Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Retorika
Kata retorika merupakan konsep untuk menerangkan tiga seni penggunaan bahasa persuasi
yaitu :etos,patos, dan logos.Dalam artian sempit, retorika dipahami sebgai konsep yang berkaitan dan seni
berkomunikasi lisan berdasarkan tata bahasa, logika, dan dialektika yang baik dan benar untuk mempersuasi public
dengan opini.Dalam artian luas, retorika berhubungan dengan diskursus komunikasi manusia.
Para pakar retorika lainnya adalah Isocrates dan Plato yang kedua-duanya dipengaruhi Georgias dan
Socrates.Mereka ini berpendapat bahwa retorika berperan penting bagi persiapan seseorang untuk
menjadi pemimpin.Plato yang merupakan murid utama dari Socrates menyatakan bahwa pentingnya retorika adalah
sebagai metode pendidikan dalam rangka mencapai kedudukan dalam pemerintahan dan dalam rangka upaya
mempengaruhi rakyat.
Puncak peranan retorika sebagai ilmu pernyataan antar manusia ditandai oleh
munculnyaDemosthenes dan Aristoteles dua orang pakar yang teorinya hingga kini masih dijadikan bahan kuliah di
berbagai perguruan tinggi.
Menurut Plato, retorika adalah seni para retorikan untuk menenangkan jiwa pendengar. Menurut Aristoteles,
retorika adalah kemampuan retorikan untuk mengemukakan suatu kasus tertentu secara menyeluruh melalui
persuasi.

Dari simpulan diatas, retorika didefinisikan sebagai seni membangun argumentasi dan seni berbicara (the art of
constructing arguments and speechmaking). Dalam perkembangannya retorika juga mencakup proses untuk
“menyesuaikan ide dengan orang dan menyesuaikan orang dengan ide melalui berbagai macam pesan”.
1. Manfaat dan Tujuan Retorika
Sebelum lebih lanjut mengetahui mamfaat kita berretorika ada baiknya mengetahui tujuan dari retorika terlebih
dahulu. Tujuan retorika adalah persuasi, yang dimaksudkan dalam persuasi dalam hubungan ini adalah yakinnya
pendengar akan kebenaran gagasan hal yang dibicarakan pembicara. Artinya bahwa tujuan retorika adalah
membina saling pengertian yang mengembangkan kerjasama dalam menumbuhkan kedamaian dalam kehidupan
bermasyarakat lewat kegiatan bertutur, adapun mamfaat dari retorika sangat banyak,antara lain sebagai berikut:

1. Membimbing penutur mengambil keputusan yang tepat;


2. Membimbing penutur secara lebih baik memahami masalah kejiwaan manusia pada umumnya dan kejiwaan penanggap
tutur yang akan dan sedang dihadapi;
3. Membimbing penutur menemukan ulasan yang baik;
4. Membimbing penutur mempertahankan diri serta mempertahankan kebenaran dengan alasan yang masuk akal;
 
1. Pentingnya Seni Berbicara (Retorika)
Terkadang kita sering tidak sadar seberapa pentingkah berbicara dalam kehidupan kita. Banyak orang berbicara
semaunya, seenaknya tanpa memikirkan apa isi dari pembicaraan mereka tersebut. Sebenarnya berbicara
mempunyai artian mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai
tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi atau memberi motivasi). Tapi sering kali kita mengalami kesulitan
dalam mengungkapakan maksud dan isi pikiran kita kepada orang lain. Bahkan sering pula maksud yang kita
sampaikan berbeda dengan yang ditangkap oleh pendengar.

Oleh karena itu berbicara sangatlah penting karena yang membedakan manusia dari hewan maupun makhluk
lainnya adalah kesanggupan berbicara. Manusia adalah makhluk yang sanggup berkomunikasi lewat bahasa dan
berbicara. Tetapi yang lebih mencirikan hakikat manusia sebagai manusia penuh adalah kepandaian dan
keterampilan dalam berbicara. Pengetahuan bahasa saja belum cukup! Kebesaran dan kehebatan seseorang sebagai
manusia juga ditentukan oleh kepandaiannya dalam berbahasa, oleh keterampilannya dalam mengungkapkan
pikiran secara tepat dan meyakinkan. Seni keterampilan berbicara sering disebut dengan Retorika.

