Anda di halaman 1dari 7

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 151

Artikel Penelitian

Implementasi Kebijakan Penyediaan Ruang Menyusui di Kota


Padang

1 2 3
Inova Gusmelia , Nur Indrawati Lipoeto , Hardisman

Abstrak
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Padang masih lebih rendah dari target nasional. Jumlah pekerja
wanita cukup tinggi, dan semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kebijakan Peraturan Walikota Padang
nomor 7 tahun 2015 tentang penyediaan ruang menyusui di tempat kerja dan sarana umum sudah ada, tetapi masih
banyak instansi yang belum maksimal melaksanakan kebijakan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menentukan
implementasi kebijakan penyediaan ruang menyusui di Kota Padang, sehingga dapat menemukan faktor penghambat
implementasi kebijakan dan menggali bahan masukan bagi pelaksana kebijakan dalam penyediaan ruang menyusui di
Kota Padang. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisa deskriptif, lokasi penelitian di Kota
Padang dengan subyek penelitian adalah Kasie Gizi Dinas Kesehatan Kota Padang, Kasie DP3AP2KB ,
Ka.Kebidanan RSUD dr.Rasidin, Kasie Tenaga Kerja dan Perindustrian, Kepala Puskesmas, Pimpinan Hotel,
Pimpinan Pusat Perbelanjaan, dan ibu menyusui. Instrumen penelitian adalah pedoman wawancara mendalam dan
ceklist observasi. Variabel penelitian adalah komunikasi, sumber daya, sikap implementor dan kondisi lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan penyediaan ruang menyusui di Kota Padang belum
terlaksana dengan baik, karena hanya dua dari sembilan instansi yang telah menerima informasi. Belum ada alokasi
dana, tenaga dan sarana khusus untuk implementasi kebijakan. Semua pelaksana bersikap mendukung. Tidak ada
sanksi bagi pimpinan tempat kerja yang belum melaksanakan kebijakan.
Kata kunci: implementasi, kebijakan, ruang menyusui

Abstract
Coverage of exclusive breastfeeding in Padang City was lower than national target. The number of working
mother was relative high in the last few years. The major policy of Padang’s government about the provision of
breastfeeding space at work already, but many institutions have not implemented this policy. The objective of this
study was to determine implementation of policy providing breastfeeding spaces in Padang City and find the inhibiting
factors for policy implementation. This research used qualitative methods with descriptive analysis, the locations in
Padang City with research subjects were the stakeholder of padang city health office, stakeholder of DP3AP2KB,
stakeholder of padang city hospital, stakeholder of department energy work and industry, stakeholder of community
health center, hotel manager, shopping center manager, and breastfeeding mother. The research instrument was a
guideline for in-depth interviews and observations cheklist, and variables are the communication, resource, attitude of
stakeholder and enviroment. The result found implementation of policy providing breastfeeding room in Padang City is
not optimum, because only two from nine workplace administrators receive the information. There were not have
money, man and facilities to implementation of policy. All stakeholder give their support. Have not a punishment for the
citizens who break the policy.
Keywords: implementation, major policy, breastfeeding space

Affiliasi penulis: 1. Prodi S2 Kesehatan Masyarakat Fakultas Korespondensi: hardisman@gmail.com Telp: 085272116900
Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2. Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 152

