4 Lpi2017 Bab2 PDF
4 Lpi2017 Bab2 PDF
Pertumbuhan Ekonomi
Pemulihan ekonomi domestik terus berlanjut didukung
momentum positif baik dari global maupun domestik.
Pertumbuhan ekonomi 2017 meningkat dengan ditopang
struktur perekonomian yang membaik serta tingkat
pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan yang menurun.
Persen, yoy
2017
Komponen PDB 2014 2015 2016
I II III IV Total
Permintaan Domestik 4,62 4,94 4,39 4,77 4,54 5,54 5,62 5,13
Konsumsi Swasta 5,28 4,84 5,04 5,00 5,02 4,95 4,98 4,98
Konsumsi Rumah Tangga 5,15 4,96 5,01 4,94 4,95 4,93 4,97 4,95
Konsumsi LNPRT 12,19 -0,62 6,64 8,07 8,52 6,02 5,24 6,91
Konsumsi Pemerintah 1,16 5,31 -0,14 2,69 -1,92 3,48 3,81 2,14
Perubahan Inventori 0,48 -0,59 0,23 0,33 0,02 -1,29 0,24 -0,19
Net Ekspor 0,94 0,94 0,16 0,85 0,55 0,58 -0,57 0,35
Produk Domestik Bruto 5,01 4,88 5,03 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07
Sumber: BPS
pemerintah dengan adanya relaksasi kuota ekspor ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan
komoditas mineral logam. karet. Ekspor riil CPO tercatat tumbuh 8,2%, jauh lebih
tinggi dari pertumbuhan pada 2016 yang tercatat 0,4%.
Secara keseluruhan, perbaikan ekspor masih banyak Peningkatan ekspor CPO dipengaruhi oleh tingginya
bertumpu pada ekspor berbasis komoditas. Pertumbuhan permintaan, termasuk dari India dan Tiongkok, serta
ekspor riil SDA nonmigas mencapai sebesar 8,4%, kenaikan harga yang mencapai 5,2%. Ekspor riil karet
jauh lebih tinggi daripada kondisi 2016 yang mencatat juga tumbuh tinggi hingga mencapai 22,8%, didukung
kontraksi 3,7%. Peningkatan ekspor riil tertinggi tercatat oleh kenaikan harga yang mencapai 6,2%.
pada komoditas perkebunan (Grafik 2.1). Peningkatan
ekspor produk perkebunan baik mentah maupun olahan Ekspor komoditas pertambangan nonmigas juga
mencapai 17%, terutama karena dorongan kenaikan berkontribusi pada kenaikan ekspor. Ekspor riil batu
bara, yang memiliki pangsa sekitar 67% dari total
ekspor komoditas pertambangan nonmigas, tumbuh
Grafik
Grafik 2.1.2.1. Ekspor Riil Nonmigas sebesar 2,4%, jauh lebih baik dari kondisi tahun 2016
yang mencatat kontraksi 0,7%. Ekspor batu bara yang
Persen, yoy
naik dipicu kenaikan harga batu bara yang mencapai
40
48,2% dan bahkan secara level berada di atas 90
30
dolar AS per metrik ton pada paruh kedua 2017.
20
Harga tersebut merupakan level harga yang tertinggi
10 dalam tiga tahun terakhir. Ekspor bijih logam nonbesi
0 yang utamanya tembaga, nikel, bauksit, dan timah juga
-10 menunjukkan kinerja positif. Pertumbuhan ekspor riil bijih
-20 logam nonbesi tercatat sebesar 14,0% pada 2017, tidak
-30
berbeda jauh dengan kondisi tahun sebelumnya sebesar
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
14,5%. Kebijakan relaksasi ekspor konsentrat bijih logam
Pertanian/Perkebunan
yang diatur dengan Permen ESDM No. 5 dan 6 tahun
Total
Pertambangan Nonmigas Manufaktur 2017 turut berpengaruh pada kinerja ekspor bijih logam
Sumber: Bank Indonesia
10
-10
manufaktur terlihat belum segera dapat memanfaatkan
-20
momentum perbaikan kondisi global. Ekspor riil
-30
manufaktur masih tercatat kontraksi sebesar 4,2%, 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
terutama bersumber dari perlambatan ekspor produk
tekstil, mesin dan peralatan, serta produk kayu. Ekspor Peralatan dan Komponen Listrik Kendaraan Bermotor
Kimia Pakaian Jadi
pakaian jadi juga masih tercatat kontraksi, meskipun
Sumber: Bank Indonesia
sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan kinerja
tahun sebelumnya seiring dengan membaiknya
permintaan dari negara maju, khususnya Amerika bangunan. Di sisi lain, kenaikan ekspor terutama sektor
Serikat dan Eropa. Di tengah kinerja beberapa produk berbasis komoditas dan keyakinan korporasi yang mulai
manufaktur yang masih mengalami penurunan, kinerja membaik berkontribusi pada kenaikan investasi, termasuk
ekspor produk kimia organik, kendaraan bermotor, investasi nonbangunan.
dan peralatan listrik menunjukkan perbaikan yang
masing-masing tumbuh sebesar 16,8%, 9,4% dan 4,5% Investasi baru tumbuh lebih baik dibandingkan dengan
(Grafik 2.2). Peningkatan ekspor produk kimia organik ekspansi usaha yang telah ada. Di satu sisi, investasi
dipengaruhi oleh membaiknya kegiatan industri di baru tumbuh signifikan sebesar 20,1%, didukung proyek
Tiongkok. Sementara itu, ekspor kendaraan bermotor infrastruktur konektivitas dan kelistrikan (Grafik 2.3).
masih didominasi oleh pasar tujuan ekspor di Asia Investasi baru juga turut didukung oleh investasi di sektor
Tenggara, khususnya untuk jenis low cost green car jasa khususnya jasa berbasis teknologi. Perkembangan
(LCGC). Ekspor produk peralatan listrik juga diuntungkan teknologi dan ekonomi digital mendorong kemajuan
dengan perbaikan permintaan dari sejumlah negara di bisnis online serta jasa penyediaan infrastruktur
Asia Tenggara, Jepang, dan Amerika Serikat. pendukung. Akselerasi investasi di usaha jasa berbasis
teknologi tercermin dari merger dan akuisisi yang
Selain ekspor, investasi menjadi sumber pemulihan dilakukan pada 2017. Jumlah akuisisi yang mayoritas
ekonomi pada 2017. Penanaman modal tetap domestik
bruto (PMTB) pada 2017 tumbuh 6,15%, meningkat
dibandingkan dengan capaian 2016 sebesar 4,47%
Grafik
Grafik 2.3 2.3. Jenis Investasi dan Kapasitas Utilisasi
(Tabel 2.1). Peningkatan tersebut bersumber dari seluruh
komponen investasi, baik investasi bangunan maupun
Persen, yoy Persen
investasi nonbangunan. Secara fundamental, perbaikan 80 34
40
komoditas SDA. Di satu sisi, perkembangan positif 32
30
investasi didorong oleh akselerasi pembangunan proyek
20
infrastruktur yang pada gilirannya meningkatkan investasi 10
31
-10 30
1 Perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun 2017 dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2017. Kebijakan relaksasi
ekspor konsentrat yang belum diolah dan dimurnikan, diberikan kepada pemegang Izin Investasi Baru Ekspansi Usaha yang telah Ada Kapasitas Utilisasi (%)
Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) selama 5 tahun sejak Januari 2017, dengan syarat Rasio Investasi Terhadap PDB (skala kanan)
dilakukan perubahan bentuk pengusahaan tambang dari Kontrak Karya ke IUPK serta
Sumber: BKPM, diolah
komitmen dalam pembangunan smelter.
0
Investasi bangunan, yang memiliki pangsa lebih dari
-0,2
70% terhadap total investasi, tumbuh dengan dukungan
pembangunan proyek infrastruktur. Pertumbuhan -0,4
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
investasi bangunan tercatat sebesar 6,2%, lebih tinggi
Mesin dan Perlengkapan Kendaraan Budidaya Berbasis Biologi
dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya Produk Kekayaan Intelektual Investasi Nonbangunan
sebesar 5,2%. Akselerasi proyek infrastruktur antara lain
Sumber: BPS, diolah
tercermin dari perkembangan kemajuan proyek-proyek
pembangkit listrik di Sumatera, Kalimantan, dan Nusa
Tenggara Barat serta penyelesaian berbagai ruas jalan bersumber dari investasi infrastruktur pendukung terkait
tol. Pendanaan investasi proyek infrastruktur tersebut perkembangan ekonomi digital.
tidak hanya bersumber dari Pemerintah, namun juga
dari swasta khususnya BUMN yang justru lebih dominan. Hal berbeda terlihat pada investasi nonbangunan industri
Selain itu, investasi bangunan juga ditopang oleh proyek pengolahan yang masih belum sekuat pada investasi
pembangunan properti swasta, khususnya jenis properti nonbangunan sektor primer. Hal ini terkait dengan
hunian. Berbagai peningkatan investasi bangunan kapasitas utilisasi industri pengolahan yang masih
berdampak pada pertumbuhan konsumsi semen yang di level moderat. Selain itu, sebagian korporasi juga
cukup tinggi yakni 6,2% pada 2017, jauh lebih tinggi masih melanjutkan konsolidasi internal dalam rangka
dibandingkan dengan pertumbuhan pada 2016 yakni memperkuat kondisi keuangan serta meningkatkan
2,3%. kapasitas pembiayaan ke depan. Beberapa investasi
pada industri pengolahan ditujukan antara lain untuk
Investasi nonbangunan juga meningkat, didorong oleh perawatan mesin dan peralatan serta penggantian suku
dampak kenaikan ekspor terutama berbasis komoditas cadang guna menjaga produktivitas. Investasi mesin baru
dan akselerasi pembangunan infrastruktur energi. terkait proses otomasi juga dilakukan di sejumlah industri
Investasi nonbangunan pada 2017 tumbuh 5,9%, jauh untuk mendukung efisiensi.
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan 2016
sebesar 2,4%. Peningkatan investasi oleh korporasi di Peningkatan investasi terutama pada paruh kedua 2017
sektor perkebunan dan pertambangan telah dimulai juga didukung oleh kinerja keuangan korporasi yang
semenjak awal 2017. Sebagian besar investasi di lebih baik pascakonsolidasi internal. Selain kenaikan
sektor primer terutama terkait dengan kebutuhan untuk pendapatan, berbagai langkah efisiensi yang ditempuh
meremajakan alat angkut guna mendukung operasional korporasi membuahkan hasil pada kinerja keuangan
usaha perkebunan dan pertambangan. Kondisi ini yang lebih solid. Hal ini tercermin pada peningkatan
kemudian mendorong besarnya komponen investasi free cash flow (FCF) yang dapat digunakan untuk
kendaraan pada investasi nonbangunan (Grafik 2.4). pembiayaan investasi.2 Pada 2017, perbaikan FCF
Memasuki paruh kedua 2017, peningkatan investasi paling signifikan terlihat pada emiten sektor primer
nonbangunan semakin terakselerasi terutama pada yang mencapai dua kali lipat dari tahun sebelumnya,
komponen mesin dan peralatan. Perkembangan meski secara nominal lebih kecil dari FCF emiten sektor
ini tidak terlepas dari proyek kelistrikan, sejalan sekunder maupun tersier (Grafik 2.5). Kenaikan FCF yang
dengan fase penyelesaian pembangunan pembangkit tinggi pada sektor primer kemudian mendukung kenaikan
yang merupakan bagian dari proyek 35.000 MW.
Perkembangan positif investasi nonbangunan juga
2 Free cash flow (FCF) merupakan ukuran kemampuan cash perusahaan setelah
memperhitungkan capital expenditure. FCF antara lain dapat digunakan untuk ekspansi
usaha, dividen, dan mengurangi hutang.
3 Peringkat kemudahan berusaha di Indonesia pada survei Ease of Doing Business Bank 4 Lag dampak dari peningkatan ekspor ke perekonomian domestik cenderung lebih
Dunia membaik ke peringkat 72 dari 91. Sementara peringkat Indonesia pada survei panjang pada fase pemulihan dibandingkan fase ekspansi, terkait dengan konsolidasi
Global Competitiveness Index meningkat ke posisi 36 dari 41. yang masih dilakukan korporasi pada awal fase pemulihan ekonomi.
103,0
1 125
102,5
102,0
0 120
101,5
-1 101,0 115
100,5
-2 110
100,0
99,5
-3 105
99,0
-4 98,5 100
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2014 2015 2016 2017 2016 2017
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) IKK Pengeluaran RT Rp 1-2Jt (CMA)
Upah Riil Buruh Tani Upah Riil Buruh Bangunan
IKK Pengeluaran RT > Rp 2-5Jt (CMA) IKK Pengeluaran RT > Rp 5Jt (CMA)
Nilai Tukar Petani (skala kanan)
CMA = Center Moving Average
upah riil buruh bangunan dan upah riil buruh tani yang atas Rp2 miliar.5 Perkembangan ini pada gilirannya
belum menunjukkan perbaikan yang kuat (Grafik 2.6). berkontribusi menahan kenaikan konsumsi rumah tangga.
Upah riil buruh tani tumbuh terkontraksi hingga paruh
pertama 2017, sebelum kemudian membaik pada Konsumsi rumah tangga juga menjadi tidak optimal
semester II 2017. Sementara itu, pertumbuhan upah riil karena saat bersamaan terindikasi terjadi perubahan
buruh bangunan masih terkontraksi pada 2017. Hal perilaku dan preferensi konsumen yang kemudian
ini turut dipengaruhi meningkatnya mekanisasi pada memengaruhi pola konsumsi. Perubahan perilaku
sebagian proyek konstruksi. Upah buruh di beberapa konsumen ditandai dengan konsumsi yang lebih rasional
sektor informal lainnya juga belum menunjukkan dan selektif serta pergeseran preferensi konsumsi ke
perbaikan signifikan. Selain itu, tenaga kerja dengan arah leisure dan lifestyle. Pergeseran pola konsumsi
pendapatan yang berfluktuasi cenderung meningkat, tersebut terindikasi telah berlangsung dalam tiga tahun
sehingga memberikan dampak pada kerentanan terakhir, didorong oleh perkembangan akses teknologi
konsumsi rumah tangga. Perkembangan ini pada serta peningkatan daya beli terhadap jenis belanja yang
gilirannya memengaruhi daya beli masyarakat kelompok bersifat leisure dan lifestyle (Grafik 2.8).6 Perkembangan
menengah bawah dan menahan kenaikan konsumsi ini antara lain dipengaruhi transisi demografi Indonesia
rumah tangga. yang semakin didominasi generasi produktif usia muda
serta perkembangan kelas menengah di era ekonomi
Penyesuaian konsumsi terhadap dinamika pendapatan digital.
terlihat berbeda pada kelompok menengah atas. Hal ini
terkait dengan tingkat keyakinan rumah tangga kelompok Perubahan pola konsumsi kelas menengah atas tercermin
menengah sehingga berpengaruh terhadap konsumsi. dari tren jenis barang dan jasa yang dikonsumsi. Dalam
Secara umum, keyakinan konsumen pada 2017 lebih tiga tahun terakhir, tren pembelian pakaian dan makanan
baik dengan adanya optimisme terhadap prospek minuman selain restoran terus melambat, meskipun secara
perbaikan ekonomi pada awal tahun (Grafik 2.7). riil masih tumbuh masing-masing sebesar 2,9% dan 5,2%
Namun demikian, keyakinan konsumen khususnya (Grafik 2.9). Di sisi lain, belanja terkait dengan lifestyle
konsumen dengan pengeluaran lebih dari Rp5 juta per dan leisure seperti restoran, hotel, serta transportasi dan
bulan cenderung melemah pada paruh kedua 2017.
Perkembangan tersebut pada gilirannya membuat
konsumsi pada kelompok tersebut berubah, yakni dengan 5 Pada semester I 2017, total simpanan rumah tangga meningkat 10,8%, sementara
lebih menunda konsumsi dan mengalihkan pendapatan simpanan rumah tangga di atas Rp2 miliar tumbuh 14,1% dibandingkan periode yang
sama pada 2016.
pada simpanan di perbankan. Hal ini terindikasi
6 Konsumsi bersifat leisure mengalami perlambatan sangat dalam pascaboom komoditas
dari data simpanan rumah tangga yang meningkat,
dan baru pulih seiring dengan terlewatinya titik terendah (trough) perekonomian pada
khususnya untuk rumah tangga dengan simpanan di 2015. Pertumbuhan konsumsi bersifat leisure yang signifikan turut didukung oleh
peningkatan konektivitas dan perkembangan sektor pariwisata.
125 5,4 20
120
5,2
10
115
5,0
110 0
4,8
105 -10
4,6
100
-20
95 4,4
-30
90 4,2 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Semester I Semester II Semester I Semester II Semester I Semester II
2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
Survei Konsumen Kelas Atas Survei Konsumen Kelas Menengah
SubKonsumsi Leisure PDB (skala kanan) Total Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal
SubKonsumsi Nonleisure PDB (skala kanan)
Sumber: BPS dan Survei Konsumen Nielsen Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia
komunikasi dalam tren meningkat hingga masing-masing peningkatan impor. Keseluruhan impor pada 2017
tumbuh sebesar 5,6% dan 5,2% pada 2017. tumbuh 8,06%, meningkat dari tahun sebelumnya
yang terkontraksi 2,45%. Sejalan dengan ekspor yang
Di tengah masih tertahannya konsumsi rumah tangga, meningkat, pertumbuhan impor bahan baku juga naik
konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga signifikan. Impor riil bahan baku tumbuh 5,5% pada
(LNPRT) tumbuh lebih baik. LNPRT, yang mempunyai porsi 2017, lebih tinggi dari kondisi tahun sebelumnya yang
2% terhadap konsumsi swasta, tercatat tumbuh mencapai terkontraksi sebesar 5,1% (Grafik 2.10). Selain impor
6,91%. Pertumbuhan LNPRT tercatat cukup tinggi pada bahan baku untuk mendukung proses produksi, impor
paruh pertama 2017 terkait dengan peningkatan aktivitas barang modal juga meningkat hingga 4,0%, dibandingkan
penyelenggaraan pilkada serentak di 101 wilayah. dengan realisasi pada 2016 yang terkontraksi 10,8%.
Peningkatan tersebut terutama dipicu oleh kenaikan
Peningkatan ekspor dan permintaan domestik untuk investasi, terutama mesin dan perlengkapan serta
investasi dan konsumsi pada gilirannya memicu kendaraan sebagaimana tercermin pada peningkatan
impor suku cadang dan alat angkut (Grafik 2.11). Impor
barang konsumsi juga terlihat meningkat terutama pada
Grafik
Grafik 2.112.9. Jenis Konsumsi Rumah Tangga
semester II 2017.
6 Grafik
Grafik 2.7 2.11. Impor Suku Cadang dan Alat Angkut
7
5
6 Persen, yoy
4
120
3 100
5
2 80
4 60
1
40
0 3
20
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
0
Makanan & Minuman selain Restoran Pakaian -20
Transportasi & Komunikasi (skala kanan) Restoran & Hotel (skala kanan) -40
Persen, yoy
2017
Komponen PDB 2013 2014 2015 2016
I II III IV Total
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,20 4,24 3,75 3,36 7,15 3,23 2,77 2,24 3,81
Pertambangan dan Penggalian 2,53 0,43 -3,42 0,95 -1,22 2,12 1,84 0,08 0,69
Industri Pengolahan 4,37 4,64 4,33 4,26 4,28 3,50 4,85 4,46 4,27
Pengadaan Listrik 5,23 5,90 0,90 5,39 1,60 -2,53 4,88 2,27 1,54
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
3,32 5,24 7,07 3,60 4,39 3,67 4,82 5,53 4,61
Limbah, dan Daur Ulang
Konstruksi 6,11 6,97 6,36 5,22 5,96 6,94 6,98 7,23 6,79
Perdagangan Besar dan Eceran,
4,81 5,18 2,54 4,03 4,61 3,47 5,20 4,47 4,44
Reparasi Mobil dan Motor
Penyediaan Akomodasi dan Makan
6,97 7,36 6,71 7,45 8,06 8,80 8,88 8,21 8,49
Minum
Transportasi dan Pergudagangan 6,80 5,77 4,31 5,17 5,27 5,73 5,69 5,49 5,55
Informasi dan Komunikasi 10,39 10,12 9,70 8,88 10,48 11,06 8,82 8,99 9,81
Jasa Keuangan 8,76 4,68 8,58 8,90 5,99 5,94 6,16 3,85 5,48
Real Estate 6,54 5,00 4,11 4,69 3,66 3,73 3,60 3,73 3,68
Jasa Perusahaan 7,91 9,81 7,69 7,36 6,83 8,24 9,37 9,25 8,44
Adm. Pemerintahan, Pertahanan, dan
2,56 2,38 4,63 3,19 0,23 -0,03 0,69 6,95 2,06
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 7,44 5,47 7,33 3,80 4,05 0,88 3,62 5,89 3,66
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Lainnya 7,96 7,96 6,69 5,15 7,06 6,32 7,51 6,31 6,79
Jasa Lainnya 6,40 8,93 8,08 8,02 7,90 8,51 9,31 8,87 8,66
Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk 21,80 5,08 32,55 19,20 9,42 24,42 7,06 14,03 13,38
Produk Domestik Bruto 5,56 5,01 4,88 5,03 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07
Sumber: BPS
10% 9% 9% 10%
10% 9%
60
13% 12%
14% 14% 13% 14% 12%
Kinerja LU pertambangan dan penggalian masih tumbuh 50
40 23%
positif didukung oleh perbaikan harga komoditas dan 30
17% 19% 27%
29%
23% 23%
Nonmigas
Indeks Persen,yoy
Grafik
Grafik 2.122.12. Kontribusi Pertumbuhan PDB dari LU 52 6
Pertambangan 51 5
4
Persen, yoy 50
3
0,6 49
2
0,4 48
1
47
0,2 0
46
-1
0
45 -2
-0,2
44 -3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-0,4
2014 2015 2016 2017
-0,6 Indeks Produksi Industri (IPI), SKDU Pertumbuhan Ekspor Nonmigas (skala kanan)
Pertumbuhan PDB LU Industri Pengolahan (skala kanan)
-0,8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah
Keterangan: Indeks Produksi Industri di atas 50 menunjukkan ekspansi
2014 2015 2016 2017
60
15
50
Berdasarkan kontribusi pertumbuhan, industri makanan 10
40
dan minuman tercatat meningkat dan memberikan 5
30
kontribusi yang paling tinggi terhadap pertumbuhan LU
0
20
industri pengolahan. Kontribusi pertumbuhan terbesar
10 -5
berikutnya pada industri kimia, alat angkut, barang dari
0 -10
logam, dan peralatan listrik termasuk elektronik dan I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
komputer, meskipun kinerja beberapa subLU tersebut Swasta termasuk BUMN Pemerintah (APBN/APBD)
mencatatkan penurunan (Grafik 2.15). Penjualan Semen (skala kanan)
Grafik
Grafik 2.152.15. Kontribusi Pertumbuhan PDB dari LU Grafik
Grafik 2.172.17. Penjualan Eceran dan Penjualan
1,0 20
0,8 10
0,6 0
0,4 -10
0,2 -20
0 -30
-0,2 -40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
SubLU Makanan Minuman SubLU Alat Angkut Penjualan Eceran Penjualan Kendaraan Roda 4
SubLU Barang dari Logam dan Peralatan Listrik SubLU Kimia Farmasi Penjualan Kendaraan Roda 2
SubLU Industri Pengolahan Lain
Sumber: BPS, diolah Sumber: Bank Indonesia dan CEIC, diolah
7,5
7,0
Beberapa LU yang terkait dengan perubahan preferensi 6,5
konsumsi masyarakat seperti LU akomodasi dan 6,0
Grafik
Grafik 2.192.19. Indikator Job Vacancy Online
2.3. Ketenagakerjaan dan
Kesejahteraan Persen, yoy Ribu
100 80
9 Indikator job vacancy online diolah dari Big Data Bank Indonesia.
6 12
30
5 10 12
4 8 25
10
3 6
20
2 4
8
1 2 15
0 0
6
10
-1 -2
-2 -4 5 4
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Lapangan Kerja Tradable Lapangan Kerja Nontradable Penduduk Miskin Desa Penduduk Miskin Kota
Lapangan Kerja Informal (skala kanan) Lapangan Kerja Formal (skala kanan) Tingkat Kemiskinan (skala kanan) Inflasi Garis Kemiskinan (skala kanan CMA)
Di tengah perbaikan indikator ketenagakerjaan tersebut, terindikasi juga lebih lambat dari laju meningkatnya
beberapa hal perlu tetap mendapatkan perhatian. urbanisasi.
Penurunan tingkat pengangguran yang terbatas
dipengaruhi penciptaan lapangan kerja baru yang belum Kesejahteraan yang membaik juga tercermin pada
sepenuhnya mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan penurunan kondisi ketimpangan. Hal ini tergambar pada
kerja yang lebih tinggi pada 2017. Selain dipengaruhi angka rasio gini yang tercatat sebesar 0,391 pada
proses konsolidasi internal di sejumlah korporasi, tantangan September 2017, sedikit lebih rendah dibandingkan
penurunan penggangguran juga terkait kesenjangan dengan angka September 2016 yang sebesar 0,394
keahlian antara yang dibutuhkan dan ketersediaan tenaga (Grafik 2.22). Meski demikian, perbaikan kondisi
kerja. Tantangan ini merupakan salah satu faktor yang ketimpangan pada 2017 tersebut lebih banyak
menyebabkan naiknya pengangguran di perkotaan pada dipengaruhi oleh penurunan pengeluaran pada kelompok
2017. Penyerapan tenaga kerja di perkotaan mengalami masyarakat 20% persentil tertinggi. Berdasarkan lokasi,
pergeseran ke lapangan pekerjaan berbasis teknologi penurunan rasio gini terutama bersumber dari menurunnya
seiring dengan perkembangan ekonomi digital. ketimpangan di perkotaan, sedangkan ketimpangan di
perdesaan sedikit meningkat.
Pemulihan ekonomi juga berdampak positif terhadap
membaiknya beberapa indikator kesejahteraan. Tingkat
kemiskinan tercatat sebesar 10,1% pada 2017, atau turun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar
Grafik
Grafik 2.222.22. Rasio Gini dan Distribusi Ketimpangan
10,7% (Grafik 2.21). Penurunan tingkat kemiskinan
sangat dipengaruhi oleh terjaganya inflasi pada level Persen
yang rendah, khususnya inflasi bahan pangan. Hal ini 100 0,50
80 0,46
cukup tajam dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan
70 0,44
wilayah, jumlah penduduk miskin di perkotaan masih jauh 60 0,42
30 0,36
mengentaskan kemiskinan di perkotaan. Salah satu dari 20 0,34
tantangan tersebut terkait dengan tren urbanisasi yang 10 0,32
pada 2015. Urbanisasi didorong oleh terbatasnya 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Regional
Persen, yoy
Gambar 2.1.
Gambar 2.1. / Pertumbuhan
Grafik 2.4.1 Pertumbuhan Ekonomi
Ekonomi Wilayah Tahun Wilayah
2017 Tahun 2017
PDRB ≥ 7,0% 6,0 ≤ PDRB < 7,0% 5,0% ≤ PDRB < 6,0% 4,0 ≤ PDRB < 5,0% 0% ≤ PDRB < 4,0%
11 Provinsi di Sumatera yang menjadi produsen terbesar CPO adalah Sumatera Utara,
Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Hampir seluruh provinsi di Kalimantan terkecuali
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki luasan lahan kelapa sawit yang signifikan seperti
10 SubLU pertambangan dan penggalian lainnya adalah subLU pertambangan nonmigas halnya empat provinsi di Sumatera tersebut. Sementara, luasan lahan kelapa sawit di
selain batu bara dan bijih logam. Sulawesi masih di bawah Sumatera dan Kalimantan.
-100
-20 Salah satu faktor penting yang memengaruhi kinerja
-150
Persen, yoy
Kebijakan peningkatan kualitas belanja dan percepatan
10 penyaluran transfer ke daerah dan dana desa diarahkan
untuk memberikan stimulus bagi kinerja ekonomi daerah.
8
Selain stimulus melalui belanja modal untuk investasi,
6 stimulus fiskal daerah juga dilakukan melalui konsumsi
pemerintah. Konsumsi pemerintah tumbuh meningkat
4
di seluruh wilayah, kecuali Kalimantan (Grafik 2.27).
2
Langkah pemerintah pusat untuk memperbaiki sistem
penyaluran transfer ke daerah dan dana desa (TKDD)
0 melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Sumatera Jawa Kalimantan Balinusra Sulawesi Mapua
turut mendukung percepatan belanja di daerah. Alokasi
Tw I 2017 Tw II 2017 Tw III 2017 Tw IV 2017 dana desa yang jauh lebih tinggi pada 2017 yakni
Rp60 triliun, dari alokasi pada 2016 sebesar Rp47 triliun
Sumber: BPS, diolah
20
Grafik
Grafik 2.282.28. Konsumsi Rumah Tangga Menurut
Wilayah 10
Persen, yoy 0
7
-10
6
-20
3
Sumber: BPS, diolah
2
1
14 Upah minimum provinsi (UMP) tahun 2017 secara nasional mengalami kenaikan di
0
atas 9,3%. SK Kementerian Tenaga Kerja menyebutkan bahwa minimum kenaikan UMP
Sumatera Jawa Kalimantan Balinusra Sulawesi Mapua 2017 ditetapkan 8,25% (inflasi September 3,07% + PDB triwulan II 2016 5,18%).
Terdapat 6 provinsi, yaitu Riau, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
2015 2016 2017
dan Jawa Timur yang menaikkan UMP di bawah 8,25%. Pada 2016, keenam provinsi
tersebut telah memiliki persentase UMP terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) lebih
Sumber: BPS, diolah dari 100%. Sementara terdapat 8 provinsi, yaitu Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Tengah, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan
Papua Barat menaikkan UMP lebih dari sama dengan 8,25% dan memiliki persentase
13 Realisasi berdasarkan data Kementerian Keuangan per 15 Januari 2018. UMP terhadap KHL kurang dari 100% pada 2016.
Grafik
Grafik 2.302.30. Pertumbuhan LU Pertanian, Kehutanan, Grafik
Grafik 2.312.31. Pertumbuhan LU Industri Pengolahan
dan Perikanan
Persen, yoy Persen, yoy
9 16
8 14
7 12
10
6
8
5
6
4
4
3
2
2 0
1 -2
0 -4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Grafik
Grafik 2.332.32. Pertumbuhan LU Konstruksi Grafik
Grafik 2.342.33. Tingkat Pengangguran Terbuka
Berdasarkan Wilayah
Persen, yoy Persen
16 7
14 6
12
5
10
4
8
3
6
4 2
2 1
0 0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumatera Jawa Kalimantan Balinusra Sulawesi Mapua
Grafik
Grafik 2.392.34. Persentase Penduduk Miskin
Persen, yoy
30
25
20
15
10
0
Kep. Bangka
Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan
Aceh
Utara
Barat
Riau
Jambi
Selatan
Bengkulu
Lampung
Belitung
Kep. Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Tengah
NTT
Barat
Tengah
Selatan
Timur
Utara
Sulawesi
Utara
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Maluku
Utara
Papua Barat
Papua
Sumatera
Sumatera
Sumatera
DI
Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
NTB
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Jawa
Maluku
Grafik
Grafik 2.402.35. Indeks Kedalaman Kemiskinan
Indeks
8
0
Kep. Bangka
Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan
Aceh
Utara
Barat
Riau
Jambi
Selatan
Bengkulu
Lampung
Belitung
Kep. Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Tengah
Bali
NTB
NTT
Barat
Tengah
Selatan
Timur
Utara
Sulawesi
Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Maluku
Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Sumatera
Sumatera
Sumatera
DI
Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Jawa
Maluku
2016 2017
2015
Sumatera
Grafik
Gini rasio
Utara
Sumatera
2016
Jambi
Sumatera
Selatan
Bengkulu
Grafik 2.412.36. Rasio Gini
2017
Lampung
Kep. Bangka
Belitung
DKI Jakarta
Banten
Bali
NTB
NTT
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Kalimantan
Utara
Sulawesi
Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Maluku
Maluku
Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Boks 2.1. konsumsi rumah tangga kembali terbatas pada 2017
meskipun PDB per kapita terus membaik (Grafik 1).
Konsumsi Konsumsi rumah tangga melemah di tengah berlanjutnya
Rumah Tangga pemulihan ekonomi yang didukung oleh perbaikan
ekspor dan investasi. Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah
dan Dinamika faktor dari sisi domestik, di antaranya pelemahan di
P
eran konsumsi rumah tangga terhadap PDB
Konsolidasi yang dilakukan korporasi berdampak
menurun dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini
pada melemahnya pasar tenaga kerja. Seiring dengan
terjadi seiring dengan melambatnya perbaikan
berakhirnya boom komoditas SDA, sejumlah korporasi di
konsumsi rumah tangga pascakrisis finansial global
sektor pertambangan melakukan pemutusan hubungan
2008-2009 di tengah pemulihan PDB per kapita yang
kerja (PHK) yang kemudian berdampak pada turunnya
berlangsung relatif cepat (V-shaped recovery). Lambatnya
pendapatan rumah tangga. Hal ini khususnya terjadi di
perbaikan konsumsi rumah tangga dibandingkan
wilayah yang menjadi basis kegiatan pertambangan
perbaikan PDB per kapita disebabkan perbaikan PDB per
seperti Kalimantan dan Sumatera. Konsolidasi yang
kapita yang lebih didorong oleh perbaikan kinerja ekspor
dilakukan korporasi juga menyebabkan tertahannya
komoditas sumber daya alam. Meningkatnya kinerja
ekspansi usaha, terjadinya penyesuaian upah, dan
ekspor SDA tersebut seiring dengan tingginya permintaan
terbatasnya pembukaan lapangan kerja baru. Hal tersebut
terhadap komoditas SDA khususnya dari Tiongkok.
secara tidak langsung turut berdampak pada ekspansi
Kondisi tersebut berdampak pada relatif lebih tingginya
sektor ekonomi lain seperti manufaktur dan jasa.
pertumbuhan investasi di sektor SDA dibandingkan
investasi di sektor manufaktur yang menjadi tumpuan
Seiring konsolidasi yang dilakukan korporasi, rumah
penciptaan lapangan kerja.
tangga juga melakukan penyesuaian konsumsi dengan
membatasi konsumsi dan meningkatkan simpanan sebagai
Pada 2016, PDB per kapita kembali membaik
langkah antisipatif. Hal ini tercermin dari meningkatnya
diikuti dengan perbaikan konsumsi rumah tangga.
porsi pendapatan rumah tangga yang dialokasikan untuk
Membaiknya konsumsi rumah tangga tersebut tidak
simpanan (Grafik 2). Respons tersebut terutama diambil
terlepas dari dukungan belanja pemerintah khususnya
oleh kelompok rumah tangga dengan jumlah tabungan
untuk pembangunan infrastruktur. Namun, pertumbuhan
kecil (1-2 juta). Sementara itu, porsi simpanan pada
Grafik 1
1.Boks 2.1. Dinamika
Dinamika KonsumsiKonsumsi Rumah Tangga
Rumah Tangga Grafik 2
2.Boks 2.1. Pendapatan
Alokasi Alokasi Pendapatan Rumah Tangga
Rumah Tangga
untuk Simpanan
Persen, yoy Persen Persen
5,0 57 23
4,8
22
4,6
56 21
4,4
20
4,2
4,0 55 19
3,8
18
3,6
54 17
3,4
16
3,2
3,0 53 15
I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2015 2016 2017
2,5 25
Grafik 3.2.1.Upah
Grafik 3 Boks Riil
Tren Upah Riil
2,0 20
Persen, yoy
1,5 15
25
1,0 10
20
0,5 5
15
0 0
10
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017