Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2018

Invensi, Inovasi dan Riset Keselamatan Dan Kesehatan Kerja untuk Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
2 Oktober 2018, ISSN 2477-00-86

ANALISIS KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG


DENGAN VARIASI PANJANG RONGGA PADA PENAMPANG
TARIK

Syahrul Sariman1, Herman Parung2, Rudy Djamaluddin3 dan Rita Irmawaty4

1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Email: syahrul_sariman@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Email: parungherman@yahoo.co.id
3
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Email: rudi_djamaluddin@yahoo.com
4
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Email: rita_irmaway@yahoo.co.id

ABSTRAK
Prinsip perhitungan suatu struktur balok diatas 2 tumpuan sederhana dalam memikul beban
lentur, bagian tekan dipikul oleh penampang beton sedangkan bagian tarik sepenuhnya
dipikul oleh besi tulangan, dengan demikian ada penampang beton pada bagian tarik dibawah
garis netral yang tidak diperhitungkan memikul beban. Bagian penampang tersebutlah yang
diisi dengan botol plastik, agar diperoleh struktur yang lebih ringan, mengurangi volume
beton/semen dan reduksi pencemaran lingkungan. Dalam penelitian ini digunakan balok
beton bertulang dengan mutu beton f’c = 25 Mpa dan dimensi 150 x 350 x 3300 mm, dengan
tulangan pokok 3D16 mm dengan kuat leleh fy = 450 MPa. Benda Uji terdiri dari 3 (tiga)
type balok berongga dengan tinggi tetap yakni 180 mm (3 lapis botol) dan dibedakan
menurut panjangnya yakni 880 mm (4 botol) - BR3A, 1760 mm (8 botol) – BR3B dan 2640
mm (12 botol) – BR3C yang dipasang pada tengah bentang, dan 1 balok uji utuh sebagai
balok kontrol. Hasil pengujian menunjukkan bahwa, kapasitas memikul beban lentur untuk
kesemua varian balok, relatif sama. Hubungan beban – lendutan sampai pada kondisi
tulangan leleh relatif sama, namun terlihat bahwa ratio beban lendutan balok normal tidak
berbeda jauh dengan BR3A (98,32 %), tetapi ratio beban lendutan BR3B = 90,29 % dan
BR3C = 88.41 % dari balok normal. Hal ini menunjukkan bahwa rongga pada daerah
momen lentur murni memberikan kekakuan yang relatif sama dengan kekakuan balok
normal, namun kekakuan balok yang panjang rongganya melewati daerah lentur murni
memberikan perbedaan nilai yang cukup signifikan terhadap kekakuan balok normal. Pola
retak menunjukkan bahwa retak awal terkonsentrasi pada area rongga, baru kemudian
menyebar keluar area rongga seiring pertambahan beban.

Kata kunci: balok beton bertulang , rongga botol plastik, uji lentur

1. PENDAHULUAN
Prinsip perhitungan struktur balok beton bertulang yang memikul momen lentur sebagaimana halnya
girder jembatan beton bertulang adalah tegangan tekan dipikul oleh penampang beton sedangkan pada
bagian tarik beton sama sekali tidak diperhitungkan untuk menyumbangkan kekuatan, tegangan tarik yang
terjadi sepenuhnya dipikul oleh baja tulangan. dengan demikian ada penampang beton pada bagian tarik
dibawah garis netral yang tidak diperhitungkan memikul beban. Beberapa penelitian telah dilakukan
berkaitan dengan karakteristik lentur tersebut antara lain dengan pembuatan balok beton berlapis, sesuai
penelitian Wikana, dkk (2007), Djamaluddin, R (2013), Irmawaty R, dkk (2016), dan Varghese, A. et al
(2016), pembuatan lubang pada bagian-bagian tertentu sesuai penelitian, Amir, M.Y, (2010), Noorhidana
V.A.dkk (2011) dan Satheesh et al (2017). Balok berongga menggunakan pipa PVC, sesuai penelitian
Dhinesh et al, (2017), Joy 1t al {2014), Parthiban et al (2017) dan Varghese, N, et al (2016). Penelitian
Kunal J, et al ( 2017) menggunakan bola plastik sebagai pembentuk rongga dengan memasukkan bola
plastik ke dalam campuran beton pada saat pengecoran balok beton bertulang. Bentuk lain dari balok
berongga adalah dengan pemanfaatan limbah botol plastik sebagai pembentuk rongga seperti pada
penelitian Rahardyanto (2013), dengan tujuan khusus memperoleh cara yang mudah dalam pembuatan

