dari
pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi. Sanksi pidana
tersebut diatur dalam Pasal 78 UU PA.
Pasal-pasal yang berpotensi mengancam kemerdekaan pers diantaranya Pasal 309. Pasal tersebut
mengatur tentang pemidanaan terhadap pelaku yang menyiarkan berita atau pemberitahuan
bohong yang mengakibatkan keonaran atau kerusuhan dalam masyarakat. Termasuk apabila hal
tersebut patut diduga bohong.

Sedangkan Pasal 310, mengatur tentang pemidanaan pelaku yang menyiarkan berita tidak pasti,
berlebihan atau tidak lengkap juga dibatasi, termasuk apabila hal tersebut patut diduga dapat
menimbulkan keonaran dalam masyarakat.

Pasal 771, mengatur tentang pembatasan seseorang menerbitkan hal yang sifatnya dapat dipidana
karena disuruh oleh orang yang tidak diketahui, atau karena disuruh oleh orang yang diketahui
atau patut diduga bahwa orang tersebut tidak dapat dituntut atau menetap di luar negeri.

Pasal 772, mengatur pembatasan seseorang untuk mencetak tulisan atau gambar atas ketentuan
suruhan orang yang sama dengan pasal sebelumnya. Pasal 773 menjelaskan bahwa pasal 771 dan
772 tergantung dari sifat tulisan atau gambar yang diterbitkan atau dicetak. Apabila tulisan dan
gambar itu dikategorikan delik aduan, maka penerbit dan pencetak dapat dituntut berdasarkan
aduan. Namun apabila tulisan dan gambar dikategorikan sebagai delik umum, maka penerbit dan
pencetak dapat dituntut tanpa perlu ada aduan.

Pasal 328 dan 329, mengatur tentang pembatasan ekspresi yang dapat mempengaruhi hakim
dalam memimpin persidangan. Artinya, segala ekspresi yang dinilai dapat mempengaruhi
pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara berpotensi dipidana.
Sebanyak sembilan pasal di RKUHP mengatur tentang pemidanaan kepada seseorang yang
bukan wewenangnya membocorkan informasi mengenai pertahanan negara, rahasia negara dan
kepentingan negara. Sembilan pasal yang dimaksud, yakni Pasal 228, 229, 230, 234, 235, 236,
237, 238 dan 239.

Pada Bab VI tentang Tindak Pidana Terhadap Proses Peradilan, Draft pada Bagian kesatu
tentang  Gangguan dan Penyesatan Proses Peradilan, Pasal 281, tindak pidana terhadap proses
peradilan (contempt of court) diancam dengan pidana penjara maksimal 1 tahun atau denda
paling banyak Rp10 juta. Adapun tindakan-tindakan yang termasuk dalam delik contempt of
court antara lain ditujukan bagi setiap orang yang, a) Tidak mematuhi perintah pengadilan atau
penetapan hakim yang dikeluarkan untuk kepentingan proses peradilan; b) Bersikap tidak hormat
terhadap hakim atau persidangan atau menyerang integritas atau sifat tidak memihak hakim
dalam sidang pengadilan; atau c) Secara melawan hukum merekam, mempublikasikan secara
langsung, atau membolehkan untuk dipublikasikan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
sifat tidak memihak hakim dalam sidang pengadilan.

pasal-pasal diatas dianggap akan berbenturan dengan UU Pers yang menjamin dan melindungi
kerja-kerja jurnalis. jika revisi tersebut disahkan dan menjadi undang-undang, maka tak menutup
kemungkinan pers akan dibungkam seperti saat orde baru.Menurut Yadi Hendriana Ketua Umum
Pengurus Pusat Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) mengatakan "Tanpa kemerdekaan pers
dan kebebasan berekspresi maka demokrasi yang telah diperjuangkan dengan berbagai
pengorbanan, akan berjalan mundur,". Presiden Republik Indonesia sendiri belum memutuskan
akan mengesahkan RUU menjadi UU atau akan mengeluarkan PERPU. Masyarakat Indonesia
berharap Presiden Joko Widodo bisa berlaku adil dan tidak membungkam ataupun membatasi
pers dikarenakan kebutuhan politik.

III. Penutup

A. Kesimpulan

Lembaga pers tetap harus mempunyayi kebebasannya sendiri dikarenakan seorang jurnalis
mampu berfikir kritis,salah satu tujuan pers ialah ikut dalam mencerdaskan masyarakat. Jika pers
dibungkam dengan pasal pasal karet akan sangat berpengaruh terhadap demokrasi negeri ini ke
depannya, jika pers saja dibungkam apalagi masyarakat yang hanya melihat dari satu sudut
pandang saja. Pers harus tetap berdiri secara independent tidak berada dibawah tekanan suatu
kaum. Pers ada untuk melengkapi kinerja pemerintah yang di kritik oleh pers adalah kecacatan
yang di bawa oleh pemerintahan ORBA seperti KKN (Korupsi, Koalisi , Nepotisme) , mereka
ada untuk membuat kinerja pemerintah semakin optimal dan tau mana yang harus di perbaiki.

B. Saran

Presiden Joko Widodo harus sigap dalam bertindak jika itu menyangku pers, karena
pembungkaman pers pernah terjadi di masa orde baru yang meninggalkan catatan yang harus di
garis merahi dalam sejarah jurnalistik Indonesia. Hal paling di takuti oleh masyarakat adalah
reformasi bergerak mundur dikarenakan politik oligarki yang sama sekali tidak menguntungkan
masyarakat itu sendiri. Seharusnya pemerintah juga jangan terlalu sensitiv dengan berita yang
beredar kita ini Negara demokrasi semua orang punya hak mengkritik pemerintah dengan kode
etiknya masing masing, pers dengan kode etiknya sendiri masyarakat pun juga begitu.
IV. Daftar Pustaka

https://www.liputan6.com/news/read/4069414/ijti-tolak-ruu-kuhp-yang-mengancam-kebebasan-
pers

https://mercusuar.web.id/bedah-ruu-kuhp-mewaspadai-munculnya-pasal-yang-melemahkan-
pers-2/

https://id-id.facebook.com/notes/pwmi-jabar/pengertian-fungsi-dan-peran-serta-perkembangan-
pers-di-indonesia/1383142775250794/

https://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa

https://id.wikipedia.org/wiki/Pers_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai