Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 telah menetapkan bidang

kesehatan merupakan salah satu kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh

Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan Kewenangan Wajib oleh Daerah adalah

merupakan perwujudan otonomi yang bertanggung jawab, yang pada intinya

merupakan pengakuan/pemberian hak dan kewenangan daerah dalam wujud tugas

dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah. Tanpa mengurangi arti serta

pentingnya prakarsa daerah dalam penyelenggaraan otonominya dan untuk

menghindari kekosongan penyelenggaraan pelayanan dasar kepada masyarakat maka

Puskesmas Raya melaksanakan kewenangan dalam bidang pembangunan kesehatan.

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan manusia sebagai ukuran kinerja

pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar

yaitu umur panjang dan sehat, berpengetahuan dan memiliki kehidupan yang layak.

Pembangunan kesehatan juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan

diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,

pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 1


nondiskriminatif dan norma-norma agama dengan penerapan Standar Pelayanan

Minimal guna meningkatkan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang

meliputi kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan.

Pembangunan bidang kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Raya pada

tahun 2019 diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 yang

dituangkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang dalam

pelaksanaannya dilakukan tidak hanya di tingkat Kecamatan dengan Puskesmas,

bahkan sampai di tingkat Kelurahan/Desa yaitu Pustu dan Polindes. Dalam

pengambilan maupun pelaksanaan kebijakan program, Puskesmas Raya selalu

bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana dan Lintas Sektoral yang terkait.

Penyusunan Profil Kesehatan merupakan salah satu kegiatan dalam

mengaplikasikan grand strategi sekaligus sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan

pembangunan kesehatan tersebut.

Profil Kesehatan Puskesmas Raya Tahun 2019 berisikan gambaran situasi

pembangunan kesehatan dan pencapaian program yang telah dilaksanakan yang

memuat Indikator Kinerja dari penyelenggaraan Rencana Strategis (Renstra) Bidang

Kesehatan, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, Pencapaian Target

Sustainable Development Goals (SDGs) Bidang Kesehatan serta berbagai upaya

yang terkait dengan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan lintas sektor.

Kebutuhan data dan informasi kesehatan dari hari ke hari semakin meningkat.

Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan pencapaian hasil

pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah terutama terhadap

masalah-masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 2


Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi

pembangunan kesehatan itu sendiri.

Profil ini disajikan sebagai sarana penyedia data dan informasi resmi tentang

pencapaian program kesehatan dalam rangka evaluasi tahunan kegiatan-kegiatan dan

pemantauan pencapaian program yang mengacu kepada visi Puskesmas Raya

“Menjadi puskesmas dengan pelayanan bermutu menuju masyarakat sehat dan

mandiri” yang diharapkan mampu memberikan umpan balik atau dasar pengambilan

keputusan guna mengurangi kesenjangan pelayanan sehingga pelayanan kesehatan

yang paling mendasar dan essensial dapat terpenuhi dengan baik.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas Raya tahun 2019

adalah untuk mendapatkan gambaran derajat kesehatan masyarakat Kecamatan

Singkep Barat yang merupakan keluaran dari pelaksanaan program pembangunan

kesehatan selama satu tahun di Puskesmas Raya.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas Raya

Tahun 2019 adalah sebagai berikut :

1. Diperolehnya gambaran umum keadaan geografis, demografi, tingkat

pendidikan di Kecamatan Singkep Barat tahun 2019.

2. Diperolehnya data dan gambaran tentang situasi derajat kesehatan Kecamatan

Singkep Barat tahun 2019.

3. Diperolehnya tingkat pencapaian program pembangunan kesehatan di

Puskesmas Raya Kecamatan Singkep Barat tahun 2019.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 3


4. Diketahuinya kondisi sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Raya

Kecamatan Singkep Barat tahun 2019.

5. Diketahuinya permasalahan yang dihadapi dalam proses penyelenggaraan

program pembangunan kesehatan di Kecamatan Singkep Barat tahun 2019.

6. Terdokumentasinya data dan informasi derajat kesehatan masyarakat

Kecamatan Singkep Barat tahun 2019.

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam menyusun Buku Profil Kesehatan ini kami menggunakan sistematika

sebagai berikut :

BAB I. Pendahuluan

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan pembuatan Profil

Kesehatan Puskesmas Raya Kecamatan Singkep Barat tahun 2019 dan sistematika

dari penyajiannya.

BAB II. Gambaran Umum

Bab ini menyajikan tentang Gambaran umum Kecamatan Singkep Barat.

Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab

ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-

faktor lainnya misal : kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan

lingkungan.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 4


BAB III. Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang hasil pembangunan kesehatan sampai dengan

tahun 2019 yang mencakup angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan

dan status gizi masyarakat.

BAB IV. Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini berisikan uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang telah

dilaksanakan oleh Puskesmas Raya dibidang kesehatan sampai tahun 2019 dalam

rangka pencapaian program-program pembangunan dibidang kesehatan yang telah

dilakukan. Program tersebut meliputi pencapaian pelayanan kesehatan dasar,

pelayanan kesehatan rujukan, pencapaian upaya pencegahan dan pemberantasan

penyakit serta upaya perbaikan gizi masyarakat.

BAB V. Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang pembangunan sumber daya bidang kesehatan

tahun 2019. Gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan

tenaga, sarana dan prasarana kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

BAB VI. Kesimpulan

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan

ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Puskesmas Raya tahun 2019. Selain

ringkasan keberhasilan-keberhasilan yang telah dipaparkan, bab ini juga

mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dan didukung lingkungan dan

perilaku sehat dengan pelayanan berkualitas dan peran serta masyarakat.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 5


LAMPIRAN

Lampiran Profil Kesehatan Puskesmas Raya tahun 2019.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 6


BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1. GEOGRAFIS

Puskesmas Raya terletak di Jalan Soekarno Hatta oiKampung Tengah

Kelurahan Raya Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga, yang berdiri sejak

tahun 2002 dan mulai beroperasi pada tanggal 05 Februari 2003, dengan wilayah

kerja meliputi seluruh wilayah kerja Kecamatan Singkep Barat.

Pada tahun 2001 Kecamatan Singkep Barat dimekarkan dari kecamatan induk

yaitu Kecamatan Singkep menjadi Kecamatan Definitif yang sebelumnya merupakan

Kecamatan Pembantu Singkep, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan

Riau Nomor 22 Tahun 2001 tentang pembentukan Kecamatan Singkep Barat dan

Kecamatan Gunung Kijang, dengan batas wilayah :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lingga

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung

 Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Indra Giri Hilir

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Singkep & Kec. Singkep

Selatan.

Kecamatan Singkep Barat memiliki 11 desa dan 1 Kelurahan, meliputi Desa

Bakong, Desa Tinjul, Desa Langkap, Desa Tanjung Irat, Desa Kuala Raya, Desa

Marok Tua, Desa Sungai Buluh, Desa Sungai Raya, Desa Sungai Harapan, Desa

Bukit Belah, Desa Jagoh dan kelurahan Raya.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 7


Gambar 2.1

Peta Pulau Singkep

2.2. KEPENDUDUKAN

Sasaran upaya pelayanan kesehatan adalah meningkatkan mutu kesehatan

manusia. Manusia sebagai insan individu dan sosial berkarakter dinamis.

Peningkatan pelayananan kesehatan selayaknya bertumpu pada kondisi kehidupan

individu dan masyarakat. Sebagaimana prinsip pertama pembangunan berkelanjutan:

“Manusia (penduduk) merupakan pusat perhatian pembangunan berkelanjutan, dan

dikehendaki agar memiliki kehidupan yang sehat dan produktif dalam keserasian

dengan alam”. Salah satu cara untuk mencapai sasaran itu adalah melalui kebijakan

kependudukan.

Perlu diketahui bahwa kependudukan dan kesehatan saling berkaitan.

Variabel-variabel kependudukan, misalnya tingkat kelahiran, dan kematian

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi kesehatan penduduk. Pengalaman kita

selama ini menunjukkan tingkat signifikannya hubungan di antara keduanya.

Tindakan pemerintah untuk meningkatkan mutu kesehatan penduduk secara

eksplisit dan langsung berhubungan dengan upaya menekan tingkat kematian dan

morbiditas (tingkat ketersakitan). Hal itu secara tidak langsung berhubungan pula

dengan upaya mengendalikan tingkat kelahiran. Di belakang tingkat kematian,

morbiditas, dan kelahiran pendudukan terdapat variabel-variabel lain yang saling

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 8


berhubungan dan mempengaruhi. Maka kebijakan kependudukan di bidang

kesehatan harus memperhatikan dan memperhitungkan keberadaannya.

Kependudukan merupakan aspek penting dalam pembangunan, sebagai dasar

pelaksanaan, sekaligus tujuan (sasaran) dan pengguna hasil-hasil yang dicapai.

Sebagai dasar pelaksanaan terkait dengan dasar kebijakan pembangunan. Dinamika

kependudukan berpengaruh pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Ukuran

tingkat dinamikanya digunakan penanda atau indikator yang terukur yang bisa

dibaca, digunakan, dibanding bagi kepentingan penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan pembangunan, misalnya: tingkat pertumbuhan pendudukan, tingkat

kelahiran, kematian, angka kematian bayi, usia harapan hidup, angka kematian ibu

dan sebagainya. Ketersediaan indikator kependudukan, tingkat pemahaman

konseptual, terutama penggunaanya oleh pihak-pihak penyusunan dan pengelola

pembangunan (contohnya: di bidang kesehatan) sangat berarti bagi rumusan

kebijakan dan pelaksanaannya.

2.2.1. Jumlah Penduduk

Pertumbuhan penduduk Kecamatan Singkep Barat terus mengalami

peningkatan. Pada tahun 2019, jumlah penduduk Kecamatan Singkep Barat sebanyak

14.089 jiwa. Berikut rincian jumlah penduduk di kecamatan Singkep Barat pada

tahun 2019.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 9


Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Kecamatan Singkep Barat Tahun 2019

RAT
A- KEPAD
LUAS JUMLAH JUMLAH PENDUDUK JUMLAH
RAT ATAN
A
NO Desa/Kelurahan JIWA
WILAYA PEND
RUMAH /RU
H UDUK
DUSUN RT RW MAH
TAN
(km2) LK PR TOTAL TANGGA per km2
GGA
1 2 3 4 5 6 7   8 9 10

1 KEL. RAYA 22.373 - 13 6 845 804 1.649 3,17 0,07


520
2 MAROK TUA 141.931 2 12 4 1.197 1.063 2,260 3,50 15.92
645
3 SUNGAI RAYA 21.681 2 11 4 590 529 1,119 3,06 51.61
366
SUNGAI
4 10.905 2 10 4 737 695 1,432 3.35 131,32
HARAPAN 427
5 BUKIT BELAH 18.394 2 8 4 230 467 467 3.24 25,39
144
6 KUALA RAYA 18.394 2 11 4 526 462 988 2,91 53,71
339
7 TINJUL 18.220 2 8 4 520 438 958 3,46 52,58
277
8 SUNGAI BULUH 15.249 3 17 6 888 804 1.692 535 3,16 110,96

9 LANGKAP 17.26 2 8 4 390 320 710 2,41 41,14


294
10 BAKONG 30.400 3 9 4 561 541 1.102 3,35 36,25
329
11 JAGOH 4,755 2 7 2 354 329 683 3,77 143,64
181
12 TANJUNG IRAT 16,210 2 7 3 536 493 1029 3,50 63,48
294
JUMLAH (KECAMATAN)
391.002 24 121 49 7.309 6.749 14.089 4.351 3,24 4.351
 

Sumber data: Kantor Camat Singkep Barat

2.2.2. Rasio Jenis Kelamin

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 10


Rasio Jenis Kelamin/Sex Ratio merupakan indikator yang digunakan untuk

mengetahui komposisi penduduk menurut jenis kelamin. Angka ini dinyatakan

dengan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk

perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu. Data ini berguna untuk

pengembangan perencanaan pembangunan berwawasan gender, terutama yang

berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil

dan merata.

Di Kecamatan Singkep Barat tahun 2019 Rasio Jenis Kelamin sebesar 107,7

%. Dimana jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk

perempuan.

2.2.3. Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk atau distribusi penduduk dipengaruhi beberapa faktor

antara lain:

1. Kesuburan tanah, daerah atau wilayah yang ditempati banyak penduduk,

karena dapat dijadikan sebagai lahan bercocok tanam dan sebaliknya.

2. Iklim, wilayah yang beriklim terlalu panas, terlalu dingin, dan terlalu basah

biasanya tidak disenangi sebagai tempat tinggal.

3. Topografi atau bentuk permukaan tanah pada umumnya masyarakat banyak

bertempat tinggal di daerah datar

4. Sumber air.

5. Perhubungan atau transportasi

Berikut ini persentase penyebaran penduduk di 11 Desa dan 1 Kelurahan

yang berada di Kecamatan Singkep Barat.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 11


Gambar 2.2

Persentase Penyebaran Jumlah Penduduk

Kecamatan Singkep Barat

JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH PENDUDUK
2260

1649 1692
1432
1119 1029 1102
988 958
710 683
467

Sumber data: Kantor Camat Singkep Barat

Dari gambar diatas dapat dilihat dari jumlah penduduk Kecamatan Singkep

Barat pada tahun 2019 yaitu sebanyak 14.089 jiwa yang tersebar di 11 Desa dan 1

kelurahan, dimana jumlah penduduk paling terbesar terdapat di Desa Marok Tua

yaitu sebesar 2.260 jiwa. Hal ini disebabkan daya serap lapangan pekerjaan dan

geliat para pelaku ekonomi lebih tinggi di desa tersebut dibandingkan dengan desa

lain. Ditambah lagi jika dilihat dari faktor-faktor diatas, faktor perhubungan dan

transportasi juga sangat berperan penting pada persebaran penduduk di Kecamatan

Singkep Barat.

2.3. KEADAAN EKONOMI

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 12


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan jumlah

nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu,

atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit

ekonomi. Mayoritas penduduk di Kecamatan Singkep Barat bermata pencaharian

sebagai nelayan. Hal ini didukung oleh kondisi geografis Kecamatan Singkep Barat

yang dikelilingi oleh laut/ perairan.

2.4. KEADAAN PENDIDIKAN

Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan karena pendidikan

bisa berpengaruh terhadap prilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh

seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan seseorang untuk berprilaku sehat.

Di Kecamatan Singkep Barat umur 10 tahun ke atas yang melek huruf atau sekitar

11.131 jiwa dari total seluruh penduduk yang ada di Kecamatan Singkrp Baratr.

Persentase pendidikan yang paling banyak ditamatkan yaitu SD/ MI sebanyak 1.456

jiwa, sedangkan penduduk dengan pendidikan tertinggi universitas/ diploma IV hanya

sebanyak 636 jiwa.

BAB III

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 13


SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator

yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi

keberhasilan pelaksanaan program. Gambaran tentang derajat kesehatan tersebut

meliputi mortalitas, morbiditas dan status gizi.

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan

ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor

prilaku masyarakat, lingkungan, pendidikan, lingkungan keturunan, dan faktor

lainnya.

Pada prinsipnya pembangunan kesehatan telah menunjukkan suatu

keberhasilan dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, walaupun masih

dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan

pembangunan kesehatan. Untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan tersebut

perlu dilakukan analisis situasi dan kecenderungan di masa mendatang.

3.1. MORTALITAS

3.1.1 Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) merupakan salah satu aspek

yang sangat penting dalam mendeskripsikan tingkat pembangunan manusia di sebuah

negara dari sisi kesehatan masyarakatnya. Angka kematian bayi adalah banyaknya

bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup

pada tahun yang sama. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 14


hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal

anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih

menggambarkan kesehatan reproduksi. AKB relevan dipakai untuk memonitor

pencapaian target program karena mewakili komponen penting pada kematian balita.

Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui

survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di

fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian

Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk,

Surkesnas/Susenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).

Gambar 3.1
Jumlah Kasus Kematian Bayi Di Puskesmas Raya
Tahun 2019

KEMATIAN BAYI

185 182

JUMLAH BAYI HIDUP MATI

Sumber: Bidang Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

Dari gambar 3.1 diatas dan dari nilai AKB di data profil dapat dilihat bahwa

dari tahun 2019 terjadi kasus kematian bayi di kecamatan singkep barat sebanyak 3

bayi.

3.1.2. Angka Kematian Balita

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 15


Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal 

sebelum mencapai usia 5 tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita ini

menggambarkan keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan balita

seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan.

Berdasarkan gambar 3.2 dibawah ini, dapat disimpulkan bahwa di wilayah

kerja Puskesmas Raya pada tahun 2019 terjadi kasus Kematian Balita.

Gambar 3.2
Jumlah Kasus Kematian Balita Di Puskesmas Raya
Tahun 2019

KEMATIAN BALITA

1380

BALITA MATI

Sumber : Bidang Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

3.1.3. Angka Kematian Ibu Maternal

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari

suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya

selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per

100.000 kelahiran hidup. AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran

perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan,

tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu

ibu melahirkan dan masa nifas..

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 16


Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan

dalam tujuan pembangunan berkelanjutan 2030, yaitu tujuan ke tiga untuk menjamin

kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.

Dari hasil survei yang dilakukan, jumlah AKI telah menunjukkan penurunan dari

waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan

pembangunan berkelanjutan 2030 masih membutuhkan komitmen dan usaha keras

yang terus menerus.

Gambar 3.3
Jumlah Kasus Kematian Ibu Maternal
Di Puskesmas Raya Tahun 2019

KEMATIAN IBU
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
Axis Title
0.3
0.2
0.1
0

Sumber : Bidang Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

Gambar 3.3 menunjukkan bahwa di tahun 2019 terdapat jumlah kasus AKI di

Desa Tanjung Irat.

3.1.4. Umur Harapan Hidup

Umur harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh

seorang bayi saat lahir sampai pada tahun tertentu saat ia meninggal. Data angka

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 17


harapan hidup di suatu negara berguna untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam

meningkatkan kesejahteraan peduduk dan meningkatkan drajat kesehatan. Angka

harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus di ikuti dengan program

pembangunan kesehatan dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,

mencakup gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Oleh karena

itu, angka harapan hidup merupakan salah satu indikator derajat kesehatan yang

digunakan sebagai acuan dalam perencanaan program-program kesehatan.

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi

pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari

suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya

daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan,

mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang

lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang

pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan

memperpanjang usia harapan hidupnya.

Hal ini mungkin merupakan pengaruh positif dengan bertambahnya jumlah

tenaga kesehatan dan bertambahnya fasilitas kesehatan baik itu rumah sakit,

Puskesmas maupun Pustu dan Polindes.

3.2. MORBIDITAS

Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau pravalensi) dari suatu

penyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu. Morbiditas Juga

mengacu pada angka kesakitan yaitu ; jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan

populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok

yang beresiko.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 18


3.2.1. Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang dilaksanakan oleh Puskesmas

Raya, dapat diketahui sepuluh penyakit terbanyak berdasarkan kunjungan rawat

jalan pada tahun 2019 yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Gambar 3.4
Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kunjungan Rawat Jalan
Di Puskesmas Raya Tahun 2019

1800 1603
1600
1400
1200 1062

1000
800 641
600 409 388 353
400 238 189 173
90
200
0

Sumber: Program P2M Puskesmas Raya Tahun 2019

Berdasarkan gambar 3.4 diatas diperoleh informasi bahwa penyakit tertinggi

berdasarkan kunjungan rawat jalan di Puskesmas Raya adalah ISPA. Meskipun

jumlah kasusnya menurun ditahun 2018, namun ISPA Akut masih menjadi urutan

teratas dengan jumlah kasus sebanyak 1.603 kasus.

Kecenderungan penyakit ISPA sebagai kasus penyakit yang banyak terjadi

kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor seperti lingkungan (keadaan

lingkungan tempat tinggal yang tidak layak), status gizi (malnutrisi), ataupun

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 19


pengetahuan. Untuk mengurangi penyakit ini perlu penatalaksanaan yang tepat dan

benar pada saat penemuan dini. Adapun hal yang terpenting lagi adalah perlunya

dilakukan usaha-usaha promkes ataupun sosialisasi kepada masyarakat tentang

penyakit ISPA itu sendiri.

3.2.2. Penyakit Menular.

3.2.2.1. Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit yang dikenal

dengan Plasmodium yang menginfeksi sel-sel darah merah. Malaria ini ditandai

dengan siklus menggigil, demam, sakit, dan berkeringat. Malaria merupakan salah

satu penyakit menular yang upaya pengendalian dan penurunan kasusnya merupakan

komitmen dalam SDG’s.

Penyakit malaria di tularkan oleh nyamuk Anopheles betina, menyerang

manusia di seluruh dunia. Malaria merupakan salah satu penyakit yang tidak pernah

hilang (emerging) yang menunjukkan kecenderungan meningkatnya kasus di

beberapa negara.

Peningkatan penularan malaria sangat terkait dengan iklim baik musim hujan

maupun musim kemarau dan pengaruhnya bersifat lokal spesifik. Pergantian musim

akan berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap vektor pembawa

penyakit. Pergantian global iklim yang terdiri dari temperatur, kelembaban, curah

hujan, cahaya dan pola tiupan angin mempunyai dampak langsung pada reproduksi

vektor, perkembangannya, longevity dan perkembangan parasit dalam tubuh vektor.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 20


Sedangkan dampak tidak langsung karena pergantian vegetasi dan pola tanam

pertanian yang dapat mempengaruhi kepadatan populasi vektor.

Penduduk berisiko adalah penduduk yang tinggal di daerah berisiko terjadi

penularan malaria atau endemis malaria pada satuan wilayah terkecil seperti

desa/dusun dalam kurun waktu satu tahun. Annual Parasite Incidence atau API (o/oo)

adalah jumlah penderita positif malaria per seribu penduduk. Angka kesakitan dan

kematian akibat malaria di Puskesmas Raya dapat digambarkan sebagai berikut ;

Tabel 3.1
Persentase Malaria Berdasarkan Kunjungan
Di Puskesmas Raya Tahun 2019

PENDERITA
NO Desa MENINGGAL CFR
DIPERIKSA POSITIF POSITIF %

1 Kel. Raya 0 0 0 0 0
0 0
2 M. Tua 0 0 0
0 0 0
3 S. Raya 0 0
0 0 0
4 S. Harapan 0 0
0 0 0
5 Bukit Belah 0 0
0 0 0
6 Kuala Raya 0 0
0 0 0
7 Tinjul 0 0
0 0 0
8 Sungai Buluh 0 0
0 0 0
9 Langkap 0 0
0 0 0
10 Bakong 0 0
0 0 0
11 Jagoh 0 0
0 0 0
12 T. Irat 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0

Angka Kesakitan (API) Per 1.000 Penduduk

Sumber: Bidang P2M Puskesmas Raya Tahun 2019

Pada tabel 3.2 dapat dilihat bahwa kasus malaria klinis di Kecamatan Singkep

Barat tidak ditemukan.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 21


3.2.2.2. TB Paru

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium

Tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan

Suistanable Development Goals (SDG’s) menjadikan penyakit TB paru sebagai salah

satu penyakit yang menjadi target untuk dihentikan dan diakhiri epideminya.

Pada tahun 2019, di Puskesmas Raya terdapat 72 orang yang terdiagnosa

suspek TB Paru. Kasus suspek TB Paru terdapat di Kelurahan Raya sebanyak 2

kasus, Desa Marok Tua sebanyak 7 ksus, Desa Sungai Raya sebanyak 1 Kasus, Desa

Sungai Raya Sebanyak 1 kasus, Desa Sungai Harapan Sebanyak 12 Kasus, Desa

Kuala Raya sebanyak 10 Kasus, Desa Sungai Buluh Sebanyak 17 Kasus, Desa

Langkap sebanyak 6 kasus, Desa Bakong 6 kasus, Desa Tanjung Irat 3 Kausu dan

Desa Jagoh sebanyak 8 Kasus. Berikut gambaran jumlah kasus suspek TB Paru di

Puskesmas Raya tahun 2019.

Gambar 3.6
Jumlah Kasus Suspek TB Paru
Di Puskesmas Raya Tahun 2019

TB
TB

3 3

1 1
0 0 0 0 0 0 0

Sumber: Bidang P2M Puskesmas Raya Tahun 2019

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 22


Masih tingginya jumlah penderita suspek TB Paru disebabkan masih

rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB Paru dan cara penularannya

serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam berobat TB dan kurangnya informasi

mengenai pengobatan secara tuntas. Dalam mendukung pengobatan TB secara tuntas

perlu dilakukan Pengawas Minum Obat (PMO).

HIV & AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency

Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom)

yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus

HIV (Human Immunodeficiency Virus) atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang

menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung

antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh

yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan

air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun

oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama

kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan

tubuh tersebut.

Kasus HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, dimana

jumlah penderita yang dilaporkan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penderita

yang ada sebenarnya.adapun penyebabnya adalah berkaitan dengan adanya stigma

dalam masyarakat dimana penyakit ini merupakan penyakit aib bagi mereka.

Akibatnya masyarakat enggan untuk memeriksakannya.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 23


Kasus HIV/AIDS tidak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Raya. Hal ini

perlu di pertahankan lagi, baik dari upaya promotif, preventif dan edukatif mengenai

penyakit HIV/AIDS.

3.2.2.4 ISPA

ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang

disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun riketsia tanpa atau disertai

radang parenkim paru. ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang

terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan baik atas maupun bawah yang

disebabkan oleh jasad remik atau bakteri, virus maupun riketsia tanpa atau disertai

radang dari parenkim.

Yang menjadi fokus di program kesehatan pada penyakit ISPA adalah

pneumonia, hal ini dikarenakan peneumonia merupakan salah satu penyebab

kematian pada anak. Peneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan

paru (alveoli).

Di Puskesmas Raya pada tahun 2019, ISPA merupakan termasuk dalam

jumlah penyakit terbanyak dari 10 jenis penyakit yang ada yaitu sebanyak 92 kasus.

Sedangkan kasus penumonia tidak di jumpai di wilayah kerja Puskesmas Raya

Kecamatan Singkep Barat.

3.2.2.5 KUSTA

Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh

kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan

tubuh lainnya. Strategi global WHO menetapkan indikator Eliminasi Kusta adalah

angka penemuan penderita (New Case Detection Rate,NCDR) yang menggantikan

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 24


indikator utamanya yaitu angka penemuan penderita terdaftar (prevalensi rate <

1/10.000 penduduk).

Penyakit kusta dibagi menjadi dua jenis penyakit yaitu Paucibacillary (PB)

dan Multibacillary (MB). Ciri-ciri tipe Paucibacillary adalah lesi kulit (macula datar,

papula yang ,meninggi, nodus) dengan jumlah satu sampai lima lesi,

hipopigmentasi/eritema, distribusi tidak simetris, hilang sensasi yang jelas, terjadi

kerusakan syaraf hanya satu cabang dan memerlukan waktu pengobatan 6 bulan.

3.2.3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

3.2.3.1. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang terjadi pada

neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang dapat dicegah namun dapat berakibat

fatal, yang disebabkan oleh produksi eksotoksin dari kuman Clostridium tetani gram

positif, dimana kuman ini mengeluarkan toksin yang dapat menyerang sistem syaraf

pusat.

Di Puskesmas Raya berdasarkan laporan dari seluruh Pustu/Polindes yang ada

di wilayah kerja Puskesmas Raya tidak ada dijumpai adanya laporan mengenai kasus

Tetanus Neonatorum.

3.2.3.2. Campak

Campak (Morbili) adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan

3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium

konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak

koplik.Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan

gejala-gejala utama ringan, ruam demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 25


Morbili merupakan penyakit akut yang mudah sekali menular dan sering

terjadi komplikasi yang serius. Hampir semua anak di bawah 5 tahun di negara

berkembang akan terserang penyakit ini, sedangkan di negara maju biasanya

menyerang anak usia remaja atau dewasa muda yang tidak terlindung oleh imunisasi.

Berdasarkan laporan dari seluruh Pustu/Polindes yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Raya, pada tahun 2019 tidak terdapat kasus campak di Kecamatan

Singkep Barat.

3.2.3.3. Difteri

Difteri adalah suatu infeksi akut pada saluran pernafasan. Lebih sering

menyerang anak-anak. penyakit ini akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari

Corynebacterium diphtheriae. Kuman difteri disebarkan oleh menghirup cairan dari

mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang

terkontaminasi, dan dari susu yang terkontaminasi penderita.

Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas dan

menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan sangat lemah. Kelenjar

getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan (membran) tebal terbentuk

menutupi belakang kerongkongan atau jika dibuangkan menutup saluran pernapasan

dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.

Untuk kasus difteri dari laporan beberapa tahun ini di Puskesmas Raya tidak

dijumpai adanya kasus difteri tersebut.

3.2.3.4. Polio/AFP

Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Ini

menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 26


jam. Individu yang terkena polio mempunyai gejala demam disertai lumpuh layuh

mendadak dan pada pemeriksaan tinja ditemukan virus polio. Individu tersebut bisa

carier dimana virus hidup di ususnya dalam waktu cukup lama untuk menularkan

pada individu lain. Sekitar 4 sampai 8 persen infeksi poliovirus tidak menimbulkan

gejala semn rius, hanya gejala minor seperti sakit tenggorokan, demam,

lemah,gangguan pencernaan (sembelit) dan gejala umum lainnya seperti pada

penyakit yang disebabkan oleh virus.

Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini menular

melalui air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan selalu menyerang anak

balita. Polio dapat dicegah secara efektif dengan vaksin polio oral. Vaksin ini aman

bahkan untuk anak yang sedang sakit sekalipun. Anak yang menerima dosis vaksin

berkali-kali akan terlindungi seumur hidup.

Sekitar 1 % hingga 2 % individu yang terinfeksi berkembang menjadi

poliomyelitis nonparalitik meningitis aseptik dengan kekakuan sementara pada leher,

punngung atau kaki. Sedikitnya 2 % dari semua korban infeksi polio akan menjadi

lumpuh. Polio tidak dapat diobati, penyakit ini hanya bisa dicegah melalui imunisasi.

Vaksin polio diberikan berkali-kali, untuk melindungi seorang anak dalam hidupnya.

Eradikasi polio adalah salah satu cara untuk menghentikan transmisi virus polio ke

manusia. Strategi Eradikasi Polio diantaranya imunisasi rutin yang tinggi pada

imunisasi dasar dan Pekan Imunisasi Nasional.

AFP ( Accute Flaccid Paralysis ) adalah kondisi yang abnormal ditandai

dengan melemahnya, lumpuhnya atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab yang

jelas. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit atau trauma yang mempengaruhi syaraf

yang berhubungan otot. AFP ini sering juga dijelaskan sebagai tanda cepat

munculnya serangan otot seperti penyakit polio.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 27


Di Puskesmas Raya pada tahun 2019 juga tidak dijumpai adanya laporan

kasus AFP.

3.2.4. Penyakit Potensi KLB/Wabah

Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare merupakan penyakit yang

berpotensi KLB/Wabah di Indonesia. Karena DBD sering menyebabkan kematian

begitu juga dengan diare.

3.2.4.1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang

disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui

gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat

menyebabkan demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus

Flavivirus, famili Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis

dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembap.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100

juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.

Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda

tergantung usia pasien. Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah

demam dan munculnya ruam. Sedangkan pada pasien usia remaja dan dewasa, gejala

yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri

pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta munculnya ruam pada kulit.

Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan keping darah atau

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 28


trombosit (trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi pada pasien demam

berdarah. Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan yang

meliputi mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna, kencing berdarah

(haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia).

Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya

menunjukkan gejala seperti penderita demam berdarah klasik ditambah dengan

empat gejala utama, yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik atau pendarahan

hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran hati dan kegagalan sistem sirkulasi

darah. Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di bawah

kulit yang membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan peningkatan

jumlah sel darah merah juga sering ditemukan pada pasien DBD.

Salah satu karakteristik untuk membedakan tingkat keparahan DBD sekaligus

membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya kebocoran plasma

darah. Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami

penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien akan terus berkeringat, sulit tidur, dan

mengalami penurunan tekanan darah. Bila terapi dengan elektrolit dilakukan dengan

cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan cepat setelah mengalami masa kritis.

Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan kematian.

Di wilayah kerja Puskesmas Raya dijumpai kasus DBD yaitu di desa bukit

belah dan desa langkap.

3.2.4.2. Diare

Diare adalah penyakit yang dapat terjadi akibat kebersihan lingkungan yang

kurang. Diare dapat menyebabkan sindrom iritasi usus atau penyakit kronis lainnya

dari usus besar. Pengertian Diare yaitu adalah buang air besar encer lebih dari 3 x

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 29


sehari. Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal

yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau

tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada

lambung atau usus.

Diare terbagi 2 macam, yaitu : Diare Akut (diare yang terjadi secara

mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat) dan Diare Kronik (diare yang

berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan kehilangan BB atau BB tidak

bertambah selama masa diare tersebut).

Penyebab timbulnya diare adalah gangguan makanan yang tidak dapat

diserap dan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Akibat dari diare adalah

kehilangan air dan elektrolit yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan

gizi, hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

Gambaran kasus diare di Puskesmas Raya dapat dilihat pada gambar 3.7

dibawah ini : Gambar 3.7

Jumlah Kasus Diare Di Puskesmas Raya Tahun 2019

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 30


DIARE
6 6 6
6
5
5
4
4
3 3
3 DIARE
2 2
2
1 1
1
0
0

Sumber: Bidang P2PL Puskesmas Raya Tahun 2019

Secara keseluruhan, pada tahun 2019 terjadi penurunan kasus diare,. Hal ini

menunjukan keberhasilan dalam usaha promosi kesehatan, seperti kita ketahui

bersama bahwa prilaku masyarakat dan lingkungan sangat berperan penting sebagai

penyebab terjadi kasus diare.

3.2.5. Filariasis

Filariasis atau yang sering kita sebut dengan Penyakit Kaki Gajah adalah

penyakit infeksi yang bersifat menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan

ditularkan oleh nyamuk. penyakit ini dapat menimbulkan cacat menetap berupa

pembesaran kaki, lengan, kantung buah zakar, payudara dan kelamin wanita.

WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global (The Global Goal of

Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020).

Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan massal dengan DEC dan

Albendazol setahun sekali selama 5 tahun dilokasi yang endemis dan perawatan

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 31


kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatan dan

mengurangi penderitanya.

Di wilayah kerja Puskesmas Raya tidak ditemukan kasus Filariasis

3.3. STATUS GIZI

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan

kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu

pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.

Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan,

pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan.

Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang,

kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan

pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh

makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi

masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk

memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah

gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan,

pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih

didominasi oleh masalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita,

Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat

Kekurangan Yodium (GAKY), dan masalah Kurang Vitamin A (KVA).

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 32


3.3.1. Berat Badan Lahir Rendah

Kelahiran bayi prematur BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan utama

dalam masyarakat dan merupakan penyebab utama kematian neonatal serta gangguan

perkembangan saraf dalam jangka panjang. Penelitian epidemiologi dan mikrobiologi-

imunologi akhir-akhir ini telah mengatakan bahwa penyakit periodontal dapat menjadi

faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur BBLR. Mekanismenya mencakup

perpindahan patogen periodontal ke jaringan plasenta serta aksi dari lipopolisakarida dan

mediator inflamasi.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan

disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang

terhadap kehidupannya dimasa depan. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah

kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, status gizi ibu dan lain-lain.

Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin

juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.

Gambar 3.8 dibawah ini menunjukan jumlah Bayi berat lahir rendah pada

tahun 2019 di Puskesmas Raya.

Gambar 3.8
Jumlah BBLR Di Puskesmas Raya Tahun 2019

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 33


BBLR
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5 BBLR
0.4
0.3
0.2
0.1
0

Sumber: Program Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

Gambar 3.8 diatas menunjukan bahwa di Puskesmas Raya tidak terjadi kasus

BBLR dimana pada tahun 2019 di wilayah kerja Puskesmas Raya tidak terdapat

kasus BBLR.

3.3.2. Status Gizi Balita

Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran

antropometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat

Badan per Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan per Umur (TB/U).

Dalam penilaian status gizi harus ada ukuran baku. Baku antropometri yang

digunakan antara lain baku rujukan WHO-NCHS yang dipublikasikan oleh WHO

sebagai pembanding dan penilaian status gizi. Untuk klasifikasi status gizi

berdasarkan baku antropometri perlu adanya batasan-batasan tertentu. Salah satu cara

penyajian indeks antropometri adalah penggunaan Z –score, karena dengan Z –score

hasil status gizi yang diluar batas masih dapat dideteksi, hasil perhitungan telah

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 34


dibakukan menurut simpangan baku sehingga dapat dibandingkan untuk setiap

kelompok umur dan indeks antropometri.

Timbulnya masalah balita gizi buruk  disebabkan oleh berbagai macam faktor

yang sangat kompleks. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi secara langsung

maupun tidak langsung. Faktor yang langsung mempengaruhi antara lain penyakit

dan asupan gizi, yang keduanya dipengaruhi oleh pola asuh, kondisi ekonomi dan

lingkungan.

Gambar 3.9

Jumlah Balita Gizi Buruk di Puskesmas Raya Tahun 2019

Balita Gizi Buruk


2
1.8
1.6
1.4
1.2
1 Balita Gizi Buruk
0.8
0.6
0.4
0.2
0

Sumber: Bidang Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

Dari gambar 3.9 diatas dapat dilihat bahwa jumlah balita Gizi buruk di

Puskesmas Raya pada tahun 2019 terdapat 6 orang. Dalam menangani masalah gizi

buruk tersebut, Puskesmas Raya bersama Dinas Kesehatan melaksanakan suatu

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 35


kegiatan yaitu pemberian tambahan makanan dan vitamin pada gizi buruk,

pemberian bahan makanan lokal, demonstrasi pembuatan makanan lokal dan

konseling peningkatan pengetahuan gizi ibu balita serta dilakukan perawatan pada

kasus gizi buruk tersebut baik melalui rawat jalan maupun rawat inap.

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat

dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan

yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah

kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan

kesehatan perorangan.

4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 36


Pendekatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) secara global

telah diakui sebagai pendekatan yang tepat dalam mencapai kesehatan bagi semua

dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan yang responsif. Bila dipahami, PHC

adalah kontak pertama individu, keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan

kesehatan, maka pengertian ini sesuai dengan salah satu substansi SKN 2009 yang

menyatakan bahwa, Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar dimana

terjadi kontak pertama perorangan atau masyarakat dengan pelayanan kesehatan

sebagai proses awal pelayanan kesehatan langsung maupun pelayanan kesehatan

penunjang, dengan mekanisme rujukan timbal-balik. Termasuk penanggulangan

bencana dan pelayanan gawat darurat. Pelaku PHC adalah Pemerintah dan/atau

Swasta. Di jajaran Pemerintah, PHC dilaksanakan oleh Puskesmas dan jejaringnya.

Sedangkan di kalangan swasta, PHC dilaksanakan oleh dokter praktik, bidan praktik,

dan bahkan oleh pengobat tradisional (Battra).

4.1.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Banyak

faktor yang mempengaruhinya baik faktor didalam maupun diluar kesehatan. Dari

segi medis sebenarnya sudah diketahui usaha-usaha preventif dan pengobatan yang

mampu menolong wanita hamil, bersalin, bayi dan balita sehingga dapat terhindar

dari bahaya kematian. Hanya saja sistem pelayanan terhadap hal ini terasa masih

kurang memadai. Adapun faktor-faktor diluar kesehatan antara lain: kemiskinan,

kurang memadainya pelayanan kesehatan, keterbatasan sarana transportasi, situasi

geografi yang sulit, komunikasi antar lokasi pemukiman yang sulit terjangkau,

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 37


rendahnya tingkat pendidikan wanita, keterbatasan jumlah tenaga terlatih dan

profesional serta etos kerja yang masih rendah.

Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan antenatal, pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan, pelayanan terhadap ibu hamil

risiko tinggi yang dirujuk, kunjungan neonatus, dan kunjungan bayi.

4.1.1.1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Pelayanan kesehatan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan

kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa

kehamilannya sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik

berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat

dari cakupan pelayanan K1 dan K4.

Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan

gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas

pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah

gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai

standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada

trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.

Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada

ibu hamil.

Bahwa pada tahun 2019 persentase Cakupan K1 dan Cakupan K4, cakupan K1

mencapai 86,8% dan K4 mencapai 84,8% maka pencapaiannya untuk cakupan K1

sudah mendekati target sedangkan cakupan untuk K4 belum mencapai target yang

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 38


telah ditentukan. Untuk mencapai target yang telah ditetapkan, terdapat beberapa hal

yang perlu dilakukann dan perlu ditingkatkan salah satu diantaranya adalah system

pencatatan dan pelaporan dari tingkat dasar (pustu/polindes) maupun puskesmas

induk dan dalam hal ini perbandingan antara besarnya angka sasaran ibu hamil dan

jumlah real ibu hamil yang ada di desa dapat berpengaruh dalam angka pencapaian

cakupan.

4.1.1.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi

Kebidanan

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar

terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan

tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan

(profesional).

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Raya pada tahun 2017 mencapai 20%. Sedangkan pada tahun 2019,

jumlah cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurun menjadi 20%. Gambaran

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan ini menurun persentasenya dan belum

memenuhi target yang telah ditetapkan. Gambaran cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan tahun 2019 dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini :

Gambar 4.1
Persentase Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Di Puskesmas Raya Tahun 2019

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 39


Chart Title

20.4
20.4

KOMPLIKASI KEBIDANAN

2017 2018

Sumber : Bidang Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

Gambar 4.2
Persentase Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan per Desa
Di Puskesmas Raya Tahun 2019

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 40


Kel. Raya M. Tua S. raya S. Harapan B. Belah K. Raya
Tinjul S. Buluh Langkap Bakong Jagoh Tg. Irat

29

23
22

18
16
15
14
12
11
9
7
6

Cakupan Persalinan Oleh Nakes

Sumber : Bidang Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

Dari gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan di Desa Tanjung Irat yang mencapai target 100 %. Bagi desa – desa yang

lain hal ini perlu mendapat perhatian dari petugas kesehatan tentang bagaimana

caranya untuk mengajak masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan serta

membina rasa percaya dan kerja sama antara masyarakat dengan petugas kesehatan

yang ada di wilayah kerja Puskesmas Raya Kecamatan Singkep Barat.

4.1.1.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6

jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini

komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas

dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan waktu:

1).Kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 7 hari;

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 41


2).Kunjungan nifas kedua (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; dan

3). Kunjungan nifas ketiga (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan.

Pelayanan yang diberikan meliputi: 1). Pemeriksaan tekanan darah, nadi,

respirasi dan suhu; 2). Pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3). Pemeriksaan lokhia dan

pervaginam lainnya; 4). Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, 5).

Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2x (2x24 jam), dan 6). Pelayanan

KB pasca persalinan.

Persentase cakupan persalinan ibu nifas di Puskesmas Raya tahun 2019

sebesar 74,7%. Jumlah tersebut menurun dibandingkan pada tahun 2015 yang

mencapai target 100%. Persentase cakupan persalinan ibu nifas di Puskesmas Raya

tahun 2019 dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini.

Gambar 4.3

Persentase Cakupan Persalinan Ibu Nifas

Di Puskesmas Raya 2019

76%

76%

75% 2017
2018
75%

74%

74%

73%
IBU NIFAS

Sumber: Bidang Kesga Puskesmas RayaTahun 2019

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 42


Gambar 4.3 diatas menunjukan bahwa, target Puskesmas Raya tahun 2019

belum tercapai. Hal ini perlu mendapat perhatian tentang system pencatatan dan

pelaporan dari tingkat dasar (pustu/polindes) maupun puskesmas induk dan dalam

hal ini perbandingan antara besarnya angka sasaran ibu bersalin/ ibu nifas dan jumlah

real ibu bersalin yang ada di desa dapat berpengaruh dalam angka pencapaian

cakupan.

Gambar 4.4 dibawah menggambarkan pencapaian cakupan persalinan ibu

nifas di polindes/ pustu di Kecamatan Singkep Barat pada tahun 2019.

Gambar 4.4

Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Nifas per Desa

Di Kecamatan Singkep Barat Tahun 2019

Ibu Nifas
Kel. Raya M. Tua S. raya S. Harapan B. Belah
K. Raya Tinjul S. Buluh Langkap Bakong
100%

85% 88%
80%
76% 73%
72% 70%
68%
60%

Series 1

Sumber: Bidang Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

4.1.1.5. Kunjungan Neonatus

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 43


Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki

risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk

mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0 – 28 hari) minimal

dua kali, satu kali pada umur 0 – 7 hari dan satu kali pada umur 8 – 28 hari. Dalam

melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan

pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.

Gambar 4.5

Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap per Desa

Di Puskesmas Raya Tahun 2019

100.0%
78.0% 100.0%
77.0%
80.0% 100.0%
70.0%
60.0% 72.0% 91.0%
79.0%
50.0% 92.0%
40.0%
68.0% 70.0%
20.0%
0.0%

Sumber : Bidang Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

Dari gambar 4.5 diatas menunjukan bahwa penyebaran cakupan kunjungan

neonatus lengkap secara keseluruhan sudah mencapai 77% dan telah memenuhi

indikator cakupan target Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga yaitu 76 %.

4.1.1.6. Kunjungan Bayi

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 44


Gambaran persentase kunjungan bayi di Puskesmas Raya pada tahun 2019

sudah mencapai 87,3%. Gambaran persentase kunjungan tersebut dapat dilihat pada

gambar 4.7 dibawah ini.

Gambar 4.6

Cakupan Kunjungan Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Raya Tahun 2019

Chart Title
Kel. Raya M. Tua S. Raya S. Harapan B. Blah K. Raya
Tinjul S. Buluh Langkap Bakong Jagoh T.Irat
138%
123%
106%
100% 100% 100% 96%
90% 87% 90% 90%
82% 83% 84%
77% 73%
69% 66% 72% 70%
64% 64% 62%
52%

2017 2018

Sumber: Bidang Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

4.1.2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah

Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan

pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra

sekolah, pemeriksaan anak Sekolah Dasar/Sederajat, serta pelayanan kesehatan pada

anak remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga

terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS, dan dokter kecil.

4.1.3. Pelayanan Keluarga Berencana

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 45


Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan

melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui peserta KB Aktif, kelompok

sasaran program yang sedang menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan serta

jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.

Gambar 4.7

Persentase Cakupan Peserta KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Raya

Tahun 2019
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF

70.0%

60.0%

50.0%

40.0%

30.0%

20.0%

10.0%

0.0%
2018

Sumber: Pengelola KB Puskesmas Raya Tahun 2019

Pada gambar 4.7 di atas, terlihat bahwa Cakupan Peserta KB Aktif tahun

2019 belum mencapai terget 75%.

4.1.4. Pelayanan Imunisasi

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 46


Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan

proyeksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila

cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah

tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd

immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan Immunisasi

(PD3I). Dalam hal ini Pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah

administrasi desa/kelurahan.

UCI Desa merupakan indikator penting dalam program imunisasi. Target UCI

tahun 2019 adalah >80 %, artinya target UCI tercapai bila minimal 91,7 %

desa/kelurahan di setiap desa telah memenuhi target imunisasi campak sebagai

imunisasi rutin terakhir. Cakupan UCI wilayah kerja Puskesmas Raya tahun 2019

adalah 12 Desa. Itu berarti cakupan UCI diwilayah kerja Puskesmas Raya pada tahun

2019 belum mencapai 100%.

Gambar 4.9

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 47


Persentase Cakupan Desa/ Kelurahan UCI di Wilayah Kerja Puskesmas RayaTahun

2019

100%

90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
2017 2018

Sumber: Pengelola Imunisasi Puskesmas Raya Tahun 2019

4.1.5. Perbaikan Gizi Masyarakat

4.1.5.1 Pemantauan Pertumbuhan Balita

Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui

pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui kegiatan

penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan langsung

terhadap penampilan fisik balita yang berkunjung di fasilitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan data tahun 2017 persentase jumlah balita yang ditimbang sebesar

45,1%. Sedangkan pada tahun 2019 terjadi Persamaan persentase yaitu sebesar

45,1%. Hal ini perlu mendapat perhatian dari kader dan petugas posyandu yang ada

untuk mengajak masyarakat membawa balitanya rutin setiap bulan ke posyandu

untuk dilakukan penimbangan dan pemantauan tumbuh kembang balita.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 48


Gambar 4.19

Persentase Balita Ditimbang di Wilayah Kerja Puskesmas Raya Taun 2019

45.10% 45.10%
50.00%
45.00%
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
2017 2018

Balita Ditimbang

Sumber: Pengelola Gizi Puskesmas RayaTahun 2019

4.1.5.2 Pemberian Kapsul Vitamin A

Vitamin A merupakan zat gizi penting bagi manusia terutama untuk

kesehatan mata. Selain itu, Vitamin A juga dibutuhkan untuk meningkatkan daya

tahan tubuh. Anak-anak yang cukup mendapatkan vitamin A tidak mudah terkena

penyakit seperti diare, campak ataupun infeksi lainnya.

Berikut ini gambaran persentase pemberian vitamin A pada bayi, balita dan

ibu nifas di Puskesmas Raya tahun 2019.

Gambar 4.10

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 49


Persentase Pemberian Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas

Per Wilayah Kerja Puskesmas Raya Tahun 2019

Chart Title
100%
90%
80%
70%
60%
50%
Axis Title 40%
30%
20%
10%
0%

Sumber: KESGA dan Gizi Puskesmas Raya Tahun 2019

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa cakupan pemberian vitamin A pada

Bayi dan Balita belum mencapai 100%. Sedangkan pemberian Vitamin A pada ibu

nifas belum mencapai 100%. Hal ini perlu dipertahankan dan tetap memperhatikan

pemberian vitamin A pada bayi balita serta ibu nifas agar mendapatkan vitamin A.

4.1.5.3. Pemberian Tablet Besi

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan

layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa

sebab, diantaranya karena anemia. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan

penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain.

Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia

gizi besi.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 50


Persentase ibu hamil yang mendapat tablet Fe1 dan Fe3 wilayah kerja

Puskesmas Raya pada tahun 2019 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.11

Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe dan Fe3

Perwilayah Kerja Puskesmas Tahun 2019

100.0%
100.0% 100.0%
100.0% 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
87.0%
87.0%86.0% 89.0%87.0%
86.0% 84.0% 85.0% 85.0%
90.0% 83.0% 80.0% 78.0%
83.0%
76.0%
80.0% 70.0%
70.0% 61.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%

Table Fe1 Tablet Fe3

Sumber: KESGA Puskesmas Raya Tahun 2019

4.1.5.4. Bayi Keluarga Miskin yang mendapatkan Makanan Pendamping ASI

(MP-ASI)

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 51


Untuk mencegah terjadinya gizi kurang sekaligus mempertahankan gizi baik

pada keluarga miskin, maka program pemberian MP-ASI berbahan baku lokal

merupakan alternatif terbaik. Walaupun saat ini makanan bayi komersial banyak

dijual di pasar, namun bagi keluarga miskin, produk ini bisa menjadi barang mewah

yang sulit dijangkau untuk jangka waktu yang relatif lama. Dengan bahan pangan

lokal diperoleh harga yang murah, mudah didapat dan lebih bervariasi. Syarat MP-

ASI yang perlu dipenuhi agar kebutuhan zat gizi bayi atau anak dapat terpenuhi

harus mengandung cukup energi baik mutu maupun jumlahnya bagi setiap kelompok

umur, memiliki nilai suplementasi yang baik, mangandung vitamin dan mineral

dengan jumlah yang cukup dan diterima dengan baik oleh bayi.

Di Puskesmas Raya, pemberian MP-ASI difokuskan pada bayi balita dengan

status gizi kurang dan gizi buruk.Hal ini karena mempertimbangkan jumlah distribusi

bantuan yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga tidak mencukupi

bila diberikan ke semua bayi balita dari keluarga miskin. Dengan harapan bayi balita

dengan status gizi kurang maupun gizi buruk bisa berubah ke status gizi baik.

4.1.5.5. Bayi Yang Mendapat ASI-Eksklusif

ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6

(enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau

minuman lain.

Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012.  Tentang Pemberian  Air Susu Ibu

Eksklusif.  PP Pemberian ASI Eksklusif ini  merupakan  penjabaran dari Undang-

Undang Kesehatan  nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 129, ayat 1

“Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 52


bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif”. Dan ayat 2: “ketentuan lebih

lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah”.

Berdasarkan data Puskesmas Raya Tahun 2017, persentase cakupan bayi yang

mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 20,5%. Sedangkan pada tahun 2019,

persentase cakupan bayi yang mendapat ASI ekslusif menurun menjadi 20,5%. Hal

ini perlu ditingkatkan lagi dengan melakukan penyuluhan tentang ASI Ekslusif

secara intensif melalui kegiatan-kegiatan seperti kegiatan kelas ibu hamil dan kelas

ibu balita agar persentase cakupan bayi yang mendapat ASI ekslusif meningkatkan

pada tahun yang akan datang.

4.1.6. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang

Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan

bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat

inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang

mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Sarana pelayanan di

Puskesmas Raya telah dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar

bagi kunjungan rawat jalan.

Pada tahun 2019, cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat

miskin mencapai 6375 orang, sedangkan cakupan untuk pelayanan kasus rujukan

masyarakat miskin ke rumah sakit kabupaten/ provinsi sebnayak 300 orang.

4.1.6.1. Ibu Hamil Resiko Tinggi (Risti)/Komplikasi Yang Ditangani

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 53


Pada tahun 2015 jumlah ibu hamil risti sebanyak 66 orang dari 330 ibu

hamil yang ada dan yang mendapat penanganan dari tenaga kesehatan sebanyak 79

orang (> 100%). Sedangkan pada tahun 2019, dari 314 ibu hamil diestimasikan ada

63 orang ibu hamil risti. Namun pada kenyataannya terdapat 34 orang ibu hamil risti

yang telah mendapatkan penanganan di Puskesmas Raya.

Persentase Ibu Hamil Resiko Tinggi/Komplikasi yang ditangani tahun 2019

dapat dilihat pada gambar 4.12 berikut :

Gambar 4.12

Ibu Hamil Resti/Komplikasi

Yang Ditangani Perwilayah Kerja Puskesmas Raya Tahun 2019

40

35

30

25

20

15

10

Sumber: Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

Berdasarkan gambar 4.12 di atas menunjukkan bahwa penanganan kasus

risiko tinggi pada ibu hamil di 11 desa dan 1 Kelurahan pelayanannya harus

diperhatikan lagi. Hal ini perlu jadi perhatian agar tidak terjadi kasus kematian ibu/

maternal.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 54


4.1.6.2. Neonatus Resiko Tinggi (Risti)/Komplikasi Yang Ditangani

Pada tahun 2019 jumlah estimasi neonatus resti sebanyak 52 orang dari 260

ibu hamil yang ada dan jumlah real yang mendapat penanganan dari tenaga

kesehatan sebanyak 10 orang (100%).

Persentase neonatus yang ditangani tahun 2019 dapat dilihat pada gambar

4.14 berikut:

Gambar 4.13

Neonatus Resti/Komplikasi

Yang Ditangani Perwilayah Kerja Puskesmas Raya Tahun 2019

30

25

20

15

10

Sumber: Kesga Puskesmas Raya Tahun 2019

4.1.7. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 55


Puskesmas Raya merupakan puskesmas rawat jalan. Puskesmas Raya memiliki

kemampuan dalam pelayanan rawat jalan. Pelayanan tersebut diberikan 6 jam 30 menit

kepada masyarakat Kecamatan Singkep Barat. Untuk mendukung pelayanan yang

diberikan tersebut maka dibutuhkan sarana dan prasaran penunjang serta tenaga

kesehatan yang memadai agar pelayanan yang diberikan dapat optimal dan maksimal.

4.1.8. Pelayanan Kesehatan Gigi

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Salah satu program upaya kesehatan

pengembangan di puskesmas adalah program kesehatan gigi dan mulut. Program

upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terdiri atas pelayanan kesehatan gigi di

balai pengobatan gigi, usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS), dan usaha kesehatan

gigi masyarakat (UKGM).

Pelayanan medik gigi dasar yang diberikan di puskesmas adalah tumpatan

gigi tetap dan gigi sulung, perawatan saluran akar, pencabutan gigi tetap dan gigi

sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi

abses, dan operkulektomi.

Pada tahun 2019, Puskesmas Raya dalam hal ini tidak terdapat kendala bearti

karena sarana, prasarana alat kedokteran gigi dan dokter gigi sudah ada di puskesmas

Raya.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 56


4.1.9. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JKN )

Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan

Pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin.

Dalam hal tersebut diselenggarakan dalam mekanisme Jaminan Kesehatan Nasional,

dengan sasaran program masyarakat miskin dan masyarakat tidak mampu.

Tujuan penyelenggaraan Jamkesmas yaitu untuk meningkatkan akses dan

mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu

agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

4.1.10. Pelayanan Kesehatan Usila

Pelayanan kesehatan juga dilakukan secara khusus kepada kelompok Pra Usia

Lanjut dan Usia Lanjut, dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami

gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Di Kecamatan Singkep

Barat pada tahun 2019 terdapat 1176 orang lansia ( > 60 tahun ) dan yang mendapat

pelayanan kesehatan hanya 677 orang atau sekitar 57 % dari jumlah total lansia yang

ada di Kecamatan Singkep Barat. Hal ini dimungkinkan masih kurang maksimalnya

promosi atau penyuluhan, sehingga kemauan Usila untuk memeriksakan

kesehatannya masih rendah.

Gambaran cakupan pelayanan USILA di Puskesmas Raya tahun 2019 dapat

dilihat pada gambar 4.15 dibawah ini.

Gambar 4.14

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 57


Persentase Cakupan Pelayanan USILA di Puskesmas Raya Tahun 2019

160

140

120

100

80

60

40

20

Sumber: Pengelola Program USILA Puskesmas Raya Tahun 2019

4.2. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

4.2.1. Rawat Jalan

Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan

bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat

inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang

mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Unit rawat jalan Puskesmas

Raya terdiri dari UGD serta beberapa poli seperti Poli Umum, Poli KIA, Poli

Geriatri, Poli Pediatrik, serta Poli Gigi.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 58


4.2.2. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan

Pemeriksaan laboratorium dan radio diagnostik merupakan pelayanan

kesehatan penunjang dalam menegakkan diagnosa penyakit. Puskesmas Penuba

dilengkapi dengan beberapa peralatan laboratorium sederhana untuk menunjang

pelayanan, namun Puskesmas Raya belum mempunyai tenaga laboratorium sehingga

pelayanan di unit penunjang laboratorium belum terlaksana dengan maksimal.

4.2.3. Pelayanan Kefarmasian

Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut

dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat

generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat. Ketersediaan obat sesuai

kebutuhan di Puskesmas Raya tahun 2019 masih bervariasi.

Untuk pelayanan kefarmasian, Puskesmas Raya mempunyai apotek yang

melayani rawat jalan serta gudang obat untuk penyimpanan obat-obatan. Untuk

tenaga kefarmasian, Puskesmas Raya memiliki satu orang asisten apoteker.

4.3. PERILAKU HIDUP BERMASYARAKAT

4.3.1. Rumah Tangga Ber-PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang di

praktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

seseorang atau keluarga mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 59


Jadi PHBS merupakan wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu

mempraktikkan PHBS.

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Gambar 4.15

Jumlah Pemantauan Rumah Tangga Ber-PHBS

di Puskesmas Raya tahun 2019

500
450
400
350
300
250
DIPANTAU
200
BER PHBS
150
100
50
0

Sumber: Promkes Puskesmas Raya Tahun 2019

Dari gambar 4.15 diatas dapat dilihat bahwa masih belum maksimal dalam

melaksanakan pemantauan rumah tangga yang ber-PHBS. Hal ini dimungkinkan

karena letak geografis kepulauan. Selain itu, rendahnya rumah tangga yang ber-

PHBS dapat menjadi salah satu penyebab tingginya kasus ISPA di Puskesmas Raya.

Untuk mengatasi hal diatas maka perlu peningkatan kegiatan-kegiatan penyuluhan

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 60


kesehatan dengan harapan rumah tangga ber-PHBS meningkat ditahun yang akan

datang.

4.3.2. Posyandu Aktif

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh

pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Meski memiliki peran kunci dalam peningkatan status kesehatan masyarakat

dan  menurunkan angka kematian ibu dan anak, di wilayah kerja Puskesmas Raya

pos pelayanan terpadu (posyandu) sudah berfungsi aktif di setiap desa.

Gambar 4.16

Jumlah Posyandu Yang Aktif di Puskesmas Raya tahun 2019

2.5

1.5
POSYANDU
AKTIF
1

0.5

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 61


Sumber: Gizi Puskesmas Raya Tahun 2019

Dari gambar 4.16 diatas dapat dilihat bahwa semua posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Raya sudah aktif. Untuk meningkatkan kinerja di setiap posyandu perlu

dilakukan berbagai hal diantaranya mengikuti pelatihan kader yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus dedikasi kader agar timbul

kepercayaan diri untuk dapat melaksanakan tugas sebagai kader dalam melayani

masyarakat di posyandu. Selain itu juga perlu memperkuat dukungan pendamping dan

pembinaan oleh tenaga professional dan tokoh masyarakat.

4.4. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Upaya pembinaan kesehatan lingkungan diarahkan pada masyarakat dan

institusi yang memiliki potensi pengancam kesehatan masyarakat yang dilakukan

secara berkala. Kegiatan pembinaan dimaksud mencakup upaya pemantauan,

penyuluhan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi

dasar (air bersih dan jamban), pengelolaan sampah, sirkulasi udara, pencahayaan, dan

lain-lain.

Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi

kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah

setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai

tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat

dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang

sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni Rumah sehat

adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga

memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang

optimal.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 62


Dalam hal ini mungkin disebabkan kurang aktifnya petugas sanitasi dan

kekurangan tenaga sanitasi itu sendiri di puskesmas. Sedangkan persentase rumah

sehat pun masih rendah, dari data yang ada kecenderungan masih kurangnya teliti

dalam pengolahan data. Gambaran persentase rumah sehat di Puskesmas Raya dapat

dilihat pada gambar 4.17 dibawah ini.

Gambar 4.17

Persentase Pemantauan Rumah Sehat di Puskesmas Raya tahun 2019

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Sumber: Program Promkes Puskesmas Raya Tahun 2019

Persentase pencapaian rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Raya tahun

2019 sudah sangat baik..

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 63


BAB V

SUMBER DAYA KESEHATAN

Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi

sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan, yang dapat dilihat

pada bab ini, adalah sebagai berikut:

5.1. SARANA KESEHATAN

Pada bab ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya puskesmas, pustu

polindes, sarana Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM), dan

institusi pendidikan tenaga kesehatan.

5.1.1. Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah unit fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat

diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan

menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,

dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan

tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk

masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan

mutu pelayanan kepada perorangan.

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Secara umum, mereka harus memberikan

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 64


pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya

kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas

dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan.

Pada 2019, jumlah puskesmas yang ada di Kecamatan Singkep Barat

berjumlah 1 (satu) yaitu Puskesmas Raya dan merupakan puskesmas rawat Inap yang

siap memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kondisi geografis Kecamatan Singkep Barat yang tidak merata dan dikelilingi

oleh perbukitan dan perairan menyebabkan akses masyarakat untuk ke Puskesmas

Raya sedikit terganggu. Oleh karena itu, dari 11 desa dan 1 kelurahan yang ada di

Kecamatan Singkep Barat terdapat 5 buah Pustu dan 9 buah Polindes sehingga

masyarakat masih bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal.

Gambar 5.1

Jumlah Pustu dan Polindes Di Puskesmas Raya Tahun 2019

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

Sumber: Puskesmas Raya Tahun 2019

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 65


Gambar 5.1 diatas menunjukkan bahwa puskesmas induk yaitu Puskesmas

Raya terletak di Kelurahan Raya. Sedangkan Pustu, Polindes dan Poskesdes terletak

di wilayah Desa yang tersebar di Kecamatan Singkep Barat.

5.1.2 Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat

Kesehatan adalah impian semua penduduk di muka bumi ini, tak terkecuali

Indonesia. Indonesia bahkan telah dua kali mencanangkan program Indonesia Sehat.

Yang pertama pada 2010, dimana indikator untuk menuju kearah Indonesia sehat

masih belum terpenuhi dan kemudian diperbaharui menjadi Indonesia Sehat 2015.

Ada lima puluh indikator yang terangkum dalam beberapa garis besar

diantaranya penurunan angka kematian, penurunan angka kesakitan, peningkatan

status gizi, perbaikan sanitasi dasar, perilaku hidup bersih dan sehat, penyebaran

tenaga kesehatan yang mencakup aksesabilitas pelayanan kesehatan. Untuk

memenuhi inidikator-indikator tersebut tentunya Kementrian Kesehatan telah

menyusun berbagai staregi. Termasuk salah satunya Desa Siaga.

Desa siaga adalah kondisi dimana suatu desa dianggap mampu dan mau

untuk mengetahui dan mengatasi permasalah kesehatan di wilayahnya sehingga

diharapkan kondisi-kondisi kesehatan yang ada dapat tertanggulangi. Logikanya, jika

unit terkecil dalam pemerintahan dapat berdaya dan mandiri secara kesehatan

otomatis bagian yang lebih besar dari unit tersebutpun akan mandiri dan berdaya.

Dalam pelaksanaannya, pemerintah desa bekerjasama dengan lintas sektor dan lintas

program yang ada di wilayah kecamatan tersebut. Unit Pelayanan Terpadu tersebut

hanya berfungsi sebagai fasilitator, pelaksanaanya sepenuhnya tergantung dari

pemerintahan desa.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 66


Dengan desa siaga, diharapkan kesadaran masyarakat dapat terbangun.

Masyarakat mampu menyadari bahwa pencegahan jauh lebih murah dibandingkan

pengobatan. Basis dari kegiatan Desa Siaga adalah pemberdayaan masyarakat di

bidang kesehatan. Tentulah ini tidak mudah. Membangun kesadaran masyarakat dan

lalu membuat mereka berdaya dan akhirnya mandiri tentunya butuh proses yang

tidak sebentar dan dana yang tidak sedikit. Sudah beberapa tahun ini melalui Dinas

Kesehatan telah menganggarkan dana bantuan untuk stimulus pelaksanaan desa siaga

di Kabupaten Lingga.

Permasalahan yang sering timbul adalah ketika kesadaran tersebut belum atau

tidak terbangun. Sebagian pemerintah desa atau kecamatan masih menganggap Desa

Siaga adalah program tambahan. Mereka merasa cukup sampai dengan terbentuknya

Forum Kesehatan Desa, memiliki Poskesdes serta memiliki plang pemberitahuan

bahwa anda memasuki Desa Siaga X. Namun secara teknis pelaksanaannya mati suri.

Pada tahun 2019 seluruh desa yang ada di Kecamatan Singkep Barat sudah

dibentuk menjadi desa siaga. Namun, dari 11 desa dan 1 Kelurahan siaga yang ada di

Puskesmas Raya hanya 1 desa atau 25% yang aktif yaitu desa siaga Desa Sungai

Buluh. Untuk itu sangat perlu dilakukan evaluasi terhadap kelemahan system yang

telah berjalan.

Posyandu merupakan salah satu bentuk lain dari kegiatan Upaya Kesehatan

Berbasis Masyarakat (UKBM) yang telah berjalan sejak lama. Perkembangan dan

kinerja dapat dikelompokkan dalam 4 strata yaitu; Posyandu Pratama, Madya,

Purnama dan Posyandu mandiri.

Dari 19 posyandu yang ada, 17 posyandu dengan strata Purnama, 2 Posyandu

dengan strata Madya, posyandu lainnya merupakan strata posyandu Pratama.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 67


Perbandingan starata posyandu di Puskesmas Raya dapat dilihat pada gambar 5.2

berikut ini:

Gambar 5.2

Strata Posyandu Di Puskesmas Raya Tahun 2019

2.5

1.5

0.5

0
Pratama Madya Purnama Mandiri

Sumber: Puskesmas Raya Tahun 2019

5.2. TENAGA KESEHATAN

Peran petugas kesehatan adalah suatu kegiatan yang diharapkan dari seorang

petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan dibedakan menjadi 7

kelompok, yaitu tenaga medis, perawat & Bidan, Farmasi, Gizi, Teknisi Medis,

Sanitasi dan Kesehatan Masyarakat.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 68


Di Puskesmas Penuba (tenaga medis) masih sangat rendah, untuk dokter

umum ada 2 orang sedangkan untuk dokter gigi ada 1 orang. Pada tahun 2019, 1

Orang Dokter sebagai Kepala Puskesmas, 1 Orang Dokter poli

Jumlah seluruh Tenaga Keperawatan di Puskesmas Raya sebanyak 52 orang

yang terdiri dari tenaga perawat sebanyak 19 orang dan bidan sebanyak 22 orang.

Tenaga Kefarmasian sebanyak 1 orang tenaga asisten Apoteker, Laboratorium

sebanyak 1 Orang. Tenaga ahli gizi tidak ada sama sekali. Tenaga kesehatan

lingkungan hanya 2 orang dengan rasio terhadap 100.000 penduduk. Ini berarti

Puskesmas Raya masih kekurangan tenaga sanitasi untuk mengatasi masalah-

masalah lingkungan yang erat hubungannya dengan berbagai penyakit yang

diakibatkan atau dipengaruhi faktor lingkungan.

5.3. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun

2009 pasal 171 ayat 1, bahwa Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan

pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi,

teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna

untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Anggaran kesehatan Puskesmas Penuba tahun 2019 bersumber dari APBD

Kab/ Kota dan APBN berupa Dana Tugas Pembantuan Kab/ Kota (BOK).

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 69


BAB VI

PENUTUP

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 70


6.1. KESIMPULAN

Situasi Derajat Kesehatan Puskesmas Penuba pada tahun 2019 dapat dilihat

dari beberapa indikator yaitu Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi

(AKB), Umur Harapan Hidup serta Status Gizi dan Angka Kesakitan.

1) Pada tahun 2019 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita

(AKABA) Puskesmas Raya tidak ada kasus kematian balita.

2) Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2019 tidak terjadi kasus.

3) Status Gizi Masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu BBLR,

Status Gizi Balita. Pada tahun 2019 tidak ditemukan kasus BBLR. Sedangkan

untuk kasus gizi balita ditemukan enam kasus balita gizi buruk.

4) Cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 Puskesmas Raya. Untuk K1

pesentase belum mencapai target yaitu 86%. Sedangkan untuk K4 cakupannya

belum mencapai target, yakni hanya 84.8%.

5) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan tahun 2019 hanya mencapai 74% dan belum mencapai

target yang ditentukan yaitu 90%.

6) Cakupan pelayanan nifas Puskesmas Raya pada tahun 2019 adalah 76%,

belum mencapai target indikator yaitu 90%.

7) Cakupan neonatus dengan komplikasi yang dilayani Puskesmas Raya pada

tahun 2019 hanya mencapai 19%.

8) Cakupan Desa/Kelurahan UCI Puskesmas Raya pada tahun 2019 adalah 91%.

Artinya ada satu desa yang belum UCI.

9) Cakupan pemberian MP ASI pada bayi balita gizi kurang dan gizi buruk

mencapai 100%.

10) Cakupan Peserta KB Aktif tahun 2019 di Puskesmas Raya yaitu 64%.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 71


11) Pada tahun 2019 terdapat 16 orang penderita suspek TB Paru dan ditemukan 10

kasus TB BTA (+).

12) Penyakit terbanyak berdasarkan kunjungan rawat jalan adalah ISPA (1603

kasus ).

13) Penderita DBD tidak terjadi kasus di Puskesmas Raya pada tahun 2019.

14) Untuk kasus malaria, terdapat 10 kasus malaria klinis dan ditemukan 1 orang

penderita positif malaria

15) Cakupan desa siaga aktif di wilayah kerja Puskesmas Raya pada tahun 2019

hanya mencapai 6,67%, hanya 1 Desa yang aktif dari 11 Desa siaga yang ada

di Kecamatan Singkep Barat. Sedangkan jumlah posyandu yang aktif yaitu 19

posyandu (100%).

16) Sarana Kesehatan yang dimiliki Puskesmas Raya adalah 1 puskesmas dengan

fasilitas rawat jalan dan 5 puskesmas pembantu, 9 polindes.

17) Kasus HIV pada tahun 2019 tidak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas

Raya.

6.2. SARAN

Dalam rangka meningkatkan capaian program-program pembangunan

kesehatan yang dapat dilihat dari pencapaian indikator Standar Pelayanan Minimal

(SPM) maupun indikator Indonesia pada program pembangunan berkelanjutan 2030

yang tercermin dalam Suistanable Development Goals (SDG’s) maka perlu

dilakukan beberapa upaya antara lain :

1) Perencanaan kegiatan pembangunan kesehatan harus berdasarkan fakta

dilapangan.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 72


2) Untuk pencapaian indikator SPM dan indikator Indonesia Sehat dapat

diupayakan dengan penurunan AKI, AKB dan peningkatan status gizi

masyarakat serta memperhatikan kebijakan-kebijakan Puskesmas Raya.

3) Meningkatkan monitoring dan evaluasi pencapaian program kesehatan dengan

melakukan supervisi-supervisi ke pustu polindes secara berkala.

4) Meningkatkan pertemuan-pertemuan dengan penanggung jawab program di

puskesmas maupun di pustu polindes dalam rangka memberikan feedback

terhadap pelaksanaan program yang sedang berjalan.

5) Meningkatkan kemampuan petugas pengelola data dan informasi melalui

mengikuti pelatihan atau bimbingan teknis.

6) Meningkatkan kemampuan pengelola program kesehatan dalam menyusun

perencanaan kesehatan berbasis kinerja.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS RAYA TAHUN 2019 | 73

Anda mungkin juga menyukai