VI-31
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2018
Invensi, Inovasi dan Riset Keselamatan Dan Kesehatan Kerja untuk Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
2 Oktober 2018, ISSN 2477-00-86

rongga pada balok, Penelitian ini dilakukan terhadap 6 (enam) balok hollow uji berukuran 200x400x3850
mm dengan mutu beton yang berbeda yaitu K-300 dan K-400, dengan 3 botol plastik yang disusun pada
tengah bentang. Penelitian lainnya yang menyangkut pemanfaatan botol plastik sebagai pembentuk rongga
pada balok, dilakukan oleh Mathew, I et al (2016) dengan menempatkan rangkaian botol plastik pada garis
netral balok (N0B)), dibawah garis netral (N10B0), dan sekaligus dibawah garis netral dan pada garis netral
(N10B10). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku lentur relatif sama untuk semua balok. Bila
dibandingkan kemampuan balok dengan pengurangan berat sendiri setiap balok uji, maka balok N10B0
yang paling efektif kemudian balok N10B10. Penelitian S. Sariman, dkk, (2018), menggunakan balok T
berongga botol plastik dengan variasi lebar manfaat, juga menunjukkan perilaku lentur yang relatif sama
untuk kesemua varian balok uji. Penelitian ini melanjutkan penelitian yang dilakukan sebelumnya,
khususnya mengenai perilaku lentur balok beton bertulang menggunakan botol plastik sebagai pembentuk
rongga yang diletakkan pada penampang tarik. Panjang rongga dibuat dalam 3 (tiga ) variasi dengan tinggi
tetap, kemudian diteliti kemampuan memikul beban untuk setiap variasi panjang rongga dan dibandingkan
dengan balok normal. Pengujian lentur dilakukan dengan metode 4 titik tumpu, agar dapat diketahui
perbedaan kekakuan balok khususnya pada kondisi lentur.

2. LANDASAN TEORI
Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang
Menurut Park & Paulay (1933), apabila suatu beban bekerja pada balok maka kondisi seimbang antara
tegangan – regangan akan lenyap dan diagram tegangan tekan pada penampang balok beton akan berbentuk
setara dengan kurva tegangan – regangan tekan seperti terlihat pada Gambar 1. berikut :

ab c d
Profil
regangan
Garis Netral
d z
a b c d
Baja tulangan

Gambar 1. Diagram regangan dan tegangan balok beton bertulang kondisi seimbang
Pada kondisi plastis tegangan beton tekan akan membentuk kurva nonlinier. Kurva tegangan di atas garis
netral berbentuk sama dengan tegangan– regangan beton. Kurva tegangan non linier tersebut kemudian
disederhanakan oleh Whitney sebagaimana Gambar 2. berikut :

Diagram Regangan Diagram Tegangan Diagram Tegangan


eqivalen Whitney
Gambar 2. Grafik hubungan tegangan – regangan kondisi plastis

Besar gaya-gaya dalam :


Gaya Tekan: Cc = 0,85 f’c b a (1)

Gaya Tarik: Ts = As fy (2)

dan keseimbangan gaya dalam Cc = Ts memberikan hasil tinggi blok tegangan : a

VI-32
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2018
Invensi, Inovasi dan Riset Keselamatan Dan Kesehatan Kerja untuk Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
2 Oktober 2018, ISSN 2477-00-86