PENDAHULUAN Permasalahan mengenai pemberian ASI juga


World Health Organization (WHO) terjadi di Indonesia. Untuk meningkatkan cakupan ASI
merekomendasikan ASI eksklusif sampai bayi berusia eksklusif di Indonesia, pemerintah telah membuat
6 bulan dan terus menyusui sampai bayi berusia 2 kebijakan terkait pemberian ASI yaitu Peraturan
tahun. Pemberian ASI merupakan salah satu cara Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian
yang paling efektif dan murah untuk menurunkan ASI eksklusif yang mewajibkan pemerintah pusat,
1 daerah, pengurus tempat kerja dan penyelenggara
Angka Kematian Bayi (AKB). Walaupun kampanye
pemberian ASI telah gencar dilakukan diseluruh dunia, tempat umum untuk mendukung ibu menyusui agar
tetapi cakupan ASI eksklusif khususnya di negara dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
2 11
berkembang masih rendah. Rendahnya cakupan ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Penjelasan yang lebih
dipengaruhi berbagai macam faktor yaitu faktor rinci mengenai dukungan penyelenggara tempat
sosiodemografik, faktor biofisik, faktor psikososial dan umum terhadap pemberian ASI diatur dalam
3 Permenkes nomor 15 tahun 2013 tentang tata cara
faktor intervensi. Faktor intervensi meliputi kebijakan
pemerintah, dukungan sosial, dukungan petugas penyediaan fasilitas menyusui dan atau memerah
12
kesehatan, ketersediaan fasilitas menyusui, serta ASI.
4 Adanya kebijakan tersebut, diharapkan dapat
promosi susu formula.
Aktivitas ibu menyusui di luar rumah, baik itu meningkatkan cakupan ASI eksklusif di Indonesia.
dengan atau tanpa membawa bayi, bekerja maupun Penerbitan PP no 33 tahun 2012 serta Permenkes no
tidak bekerja juga akan mempengaruhi aktivitas 15 tahun 2013 ternyata belum mampu meningkatkan
5 cakupan ASI eksklusif secara signifikan. Belum
menyusui ibu. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) Republik Indonesia, diketahui berhasilnya tujuan dari suatu kebijakan dapat terjadi
persentase perempuan yang bekerja di Indonesia karena kebijakan tidak dilaksanakan dengan benar
terus meningkat dari 47,91% di tahun 2013 menjadi (nonimplementation) atau gagal dalam pelaksanaan
13
53,40% di tahun 2014. Perempuan yang bekerja di (unsuccessful implementation). Komunikasi yang
Provinsi Sumatera Barat juga terus meningkat dari terjalin antara pelaksana kebijakan dan sasaran
6 kebijakan, sikap dari pelaksana kebijakan dalam
47,63% di tahun 2013 menjadi 50,65% di tahun 2014.
Menyusui adalah hak setiap ibu tidak terkecuali ibu menindaklanjuti kebijakan, kesiapan sumber daya
yang bekerja, dukungan sosial perlu diberikan oleh dalam melaksanakan kebijakan, dan kondisi
berbagai pihak seperti pemerintah, keluarga, lingkungan dalam mendukung kebijakan merupakan
masyarakat, pengurus tempat bekerja dan berbagai faktor yang juga menentukan kebijakan
14
penyelenggara tempat umum untuk menjamin dapat berhasil atau tidak.
7 Kendala pemanfaatan ruang ASI dalam
keberhasilan program pemberian ASI. Dukungan
instrumen dan informasi berupa tenaga konselor penerapan ASI Eksklusif di Kementerian
laktasi, leaftlet dan tersedianya pojok laktasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
khususnya di tempat kerja juga mampu meningkatkan ditemukan bahwa hampir semua informan ibu
8 menyusui dan pejabat serta tenaga kesehatan
durasi pemberian ASI.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, 94% ibu mengatakan fasilitas pendukung ruang ASI harus
pernah melakukan aktivitas menyusui di tempat diperbaiki, untuk peranan kebijakan atasan didapatkan
umum. Kurangnya fasilitas, dukungan serta anggapan hasil sebagian besar dari informan menyusui
negatif dan pengunjung maupun penyelenggara mengatakan ada kendala dalam penerapan kebijakan
tempat umum menjadi salah satu kendala dalam atasan ketika ibu mau melaksanakan proses
9 pemberian ASI eksklusif di kantor, serta faktor
pemberian ASI di luar rumah. Kesulitan yang dialami
ibu dalam memberikan ASI di luar rumah, juga hambatan lain yang dirasakan ibu menyusui adalah
15
menjadi salah satu alasan dalam pemberian susu beban kerja yang banyak.
10
formula sebelum waktunya.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 153

Berdasarkan data cakupan pemberian ASI HASIL


eksklusif di Kota Padang dapat diambil kesimpulan Karakteristik Informan
bahwa cakupan ASI eksklusif ini masih berada di Informan dalam penelitian ini terdiri dari Kasie
bawah target nasional yaitu 80%. Hal ini disebabkan Gizi Dinas Kesehatan Kota Padang, Kasie Dinas
karena pemberian MP ASI sebelum ASI keluar, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak,
kurangnya rasa percaya diri ibu, ibu kembali bekerja Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
setelah cuti bersalin, gencarnya promosi susu formula, (DP3AP2KB), Kepala Ruangan Kebidanan RSUD
kurangnya dukungan fasilitas melahirkan terhadap Kota Padang, Kasie Dinas Tenaga Kerja dan
rawat gabung dan IMD, kurangnya dukungan Perindustrian, Kepala Puskesmas, Manajer Hotel,
kebijakan di kantor dan pemberian ijin menyusui serta Manajer Pusat Perbelanjaan sebagai pelaksana
kurangnya fasilitas ruang laktasi di kantor dan tempat kebijakan, dan ibu menyusui yang bekerja dan
16
umum. berkunjung sebagai sasaran kebijakan.
Adanya Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah no 33 tentang ASI eksklusif selanjutnya Tabel 1. Gambaran informan pelaksana kebijakan
telah disosialisasikan ke lintas sektor, sehingga lahir Karakteristik f (n=9) %
Peraturan Walikota (Perwako) Kota Padang no 7 Umur 20 – 29 0 0
tahun 2015 tentang penyediaan ruang menyusui dan 30 – 39 4 44,5

atau memerah ASI. Perwako tersebut mulai berlaku ≥ 40 5 55,5


Pendidikan Menengah 0 0
pada tanggal diundangkan yaitu pada tanggal 20
(SMA, DIII)
maret 2015 dengan tujuan agar semua ibu
Tinggi 9 100
mendapatkan perlindungan untuk menyusui dan bayi
(S1-S2)
17
mendapatkan ASI eksklusif. Model implementasi Jenis Kelamin Laki-laki 5 55,5
kebijakan publik yang dikemukakan oleh Edwards III, Perempuan 4 44,5
menunjukan empat faktor atau variabel yang berperan
penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Karakteristik pelaksana kebijakan penyediaan
Empat variabel tersebut adalah komunikasi, disposisi, ruang menyusui berdasarkan umur umumnya (55,5%)
13
sumber daya, dan kondisi lingkungan. diatas 40 tahun. Tingkat pendidikan pelaksana
kebijakan seluruhnya tergolong tinggi (100%) yaitu
METODE berpendidikan S1 dan S2.
Penelitian ini menggunakan rancangan studi
kualitatif yang disajikan secara deskriptif eksploratif Tabel 2. Gambaran informan sasaran kebijakan
dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui Karakteristik f (n=7) %

wawancara mendalam dan observasi. Subjek dalam Umur 20 – 29 4 57,14

penelitian ini adalah: Kasie Gizi Dinas Kesehatan Kota 30 – 39 3 42,86


≥ 40 0 0
Padang, Kasie Pemberdayaan Perempuan,
Pendidikan Menengah 4 57,14
Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan
(SMA, DIII)
Keluarga Berencana Kota Padang, Kepala Ruangan
Tinggi 3 42,86
Kebidanan RSUD Kota Padang, Kasie Tenaga Kerja (S1-S2)
dan Perindustrian Kota Padang sebagai informan Jenis Kelamin Laki-laki 0 0
utama dan 12 orang informan lainnya yang terdiri dari Perempuan 7 100
dua orang pimpinan instansi pemerintah, tiga orang
pimpinan instansi swasta, dan tujuh orang ibu Sasaran kebijakan adalah ibu menyusui yang
menyusui. Variabel yang diteliti adalah komunikasi, bekerja maupun berkunjung ke tempat umum.
sumber daya (dana, tenaga, sarana prasarana), sikap Berdasarkan umur umumnya (57,14%) pada rentang
pelaksana kebijakan dan kondisi lingkungan. 20-29 tahun. Tingkat pendidikan sasaran pelaksana

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 154

kebijakan pada umumnya (42,86%) tergolong sebagian besar (66,67%) pelaksana kebijakan tidak
menengah (SMA dan DIII). menerima infromasi tentang kebijakan penyediaan
ruang menyusui di tempat kerja dan sarana umum.
Implementasi Kebijakan Penyediaan Ruang Hal ini menunjukkan komunikasi dalam implementasi
Menyusui kebijakan ruang menyusui di Kota Padang belum
Implementasi kebijakan penyediaan ruang berjalan dengan baik.
menyusui di Kota Padang belum berjalan dengan baik. Dalam hal pendanaan, tidak ada (100%)
Sejak diberlakukannya Perwako tahun 2015 hingga anggaran dana khusus untuk pelaksanaan
tahun 2018, hanya beberapa tempat kerja dan tempat implementasi kebijakan penyediaan ruang menyusui di
sarana umum saja yang menyediakan ruang tempat kerja dan sarana umum. Ruang menyusui di
menyusui. Sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel tempat kerja hanya ditemukan pada tiga instansi
3. pemerintah dan satu instansi swasta yaitu Dinas
Tabel 3. Implementasi kebijakan penyediaan ruang Kesehatan, DP3AP2KB, Dinas Tenaga Kerja dan
menyusui Perindustrian, dan Pusat Perbelanjaan Transmart Kota
Tema f (n=9) % Padang, dan seluruhnya (100%) belum memenuhi
Pelaksana kebijakan Menerima 3 33,33 standar ruang menyusui yang telah ditetapkan dalam
yang menerima Tidak 6 66,67 kebijakan. Seperti yang disampaikan oleh informan :
informasi kebijakan menerima
“Dana untuk menyediakan ruang menyusui ini
penyediaan ruang
menggunakan dana sendiri dan fasilitas pun juga
menyusui
belum lengkap, hanya ada kulkas, kursi, dan meja

Instansi yang memiliki Ada 0 0 saja” (Informan 2)


anggaran dana Tidak ada 9 100 “Kami belum memiliki anggaran khusus untuk
khusus untuk penyediaan ruang menyusui ini.” (Informan 3)
penyediaan ruang
menyusui Dalam hal sumber daya manusia belum
tersedia tenaga konselor ASI (100%) untuk ruang
Instansi yang memiliki Ada 4 44,44
menyusui. Hasil wawancara dengan informan
ruang menyusui Tidak ada 5 55,56
triangulasi dapat diketahui bahwa ketersediaan tenaga

Ruang menyusui yang Memenuhi 0 0 dalam implementasi kebijakan penyediaan ruang


memenuhi syarat Tidak 9 100 menyusui di Kota Padang tidak tersedia, seperti
sesuaikebijakan Memenuhi disampaikan oleh informan :
“Untuk instansi umum/non kesehatan, seharusnya
Instansi yang memiliki Ada 0 0 memiliki konselor ASI di setiap ruang menyusui agar
tenaga konselor ASI Tidak ada 9 100
dapat mendukung atau memberi informasi mengenai
pemberian ASI yang baik dan benar. Namun Dinas
Sikap pelaksana Mendukung 9 100
Kesehatan Kota Padang memang belum pernah
kebijakan terhadap Tidak 0 0
kebijakan penyediaan Mendukung melakukan pelatihan dan pembinaan untuk konselor
ruang menyusui ASI” (Informan 1)
Semua pelaksana kebijakan penyediaan ruang
Koordinasi / Ada 0 0 menyusui di Kota Padang bersikap mendukung
pertanggungjawaban Tidak Ada 9 100 (100%) terhadap kebijakan ini. Dinas Kesehatan,
kebijakan penyediaan
DP3AP2KB, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian,
ruang menyusui
RSUD dr.Rasidin, serta semua instansi pemerintah
dan swasta sebagai tempat kerja menyatakan
Penyampaian informasi tentang kebijakan
mendukung adanya kebijakan penyediaan ruang
penyediaan ruang menyusui dilakukan melalui
menyusui ini dengan komitmen kedepan akan
komunikasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 155

menyediakan ruang menyusui di instansi mereka. ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada
Sikap mendukung dari semua pelaksana kebijakan ini ibu dalam memberikan ASI eksklusif dan memenuhi
masih berupa pernyataan, seperti yang disampaikan hak anak untuk mendapatkan ASI eksklusif. Selain itu
oleh informan : juga bertujuan untuk meningkatkan peran dan
“Sangat perlu untuk mendukung keberhasilan dukungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah
17
kebijakan ini sehingga ibu bekerja dapat memberikan terhadap pemberian ASI eksklusif. Kebijakan yang
ASI kepada bayi dan bayi pun mendapatkan haknya direkomendasikan oleh pembuat kebijakan bukanlah
untuk ASI ekslusif” (Informan 6) jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam
Ibu menyusui yang bekerja dan berkunjung ke implementasinya. Keberhasilan implementasi
tempat umum juga sangat mendukung adanya kebijakan ditentukan oleh banyaknya aktor atau unit
kebijakan penyediaan ruang menyusui di Kota organisasi yang terlibat serta berbagai variabel yang
18
Padang, seperti yang disampaikan oleh informan : kompleks yang saling berhubungan satu sama lain.
“Sangat setuju sekali, karena sangat membantu bagi Implementasi merupakan aspek penting dari
kami yang bekerja jadi dapat menyusui atau pun seluruh proses kebijakan yang akan menjadi rencana
memerah ASI di tempat kerja dengan rasa nyaman. yang tersimpan rapi dalam arsip jika tidak
18
Kami jadi tidak sering pulang ke rumah dan bisa fokus diimplementasikan. Berdasarkan hasil penelitian
untuk bekerja” (informan 13) diketahui bahwa implementasi dari kebijakan
penyediaan ruang menyusui di Kota Padang belum
Dalam hal koordinasi tidak ada pembagian berjalan dengan baik. Sejak tahun diberlakukannya
tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk tim Perwako yaitu tahun 2015 hingga tahun 2018, hanya
pembinaan dan pengawasan, tidak ada (100%) ditemukan dua instansi pemerintah dan satu instansi
mekanisme pertanggungjawaban berupa laporan swasta yang sudah menyediakan ruang menyusui,
dalam pelaksanaan kegiatan implementasi kebijakan masih banyak instansi baik pemerintah atau swasta
penyediaan ruang menyusui, seperti disampaikan oleh yang belum menyediakan ruangan tersebut.
informan : Kebijakan penyediaan ruang menyusui ini
“Tidak ada koordinasi dan pelaporan, karena tidak ada sudah selayaknya harus diinformasikan dan
petunjuknya” (Informan 2) disosialisasikan sampai kepada kelompok pelaksana
“Sebenarnya Dinas Kesehatan yang memiliki kebijakan yaitu para pimpinan instansi baik instansi
wewenang untuk melakukan pengawasan, evaluasi, pemerintah dan instansi swasta, agar kebijakan dapat
dan pembinaan. Namun kami belum melakukannya terlaksana dengan baik dan mengetahui isi kebijakan
karena pengawas belum dibentuk. Dan sampai saat ini yang dimaksud. Berdasarkan salah satu pernyataan
kami memang belum melakukan evaluasi, rencananya informan bahwa mereka belum pernah menerima
akan dilakukan tahun depan” (Informan 1) informasi atau sosialisasi sehingga kebijakan
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui penyediaan ruang menyusui ini masih belum
bahwa koordinasi dalam implementasi kebijakan dijalankan dengan baik.
penyediaan ruang menyusui di Kota Padang belum
maksimal, belum terbentuknya tim pengawas, belum Waktu sosialisasi untuk suatu kebijakan hanya
19
adanya pembagian tugas yang jelas dari insansi memerlukan 0-1 tahun saja, sedangkan kenyataan
terkait, dan belum adanya laporan dalam implementasi yang terjadi bahwa Peraturan Walikota kebijakan
kebijakan. tentang penyediaan ruang menyusui di Kota Padang
sudah ada sejak tahun 2015, tentunya waktu yang

PEMBAHASAN sudah cukup lama untuk melakukan sosialisasi

Kebijakan penyediaan ruang menyusui di Kota kebijakan bahkan seharusnya sudah berada ditahap

Padang merupakan Peraturan Walikota Padang implementasi kebijakan penuh namun belum semua

nomor 7 tahun 2015 tentang penyediaan ruang tempat kerja dan tempat umum mendapatkan

menyusui di tempat kerja dan sarana umum. Perwako sosialisasi tersebut.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 156

Ketersediaan dana merupakan faktor penting Semua pelaksana kebijakan menyatakan sikap
dalam penentuan implementasi suatu kebijakan. mendukung kebijakan penyediaan ruang menyusui di
Menurut Edward dan George, keterbatasan anggaran Kota Padang. Sikap mendukung dari semua
yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan yang pelaksana kebijakan masih berupa pernyataan.
seharusnya diberikan kepada sasaran juga terbatas. Dalam sikap koordinasi sesuai dengan
Terbatasnya sumber daya anggaran akan pernyataan informan dan hasil observasi bahwa
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan. DP3AP2KB, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian,
Selain itu, kebijakan tidak bisa dilaksanakan dengan RSUD dr.Rasidin Kota Padang, dan informan lainnya
optimal, keterbatasan anggaran juga menyebabkan belum pernah melakukan koordinasi dan pelaporan
13
disposisi para pelaku kebijakan rendah. Demikian pelaksanaan implementasi. Hal ini disebabkan oleh
pula dalam implementasi kebijakan penyediaan ruang mereka tidak mengetahui adanya pembagian tugas
menyusui ini sangat dibutuhkan adanya anggaran dan mekanisme pelaporan. Wajar implementasi
dana yang cukup dan sesuai. Tidak tersedianya dana kebijakan penyediaan ruang menyusui di Kota Padang
menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan kebijakan belum berjalan dengan baik karena pelaksana dari
baik untuk melakukan sosialisasi dan pengadaan kebijakan sendiri belum mengetahui tugas dan
fasilitas sehingga hasil implementasi kebijakan tanggungjawab masing-masing, tidak ada evaluasi
penyediaan ruang menyusui jadi tidak maksimal. dan sanksi, dan menganggap itu hanyalah tugas dari
Fasilitas sarana prasarana di ruang menyusui Dinas Kesehatan saja. Setiap kegiatan terutama
sangat penting, hal ini dibuktikan dengan penelitian implementasi kebijakan sudah seharusnya memiliki
yang dilakukan oleh Aulia (2011) selain pentingnya suatu mekanisme laporan pertanggungjawaban untuk
keberadaan ruang ibu dan anak bukan hanya menjadi dapat melakukan evaluasi guna meningkatkan
penunjang suksesnya program menyusui eksklusif keberhasilan suatu kegiatan implementasi kebijakan.
namun juga dapat menjadi motivasi ibu dengan Begitu juga apabila kebijakan penyediaan ruang
dukungan kegiatan tersebut oleh banyak kalangan. menyusui ini berhasil maka akan meningkatkan
Interior ruang ibu dan anak yang didesain dengan cakupan pencapaian ASI eksklusif di Kota Padang.
mempertimbangkan aspek teknis dan non-teknis akan Menurut teori model implementasi dari Edwards
membangun perasaan atau keinginan ibu dalam dan George bahwa implementasi kebijakan
20
memberikan asi untuk anaknya. Hal ini juga sesuai dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu komunikasi,
dengan hasil penelitian Handayani (2011) yang sumber daya, sikap implementor/pelaksana, dan
mengatakan bahwa fasilitas pendukung ruang ASI kondisi lingkungan yang saling berhubungan satu
13
harus diperbaiki agar ibu mau melaksanakan proses dengan lainnya. Apabila salah satu faktor tidak
15
pemberian ASI eksklusif di kantor. berjalan dengan baik maka akan sangat
Menurut Edward dan George, kecenderungan- mempengaruhi pencapaian keberhasilan dari
kecenderungan atau disposisi merupakan salah satu implementasi kebijakan tersebut.
faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi
implementasi kebijakan yang efektif. Jika para SIMPULAN
pelaksana mempunyai kecenderungan atau sikap Implementasi kebijakan penyediaan ruang
positif atau adanya dukungan terhadap implementasi menyusui di Kota Padang belum terlaksana dengan
maka terdapat kemungkinan yang besar implementasi baik. Masih banyak pelaksana kebijakan yang tidak
kebijakan akan terlaksana sesuai keputusan awal. menerima informasi tentang penyediaan ruang
Demikian sebaliknya, jika para pelaksana bersikap menyusui di tempat kerja, tidak ada dana dan tenaga
negatif atau menolak terhadap implementasi kebijakan konselor ASI, fasilitas ruang menyusui belum
akan menghadapi kendala yang serius. Apabila memadai, dan tidak ada tim khusus pembinaan dan
implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia pengawasan penyediaan ruang menyusui di Kota
akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik Padang.
13
seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 157

SARAN buffering hypothesis. Psychologikal Bulletin.


Disarankan bagi pemerintah Kota Padang 1985(2):114-7.
untuk meningkatkan sosialisasi kebijakan agar seluruh 9. Camiletti Y. Breastfeeding in public place; towards
pimpinan tempat kerja mengetahui kebijakan tersebut. a supportive breastfeding community in London,
Pembentukan tim pembinaan dan pengawasan agar Ontario and Middlesex Country. London: Middlesex
pembinaan dan pengawasan dapat berjalan dengan London Health Unit.2000.hlm.10.
baik. Pemberian sanksi tidak hanya berupa teguran 10. Li R, Jason H, Abeda H, Sandra BD, Laurence
tetapi dengan sanksi yang tegas. Peningkatan GS. Public beliefs about breastfeeding policies in
kerjasama, seperti dengan Satpol-Pp yang dapat various settings. J Am Diet Assoc.
dijadikan sebagai penegak peraturan dan juga dapat 2004(104):1162-8.
melakukan pengawasan. Meningkatkan peraturan 11. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
mengenai penyediaan ruang menyusui ini dari (Depkes RI). Peraturan pemerintah nomor 33
Peraturan Walikota menjadi Peraturan Daerah. tahun 2012 Tentang pemberian ASI eksklusif.
Jakarta: Depkes RI. 2012.hlm.4.

DAFTAR PUSTAKA 12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

1. World Health Organization (WHO). Infant and (Kemenkes RI). Permenkes nomor 15 tahun 2013

young children feeding (IYCF) model chapter for tentang tata cara penyediaan fasilitas menyusui

textbook for medical students and allied health dan atau memerah ASI. Jakarta: Kemenkes RI.

professionals. Switzerland: WHO. 2009.hlm.2. 2013.hlm.3.

2. Setegn T, Tefera B, Mulusew G, Kebede D, Amere 13. Edward III, George C. Implementing public policy.

D, Sibhatu B. Factor associated with exclusive Washington DC: Congressional Quartery Press.

breastfeeding practice among mothers in Goba 1980.hlm.92-6.

district, South East Ethiopia; a cross sectional 14. Subarsono AG. Analisis kebijakan publik, konsep,

study. International Breastfeeding Journal. teori, dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar;

2012;17:1-8. 2006.hlm.23.

3. Shahla M, Kathleen F, Ashley K. Factors that 15. Handayani H. Kendala pemanfaatan ruang ASI

positively influence breastfeeding duration to 6 dalam penerapan ASI eksklusif di kementerian

months; a literature review. Women and Birth. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

2010(4):135-45. [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia. 2011.hlm.55

4. Li R, Sara BF, Jian C, Laurence MG. Why mother 16. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Padang. Laporan

stop breastfeeding; mother’s self reported reasons tahunan dinas kesehatan kota Padang tahun 2016.

for stopping during the first year. Pediatrics. 2008; Padang: Dinkes Kota Padang. 2016.hlm.186.

2:S69-S76. 17. Pemerintahan Kota Padang. Perwako Padang

5. Meng X, Alison D, Christina MP, Colin WB. nomor 7 tahun 2015 tentang penyediaan ruang

Community attitudes toward breastfeeding in public menyusui dan atau memerah ASI. Padang:

places among western Australia adults, 1995-2009. Pemerintahan Kota Padang. 2015.

J Hum Lact. 2013(2):183-9. 18. Subarsono AG. Analisis kebijakan publik, konsep,

6. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Data teori, dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dasar ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: 2006.hlm.25.

Sakernas. 2013. 19. Nugroho R. Public policy, formulasi, implementasi,

7. Cohen S, Wills TA. Stress, Social support, and the evaluasi dan revisi dalam kebijakan publik. Jakarta:

buffering hypothesis. Psychologikal Bulletin. 1985 PT Elex Media Komputindo. 2009.hlm.79.

(2):310-57. 20. Aulia UR. Pentingnya ruang ibu dan anak sebagai

8. Mc Carter D, Rebecca G. Social support, and the fasilitas pendukung kegiatan menyusui di area
publik. Jurnal Humaniora. 2011.(2):110-21.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(1)

Anda mungkin juga menyukai