Quintilianus, seorang bapak ilmu retorika berkebangsaan Romawi mengatakan, “Hanya orang yang pandai bicara
adalah sungguh-sungguh manusia.”Di dalam dunia musik ada lelucon yang berbunyi, “Bermain piano itu tidak sulit!
Orang hanya menempatkan jari yang tepat, pada saat yang tepat, di atas tangga nada yang tepat.” Lelucon dari
dunia musik diatas juga dapat dikenakan ke dalam ilmu retorika : ”Berbicara itu sama sekali tidak sulit! Orang
hanya harus mengucapkan kata-kata yang tepat, pada saat yang tepat, kepada pendengar yang tepat.”

Memang untuk terampil dalam berbicara tidaklah semudah itu.Untuk menjadi seorang yang pandai bicara,
dibutuhkan latihan yang sistematis dan tekun. Sejarah sudah membuktikannya! Orang-orang kenamaan seperti :
Demosthenes, Cicero, Napoleon Bonaparte, winston Churchill, Adolf Hitler, J.F Kennedy, Marthin Luther King
adalah orang-orang yang menjadi retor terkenal lewat latihan tang teratur, sistematis dan tekun.
Lalu mengapa kita perlu mempelajari retorika? Sering orang mengatakan, ”Dia tahu banyak, hanya tidak dapat
mengungkapkan dengan baik. Dia tidak dapat mengungkapkan pikirannya secara meyakinkan.” Sangatlah
menyedihkan, apabila orang memiliki pengetahuan yang berguna, tetapi tidak dapat mengkomunikasikannya secara
mengesankan dan meyakinkan kepada orang lain. Hal tersebut merupakan salah satu contoh mengapa retorika itu
perlu.

Jadi apakah sebenarnya retorika itu ?? Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik (Kunst, gut zu redden atau
Ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne). Sekarang
ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik , yang dipergunakan dalam proses komunikasi
antarmanusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa
isi, melainkan suatu kemapuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan.

Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat
dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat.Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan,
pikiran, kesenian, dan kesanggupan berbicara.
Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat,
atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan. Itu berarti kita harus
dapat berbicara jelas, singkat dan efektif. Jelas  supaya mudah dimengerti; singkat untuk mengefektifksn waktu
dan sebagai tanda kepintaran; dan efektif karena apa gunanya kalau berbicara tidak membawa efek? Dalam konteks
ini sebuah pepatah Cina mengatakan, ”Orang yang menembak banyak belum tentu seorang penembak yang baik,
dan Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai bicara.”

1. Mengapa kita perlu belajar retorika?


Di dalam masyarakat umumnya dicari para pemimpin atau orang-orang berpengaruh, yang memiliki kepandaian di
dalam hal berbicara.Juga di bidang-bidang lain seperti perindustrian, perekonomian dan bidang sosial, kepandaian
berbicara atau keterampilan mempergunakan bahasa secara efektif sangat diandalkan.
Menguasai kesanggupan berbahasa dan keterampilan berbicara menjadi alasan utama keberhasilan orang-orang
terkenal di dalam Sejarah Dunia seperti : Demosthenes, Socrates, J. Caesar, St. Agustinus, St. Ambrosius, Martin
Luther, Martin Luther King, J.F Kennedy, Soekarno dan lain-lain.
Dalam Sejarah Dunia justru kepandaian berbicara atau berpidato merupakan instrumen utama untuk mempengaruhi
massa. Bahasa dipergunakan untuk meyakinkan orang lain. Ketidakmampuan dalam mempergunakan
bahasa,membuat ketidakjelasan dalam mengungkapkan masalah atau pikiran dapat membawa dampak negatif
dalam hidup dan karya seorang pemimpin. Oleh karena itu, pengetahuan tentang retorika dan ilmu komunikasi yang
memadai akan membawa keuntungan bagi pribadi bersangkuatan dalam beberapa bidang tertentu.
Banyak pria dan wanita dalam Sejarah memperoleh suskes besar dalam hidup dan kariernya sebagai pemimpin,
berkat penguasaan ilmu retorika. Sebab penguasaan teknik berbicara akan mempertinggi kepercayaan terhadap diri
dan memberi rasa  pasti kepada orang yang bersangkutan. Bagi para pemimpin, retorika adalah alat penting untuk
mempengaruhi dan menguasai manusia.Bagi para penjual, kepandaian berbicara merupakan sarana penting untuk
menjual-belikan barang dagangannya.
Barangsiapa yang menguasai ilmu retorika dan mempergunakannya secara wajar akan mendapat sukses dalam hidup
dan karyanya Good will atau niat baik, adalah penilaian positif yang coba ditularkan oleh orator kepada
khalayaknya. Seorang orator mungkin mampu memperlihatkan kecerdasannya, menunjukkan karakter
kepribadiannya, akan tetapi belum tentu mampu ‘menyentuh hati’ khalayaknya. Niat baik ini biasanya dapat
dirasakan oleh hati khalayak. Aristoteles mengingatkan tentang pentingnya penyusunan atau pentahapan
argumentasi itu sendiri.Menurutnya, pada awal-awal orasi baiknya adalah sebagai upaya untuk menarik perhatian
dari khalayak, menjaga kredibilitas, dan kemudian memperjelas maksud atau tujuan dari pembicaraan atau orasi
itu sendiri. Yang terakhir adalah konklusi, yang sebaiknya adalah mengupayakan bagaimana khalayak akan selalu
mengingat apa-apa yang telah kita katakan, dan kita meninggalkan khalayak dengan citra yang positif tentang diri
kita dan ide-ide yang telah kita sampaikan kepada mereka.
Style atau gaya bicara adalah tentang bagaimana kemapuan seorang orator menggunakan cara atau gaya bicara
tertentu. Gaya bicara ini ibarat karakteristik si orator itu sendiri. Ada orator yang bagus karena dinilai memiliki
gaya orasi yang unik, menarik, dan bukan tentang kata-kata apa yang disampaikannya.
Style ini juga terkait erat dengan cara penyampaian kata-kata atau argumentasi kepada khalayak. Cara
penyampaian yang menarik adalah hal yang penting dalam sebuah orasi. Karena seringkali kefektifan orasi dilihat
dari sejauh mana khalayak menilai cara bicara atau cara orasi orang tersebut menarik atau tidak. Mengenai apa
yang disampaikannnya itu menjadi hal yang berikutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
     Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi dengan sesama kita
baik melalui bahasa langsung (berbicara) maupun tidak langsung (bahas tulis). Ada berbagai macam maksud yang
hendak kita sampaikan seperti meyakinkan, mempengaruhi, mengajak, memerintah dan lain-lain. Keberhasilan kita
dalam berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah logos (meyakinkan dengan logika-
logika), patos (kejiwaan atau aspek pisikologi), etos (kepercayaan atau kredibilitas).

Dalam kajian ilmu pengetahuan seni berbicara atau komunikasi ini sering disebut dengan retorika. Orang yang
menguasai ilmu retorika atau memiliki retorika yang bagus dalam berkomunikasi maka akan lebih mudah
menyampaikan maksud dan tujuan dari apa yang dibicarakannya serta terasa enak didengarkannya dan tidak
membuat bosan pendengarnya.

Retorika, bukan hanya ilmu pidato, tetapi meliputi pengetahuan sastra, gramatika, dan logika.Karena dengan rasio
tidak cukup untuk meyakinkan orang, untuk meyakinkan orang lain memerlukan teknik-teknik memanipulasi emosi
dan menggunakan prasangka untuk menyentuh hati pendengar.

           Berbicara telah membedakan manusia dari makhluklain. Dengan berbicara, manusia mengungkapkan dirinya,
mengaturlingkungannya, dan pada akhirnya menciptakan bangunan budya insane. Lama sebelum lambang-lambang
tulisan digunakan, orang sudahmenggunakan bicara sebagai alat komunikasi. Bahkan setelah tulisan
ditemukansekalipun, bicara tetap lebih banyak digunakan. Ada beberapa kelebihan bicarayang tidak dapat
digantikan dengan tulisan. Bicara lebih akrab, lebih pribadi(personal), lebih manusiawi. Tidak menghenrankan, bila
ilmu bicara telah dansedang menjadi perhatian manusia. Kemampuan bicara bukan saja diperlukan di depan sidang
parlemen, dimuka hakim atau dihadapan massa. Kemampuan ini dihajatkan dalam hampirseluruh kegiatan manusia
sehari-hari. Penelitian membuktikan bahwa 75% waktubangun kita berada dalam kegiatan komunikasi. Kemampuan
bicara bisa merupakat bakat. Tetapi kepandaian bicara yangbaik memerlukan bicara dan latihan. Retorika sebagai
ilmu bicara sebenarnyadiperlukan setiap orang. Bagi ahli komunikasi atau komunikator retorika adalahcondition
sine qua non. Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa hal tentang retorika besertaperkembangannya. Dengan
uraian historis ini kita ingin mengingatkan bahwaretorika adalah bidang studi komunikasi yang telah berumur tua,
disampingmenujukkan tempatnya yang layak dalam perkembangan ilmu komunikasi.

1. Rumusan Masalah
     Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Apa pengertian retorika?


2. Apa Manfaat dan tujuan retorika?
3. Bagaimana pentingnya berbicara retorika?
4. Mengapa kita perlu belajar retorika?
2.Tujuan Penulisan
    Adapun tujuan dari penulisan makalah dengan judul Bahasa Indonesia Dewasa ini dan diksi adalah:

1. Memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dari dosen yang bersangkutan
2. Untuk mengetahui apa itu retorika.
3. Untuk mengetahui Manfaat dan tujuan retorika.
4. Untuk mengetahui Mengapa kita perlu belajar retorika.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara
langsung bertatap muka.Oleh karena itu, istilah retorika seringkali disamakan dengan istilah pidato. Dalam
pengertian lain juga dapat didefinisikan retorika adaln seni berkomunikasi dengan orang lain secara
tatapmuka atau tidak sesuai dengan pengertian retorika modren yaitu komunikasi dengan menggunakan media
tulis.
Tujuan daraipada retorika adalah untuk meyakinkan, mempengaruhi pendengar atau pembaca terhadap apa
yang kita bicarakan atau kita tulis dengan memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah logos, pthos, etos.

Manfaat daripada retorika sangatlah banyak namun kesemuanya padahakikatnya hanya satu yaitu menciptakan
seorang pembicara atau penulis yang menarik, profesional, memahamkan, serta mampu memahami keadaan
daripada pembaca atau lawan bicara kita sehingga tercipta suatu komunikasi yang baik dan tercapainya
maksud yang kita inginkan.
KATA PENGANTAR
 puji syukur kami ucapakan atas berkat dan penyertaan Tuhan,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Bahasa Indonesia kami.

Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Bpk.Ronaldo Lendombela S.pd sebagai
dosen pembimbing pada mata kuliah Bahasa Indonesia ini yang telah memberikan bimbingan dan arahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berjudul “RETORIKA (SENI BERBICARA)”. Dalam makalah penulis akan membahas mengenai
pengertian retorika, Manfaat dan tujuan mempelajari retorika, Pentingnya seni bicara (Retorika), mengapa
kita perli belajar retorika.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Namun demikian, penulis berharap tulisan ini dapat memberi manfaat untuk
pembaca, terutama dalam hal menambah pengetahun tentang Kalimat Efektif. Kritik dan saran yang bersifat
membangun diharapkan untuk penyempurnaan penyusunan makalah di masa yang akan datang.
MAKALAH
BAHASA INDONESIA
RETORIKA

Disusun oleh :

VEIBBY SOMBA

MICIKA SANNA

CLAWDIA NEBATH

BELLA TUMBELAKA

KIKI BAWOLE

GILBI SONGKE

ASYUR SAMAU

JEWEL BILUSAJANG

OKTAVIANUS SANDALA

AKADEMI KOMUNITAS MAPANAWANG MANADO

2019/2021
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………..
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG MASALAH
2.RUMUSAN MASALAH
3.TUJUAN PENULIS
BAB II PEMBAHASAN
1.PENGERTIAN RETORIKA
2.MANFAAT DAN TUJUAN RETORIKA
BAB III PENUTUP
1.KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
C.CONTOH  PENGGUNAAN RETORIKA
Kegiatan bertutur tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Bertutur merupakan kebutuhan
manusia. Kegiatan dan bentuk bertutur banyak ragamnya. Ada canda, obrolan, basa-basi, tegur sapa,
khotbah, kampanye, diskusi, seminar, konferensi, dan lain-lain. Boleh dikatakan retorika menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat. Hingga kini retorika digunakan dalam bidang
atau lingkungan yang amat luas, seperti bidang: politik, perdagangan, seni, pendidikan, dan lain-lain.
Berikut ini akan dipaparkan penggunaan retorika dalam berbagai bidang atau lingkungan tersebut.

6. 1 PENGGUNAAN RETORIKA DALAM BIDANG POLITIK


Bidang politik adalah bidang kegiatan yang pertama-tama memanfaatkan retorika secara terencana.
Bahkan kehadiran retorika itu sendiri justru didorong oleh kebutuhan politik. Sebab, sebagaimana kita
ketahui bahwa retorika lahir di tengah-tengah rakyat Sisilia, yakni di kota Sirakusa yang sedang bergolak
menentang pemerintah yang sedang berkuasa, yang dianggap oleh rakyatnya sebagai pemerintah tiranis.
Rakyat Sisilia menginginkan pemerintahan yang demokratis. Untuk mencapai tujuan itu, rakyat dan para
tokoh yang berpihak kepada rakyat sadar bahwa jika dilakukan perlawanan dengan kekerasan, belum tentu
akan berhasil. Apalagi pemerintahan militer yang berkuasa saat itu amat tangguh. Untuk menghindari
kegagalan, maka ditempuhlah jalan berunding. Melalui perundingan rakyat mencoba meyakinkan penguasa
bahwa, pemerintahan yang demikratis yang diinginkan oleh seluruh rakyat adalah system pemerintahan
yang lebih baik dari pada pemerintahan yang sedang berlaku saat itu. Untuk itu, maka dipersiapkanlah
wakil-wakil rakyat yang memiliki kecakapan retorik, yakni kecakapan berpidato untuk meyakinkan
pemerintah. Inti tuntutan rakyat adalah terjadinya perubahan system pemerintahan tanpa pertumpahan darah.
Tokoh retorika yang terkenal pada saat itu adalah Corax. Ia bersama muridnya yang bernama Tissias
membangun sekolah retorika untuk mereka yang ditunjuk sebagai wakil rakyat. Di sekolah ini yang
terutama diajarkan adalah retorika dalam pengertian kecakapan berpidato untuk meyakinkan pihak lain.
Hasil pendidikan Corax dan Tissias menunjukkan hasil yang menggembirakan. Wakil-wakil rakyat yang
benar-benar ahli dalam berpidato berhasil meyakinkan penguasa akan pemerintahan demokratis yang
dituntutnya. Dengan demikian, tanpa terjadi pertumpahan darah, maka beralihlah pemerintahan tirani ke
pemerintahan demokrasi seperti yang menjadi tuntutan rakyat Sisilia. Dengan keberhasilan itu, maka istilah
retorika menjadi popular di seluruh Yunani, terutama di kota Athena. Sementara itu, ajaran-ajaran Corax dan
Tissias dibukukan dengan judul Techne. Inilah buku retorika pertama yang berisi tentang kecakapan
berpidato untuk tujuan politik.
Pemanfaatan retorika sebagai alat politik lebih menonjol lagi di kalangan filsuf yang dikenal dengan
nama kaum Sofis. Tokoh-tokoh kaum Sofis seperti Gorgias, Protagoras, Isocrates, dan lain-lain berhasil
dengan gemilang membuktikan bahwa retorika adalah sarana yang efektif untuk memenangkan suatu kasus.
Tidak perduli apakah kasus itu punya dasar kebenaran atau tidak. Karena itu setiap kasus, bagaimanapun
sifatnya, akan menang asal disampaikan secara retoris. Beginilah pengertian retorika dari kaum Sofis yang
lebih banyak mengajarkan keahlian bersilat lidah, berdebat kusir, atau berpokrol bambu.
Dalam perkembangan selanjutnya, retorika dipersiapkan secara intensif dan terencana untuk kegiatan-
kegiatan politik. Setelah Yunani, Romawi menjadi tempat pengembangan retorika sebagai alat politik. Di
Romawi dikenal tokoh-tokoh retorika di bidang politik seperti Cicero, Quintilianus dengan pengikut-
pengikutnya ( Quintilians). Kedua tokoh ini menyempurnakan retorika kaum Sofis dengan ajaran-ajaran
Aristoteles sehingga retorika dikenal sebagai ilmu pidato.
Setelah itu, bukan berarti retorika tidak dimanfaatkan dalam bidang politik. Sampai sekarang pun
retorika dimanfaatkan dalam bidang politik. Propaganda-propaganda politik, kampanye-kampanye
menjelang pemilu dalam Negara yang menganut pemerintahan demokrasi adalah bukti pemanfaatan retorika
di bidang politik. Politik memanfaatkan retorika untuk mempengaruhi rakyat dengan materi bahasa, ulasan-
ulasan, dan gaya bertutur yang meyakinkan dan mencekam perhatian. Propaganda itu kadang-kadang
berhasil mengubah pendirian rakyat kadang-kadang tidak. Ini bergantung pada tingkat pendidikan dan
kecerdasan rakyat yang ingin dipengaruhi.
Dalam rangka melaksanakan misi politiknya masing-masing, kita mengenal tokoh-tokoh yang pintar
berpidato yang digunakan oleh presidennya masing-masing. Zaman Nixon di Amerika digunakan tokoh
Kissinger, zaman Sukarno digunakan Dr. Ruslan Abdulgani, zaman Suharto digunakan Harmoko.

6. 2 PENGGUNAAN RETORIKA DALAM BIDANG EKONOMI


Bidang ekonomi juga menggunakan retorika. Para usahawan terlibat dalam penggunaan retorika
dalam rangka mempromosikan barang-barang produksinya. Oleh karena itu, retorika digunakan secara luas
untuk iklan, advertensi, dan reklame. Terlibatnya retorika dalam iklan, advertensi, dan reklame tampak
mencolok di Negara-negara yang persaingan barang produksinya sudah tinggi. Bahkan di Negara-negara
seperti itu, ada rumah produksi periklanan di mana usahawan dapat memesan iklan atau advertensi sesuai
kebutuhannya. Penyusun advertensi dalam menampilkan tuturnya memanfaatkan hal-hal yang menjadi
idaman-idaman orang, khayalan, atau harapan-harapan orang. Penyusunan advertensi dengan bahasa yang
retoris berusaha mengeksploitasi kebutuhan manusia, khayalnya, harapan-harapan, idealnya, dan
ketidaksadarannya. Betapa besarpengaruh bahasa advertensi itu, sampai-sampai kemudian terasa bahwa
barang-barang produksi yang dibuat manusia berbalik membentuk “jiwa” manusia itu sendiri. Berkaitan
dengan ini muncul sinyalemen bahwa, usahawan dengan advertensinya sebenarnya tidak menjual barang-
barang yang di produksinya, melainkan mereka menjual harapan dan janji-janji. Perhatikanlah bahasa
advertensi berikut.
“Apalah artinya air minum sehat, bila menggunakan Water Dispenser yang tidak sehat. SANKEN
Water Dispenser benar-benar dirancang dengan berbagai kelebihan untuk menjaga air minum Anda agar
tetap segar, aman dan higenis bahkan untuk bayi Anda”.
Advertensi di atas dibuat untuk menggoda manusia dengan menonjolkan kelebihan-kelebihan suatu
produksi, dalam hal ini Water Dispenser. Dengan retorika itu, konsumen dipengaruhi untuk
menggunakannya. Pemilihan ungkapan “Apalah artinya air minum sehat, bila menggunakan Water
Dispenser yang tidak sehat” mengandung pelecehan terselubung terhadap Dispenser-Dispenser lain yang
bukan SANKEN. Sugesti ini memang sengaja dibangun untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca.
Jika pada media cetak, sugesti konsumen hanya dibangkitkan dengan menggunakan kata-kata saja
(retoris), tetapi melalui media TV, sugesti konsumen itu bahkan dibangkitkan dengan menggunakan kata-
kata, tayangan gambar, dan suara (multimedia), sehingga retorika dalam dunia dagang atau ekonomi benar-
benar dapat “mendesak” konsumennya untuk mencobanya. Penggunaan sarana multimedia ini juga menjadi
bagian keseluruhan retorika, sebab setiap upaya yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar yang
bermaksud mempengaruhi orang lain termasuk fenomena retoris.

6. 3 PENGGUNAAN RETORIKA DALAM SENI


Dunia seni juga merupakan bidang kehidupan yang tidak lepas dari retorika. Apalagi seni itu
dimaksudkan untuk “mendidik” penontonnnya. Banyak hasil karya seni mengandung pendidikan, misalnya
wayang kulit, wayang orang, wayang golek, wayang beber, ludruk, arja, tari topeng pajegan (Bali), ludruk,
ketrung, dan lain-lain. Pada kesenian tersebut terdapat tokoh-tokoh punakawan yang pintar bertutur
(member nasihat), seperti tokoh Cepot dan Udel (Sunda), Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong (Jawa),
Sangut, Delem, Merdah Tualen, Kartala, Punte (Bali). Tokoh-tokoh ini sering bertutur dengan menggunakan
bahasa yang terpilih, ulasan yang mampu mempengaruhi penonton dengan menampilkan gagasan-gagasan
yang mengandung nilai kehidupan. Dalam hubungan inilah sesungguhnya mereka telah menggunakan
retorika dengan baik. Dalam pewayangan ada dalang yang menggunakan retorika untuk mempengaruhi
penontonnya. Dalam pewayangan terdapat tokoh-tokoh yang baik dan tokoh-tokoh yang buruk sebagai
persona yang dipakai oleh dalang untuk menampilkan tutur-tutur bijak yang memukau. Keberhasilan dalang
dalam mempengaruhi penontonnya, karena ia mampu menerapkan retorika dengan baik. Kemampuan
seperti itu diperoleh oleh dalang melalui latihan-latihan yang sistematis.
Pemanfaatan retorika tidak hanya pada karya seni klasik saja, pada seni modern retorika juga
dimanfaatkan, misalnya pada seni drama, teater, film. Pada ketiga kesenian ini bahasa dan gaya bahasa di
pilih benar, kemudian ditata dengan baik, selanjutnya ditampilkan di depan penonton. Cara kerja
memilih/menemukan, menata dan menampilkan benar-benar merupakan langkah-langkah seperti dalam
retorika.

6. 4 PENGGUNAAN RETORIKA DALAM TULISAN


Para kuli tinta seperti wartawan dan reporter adalah orang-orang yang terlibat dalam penggunaan
retorika. Entah mereka nanti akan menuliskolom, rubric, tajuk, atau menulis reportase, semuanya
memerlukan kemampuan menggunakan retorika. Intinya adalah bagaimana mereka dapat mempersuasi atau
menarik perhatian pembacanya. Kadang-kadang ada penulis yang mempunyai niat menggebu-gebu untuk
bisa menarik perhatian pembacanya. Karena keinginan yang menggebu-gebu itu, tulisan mereka sering
terkesan tendensius.
Dalam bentuk lisan, deklamator (dalam deklamasi), pendongeng, tukang cerita, pedagang obat juga
menggunakan retorika. Mereka mencoba “menyihir” pendengarnya dengan memilih, menata, dan
menampilkan tutur yang menawan. Dalam profesi ini, ada tindakan penemuan topic/gagasan, menata dalam
urutan yang menarik, dan menampilkannya dengan bahasa dan gaya bertutur yang memikat. Tindakan atau
langkah yang dikerjakan itu merupakan unsur retorika. Oleh karena itu, semua profesi yang disebut di atas
(deklamator, pendongeng, tukang cerita, pedagang obat) adalah profesi yang menggunakan retorika.

6. 5 PENGGUNAAN RETORIKA DALAM PENDIDIKAN


Secara umum pendidikan diartikan sebagai cara memberikan bimbingan yang sistematis kepada anak
didik untuk mengembangkan dirinya dengan member pengetahuan, keterampilan, dan lain-lain yang sesuai
dengan kebutuhan hidupnya. Jadi pendidikan hanyalah membantu memberikan bimbingan kepada anak
didik sehingga potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara wajar.
Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut, maka para pendidik perlu membuat perencanaan,
menyiapkan materi, menata unit-unit materi, menentukan sarana, menetapkan metode, dan melaksanakan
kegiatan pengajara. Dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilakukan itu, para pendidik selalu
mengkaji persoalan-persoalan yang ada seputar anak didik. Hal ini dilakukan agar bimbingan (pendidikan)
yang diberikan dapat memotivasi, menarik minat, dan mempersuasi anak didik untuk belajar. Dalam
melakukan kegiatan seperti inilah, para pendidik terlibat dalam penggunaan retorika.
Pertanyaan-pertanyaan berikut akan menjawab keterlinatan seorang pendidik dengan retorika.
1. Materi pelajaran apakah yang diperlukan oleh anak didik?
2. Bagaimanakah cara menyajikan agar memikat anak didik?
3. Sarana apakah yang diperlukan untuk memberikan kejelasan uraian?
4. Bagaimana menyuguhkan contoh, ulasan, ilustrasi, dukungan, dan                                     lain-lain agar anak
terangsang ingin tahu?
5. Bagaimana cara mempengaruhi dan mengatur siswa agar mereka aktif dan kreatif?
Contoh-contoh pertanyaan di atas sesungguhnya tidak lain merupakan bentuk khusus dari persoalan
yang umum dalam retorika. Itulah sebabnya, mengapa dikatakan bahwa, para pendidik dalam tugas
menyiapkan bimbingan yang disebut pendidikan itu dikatakan terlibat dengan retorika.
Penggunaan retorika secara praktis, tampak lebih nyata lagi dalam proses belajar-mengajar di kelas.
Dalam hubungan ini, para guru menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang telah dipelajari sebelumnya.
Melalui aktivitas belajar-mengajar, guru memanfaatkan retorika sebanyak-banyaknya berdasarkan jenis
materi pelajaran yang diajarkan, kondisi anak didik yang dihadapi, keadaan sekolah tempat mengajar, situasi
sosial politik yang sedang berlangsung, dan factor-faktor yang lain. Yang lebih nyata lagi bahwa guru
menggunakan retorika adalah ketika guru mengambil contoh yang telah diketahui oleh anak, member
ulasan, menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, menggunakan mimic (gerak-
gerik, pandangan mata, gerak tangan, dan lain-lain). Jadi untuk meyakinkan anak didik akan kebenaran
materi yang disajikan, para guru melakukan sejumlah upaya dan tindakan. Semua upaya dan tindakan yang
dilakukan itu dimaksudkan untuk meyakinkan. Itulah pada hakikatnya retorika yang dimanfaatkan guru.
Dapat disimpulkan, keseluruhan proses yang dilakukan guru di dalam kelas adalah tindak retorika.
Jika tindak retorika dimanfaatkan dalam proses ini, maka pengajaran bisa membosankan. Akibatnya,
pendidikan tidak akan berhasil. Oleh karena itulah, guru yang cakap akan memanfaatkan retorika dalam
pendidikan. Di satu pihak ia bisa disenangi oleh murid, di pihak lain ia bisa menjadi pendidik yang berhasil.

Anda mungkin juga menyukai