Anda di halaman 1dari 14

KONSEP KEPERAWATAN

A. Proses Terjadinya Masalah

1. Definisi

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realistis

yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar

belakang budaya, ketidak mampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui

proses interaksi atau informasi secara akurat [ CITATION Yos16 \l 1057 ].

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat /

terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. Waham terdiri dari

beberapa jenis menurut Stuart (2009) yaitu :

a. Waham kebesaran yaitu meyakini ia memiliki kebesaran atau kekuasaan

khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan

b. Waham curiga yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang

berusaha merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi

tidak sesuai kenyataan

c. Waham agama yaitu memiliki kayakinan terhadap suatu agama secara

berlebihan , diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan

d. Waham somatik yaitu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya

terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai

kenyataan.

e. Waham nihilistik yaitu meyakini dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,

diucakan berulangkali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Etiologi
Sampai saat ini belum jelas apa yang menjadi sebab utama dari pada waham

khususnya waham kebesaran tetapi dari berbagai literatur dijelaskan bahwa waham

sering ditemukan pada penderita skizofrenia.

Adapun faktorpredisposisi yang mempengaruhi terjadinya waham yaitu:

a. Faktor genetik

Dianggap mempengaruhi tansisi gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau

keturunan.

b. Faktor Perkembangan

Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang.

Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan

persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual

dan emosi tidak efektif

c. Faktor Psikologis

Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan , dapat menimbulkan

ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan

d. Faktor Biologis

Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak,

dan perubahan pada sel kortikal dan limbik

3. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala waham dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta

ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien waham adalah sebagai

berikut:

a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan

berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur sebuah

bank swasta lho..”atau “Saya punya beberapa perusahaan multinasional”.

b. Waham curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha

merugikan/mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai

kenyataan. Misalnya, “Saya tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam

makanan saya”.

c. Waham agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan

berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk

surga saya harus membagikan uang kepada semua orang.”

d. Waham somatik

Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta

diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit

menderita penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak

ditemukan tandatanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang

kanker.

e. Waham nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan

berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya,

semua yang ada di sini adalah roh-roh”[CITATION Placeholder2 \l 1057 ].

4. Rentang Respon Waham

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan isi piker
Persepsi akurat Ilusi halusinasi
Emosi konsisten dg Reaksi emosi Perubahan proses
pengalaman berlebihan /kurang emosi
Perilaku sesuai Perilaku aneh/tdk biasa Perilaku tidak
Menarik diri terorganisasi

a. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.

b. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang

didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu

yang ada di dalam maupun di luar dirinya.

c. Emosi konsisten dengan pengalaman: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten

atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung

tidak lama.

d. Perilaku sesuai hubungan sosial: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam

penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan

budaya umum yang berlaku.

e. Hubungan sosial harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut

hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk

kerjasama.

f. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls

eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada

area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah

dialami sebelumnya.
g. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar

berlebihan atau kurang.

h. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata

dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma sosial atau

budaya umum yang berlaku.

i. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam

menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya

umum yang berlaku.

j. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain.

k. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam

berinteraksi

5. Fase waham

Berdasarkan fase-fasenya maka proses terjadinya waham dibagi menjadi 6 fase

yaitu sebagai berikut:

a. Fase Lack of Human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara

fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-

orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat

miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang

secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft

ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang

sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan

dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa


ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat

tumbuh kembang ( life span history ).

b. Fase lack of self esteem

Tidak adanta pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara

self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan

kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui

kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,

menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta

memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal  yang

melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek

pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat

rendah.

c. Fase control internal external

Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa

yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai

dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang

sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap

penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena

kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan

sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien

itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya

toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar

pasif tetapi  tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan

klien tidak merugikan orang lain.

d. Fase environment support


Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya

menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu

yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.

Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma

(Super Ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

e. Comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta

menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan

mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri

dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar

interaksi sosial (Isolasi sosial).

f. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu

keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul

sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak

terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk

dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting

sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta

memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan

dosa besar serta ada konsekuensi sosial.


A. Pohon Masalah

Efek Risiko perilaku kekerasan

Core Problem Gangguan proses pikir: waham

Etiologi Gangguan konsep diri : harga diri rendah


1. Masalah keperawatan

a. Gangguan proses pikir: waham

b. Gangguan konsep diri:harga diri rendah

c. Risiko perilaku kekerasan

2. Data yang perlu dikaji

Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan

keluarga (pelaku rawat).

Tanda dan gejala gangguan proses pikir : waham dapat ditemukan dengan

Observasi sebagai berikut :

a. Apakah pasien berbicara dengan menggunakan volume suara besar ?

b. Apakah pasien berbicara dengan menggunakan nada suara tinggi ?

c. Apakah pasien memiliki keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan ?

d. Apakah pasien mempertahankankeyakinan tersebut dan menghindar atau

marah bila ada yang membantah ?

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


Gangguan proses pikir:Waham Subjektif:

 Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang

yang paling hebat

 Klien mengatakan bahwa ia memiliki

kebesaran atau kekuasaan khusus


Objektif:

 Klien terus berbicara tentang kemampuan yang

dimilikinya

 Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang

 Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan

B. Rencana Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan gangguan proses pikir : waham dilakukan terhadap pasien

dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan

rumah, perawat menemui keluarga (pelaku rawat) terlebih dahulu sebelum menemui

pasien.Bersama keluarga (pelaku rawat), perawat mengidentifikasi masalah yang dialami

pasien dan keluarga (pelaku rawat). Setelah itu, perawat menemui pasien untuk

melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi gangguan proses pikir : waham

yang dialami pasien.

Jika pasien mendapatkan terapi psikofarmaka, maka hal pertama yang dilatih

perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah perawat selesai

melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga (pelaku rawat) dan melatih

keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang

telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk

mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah diajarkan oleh

perawat.

Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga

(pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta

menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu
keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi

gangguan sensori persepsi: halusinasi yang telah diajarkan oleh perawat.

a. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Gangguan proses pikir : waham

1. Tujuan :

a) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap

b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar

c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

d) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

2. Tindakan :

a) Membina hubungan saling percaya :

1) Mengucapkan salam terapeutik dan berjabat tangan

2) Menjelaskan tujuan interaksi

3) Membuat kontrak topik,waktu dan tempat setiap kali bertemu

pasien

b) Bantu orientasi realita :

1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien

2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman

3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

4) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan

tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien

berhenti membicarakannya

5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien dengan

realitas

c) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi

sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah


1) Tingkatkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan

emosional pasien

2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki

3) Bantu melakukakn kemampuan yang dimiliki

4) Berdiskusi tentang obat yang diminum

5) Melatih minum obat yang benar

b. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga :

1. Tujuan :

a) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien

b) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan

yang dipenuhi oleh wahamnya

c) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien

secara optimal

2. Tindakan

a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien

di rumah.

b) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien

c) Diskusikan dengan keluarga tentang :

1) Cara merawat pasien waham di rumah

2) Follow up dan keteraturan pengobatan

3) Lingkungan yang tepat untuk pasien

4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat,

dosis,frekuensi,efek samping, akibat penghentian obat)

5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan

konsultasi segera
6) Latih cara merawat

7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga.


DAFTAR PUSTAKA

Keliet, B. (2006). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.

CMHN (2005).Modul basic course community mental health nursing. Jakarta :WHO-FIK UI.

Herdman, T.H. (2012), NANDA International Nursing Diagnoses Definition &

Classification, 2012-2014.(Ed.). Oxford: Wiley-Blackwell

Stuart, G. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8 th edittion. Missouri:

Mosby.

Yosep, I., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health

Nursing . Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:

Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai