Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


Kasus 1
Pada tanggal 13 Januari 2017 pukul 16.00 WIB, Ny. K usia 21 tahun G1P0A0
melakukan kunjungan ulang ke BPM. Setelah dilakukan pengkajian terhadap Ny. K, maka
didapatkan hasil yaitu Ny. K mengatakan HPHT nya pada tanggal 18 Juni 2016 sehingga
diperkirakan TTP pada tanggal 25 Maret 2017. Usia kehamilan pada saat ANC tersebut
adalah 28 minggu. Keadaan umum Ny. N dan janin baik.
Pada kasus Ny. K ditinjau dari riwayat ginekologi tidak ditemukan adanya tanda
gejala masalah obstetri yang ditunjang dengan data objekif dengan hasil dalam keadaan
normal. Yang menjadi keluhan pada Ny. K adalah sesak, hal ini dikatagorikan pada
permasalahan yang sering terjadi pada kehamilan yang sesuai dengan teori Helen (2011).
Perasaan sesak atau sulit bernafas pada ibu hamil trimester 3 adalah hal yang fisiologis, hal
ini disebabkan oleh pembesaran uterus yang mengakibatkan perubahan postur, pembesaran
uterus yang terjadi menekan diafragma ke atas sehingga timbul rasa sesak. Hal ini dapat
diatasi dengan mempertahankan postur yang baik, dengan tidak terlalu lama berbaring, ibu
bisa memilh posisi miring kiri atau kanan saat tidur (Prawirohardjo, S).
Ditinjau dari data subjektif yang lainnya tidak terdapat hal-hal yang mengarah pada
komplikasi kehamilan, persalinan, nifas dan bbl. Selanjutnya pada data objektif penambahan
berat badan ibu sebelum hamil hingga usia kehamilan 29 minggu sebesar 7 kg, jika
dibandingkan menurut teori Prawiraharjo (2008) kenaikan berat badan ibu selama kehamilan
sebesar 6 kg – 16 kg dengan rata-rata 12,5 kg, kenaikan berat badan ibu masih dikategorikan
dalam batas normal.
Pada kasus Ny.K setelah dilakukan pemeriksaan haemoglobin dengan hasil, Hb Ny.K
10 g/%. Menurut fraser (2009) derajat anemia zat besi 9-10 gr/% tidak cukup parah dan tidak
menimbulkan efek yang merugikan bagi ibu dan janin. Menurut Depkes RI pemberian tablet
folat 500 mg dan zat besi 120 mg akan bermanfaat bila dimakan 1-2 tablet sehari.dosis tablet
besi untuk anemia ringan 1 tablet sehari selama 90 hari, untuk anemia sedang 2 tablet perhari
selam 2-3 bulan, dan untuk anemia berat 2-3 tablet perhari selma lebih 3 bulan menurut
varney (2002) dalam Simanjuntak (2007).
Kunjungan pada saat kehamilan minimal dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada
Trimester I sebanyak 1 kali, Trimester II sebanyak 1 kali dan Trimester III sebanyak 2 kali.
Pada kasus Ny. K kunjungan ANC yang dilakukan adalah kunjungan ulangan, hal ini
dikarenakan ibu memeriksakan kehamilannya setiap bulan dimulai saat usia kehamilan 12
minggu. Bidan menganjurkan Ny.K untuk datang kembali melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilannya pada bulan depan atau bila ada keluhan. Hal ini dikarenakan ibu
memasuki usia kehamilan Trimester 3.
Menurut Depkes RI (2012), tujuan Antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu
hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta
menghasilkan bayi yang sehat. Untuk mencapai tujuan dari ANC tersebut dilakukan
pemeriksaan dan pengawasan wanita selama kehamilannya secara berkala dan teratur agar
bila timbul kelainan kehamilan atau gangguan kesehatan sedini mungkin diketahui sehingga
dapat dilakukan perawatan yang cepat dan tepat (Depkes, 2012).
Kasus 2
Pada tanggal 15 Januari 2017 pukul 17.00 WIB, Ny. U usia 31 tahun G2P1A0
melakukan kunjungan ulang ke BPM. Setelah dilakukan pengkajian terhadap Ny. U, maka
didapatkan hasil yaitu Ny. U mengatakan HPHT nya pada tanggal 12 Mei 2016 sehingga
diperkirakan TTP pada tanggal 19 Februari 2017. Usia kehamilan pada saat ANC tersebut
adalah 34 minggu 5 hari. Keadaan umum Ny. N dan janin baik.