A s .f y
a= (3)
0.85.f 'c .b.

letak garis netral c = a / b1 (4)


Momen Nominal: Mn = C ( d - a/2 ) (5)

atau Mn = T (d - a/2) (6)

Hubungan Beban Lendutan


Hubungan beban-lendutan balok beton bertulangan pada dasarnya dapat diidealisasikan menjadi bentuk
trilinier. Hubungan ini terdiri atas tiga daerah sebelum terjadinya rupture (Nawy, 1996), sebagaimana
Gambar 3. berikut :

Beban
I II III
Pu
Py

Pcr

Δcr Δy Δu Lendutan

Gambar 3. Grafik hubungan beban dan lendutan


Daerah I : Taraf praretak, batang-batang strukturalnya bebas retak.
Daerah II : Taraf pascaretak, batang-batang strukturalnya mengalami retak- terkontrol baik distribusinya
maupun lebarnya.
Daerah III : Taraf pasca-serviceability, tegangan pada tulangan tarik sudah mencapai tegangan lelehnya.

Balok Beton Bertulang Berongga


Akibat momen lentur serat atas akan tertekan dan serat bawah akan tertarik. Dalam kondisi seimbang,
kekuatan tarik yang dipikul oleh baja tulangan dibuat sama dengan kekuatan tekan yang dipikul oleh
penampang beton diatas garis netral, dengan demikian ada bagian beton dibawah garis netral yang tidak
diperhitungkan memikul gaya tekan, sehingga bagian tersebut dapat dihilangkan atau dibuat berlobang.
Mekanisme terbentuknya momen lawan pada balok berongga dapat dilihat pada Gambar 4. berikut :

VI-33
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2018
Invensi, Inovasi dan Riset Keselamatan Dan Kesehatan Kerja untuk Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
2 Oktober 2018, ISSN 2477-00-86

0.85 f’C
Cc
c a=b1.c
Garis Netral

h d
Rongga z

Ts

As b Diagram tegangan

Gambar 4. Penampang balok berongga


Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya rongga pada penampang tarik:
a. Struktur menjadi lebih ringan
b. Mereduksi produksi semen sebagai material dasar pembuatan beton.
c. Menyiapkan tempat untuk fasilitas utilitas
d. Dapat dimanfaatkan untuk penampungan limbah

3. METODE PENELITIAN
Dimensi Benda Uji Balok
Dimensi Balok dalam penelitian ini menggunakan penampang balok jembatan standar Bina Marga skala 1 : 3
sebagai berikut : Lebar balok : b = 150 mm; tinggi balok : h = 350 mm ;tinggi efektif : d = 307,5 mm.
Tulangan tekan 2D22 mm , Tulangan bagi : 2f8 mm. Tulangan sengkang, di tumpuan : f 8–100 dan pada
daerah lentur murni = f8– 200 mm, Panjang balok : L = 3300 mm ( bentang bebas : 3000 mm )
Mutu beton f’c : 25 MPa, Mutu baja tulangan f’c = 470 Mpa
Pada bagian tarik dibawah garis netral dipasang lapisan bekas kemasan botol minuman plastik dengan tinggi
tetap dan panjang yang bervariasi.
Variabel dan Notasi Benda Uji
Benda uji terdiri 3 (tiga) buah balok normal dan sembilan balok yang terdiri dari masing-masing 3 spesimen
untuk setiap variasi panjang rongga. Dalam pengujian ini digunakan botol plastik bekas kemasan air minum
600 ml, dengan panjang 22 cm dan diameter 60 mm. Tabel 1. berikut memberikan gambaran mengenai data
spesimen.

Tabel 1. Data variasi, notasi dan jumlah benda uji

Notasi Banyaknya
NO Panjang Rongga Tinggi rongga
Benda Uji Benda Uji
1 0 mm 0 BN 1
2 4 botol (880 mm ) 3 lapis (180 mm) BR3A 1
3 8 botol (1760 mm) 3 lapis (180 mm) BR3B 1
4 12 botol (2640 mm) 3 lapis (180 mm) BR3C 1

VI-34
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2018
Invensi, Inovasi dan Riset Keselamatan Dan Kesehatan Kerja untuk Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
2 Oktober 2018, ISSN 2477-00-86

Sketsa Variasi Benda Uji


TIPE - 3A `
3300
150 1200 600 1200 150

2Ø8 Sengkang Ø8-150

350

3 D 16
220 220 220 220
150 1060 880 1060 150
3300

TIPE880
a). Panjang rongga - 3B mm (4 botol) - BR3A

3300
150 1200 600 1200 150

2Ø8 Sengkang Ø8-150

350

3 D 16 TIPE - 3C
220 220 220 220 220 220 220 220
150 620 1760 620 150
3300
3300
150 1200 600 1200 150
b). Panjang rongga 1760 mm (8 botol) – BR3B
2Ø8 Sengkang Ø8-150

350

3 D 16
220 220 220 220 220 220 220 220 220 220 220 220
150 180 2640 180 150
3300
c). Panjang rongga 2640 mm (12 botol) – BR3C

Gambar 5. Sketsa Variasi luas penampang rongga


Pembuatan Benda Uji
Gambar 6. memperlihatkan pengecoran balok uji. Pengecoran dimulai dari dasar balok uji dan dihentikan
pada tinggi 70 mm. Setelah itu botol plastik ditempatkan pada permukaan beton, sesuai dengan variasi tinggi
dan panjang yang telah ditetapkan. Pengecoran kemudian dilanjutkan sampai bekisting penuh. Semua balok
uji dirawat selama 28 hari sebelum dilakukan pengujian.

Gambar 6. Pengecoran benda uji


Set Up Pengujian
Beberapa alat pengukur regangan (strain gauges) ditempatkan pada tulangan memanjang dan tulangan geser.
Strain gauge juga ditmpatkan pada permukaan beton. Strain gauge digunakan untuk mengukur regangan baja
dan beton. Lokas penempatan strain gauge diperlihatkan pada Gambar 7.

VI-35
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2018
Invensi, Inovasi dan Riset Keselamatan Dan Kesehatan Kerja untuk Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
2 Oktober 2018, ISSN 2477-00-86

Load Cell
Beban P

3300
150 1200 600 1200 150 150
Beban 1/2 P Beban 1/2 P C1
C1
90 90
C2 C2
180 350 S3 180 350
C3
80 80
Strain Gauge Baja S3 S1 S2
1 Strain Gauge C3
Strain Gauge S1 & S2
150 1500 1500 150
3300

Gambar 7. Lokasi Strain Gauge

Gambar 8. Setup Pengujian


Gambar 8. menunjukkan pengaturan pembebanan benda uji. Semua balok diuji dengan 4 titik pembebanan
menggunakan aktuator dengan beban maksimum 1500 kN. Suatu load cell dengan kapasitas 200 kN
digunakan untuk mengukur besarnya beban. Pemberian beban dilakukan 2 kN per step sampai terjadi retak
pertama pada beton, pemberian beban selanjutnya dilakukuan dengan 5 kN per step sampai beban
maksimum. Tiga buah LVDT (Linear Variable Displacement Transducer) digunakan untuk mengukur
lendutan balok. Dua LVDT ditempatkan dibawah titik pembebanan, dan satu LVDT ditempatkan pada titik
ditengah bentang. Semua data dicatat secara otomatis menggunakan data logger.

4. Hasil dan Pembahasan


Berat dan Beban Maksimum
Hasil pengukuran berat dan pengujian beban maksimum disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Berat dan Kemampuan memikul beban

Benda Berat Kapasitas beban


Keterangan
Uji (kN) (kN)
BN 425.5 136.079 Gagal Lentur
BR3A 383.5 137.280 Gagal Lentur
BR3B 350.5 135.544 Gagal Lentur
BR3C 313 138.411 Gagal Lentur

Berat benda uji menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berat balok uji BR3A yang hanya terdiri dari
satu lapis botol plastik mempunyai berat 383.5 kN atau sebesar 89.1 % terhadap berat balok normal,
BR3B (panjang 8 deret botol) dan BR3C (panjang 12 deret botol) beratnya berturut 82.4% dan 73.6%

VI-36
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2018
Invensi, Inovasi dan Riset Keselamatan Dan Kesehatan Kerja untuk Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
2 Oktober 2018, ISSN 2477-00-86

terhadap balok Normal yang beratnya 425.5 kN. Walaupun terjadi penurunan berat yang cukup signifikan
sesuai dengan panjang deretan botol yang dipasang, namun kapasitas memikul beban maksimum pada
setiap varian balok tidak berbeda signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa balok berongga cukup efektif
digunakan pada struktur yang memerlukan berat yang tidak terlalu besar.
Hubungan Beban – Lendutan
Hubungan antara beban dan lendutan pada tengah bentang disajikan pada Gambar 9.

Gambar 7. Grafik hubungan beban - lendutan

Tabel 3. Hubungan Beban dan Lendutan pada setiap kondisi

Retak awal Tulangan Lelah Beban Ultimate.


Specimen Pcr Dcr Py Dy Pu Du
(kN) (mm) (kN) (mm) (kN) (mm)
BN 12.60 0.50 120.68 12.39 136.08 27.11
BR3A 12.93 0.41 120.62 12.59 137.28 22.09
BR3B 9.56 0.50 116.620 13.26 135.54 22.31
BR3C 10.20 0.49 114.89 13.34 136.81 30.94

Dari tabel 3 dan Gambar 9. memperlihatkan kemampuan memikul beban dan lendutan yang terjadi pada
setiap kondisi. Setelah retak pertama terjadi maka tegangan akibat beban luar berangsur-angsur ditransfer ke
tulangan tarik balok beton bertulang.
Pada kondisi retak awal, pada balok Normal (BN) terjadi pada beban 12,60 kN dan pada balok BR3A
retak awal terjadi pada beban sebesar 12.93 kN, menunjukkan nilai yang hampir sama dengan balok
Normal. Sedangkan pada balok BR3B beban pada kondisi retak awal nilainya 9.56 kN atau 71.50 % dari
beban retak awal balok normal dan balok BR3C sebesar 10.20 kN atau 76.30 % dari balok normal.
Pada kondisi tulangan leleh, beban pada balok BR3A sebesar 120,62 kN kurang lebih sama dengan beban
tulangan leleh pada balok Normal (BN) sebesar 120.68 kN . Sedangkan beban pada kondisi tulangan leleh
balok BR3B sebesar 116,62 kN dan BR3C sebesar 114.89 kN menunjukkan penurunan yang cukup
signifikan terhadap Balok Normal. BR3A merupakan spesimen balok uji dengan rongga yang terletak dalam
area momen murni, sedangkan BR3B dan BR3C merupakan balok dengan rongga yang melewati area
momen murni.
Namun demikian pada semua varian balok uji, menunjukkan bahwa kapasitas memikul beban maksimum
tidak memberikan perbedaan yang signifikan.

VI-37
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2018
Invensi, Inovasi dan Riset Keselamatan Dan Kesehatan Kerja untuk Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
2 Oktober 2018, ISSN 2477-00-86

Beban dan Regangan

160
140
120
100
80
Beban (kN)

BN
60 BR3-A
40 BR3-B
BR3-C
20
0
0 2000 4000 6000
Regangan tulangan (µe)

Gambar 10. Hubungan beban dan regangan tulangan


Gambar 10 menunjukkan hubungan antara beban dan regangan tulangan. Regangan tulangan terlihat
melampaui nilai 2100x106 pada setiap benda uji yang mengindikasikan bahwa tulangan telah leleh.
Hubungan antara beban dan regangan beton dikemukakan pada Tabel 4 dan Gambar 11.

Tabel 4. Regangan beton pada beban ultimate

Pu ec
No Specimen
kN µe
1 BN 136.079 2520.2
2 BR3A 137.278 2364.4
3 BR3B 135.546 2245.2
4 BR3C 138.411 2255.8

160
140
120
Load (KN)

100
80 BN
60 BR3A
40 BR3B
20
BR3C
0
0 1000 2000 3000
Regangan beton pada sisi tekan (µe)

Gambar 11. Hubungan beban dan regangan beton pada sisi atas balok

VI-38
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2018
Invensi, Inovasi dan Riset Keselamatan Dan Kesehatan Kerja untuk Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
2 Oktober 2018, ISSN 2477-00-86

Nilai regangan beton pada beban ultimate sebagaimana Tabel 4. diatas menunjukkan bahwa nilai
regangan paling besar terjadi pada balok Normal (2520 µe), sedangkan regangan beton pada spesimen
lainnya lebih kecil. Demikian pula halnya pada kurva Load Cellhubungan beban dan regangan beton yang
menunjukkan bahwa puncak kurva terletak pada nilaiBeban P
< 2000 µe. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
regangan beton belum mencapai regangan lelehnya, artinya keruntuhan dari keempat benda uji merupakan
keruntuhan tulangan tarik (under reinforced failure).
3300
Pola Retak
150 1200
Beban 1/2 P
600
Beban 1/2 P
1200 150

1 0 5 10 15 20 25 30 35
Load Cell40
136.60
45 50 55 60 65

Load P
2 104.30 136.60 135.70 132.40 126.30
158.05 134.40
110.50 43.10 134.01 63.30 112.50
3 102.20 133.10 76.64 98.20 93.10
67.30 63.30
96.30 104.10
4 196.40
82.40 104.20
40.70
91.30 56.60
119.30
136.60 36.50
96.60
135.80 136.80 350
5 78.70 88.60 90.70 56.60 139.80 110.50 90.80 84.70
36.30 95.10
108.10 120.60
6 130.60 47.90 100.20 14.50 71.50 36.80 31.90 133.40 80.80 40.70
108.60
74.30
133.20
51.90
36.50 100.20 120.60 133.10 49.70
7 32.10 125.70 58.80
54.00 62.25 16.30 25.20
66.10
131.10 51.90
84.70
36.30 29.60
50.80
110.02
40.05 78.70 51.90126.60

3300
150 1200 1500
Fig 10 a),. Pola600retak Balok Uji BN 1200 150
150 Load 1/2 P Load 1/2 P1500 150
3300
1 0 5 10 15 20 25 30 35 Load Cell40 45 50 55 60 65

Load P
104.30 136.60 132.40 126.30
2 158.05
136.60 135.70 134.40
110.50 43.10 134.01 63.30 112.50
3 102.20 133.10 76.64 98.20 93.10
67.30 63.30
96.30 104.10
4 196.40
82.40 104.20
40.70
91.30 56.60
119.30

56.60
136.60 36.50
96.60
135.80 136.80 350
5 78.70 88.60 90.70 139.80 110.50 90.80 84.70
36.30 95.10
108.10 120.60
6 130.60 47.90 100.20 14.50 71.50 36.80 31.90 12.93 80.80 40.70
108.60
74.30
133.20
51.90
36.50 100.20 120.60 133.10 49.70
7 32.10 125.70 58.80
54.00 62.25 16.30 25.20
66.10
131.10 51.90
84.70
36.30 29.60
50.80
110.02
40.05 78.70 51.90126.60

3300
150 1060 880 1060 150
150 1200 Fig. 600 Balok Uji BR3A 1200 150
Load 1/2 10
P b). Pola retak Load 1/2 P 3300
1 0 5 10 15 20 25 30 35 Load Cell40 45 50 55 60 65
2 103.90 Load P 39.80
75.70
50.70 115.80
114.50
3 71.50 101.10
50.70 73.60 117.60 108.90

4 48.60
61.10
67.50
81.80 57.10
59.30
63.20
95.80
59.30 350
5 107.90 83.70 116.20 85.70 35.50 79.90
14.30 107.40 102.60 85.70
44.20 79.10
6 92.90 13.10
27.30
27.30 48.10 117.62 105.80
79.80 33.90
7 104.20 23.30 23.30
37.70
37.70
27.30
37.20
53.30 10.46 57.10
107.40 85.70 109.20 73.60

3300
150 620 1200 600 1200 620 150
LoadFig
1/2 10
P c). Pola 1760
retak Balok Uji
LoadBR3B
1/2 P
150

1 0 5 10 15 20 25 30 3300 35 40 45 50 55 60 65
51.35 13.35
43,12 154,81 30.30 30.83
2 122,03 151.90 126.68 81.70 12.80 18.55 40.28 34.33
22.72
48.40 20.73
136,71 94,32 72.70
3 10,00 104,42 68,82 190.91 46.80 141.30 13.11 111.22
30.38 18.22 28.35 23.50
135,50 12,26 76,90

350
98,23 90,30 24,99 89,10 136.61 79.13 88.05 43.46
4 131.50 32.94
134,55 3,40 132,15 108,00 136,61 30,50 25.69 139.55 13.11
55.54 78.10
70.71 13.61 27.35
34,02 134,75 11.26 56.51
5 70,29 125,29
131,81 23,75
102,03
89,25 137.40
134.61 13.65
84.22 121.20
103.20
32.02
56.78 59.60 35.24 25.26
86,03 6.13 132.15
78,44 60,64 135,50 84.33 9.52 132.80 22.72 6.21
6 134,51 130.15 93.66
130,33 100,02 50,28 105,55 61.91 13.36 36.94 11.50
111.50 49.58
86.03 96.30 142.13 35.83
7 99,23 78.92
96,23 132,16 120,29 118.22 150.76 106.82 111.36 16.06 33.12 126.00 156.91 45.69 26.90 105.20 109.20 111.30 115.35 14.22 34.68

150 180 2640 Balok Uji BR3C


Fig 10 d). Pola retak 180 150

3300
Gambar 12. Pola Retak Balok Uji
Gambar 12. menunjukkan tipikal pola retak pada setiap balok uji. Balok Uji BN mengindikasikan pola retak
pada balok dengan tulangan lemah. Dengan penambahan beban secara bertahap, setelah munculnya retak
awal diikuti retakan lain dengan penyebaran retakan yang ada. Penyebaran retakan bergerak menuju ke area
beton tekan. Pada balok rongga retakan panjang cenderung terkonsentrasi pada daerah rongga.
Secara umum keretakan menunjukkan bahwa tipe kegagalan adalah retak diagonal yang polanya relatif
sama pada semua spesimen. Pada awalnya retak terkonsentrasi pada area rongga baru kemudian menyebar
pada area di luar rongga.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian eksperimental, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Kapasitas lentur balok beton bertulang dengan rongga menggunakan botol plastik hampir sama dengan
kapasitas lentur balok normal. Selain itu pengaruh panjang rongga juga tidak signifikan pada kapasitas
lentur, balok dengan rongga yang lebih panjang menunjukkan kapasitas lentur yang hampir sama dengan
balok dengan rongga yang lebih pendek.

VI-39
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2018
Invensi, Inovasi dan Riset Keselamatan Dan Kesehatan Kerja untuk Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan
2 Oktober 2018, ISSN 2477-00-86

2. Kekakuan balok beton bertulang dengan rongga yang lebih panjang cenderung lebih kecil
dibanding balok beton dengan rongga yang lebih pendek, walaupun berdasarkan kurva beban – lendutan
kekakuannya tidak berbeda signifikan.
3. Pola retak balok Normal (BN) menunjukkan pola retak yang merata sepanjang balok, sedangkan pada
balok berongga, pola retak pada awalnya cenderung terkonsentrasi pada area rongga, selanjutnya baru
menyebar keluar area rongga.

DAFTAR PUSTAKA
Amir, M.Y., Sulistyo D, dan Supriyadi B. (2011). Perilaku Lentur Pada Keadaan Layan dan Batas Balok
beton Bertulang Berlubang Memanjang, Semesta teknika, vol. 14, no. 1, hal. 41-51.
Dhinesh N.P, and Satheesh. S.V. (2017). Flexural Behaviour of Hollow Square Beam, IJSEAS, Volume-3,
Issue-3, pp. 236 – 242.
Djamaluddin, R, (2013). Flexural Behaviour of External Reinforced Concrete Beams”, Proceedings of
the 2nd International Conference on Rehabilitation and Maintenance in Civil Engineering,
Sebelas Maret University.
Irmawaty, R. Djamaluddin, R. Malim, dan Wa O. A. R, (2016). Flexural Behavior Of Styrofoam-
Filled Concrete, IJEsCA, vol. 3, 1, hal. 9 – 14.
Joy, J ,Rajeev, R. (2014). Effect of Reinforced Concrete Beam with Hollow Neutral Axis, IJSRD, Vol. 2,
Issue 10, pp. 341 – 348.
Kumar, A.S. and Joy, A (2015). Experimental Investigation on Partial Replacement of Concrete Below
Neutral Axis of Beam, IJSR, Volume 4 Issue 8, pp1670 – 1674.
Kunal, J, Angalekar, S.S, and Taware, A.A. (2017). Study on Influence of Polyethylene Teraphthalate
(PET) Bottles in Concrete Section, IJSETR. Volume 06, Issue 7, pp. 1178 – 1181.
Mathew, I and Varghese S.M, (2016). Experimental Study on Partial Replacement of Concrete in and
Below Neutral Axis of Beam, IJIRT, Volume 3 Issue 4, pp.188 – 192.
Noorhidana,V dan Purwanto,E. (2011). Pengaruh pelubangan pada badan balok beton bertulang
terhadap kapasitas beban lentur, Jurnal Rekayasa Vol.15 No.2, hal. 151 – 162.
Park, R & Paulay, T. (1975). Reinforced concrete Structures, A Willey Interscience Publication,
John Willey & Sons, New York
Parthiban, N and Neelamegam, M (2017). Flexural Behavior Of RC Beam With Hollow Core In
Shear Section, IRJET, Volume: 04 Issue: pp, 2263 – 2274.
Rahardyanto, (2013). Studi eksperimental balok berongga dengan pemanfatan limbah botol PET,
Jurnal Penelitian FT UI.
Satheesh, V.S and Nyosu, B, (2017). Flexural Behavior of Hollow RC beam using Glass Fiber, IJSTE,
Volume 3, Issue 09, March 2017, pp.347 – 356.
Sariman, S, and Nurdin, A.R. (2018). Flexural Behaviour of T Shaped RC Hollow Beam with Plastic Bottle
Waste, IJCIET, Volume 9, Issue 4, April 2018, pp. 534–543.
Wikana, I dan Widayat, Y, (2007). Tinjauan Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Lapisan Mutu
Beton Yang Berbeda, Majalah Ilmiah UKRIM, Edisi 2 th XII/2007.
Varghese, A Basil. M.J, (2016). Experimental and Numerical Studies on Reinforced Concrete
Hollowcore Sandwich Beams, IJIRSET, Vol. 5, Issue 8, August 2016, pp.14730 – 14737.
Varghese, N, Joy.A, (2016). Flexural Behaviour of RC Beam with Hollow Core at Various Depth,
IJSR, Volume 5 Issue 5, May 2016, pp. 741 – 746.

VI-40

Anda mungkin juga menyukai