Pada kasus Ny. U ditinjau dari riwayat ginekologi tidak ditemukan adanya tanda
gejala masalah obstetri yang ditunjang dengan data objekif dengan hasil dalam keadaan
normal. Yang menjadi keluhan pada Ny. U adalah sakit pada pinggang, hal ini dikatagorikan
pada permasalahan yang sering terjadi pada kehamilan yang sesuai dengan teori Helen (2011)
nyeri pada punggung dan ligamen pada ibu hamil adalah hal yang fisiologis, hal ini
disebabkan oleh pembesaran uterus yang mengakibatkan perubahan postur, selain itu hal ini
juga disebabkan oleh perubahan hormon relaksin terhadap ligamen. Hal ini dapat diatasi
dengan mempertahankan postur yang baik, tidak berdiri terlalu lama, menggunakan posisi
yang baik saat mengangkat sesuatu yang berat. Setelah dilakukannya konseling mengenai
permasalahan, ibu mengerti dan berseia melakukan anjuran bidan.
Ditinjau dari data subjektif yang lainnya tidak terdapat hal-hal yang mengarah pada
komplikasi kehamilan, persalinan, nifas dan bbl. Selanjutnya pada data objektif penambahan
berat badan ibu sebelum hamil hingga usia kehamilan 34 minggu sebesar 9 kg, jika dilihat
menurut teori Prawiraharjo (2008) kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebesar 6 kg –
16 kg dengan rata-rata 12,5 kg, kenaikan berat badan ibu masih dikategorikan dalam batas
normal.
Saat ini Ny. U sudah memasuki kehamilan trimester III sehingga bidan memberikan
promosi kesehatan kehamilan trimester III yaitu tanda bahaya kehamilan trimester III, tanda-
tanda persalinan serta persiapan persalinan pada ibu dan keluarga.
Tanda bahaya kehamilan trimester III yaitu perdarahan, bengkak pada kaki, tangan
dan wajah atau sakit kepala berlebih, demam tinggi, keluarkan air ketuban sebelum
waktunya, bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak dan ibu muntah
terus dan tidak mau makan (Mangkuji, 2013).
Kunjungan pada saat kehamilan minimal dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada
Trimester I sebanyak 1 kali, Trimester II sebanyak 1 kali dan Trimester III sebanyak 2 kali.
Pada kasus Ny. K kunjungan ANC yang dilakukan adalah kunjungan ulangan, hal ini
dikarenakan ibu memeriksakan kehamilannya setiap bulan dimulai saat usia kehamilan 12
minggu. Bidan menganjurkan Ny.K untuk datang kembali melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilannya tanggal 29 Januari 2017 atau bila ada keluhan. Hal ini
dikarenakan ibu memasuki usia kehamilan Trimester 3.
Kasus 3
Pada tanggal 15 Januari 2017 pukul 20.00 WIB, Ny. S usia 23 tahun G1P0A0
melakukan kunjungan ulang ke BPM. Setelah dilakukan pengkajian terhadap Ny. S, maka
didapatkan hasil yaitu Ny. S mengatakan HPHT nya pada tanggal 23 Mei 2016 sehingga
diperkirakan TTP pada tanggal 30 Februari 2017. Usia kehamilan pada saat ANC tersebut
adalah 33 minggu 1 hari. Keadaan umum Ny. S dan janin baik.
Pada kasus Ny. S ditinjau dari riwayat ginekologi tidak ditemukan adanya tanda
gejala masalah obstetri yang ditunjang dengan data objekif dengan hasil dalam keadaan
normal. Yang menjadi keluhan pada Ny. D adalah sering BAK, hal ini dikatagorikan pada
permasalahan yang sering terjadi pada kehamilan yang sesuai dengan teori Helen (2011).
Gangguan sering BAK pada malam hari pada ibu hamil trimester 3 adalah hal yang fisiologis,
hal ini disebabkan oleh pembesaran uterus yang mengakibatkan perubahan postur,penekanan
pada kandung kemih sehingga setiap kandung kemih terisi ibu akan berkeinginan untuk
BAK. Hal ini dapat diatasi dengan mengurangi minum di malam hari sehingga tidak
mengganggu tidur malam ibu tetapi tetap penuhi kebutuhan minum diwaktu pagi dan siang
hari (Prawirohardjo, S).
Ditinjau dari data subjektif yang lainnya tidak terdapat hal-hal yang mengarah pada
komplikasi kehamilan, persalinan, nifas dan bbl. Selanjutnya pada data objektif penambahan
berat badan ibu sebelum hamil hingga usia kehamilan 33 minggu sebesar 9 kg, jika
dibandingkan menurut teori Prawiraharjo (2008) kenaikan berat badan ibu selama kehamilan
sebesar 6 kg – 16 kg dengan rata-rata 12,5 kg, kenaikan berat badan ibu masih dikategorikan
dalam batas normal.
Pada kasus Ny.S setelah dilakukan pemeriksaan haemoglobin dengan hasil, Hb Ny.S
11 g/%. Menurut fraser (2009) derajat anemia zat besi 9-10 gr/% tidak cukup parah dan tidak
menimbulkan efek yang merugikan bagi ibu dan janin. Menurut Depkes RI pemberian tablet
folat 500 mg dan zat besi 120 mg akan bermanfaat bila dimakan 1-2 tablet sehari.dosis tablet
besi untuk anemia ringan 1 tablet sehari selama 90 hari, untuk anemia sedang 2 tablet perhari
selam 2-3 bulan, dan untuk anemia berat 2-3 tablet perhari selma lebih 3 bulan menurut
varney (2002) dalam Simanjuntak (2007).
Kunjungan pada saat kehamilan minimal dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada
Trimester I sebanyak 1 kali, Trimester II sebanyak 1 kali dan Trimester III sebanyak 2 kali.
Pada kasus Ny. S kunjungan ANC yang dilakukan adalah kunjungan ulangan, hal ini
dikarenakan ibu memeriksakan kehamilannya setiap bulan dimulai saat usia kehamilan 12
minggu. Bidan menganjurkan Ny.S untuk datang kembali melakukan kunjungan pemeriksaan
kehamilannya pada tanggal 29 Januari 2017 atau bila ada keluhan. Hal ini dikarenakan ibu
memasuki usia kehamilan Trimester 3.
Menurut Depkes RI (2012), tujuan Antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu
hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta
menghasilkan bayi yang sehat. Untuk mencapai tujuan dari ANC tersebut dilakukan
pemeriksaan dan pengawasan wanita selama kehamilannya secara berkala dan teratur agar
bila timbul kelainan kehamilan atau gangguan kesehatan sedini mungkin diketahui sehingga
dapat dilakukan perawatan yang cepat dan tepat (Depkes, 2012).
Kasus 4
Pada tanggal 16 Januari 2017 pukul 08.00 WIB, Ny. T usia 22 tahun G1P0A0
melakukan kunjungan ulang ke BPM. Setelah dilakukan pengkajian terhadap Ny. T, maka
didapatkan hasil yaitu Ny. T mengatakan HPHT nya pada tanggal 18 Oktober 2016 sehingga
diperkirakan TTP pada tanggal 25 Juli 2017. Usia kehamilan pada saat ANC tersebut adalah
12 minggu 4 hari. Keadaan umum Ny. S dan janin baik.
Pada kasus Ny. T ditinjau dari riwayat ginekologi tidak ditemukan adanya tanda
gejala masalah obstetri yang ditunjang dengan data objekif dengan hasil dalam keadaan
normal. Yang menjadi keluhan pada Ny. T adalah mual di pagi hari, hal ini dikatagorikan
pada permasalahan yang sering terjadi pada kehamilan yang sesuai dengan teori Helen
(2011). Gangguan sering terasa mual muntah di pagi hari adalah normal di awal kehamilan,
biasanya akan berhenti setelah usia kehamilan lebih dari 4 bulan. Keadaan ini disebabkan
oleh peningkatan hormon HCG kehamilan. Hal ini dapat diatasi dengan makan sedikit tapi
sering dan menghindari makanan yang memancing mualseperti makanan berlemak, asam,
dan pedas (Prawirohardjo, S).
Ditinjau dari data subjektif yang lainnya tidak terdapat hal-hal yang mengarah pada
komplikasi kehamilan, persalinan, nifas dan bbl. Selanjutnya pada data objektif penambahan
berat badan ibu sebelum hamil hingga usia kehamilan 12 minggu sebesar 2 kg, jika
dibandingkan menurut teori Prawiraharjo (2008) kenaikan berat badan ibu selama kehamilan
sebesar 6 kg – 16 kg dengan rata-rata 12,5 kg, kenaikan berat badan ibu masih dikategorikan
dalam batas normal.
Kunjungan pada saat kehamilan minimal dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada
Trimester I sebanyak 1 kali, Trimester II sebanyak 1 kali dan Trimester III sebanyak 2 kali.
Pada kasus Ny. S kunjungan ANC yang dilakukan adalah kunjungan ulangan, hal ini
dikarenakan ibu memeriksakan kehamilannya setiap bulan dimulai saat usia kehamilan 12
minggu. Bidan menganjurkan Ny.S untuk datang kembali melakukan kunjungan pemeriksaan
kehamilannya pada tanggal 29 Januari 2017 atau bila ada keluhan. Hal ini dikarenakan ibu
memasuki usia kehamilan Trimester 3.
Menurut Depkes RI (2012), tujuan Antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta
menghasilkan bayi yang sehat. Untuk mencapai tujuan dari ANC tersebut dilakukan
pemeriksaan dan pengawasan wanita selama kehamilannya secara berkala dan teratur agar
bila timbul kelainan kehamilan atau gangguan kesehatan sedini mungkin diketahui sehingga
dapat dilakukan perawatan yang cepat dan tepat (Depkes, 2012).

4.2. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


Pada keempat kasus persalinan di atas yang dimulai sejak tanggal 12 Januari 2017
hingga 25 Januari 2017, dari data subjektif klien mengeluh mengeluarkan lendir berrcampur
darah dan mules dari bawah perut hingga ke pinggang sehingga mereka datang ke klinik
untuk bersalin. Hal ini sesuai dengan teori Rohani (2014) yang menyebutkan salah satu dari
tanda inpartu adalah keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan kecil
pada serviks serta mules yang menjalar dari bawah perut hingga ke pinggang.
Dari data objektif ditemukan pada pemeriksaan umum tidak terdapat tanda-tanda
komplikasi kebidanan, pada pemeriksaan kebidanan dilakukan Leopold I yang dilakukan
pada keempat pasien diperoleh hasil TFU yang sesuai dengan usia kehamilan merupakan
nilai normal menurut Prawirahardjo tahun 2013. Jika dilihat dari Tafsiran Berat Badan Janin
menurut Rumus yaitu (TFU – n) x 155, hal ini berarti kemungkinan untuk bayi besar yang
mengakibatkan untuk distosia bahu semakin kecil kemungkinannya. Pada Leopold II
ditemukan ada yang Pu-ki dan ada Pu-Ka dan Leopold III bagian terbawah sudah tidak dapat
digoyangkan, Pada pemeriksaan Leopold IV didapatkan hasil bahwa bagian terbawah janin
sudah masuk PAP.
Pada kala I perubahan fisiologis yang menonjol oleh ibu adalah tekanan darah yang
sedikit meningkat dari sebelumnya, hal ini dikarenakan rasa nyeri, takut dan kekhawatiran
yang dialami oleh ibu. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadinya kenaikan tekanan darah
yang signifikan mengakibatkan hipertensi diperlukan antisipasi dukungan yang dapat
membuat ibu rileks seperti pemberian makan/minum, mengelus pinggang ibu.( Rohani.2014)
Kala I keempat pasien di atas mengeluh rasa sakit pada pinggang menjalar ke bagian
bawah abdomen, setelah dilakukan pemeriksaan DJJ, air ketuban utuh, penyusupan,
pembukaan, dan penurunan kepala dalam keadaan normal serta kemajuan persalinan sesuai
dengan lembar partograf yang normal. Pemantauan DJH, TD, HR,RR, His setiap 30 menit,
dan pemantauan pembukaan serviks, penurunan kepala, keadaan ketuban dilakukan setiap 4
jam sekali. Menurut Mochtar (2012) Kala I yang dialami oleh multipara berlangsung 6-7 jam,
tetapi kasus Ny.E yang berlangsung ± 5 jam.
Selanjutnya pada kala II pada keempat pasien di atas berlangsung normal yaitu tidak
lebih dari 30 menit. hal ini didukung oleh teori Mochtar (2011) yang menyatakan pada
nulipara persalinan kala II dapat berlangsung 1-2 jam, dan multipara persalinan Kala II dapat
berlangsung ± ½ - 1 jam.Pada Kala II tidak terjadi distosia bahu dan masalah lainnya. Jumlah
perdarahan pada kala II normal yaitu tidak lebih dari 500cc dan kontraksi uterus baik. Pada
kasus 1, Ny. P tanggal 12 Januari 2017 pukul 09.50 wib bayi lahir bugar, PB 47cm, BB 3300
gram. Jenis kelamin laki – laki. Pada kasus 2 Ny. S tanggal 18-1-2017 pukul 14.50 wib bayi
lahir bugar, PB 48cm, BB 3400 gram. Jenis kelamin lperempuan. Pada kasus 3 Ny. A tanggal
20-1-2017 pukul 11.10 wib bayi lahir bugar, PB 47cm, BB 3200 gram. Jenis kelamin
perempuan. Dan pada kasus 4 Ny. D Bayi lahir bugar dan sehat tanggal 20-1-2017 pukul
23.50 wib PB 48cm, BB 3200 gram. Jenis kelamin laki laki.
Setelah bayi lahir dan diletakkan diatas perut ibu, petugas memastikan janin tunggal,
selanjutnya melakukan Manajemen Aktif kala III dengan menyuntikan oksitosin, peregangan
tali pusat terkendali dan melakukan masase selama ±15 detik. Pada keempat pasien di atas,
Kala III berlangsung selama 5-15 menit dengan jumlah perdarahan sebanyak 50-100 cc
sesuai dengan teori Mochtar (2011). Pada pemeriksaan plasenta tidak terdapat adanya selaput
ketuban yang tertinggal, dan jumlah kotiledon lengkap serta pemeriksaan lainnya juga dalam
keadaan normal. Menuurut Cuningham dkk (2013) pada manajemen kala III dilakukan
suntikan oksitosin, tetapi walaupun oksitosin telah diberikan perdarahan postpartum sebagai
akibat atonia uteri lebih mungkin terjadi saat ini, akibatnya uterus harus sering dievaluasi.
Saat dilakukan pemeriksaan robekan jalan lahir pada Ny. S dan Ny.D ditemukan
adanya robekan jalan lahir. Menurut Cunningham dkk (2013) laserasi diklasifikasikan
menjadi empat yaitu pada derajat I mengenai fourcheete, kulit perinal, membran mukosa
vagina tetapi tidak mengenai fasia dan otot dibawahnya. Pada derajat II sebagai tambahan
fasia, otot korpus perineum tetapi tidak mengenai spingter ani. Pada derajat III melibatkan
spingter ani dan pada derajat IV mengenai mukosa rektum sehingga lumen rektum dapat
terlihat. Untuk itu dilakukan penjahitan dengan prinsip asuhan sayang ibu dengan
menyuntikan anestesi lokal yaitu lidocain 1% yang disuntikan pada daerah yang akan
dilakukan penjahitan.
Kala IV dilakukan 2 jam setelah plasenta lahir dengan pemeriksaan setiap 30 menit
pada 1 jam pertama dan setiap 1 jam pada 1 jam berikutnya. Pemantauan pada kala IV
diantaranya pemantauan tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, , kontraksi uterus,
kandung kemih, jumlah perdarahan, menurut Prawiraharjo (2013). Pada keempat kasus di
atas setelah dilakukan pemantauan selama 2 jam tidak terdapat tanda-tanda bahaya yang
mengarah pada komplikasi.
Pada persalinan untuk memantau kemajuan persalinan terdapat alat bantu untuk
petugas kesehatan yaitu partograf, apabila pemantauan pembukaan sudah melewati garis
waspada maka penolong persalinan harus bersiap untuk melakukan persiapan rujukan. Pada
kasus pemantauan tidak melewati garis waspada.
Pada Asuhan Persalinan Normal yang terdiri dari 58 langkah menurut Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat (2013) tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek dalam memberikan asuhan persalinan.

4.3. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas


Asuhan Kebidanan pada masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada 6 jam
postpartum, 6 hari postpartum, 2 minggu postpartum dan 6 minggu postpartum. Pada Ny. P
asuhan 6 jam postpartum dilakukan pada pukul 15.00 wib pada tanggal 16 Januari 2017
dengan tujuan mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, medeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan dan merujuk apabila perdarahan berlanjut, memberikan konseling
pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir,
menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Setelah dilakukan pemeriksaan
perdarahan ±100 cc, TD: 120/70 mmHg, HR: 82 x/i, Suhu: 36,6°C, TFU 2 jari dibawah
pusat, Kontraksi uetrus baik, kandung kemih penuh, perdarahan ±100 cc, lochea rubra.
menurut Mochtar (2012) seharusnya 2 jari dibawah pusat adalah ketika plasenta lahir setelah
dilakukan palpasi ditemukan kandung kemih penuh, sesuai dengan Asuhan sayang ibu tidak
dilakukan kateterisasi tetapi dilakukan rangsangan dengan memercikan air pada abdomen ibu
dengan hasil ibu dapat melakukan miksi ditampung menggunakan pispot dan jumlah urine
yang dikeluarkan ibu sebanyak 200cc.anjuran yang dapat diberikan kepada ibu menurut
Suherni (2009) yaitu mobilisasi dini.
Pada kasus kedua kunjungan dilakukan pada Ny. K tanggal 17 Januari 2017 pukul
08.00 wib. Kunjungan ini yaitu kunjungan hari ke-6 (KF2) yang bertujuan untuk memastikan
involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, tidak ada perdarahan abnormal, menilai
adanya tandainfeksi, memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat,
memastikan ibu menyusui dengan baik dan mendeteksi tanda-tanda penyulit. Pada
pemeriksaan involusi uteri berlangsung normal, vital sign dalam batas normal, TFU
pertengahan pusat dengan simpisis, kontraksi uterus baik, perdarahan ±50 cc, lochea serosa,
tidak ada tanda infeksi seperti lochea berbau busuk, demam, adanya pus. Asuhan yang
diberikan kepada ibu diantaranya yaitu konseling mengenai perawatan tali pusat, menjaga
kehangatan dan kenyamanan bayi serta konseling keluarga berencana pada ibu postpartum.
Pada Kasus ketiga kunjungan dilakukan pada Ny.A tanggal 18 Januari 2017 pukul
08.00 wib.kunjungan ini yaitu kunjungan minggu ke-2 (KF2) yang bertujuan sama dengan
kunjungan kedua. Asuhan yang diberikan juga sama dan menilai hasil konseling yang telah
diberikan. Hasil dari kunjungan ketiga ini TFU tidak teraba, kontraksi uterus baik, perdarahan
±20 cc, lochea serosa, tidak ada tanda infeksi seperti lochea berbau busuk, demam, adanya
pus.
Pada Kasus keempat kunjungan dilakukan pada Ny.T tanggal 21 Januari 2017 pukul
14.00 wib. kunjungan ini yaitu kunjungan minggu ke-6 (KF3) yang bertujuan sama dengan
kunjungan kedua. Asuhan yang diberikan juga sama dan menilai hasil konseling yang telah
diberikan. Hasil dari kunjungan ketiga ini TFU tidak teraba, kontraksi uterus baik, perdarahan
sudah tidak ada,tidak ada tanda infeksi seperti lochea berbau busuk, demam, adanya pus, ibu
telah teratur menyusui bayinya, dan ibu bersedia menggunakan KB jenis AKDR.
4.4. Asuhan Kebidan Pada BBL
Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir diawali dengan pengkajian. Pada
pengumpulan data tidak ditemukan adanya kelainan yang mengarah pada komplikasi. Asuhan
pada pelaksanaanya sedikit berbeda dengan teori Prawirahrjo (2009) jika bayi tidur telentang
tidak memakai bantal tetapi dalam praktek menggunakan bantal. Kunjungan yang dilakukan
pada bayi baru lahir dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada usia 6-8 jam postpartum, 7 hari
postpartum, dan 2 minggu postpartum.
Kunjungan pertama bayi baru lahir pada bayi Ny.P tanggal 16 Januari 2017 pukul
12.00 wib. Tujuan kunjungan kasus pertama sama dengan kasus ke 3 pada Ny.C tanggal 17
Januari 2017 pukul 09.30 wib yaitu usia bayi 2 hari bertujuan untuk menjaga kehangatan
bayi, perawatan tali pusat, pemberian ASI. Setelah dilakukan penatalaksanaan dengan hasil
PB: 47 cm, BB: 3300 gram, suhu: 36,5°C, refleks rooting baik, refleks sucking baik, bayi
sudah BAK, mekonium sudah keluar, tidak ada tanda infeksi pada tali pusat, mata tidak
ikterik, imunisasi Hb0 telah diberikan pada pukul 12.10 wib.
Kunjungan pada kasus kedua pada bayi Ny.A tanggal 18 Januari 2017 pukul 08.00
twib, Tujuan kunjungan kasus kedua sama dengan kasus ke 4 pada Ny.T tanggal 19 Januari
2017 pukul 10.00 wib yaitu usia bayi hari hari tujuan pada kunjungan ini yaitu menjaga
kehangatan bayi, mencegah infeksi tali pusar, pemberian ASI, dan pemberian imunisasi Hb0.
Dari hasil pemantauan BB bayi sekarang di usia 6 hari adalah 3300 gr, tali pusat sudah
pupus, menghisap sangat aktif, mata sedikit ikterik. Pada penataksanaannya penurunan BB
badan bayi merupakan hal yang fisiologis yang terjadi pada bayi yaitu penurunan BB 7-10%
dari BB lahir beberapa hari kemudian BB bayi akan kembali bertambah sesuai dengan nutrisi
yang bayi terima. Selanjutnya dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa mata sedikit ikterik,
hal ini merupakan hal yang fisiologi yang terjadi pada bayi baru lahir, hal ini dapat diatasi
dengan bayi dijemur pada pagi hari sekitar pukul 7-8 dan memberikan ASI on demand.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuahan kebidanan secara Continue Of care diawali dari kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir serta keluarga berencana pada keempat kasus di atas,
penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Kehamilan
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis tetapi apabila tidak dipantau dengan benar
dapat mengarah pada kehamilan yang patologis. Untuk itu perlu dilakukannya pemantauan
yang berkesinambungan untuk mendeteksi dini adanya hal- hal yang mengarah pada
komplikasi.
Pada keempat kasus di atas, masa kehamilan yang dialami tidak terdapat adanya
tanda-tanda komplikasi. Pada trimester III ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak lebih
dari 1 kali dilihat dari data subyektif ibu mengatakan ini kunjungan ulangan. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kepedulian ibu terhadap kehamilannya sangat baik. Hal ini akan
mempermudah bagi petugas kesehatan dalam melaksanakan asuhan yang akan diberikan
untuk meningkatkan kualitas mutu.

5.1.2 Persalian
Persalinan pada keempat kasus di atas berlangsung normal tidak melewati gari
waspada pada pengisian partograf. Pemantauan menggunakan partograf sangat perlu
diperhatikan unutk menilai komplikasi persalinan sehingga AKI dan AKB di indonsia dapat
menurun karena tidak terlambat mendiagnosa, tidak terlambat merujuk dan tidak terlambat
mendapat penanganan.

5.1.3 Nifas
Masa nifas merupakan masa yang paling penting dimana terjadi perubahan secara
signifikan terhadap ibu baik fisiologis maupun psikologis. Pamantauan pada masa nifas
dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada 6 jam,6hari, 2minggu, dan 6 minggu. Hal ini dilakukan
gar ibu dapat beradaptasi pada periode yang baru perlu dukungan dari lingkungan sekitar agar
tetap mendukung keputusan ibu dalam perawatan bayi baru lahir. Pada keempat kasus diatas
tidak terdapat masalah nifas yang dapat membahayakan. Involusi uteri berlangsung normal,
tidak ada perdarahan serta keluhan pada payudara karena menyusui.
5.1.4 Bayi Baru Lahir
Pada pemantauan bayi baru lahir dilakukan 3 kali pemantauan yaitu pada 2-6jam,
6hari,dan 2minggu. Selanjutnya pada keempat kasus diatas, telah lahir bayi bugar, refleks
rooting baik, refleks sucking baik, serta tidak terdapat kelainan. Bayi telah diberikan
imunisasi dasar yakni Hb0, BCG, Polio 1.

5.2 Saran
a. Kepada Klinik Bersalian
Diharapkan pada pelayanan kesehatan lebih meningkatkan fasilitas sesuai standart
nasional.
b. Kepada Klien
Pemantauan continue of care ini diharapkan mampu menjadi pengalaman bagi klien dalam
pemantauan pada kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir untuk lebih mandiri dalam
mencegah komplikasi.
c. Kepada institusi
Diharapakan kepada institusi dengan penulisan Laporan real setting dapat
mempersiapakan pedoman yang baku, referensi yang memadai serta jadwal yang lebih
baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai